Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Agroekosistem adalah ekosistem binaan manusia di dalam upaya memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan serta komoditi pertanian lain.
Agroekosistem merupakan bentuk peraliha dari ekosistem alami menjadi
ekosistem binaan, perubahan ini dapat terjadi karena adanya proses pemenuha
kebutuhan hidup manusia serta terkadang di suatu daerah memiliki tumbuhan
yang sifatnya komersial sehingga memudahkan manusia untuk mengelolanya
menjadi lahan perkebunan dan pertanian (Tim Pembina, 2016)
Untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai agroekosistem, maka kami
melakukan observasi lapangan mengenai agroekosistem itu sendiri, dengan
tujuan untuk memudahkan mahasiswa (praktikan) dalam mengidentifikasi lokasi
agroekosistem di daerah pengamatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami melakukan praktikum lapangan mata
kuliah Pengetahuan Lingkungan, kami melakukan pengamatan pada salah satu
objek wisata di di Area pantai Donggala di Kecamatan Banawa Tengah
Kabupeten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. Tidak hanya memiliki kekayaan
laut yang begitu indah bagian daerah pusat laut ini juga merupakan tempat yang
cukup strategis untuk dilakukannya pengamatan salah satunya karena memiliki
daerah perkebunan warga disekitarnya yang digunakan sebagai pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Sehingga cocok digunakan sebagai tempat di
lakukannya pratikum lapangan ini.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diangkat berdasarkan uraian latar belakang
yaitu bagaimana cara mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi
agroekosistem ?
1.3.Tujuan
Tujuan yang dapat diangkat berdasarkan uraian latar belakang yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi agroekosistem!

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Agroekosistem adalah ekosistem bnaan manusia di dalam upaya memenuhi


kebutuhan sandang, pangan dan papan serta komoditi pertanian lain.
Agroekosistem merupakan bentuk peraliha dari ekosistem alami menjadi
ekosistem binaan, perubahan ini dapat terjadi karena adanya proses pemenuha
kebutuhan hidup manusia serta terkadang di suatu daerah memiliki tumbuhan
yang sifatnya komersial sehingga memudahkan manusia untuk mengelolanya
menjadi lahan perkebunan dan pertanian (Tim Pembina, 2018)
Agroekosistem berasal dari kata sistem, ekologi dan agro. Sistem adalah
suatu kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan
pengaruh-mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi.
Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan
lingkungannya. Sedangkan ekosistem adalah sistem yang terdiri dari komponen
biotic dan abiotik yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus
nutrisi). Pengertian Agro = Pertanian dapat berarti sebagai kegiatan
produksi/industri biologis yang dikelola manusia dengan obyek tanaman dan
ternak. Pengertian lain dapat meninjau sebagai lingkungan buatan untuk kegiatan
budidaya tanaman dan ternak. Pertanian dapat juga dipandang sebagai pemanenan
energi matahari secara langsung atau tidak langsung melalui pertumbuhan
tanaman dan ternak (Saragih, 2000).
Agroekosistem di bedakan menjadi beberapa bagaian yaitu,Agroekosistem
perkebunan, Agroekosistem sawah dan Agroekosistem pekarangan.
Agroekosistem perkebunan lebih banyak melindungi tanah, air, dan sejumlah
kecil flora dan fauna yang ada di dalamnya dari pada sawah. Tetapi perkebunan
tidak dapat mencapai efisiensi perlindungan lahan seperti hutan alam yang
dewasa. Sebab utama mengapa perkebunan sangat rendah keanekaragaman hewan
liarnya adalah karena keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang sangat terbatas
(Anwar miring, 1984).

2
Agroekosistem Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik
berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija
atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok
tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air
karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam
pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air,
sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan,
sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal
sebagai padi lahan basah (lowland rice) (Anonim, 2011).
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan. Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga,
atau kadang-kadang memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, belakang
atau samping sebuah bangunan, tergantung seberapa besar sisa tanah yang
tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya (Anonim, 2011).
Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai fungsi
sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dkuh, ahkan
antar desa satu dengan yang lainnya. Di samping itu, pada setiap pekarangan
terdapat”pelataran” (Jawa) atau “buruan” (Sunda) yang dapat dipergunakan
sebagai tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau
sumur di dalam pekarangan, juga dapat dipergunakan oleh orang-orang
sekampung dengan bebas bahkan sekaligus merupakan tempat pertemuan mereka
sebagai sarana komunikasi masa (Soemarwoto, 1978)
Persaingan antar tanaman sejenis dalam mendapatkan air ataupun cahaya
matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sehingga jarak tanam yang
lebih lebar akan lebih memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Jarak tanam yang
lebih longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang lebih besar
daripada jarak tanam yang lebih rapat. Berat kering brangkasan adalah indikator
pertumbuhan tanaman karena berat kering tanaman merupakan hasil akumulasi
asimilat tanaman yang diperoleh dari total pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Kerapatan tanaman tinggi membuat semakin kecilnya hasil fotosintesis
sebagai akibat berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara dan air,

3
sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang ditranslokasikan dan disimpan
dalam batang. Ternyata tanam yang lebih rapat mampu memberikan hasil umbi
tiap petak yang tinggi dari pada jarak tanam yang lebih renggang. Dengan jarak
tanam yang lebih rapat berarti populasi tanaman tinggi, sementara itu berat umbi
per tanaman tidak berbeda nyata sehingga jumlah populasi tanaman sangat
menentukan hasil yang didapat tiap petakan (Kartasaputra, 1987)
Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu
semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi
tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan
tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti
jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi
untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu
diameter batang dan tinggi tanaman tidak dapat tumbuh. Begitupun sebaliknya,
jika kerapatan kecil maka air dan nutrisi yang tersedia akan semakin besar dan
kesempatan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi semakin besar, sehingga
diameter batang dan tinggi tanaman bisa tumbuh secara maksimal. Pengaruh
kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan akar dan tajuk yaitu semakin besar
kerapatan tanaman, pertumbuhan akar dan tajuk tanaman akan semakin kecil
karena faktor nutrisi dan air akan diperebutkan oleh banyak tanaman yang sejenis
.
Pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah memperlihatkan
bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter
pertumbuhan dan produksi tanaman. Perlakuan populasi berpengaruh nyata
sampai sangat nyata. Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan
populasi lain atau antara individu satu dengan individu lain adalah bersifat
persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai
kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan
berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesifik competition), dan dapat pula terjadi antara jenis-jenis yang berbeda

4
(interspsifik competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih
awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang
terjadi antar jenis yang berbeda. (Campbell, 2002)

5
BAB III
METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum dilakukan pada:
Hari/Tanggal : Jumat-Minggu / 4-6 mei 2018
Waktu : 14.00 wita- selesai
Tempat :Dusun Lino, Desa Tolongano, Kel.Lembahsada,
Kec.Banawa Selatan, Kab.Donggala
3.2.Alat dan Bahan
3.2.1.Tabel Alat dan Bahan
NO ALAT DAN BAHAN FUNGSI
1. Kamera Untuk mengambil gambar dengan narasumber
2. Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil wawancara

3.3.Prosedur kerja
1. Menuju lokasi pengamatan.
2. Menentukan orang yang menjadi narasumber.
3. Melakukan wawancara dengan narasumber mengenai macam-macam jenis
tumbuhan produktif dan non produktif yang dimiliki.
4. Melakukan wawancara dengan narasumber mengenai macam-macam jenis
hewan produktif dan non produktif yang dimiliki.
5. Mencatat data dan informasi yang diperoleh kemudian memasukkan ke
dalam tabel pengamatan.
6. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pengamata
4.1.1.Tabel hasil Pengamatan
NO JENIS PRODUKTIF NON PRODUKTIF JUMLAH (%)
1. Tumbuhan
 Cengkeh 100 - 100 %
2. Hewan
 Ayam 10 40 20 %

4.1.2.Analisa Data
 Tumbuhan:
Tumbuhan cengkeh
a. Produktif
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
= 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
100
= 100 𝑥 100 %

= 100 %
b. Non produktif
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
= 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= 100 𝑥 100 %

=0%
Hewan ayam
a. Produktif
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
= 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
10
=50 𝑥 100 %

= 20 %
b. Non produktif
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
= 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

7
40
= 𝑥 100 %
50

= 80 %
4.2.Pembahasan
Agroekosistem adalah ekosistem bnaan manusia di dalam upaya
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta komoditi pertanian lain.
Agroekosistem merupakan bentuk peraliha dari ekosistem alami menjadi
ekosistem binaan, perubahan ini dapat terjadi karena adanya proses pemenuha
kebutuhan hidup manusia serta terkadang di suatu daerah memiliki tumbuhan
yang sifatnya komersial sehingga memudahkan manusia untuk mengelolanya
menjadi lahan perkebunan dan pertanian (Tim Pembina, 2018).
Adapun metode praktikum yang digunakan pada praktikum ini adalah
yang pertama menentukan orang yang akan menjadi narasumber, lalu melakukan
wawancara dengan narasumber mengenai macam-macam jenis tumbuhan dan
hewan produktif dan non produktif yang dimiliki oleh narasumber, lalu mencatat
data dan informasi yang diperoleh kemudian memasukkan ke dalam tabel hasil
pengamatan.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam agroekosisstem yaitu dengan
memperhatikan 3 sumber daya untuk memperoleh hasil yang optimal yaitu
sumber daya alam yang berupa tanah/lahan, air, flora, fauna dan laut. Sumber
daya manusia, dalam hal ini petani dengan keluarga serta usah taninya. Sumber
daya akal dan karya manusia dalam bentuk ilmu dan teknologinya. Mengapa
ketiga sumber daya ini perlu diperhatikan karena ketiga sumber daya ini saling
bersangkutan yang dapat meningkatkan hasil yang optimal, contohnya dari
sumber daya akal manusia menemukannya racun penghilang hama pada tanaman
sehingga sumber daya manusinya pun meningkat karena menggunakan racun
tersebut dan sumber daya alamnya pun meningkat karena hama pada tanaman
tersebut hilang, sehingga hasil tanaman tersebut meningkat yang akan
menguntungkan petaninya itu sendiri.
Pada hasil pengamatan, kami mewawancarai warga sekitar daerah
pengamatan. Kami mewawancarai salah seorang warga yang bernama ibu Heni.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, kami mendapatkan informasi dari ibu Heni

8
dengan data berupa hewan yang dipelihara oleh ibu berupa ayam dengan
berjumlah 50 ekor, terhitung produktif sebanyak 10 ekor dan non produktif
sebanyak 40 ekor. Sedangkan pada tumbuhan, ditemukan tumbuhan berupa pohon
cengkeh 100 pohon dengan jumlah yang berproduktif sebanyak 100 pohon dan
yang non produktif tidak ada. Setelah memperoleh data, kami melakukan analisa
data dengan hasil yang diperoleh berupa presentasi dari tumbuhan pohon cengkeh
yang berproduktifitas 100 % dan non produktifitas 0 %. Sedangkan pada hewan
ayam diperoleh data presentasi yang produktifitas 20 % dan non produktifitas 80
%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi agroekosistem itu ada tiga yaitu:
sumber daya alam yang berupa tanah/lahan air, flora, fauna, dan laut. Sumber
daya manusia, dalam hal ini petani dengan keluarga serta usaha taninya. Sumber
daya akal dan karya manusia dalam bentuk ilmu dan teknologinya. Keterkaitan
dari ketiga faktor yang mempengaruhi agroekosistem yaitu contohnya seorang
manusiayang menggunakan sumber daya akalnya mau dijadikan seperti apa
sumber daya alam yang tersedia, serta menggunakan keahliannya atau sumber
daya manusianya agar apa yang ada di dalam fikirannya dapat terwujud.
Perbandingan dengan literatur dengan hasil pengamatan memperoleh hasil
yang sama di mana berdasarkan literatur faktor-faktor yang mempengaruhi
agroekosistem yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
akal dan karya manusia. Sedangkan pada hasil pengamatan hal-hal yang
mempengaruhi hasil agroekosistem yaitu sumber daya alam contohnya pohon
cengkeh yang produktif sebanyak 100 pohon hal ini disebabkan oleh sumber daya
alam yang bagus pada lokasi pengamatan.

9
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan pada
praktikum kali ini, yaitu: Agroekosistem adalah ekosistem binaan manusia di
dalam upaya memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta komoditi
pertanian lain. Agroekosistem merupakan bentuk peraliha dari ekosistem alami
menjadi ekosistem binaan, perubahan ini dapat terjadi karena adanya proses
pemenuha kebutuhan hidup manusia serta terkadang di suatu daerah memiliki
tumbuhan yang sifatnya komersial sehingga memudahkan manusia untuk
mengelolanya menjadi lahan perkebunan dan pertanian (Tim Pembina, 2018).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu agroekosistem yaitu
sumber daya alam. Manusia dan akal serta karya manusia.

5.2.Saran
Sebaiknya pada masyarakat, dapat merawat serta menjaga daerah
agroekositem baik dari segi hewan maupun tumbuhan agar dapat menunjang
kebutuhan dari masyarakat serta aagar dapat digunakan sebagai media
pembelajaran dimasa akan datang.
Agar lebih mudah ketika melakukan pengamatan sebaiknya praktikan
mempersiapkan diri, mencari lokasi yang strategis, mempersiapkan literatur atau
referensi sebanyak mungkin guna memudahkan pada saat pengidentifikasian,
serta membawa peralatan yang akan dibutuhkan saat praktikum berlangsung
dengan lengkap agar lebih mudah pada saat melakukan pengamatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.Ekosistem Sawah.PT Rineka Cipta : Jakarta


Anonim.2011.Defenisi Pekarangan.Aceh Pedia : Aceh
Anwar. 1984.Agroekosistem.Universitas Brawijaya : Malang.
Campbell. 2002.Pekarangan. Liberty: Yogyakarta
Kartasaputra. 1987. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta.
Saragih.2000.Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi.PT Penebar Swadaya.
Soemarwoto.1978.Pengantar Ilmu Pertanian.UNS:Surakarta.
Tim Pembina Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan.2018.Universitas Tadulako:
Palu

11

Anda mungkin juga menyukai