Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR MATA KULIAH

Diferensiasi sel bakteri


Pertemuan Ke 1
Dosen: Dr. Faiqah, S. Si., M. Kes

Mata Kuliah : Bakteriologi


Kode Mata Kuliah / SKS :
Semester : AWAL
Program Studi : Biologi
Mata Kuliah Prasyarat : Mikrobiologi Umum
Dosen Penanggung Jawab : Prof. Dr. Dirayah R. Husain, DEA
Dr. Faiqah, S. Si., M. Kes
Tim Dosen Dr. Nur Haedar, M. Si
Dr. Zaraswati Dwiyana, M. Si
Dr. Fachrudin, M. Si
Mahasiswa mampu mengembangkan dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengkaji berbagai
Sasaran Belajar : aspek biologis bakteri serta peranan dan pemanfaatannya
dalam berbagai bidang industri, kesehatan, dan
lingkungan.
Mata kuliah ini membahas tentang batasan dan prinsip
dasar dalam pengelompokan bakteri, Archaebacteria,
Struktur sel bakteri, Pertumbuhan dan Reproduksi
Deskripsi Mata Kuliah
: bakteri, Difrensiasi dan Mekanisme Pertahanan Bakteri,
Metabolisme Bakteri, DNA dan Ekspresi gen pada
bakteri, Identifikasi dan Karakterisasi bakteri, Peran dan
keterlibatan bakteri dalam berbagai bidang industri,
kesehatan, dan lingkungan.

1. Pendahuluan
Garis Besar Materi Pokok Bahasan:
Pokok bahasan ini terkait pada penjabaran diferensiasi sel bakteri serta fungsi diferensiasi
bagi kelangsungan hidup bakteri dan keterkaitannya dengan lingkungannya.
Sasaran Pembelajaran:
Mahasiswa mampu mendiskripsikan bentuk dan struktur sel bakteri yang telah
berdifrensiasi, serta menjabarkan fungsi dan peranan masing-masing bagian sel yang
berdiferensiasi.

1
Perilaku Awal:
Mahasiswa mampu membedakan kelompok bakteri dan habitatnya, serta pengaruh faktor
lingkungan pada pertumbuhan bakteri.
Manfaat Pokok Bahasan:
Setelah mahasiswa mengikuti materi bahasan ini maka mahasiswa mampu membedakan
dan menguraikan mekanisme dan morfologi sel yang berdiferensiasi, struktur dan fungsi
serta peranan dari setiap bagian sel bakteri yang berdiferensiasi.
Urutan Pembahasan:
Diferensiasi sel bakteri, akan meliputi:
1. Siklus hidup Caulobacter
2. Formasi endospora pada golongan Proteus
3. Spora pada bakteri lain
4. Kista, Akinet, Heterocyst dan Hormogonia

2. Petunjuk Belajar
Pada materi bahasan ini sebagai pengetahuan dan pemahaman terkait diferensiasi sel
bakteri
Uraian Materi Bahasan:
BAB
Diferensiasi Sel Bakteri
Pada kebanyakan spesies bakteri, tidak terjadi perubahan besar akan bentuk maupun
fungsi; sel – sel progeni kurang lebih identik dalam hal penampakan dan sifat dengan sel
induknya. Pada beberapa bakteri satu tipe sel dapat membedakannya dari jenis sel yang
lain; waktu differensiasi seperti itu biasanya berhubungan dengan kondisi lingkungan sel.
Dibawah ini beberapa contoh diberikan mengenai differensiasi bakteri:

1. Siklus hidup Caulobacter


Caulobacter adalah bakteri gram negatif merupakan bakteri aerobik yang ditemukan
di dalam tanah dan air. Bakteri ini memiliki 2 bentuk sel yang berbeda, dan perubahan
dari satu tipe lain merupakan bagian penting dalam siklus hidupnya. Ada kelompok –
kelompok sel dalam siklus hidup bersifat menguntungkan karena sel itu dapat
menyebabkan organisme menyebar pada lokasi yang berbeda.
Sel anakan yang bergerak dapat kehilangan flagellum dan berkembang menjadi
stalk/tangkai (disebut prosteca) sebelum membelah dan selanjutnya dianggap belum
dewasa; stalk/tangkai (dewasa) dari sel –sel induk dapat menghasilkan sekelompok
sel –sel tetapi tidak dapat menjadi sel yang dapat bergerak bebas (swarming cell).
Tipe/jenis differensiasi yang sama, dari sel non motil, dan sebaliknya, ditemukan pada
spesies Hypomicrobium dan Rhodomicrobium.

2
2. Diferensiasi sel pada golongan Proteus
Proteus merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil yang ditemukan pada
intestin/usus manusia dan hewan-hewan lain. Jika sel –sel proteus mirabilis (atau
spesies lain P. vulgaris) diinkubasi pada medium padat yang sesuai, sel – sel progeni
yang pertama bentuknya pendek, sedikit yang berbentuk batang berflagel sekitar 2 – 4
μm panjangnya; sel –sel ini membentuk suatu koloni seperti biasanya. Namun
demikian, setelah beberapa jam pertumbuhan, beberapa sel disekitar ujung koloni
bertumbuh hingga panjangnya 20 – 80 μmdan terjadi perkembangan flagel tambahan;
sel – sel ini disebut sel – sel mobile. Sel – sel monile berenang hingga berada pada
3
posisi beberapa milimeter dari ujung koloni dan setiap swarm sel masing – masing
membelah menjadi beberapa basil pendek seperti halnya dengan koloni aslinya. Sel –
sel ini tumbuh dan membelah secara normal menjadi beberapa generasi. Pembentukan
cincin pertumbuhan yang beratyang mengitari (dengan mengelilingi) koloni asal.
Kemudian generasi kelompok–kelompok sel selanjutnya dibentuk pada bagian luar
ujung cincin dan siklus berlangsung. Pada proses ini, keseluruhan permukaan medium
ditutupi oleh cincin konsentrik pertumbuhan. Fenomena ini disebut mobilisasi.
Mobilisasi begitu penting bagi Proteus, dan proses itu tidak terjadi pada semua jenis
medium. Swarming hanya terjadi pada permukaan basah/lembab. Pada kondisi seperti
itu sel – sel mobile membantu organisme untuk meyebar mencari sumber nutrisi baru.

3. Resting cell pada bakteri lain


Pada beberapa bakteri differensiasi dapat menyebabkan pembentukan sel – sel
istirahat salah satunya spora atau kista. Resting cell (sel – sel istirahat) dapat berfungsi
sebagai suatu unit disseminative (membantu penyebaran organisme) dan atau sebagai
sel – sel dorman yang mampu survive pada lingkungan ekstrim. Pada kondisi yang
sesuai spora atau kista yang berkecambah membentuk sel vegetatif yang baru.
Endospora telah dipelajari lebih mendalam pada spora bakteri tipe lain; mereka
dibentuk oleh spesies Bacillus, Clostridium, Coxiella, Desulfotomaculum,
Thermoactinomyces dan beberapa genera lainnya. Suatu endospora dibentuk didalam
sel sebagai respon terhadap kelaparan (kekurangan nutrien), utamanya kekurangan
karbon, nitrogen dan atau phospor. Endospora berada pada kondisi dormansi:
beberapa reaksi kimiawi pada tumbuhan vegetatif terjadi pada endospora matang.
Endospora tidak hanya mengalami dormansi dalam periode yang lama (diperkirakan
lebih dari 1000 tahun untuk Bacillus), tapi endospora lebih resisten terhadap beberapa
faktor yang berlawanan; temperatur dan pH ekstrem, kekeringan, radiasi, berbagai
agen – agen kimiawi dan kerusakan fisik; kenyataanya, inaktivasi tidak dapat berubah
dari endospora dapat dijamin hanya oleh perlindungan kuat dari proses sterilisasi.
Pembentukan dan struktur endospora ditunjukkan pada dibawah ini. Secara molekular,
“trigger” untuk pembentukan endospora dianggap sebagai pengurangan nukleotida
guanine (atau derivat/turunanya) dalam sel. Endospora tahan panas dan terhadap

4
kadar air yang rendah; kalsium dipicolinate (dalam inti) dan dapat bertindak sebagai
stabilisator kedua.
Pada kondisi yang sesuai, suatu endospora yang baru tumbuh, yaitu aktif
bermetabolisme.

5
Endospora pada beberapa spesies perlu diaktifkan sebelum mereka dapat
ditumbuhkan; berdasarkan spesiesnya, pembaharuan bahan kimia terdiri dari L –
alanin, beberapa nukleosida purin, berbagai ion – ion atau gula – gula tertentu.
Germinasi dapat dinisiasi oleh pengikatan suatu germinant kepada membaran dalam
reseptor. Transisi dari endospora yang telah tumbuh menjadi sel – sel vegetatif disebut
pertumbuhan keluar.
Catatan: endospora sering disingkat “spora”. Namun demikian, endospora dapat
diketahui dengan jelas dengan jenis spora bakteri yang lain. Tabel berikut
memperlihatkan perbedaan antara endosporan dan sel vegetatif.

Property Vegetative cells Endospores

Typical Gram-positive Thick spore coat, cortex,


Surface coats murein cell wall polymer and peptidoglycan core wall
Microscopic appearance Nonrefractile Refractile

Calcium dipicolinic acid Absent Present in core


Cytoplasmic water
High Very low
activity
Enzymatic activity Present Absent
Macromolecular
Present Absent
synthesis
Heat resistance Low High
Resistance to chemicals
Low High
and acids
Radiation resistance Low High
Sensitivity to lysozyme Sensitive Resistant
Sensitivity to dyes and
Sensitive Resistant
staining

Pada proses pembentukan hifa actinomycetes, eksospora diproduksi melalui


septasi/pembentukan septa dan fragmentasi hifa. Spora kehilangan struktur tertentu
(seperti korteks dan selubung spora), tapi spora tersebut menunjukkan tingkat
resistensi misalnya pada panas, dessikasi (kekeringan) dan bahan kimia tertentu.
Spora Streptomyces kurang aktif melakukan metabolisme bila dibandingkan dengan
hifa vegetatif, meskipun mereka tidak selamanya berada pada kondisi dorman.
Pada Actinomycetes yaitu actinoplanes dan pilimelia, zoospora bergerak (berflagel)
terbentuk didalam suatu kantung/selubung tertutup yang disebut sporangium,
sporanya berkembang dari hifa vegetatif.

6
4. Kista, Akinet, Heterocyst dan Hormogonia
Banyak study tentang kista bakteri telah dilakukan pada bakteri tanah. Azotobacter
vinelandii. Kista resisten terhadap kekeringan dari organisme ini mengalami dorman

7
dan dapat bertahan hidup pada tanah kering untuk beberapa tahun. Pembentukan kista
tersebut dapat dipicu oleh adanya perubahan tingkat karbon dan nitrogen didalam
lingkungan; pada proses ini terjadi hilangnya flagel dan perkembangan kista
kompleks yang mengandung alginat, protein dan lipid. Secara khusus, PHB
terakumulasi dalam kista.

Struktur – struktur ini dibentuk oleh berbagai cyanobakteria berfilamen yaitu


organisme fotosintetik yang ditemukan di tanah, air alami dan asosiasi simbiotik
dengan eukariotik tertentu.
Akinet merupakan sel – sel terdifferensiasi yang dibentuk oleh beberapa spesies pada
kondisi kurangnya bahan makanan/nutrien; setiap akinet memiliki dinding sel yang
tebal dan sebuah sitoplasma yang kaya akan senyawa – senyawa/komponen –
komponen cadangan (seperti Glikogen). Akinet biasanya lebih besar dari pada sel –sel
vegetatif dan memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi; akinet juga bersifat
resisten terhadap kekeringan dan kedinginan, dan dapat berfungsi sebagai suatu
unit/kesatuan overwintering dan atau pemisahan.

8
Heterocyst dibentuk oleh beberapa spesies ketiak terjadi pengurangan senyawa –
senyawa nitrogen. Pada kondisi tersebut, beberapa sel didalam trichoma mengalami
differensiasi, yang membentuk sebuah heterocyst: suatu bagian khusus di mana gas –
gas nitrogen atmosfer dapat difiksasi yaitu diubah menjadi senyawa nitrogen yang
dapat digunakan pada proses differensiasi mencakup perkembangan
envelop/membran yang tebal, penyusunan tilakoid, perhentian evolusi oksigen
(fotosintetik) dan sintetik nitrogenase (enzim yang digunakan pada fiksasi nitrogen).
Komunikasi antar heterocyst dan batas – batas sel vegetatif ditemukan melalui pori –
pori (microplasmodesmata) didalam membran sitoplasma contiguous; sepanjang
fiksasi nitrogen, nitrogen terfiksasi ditransfer menjadi sel vegetatif juga transfer
karbon dan material yang lain menjadi heterocyst.

Spesies bakteri tertentu membentuk heterocyst bilamana mengalami kekurangan


senyawa Nitrogen. Pada kondisi tersebut, suatu sel dari suatu trikoma mengalami
differensiasi dan membentuk suatu heterokista: bentukan khusus yang mampu
memfiksasi nitrogen atmosfir (gas), dikonversi menjadi nitrogen yang dapat
digunakan. Proses difrensiasi mencakup pembentukan sautu envelop/selubung tebal,
penysunan kembali tilakoid. Pemberhentian produksi oksigen (fotosintesis) dan
sintesa nitrogenase (suatu enzim penting yang berperan dalam fiksasi nitrogen).
Envelop kadang berfungsi memproteksi nitrogenase (sensitiv pada oksigen) dari

9
oksigen atmosfir. Pada Anabaena flos-aquae, nampak adanya envelop menebal
selama tekanan partial oksigen meningkat. Terdapat hubungan antara heterokist dan
sel vegetatif melalui pori-pori halus: Mikroplasmodesma yang menembus membran
sitoplasma. Nitrogen terfiksasi ditransfer menuju sel vegetatif yang disuplai, pada
perjalanan tersebut karbon dan bahan-bahan lain mengarah ke heterokist.
Hormogonium merupakan trikoma pendek, antara akinet dan heterocyst terbentuk dari
trikoma vegetatif, sel – sel hormogonium lebih kecil daripada trikoma – trikoma induk.
Utamanya hormogonia bersifat motil dan meluncur. Pada beberapa spesies (misalnya
Nostoc muscorum) hanya hormogonia yang mengandung vakuola gas. Hal ini dapat
membuktikan bahwa trikoma pendek ini memiliki peranan penting dalam disseminasi.

3. Penutup Rangkuman
Tes Formatif:
Untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada
materi diberikan pertanyaan:
1. Bentuk-bentuk diferensiasi sel bakteri
2. Mekanisme dan fungsi diferensiasi sel bakteri
Umpan Balik:
Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan diharapkannya untuk
memahami materi bahasan terkait.
Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan bertanya
atau membentuk kelompok diskusi
Penelitian:
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta prospektif
dan yang sedang dalam rencana kegiatan penelitian dari berbagai dosen dalam lingkup
laboratorium sendiri maupun peneliti terkait secara nasional maupun internasional.
Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang Penghiliran/penerapan dari berbagai penelitian terkait
diferensiasi sel bakteri dan kaitannya dengan lingkungannya.
Latihan:
Di dalam kelas mahasiswa diberi kegiatan berupa menjelaskan dengan kata-kata sendiri
dalam menjabarkan mekanisme diferensiasi sel bakteri.
Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk menambahkan materi atau publikasi terkait pokok bahasan.

10
Daftar Pustaka

Introduction to Bacteria, 1992. Second edition. Paul Singleton. Jhon Willey and Sons, Inc.
New York.
Biology of Microorganisms, 2012. Thirteenth edition, Edited by T.D. Brock. Pearson
Microbiology: Principle and Explorations, 1999. Edited by. Black, Jacquelin, G.
Prentice – Hall, Inc. Yew Jersey.
Microbiology, 2005. Sixth edition. By. Prescott, L.M., Jhon P. Harley; Donald A. Klein.
Mc. Graw Hill.

11

Anda mungkin juga menyukai