Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


“ DORMANSI BENIH”

Oleh:

NAMA: ESRA YULIANA MANALU

NIM: 185040201111164

KELAS/KELOMPOK: I2

ASISTEN: NITA ERNAWATI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dormansi merupakan peristiwa yang berasal dari kata Dorman.


Dorman berarti tidur atau istirahat. Para ahli biologi menggunakan istilah itu
sebagai tahapan dari siklus hidup, serta biji dorman yang memiliki laju
metabolisme yang sangat lamban dan sedang tidak bertumbuh dan
berkembang. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa
perkecambahan akan terjadi pada waktu dan tempat yang paling
mengguntungkan bagi pertumbuhan biji. Pengakhiran dari periode dormansi
umumnya membutuhkan kondisi lingkungan tertentu. Dormansi yaitu keadaan
terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit atau senyawa tertentu.
Dormansi merupakan cara embrio mempertahankan diri dari keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya
proses perkecambahan. Lama waktu dimana biji dorman masih hidup dan
mampu berkecamabah bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa dekad
atau bahkan lebih lama lagi, bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan.

Biji yang bersifat dorman tidak akan berkecambah, meskipun


disemaikan dalam tempat yang menguntungkan sampai petunujuk lingkungan
tertentu menyebabkan bij mengakhiri keadaan dormansi tersebut. Dormansi
dapat dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya dormansi primer dan
dormansi skunder serta dormansi fisik dan fisiologis. untuk mengetahui dan
membedakan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah
dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang
dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi
adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara
agar dormansi dapat dipersingkat. Ada beberapa cara yang biasa dilakukan
yaitu, perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perendaman dengan air, perlakuan
suhu serta peralakuan cahaya. Kulit biji yang keras dapat mempengaruhi
perkecambahan, oleh karena itu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui
cara mengatasi dormansi pada biji yang memiliki kulit keras.

Tanaman tingkat tinggi maupun tingkat rendah, memiliki fase dalam


siklus hidupnya yang disebut dengan dormansi. Dormansi ini menyebabkan
tidak adanya pertumbuhan pada atau benih meskipun lingkungan mendukung
dalam perkecambahan. Dormansi ini dapat terjadi baik pada seluruh tanaman
atau organ-organ tertentu yang disebabkan adanya faktor-faktor internal dan
eksternal, yang bertujuan mempertahankan diri pada kondisi yang kurang
menguntungkan.
Tipe dormansi pada biji yang akan diperkecambahkan perlu diketahui
agar perlakuan yang cocok dapat kita berikan pada biji yang akan disebarkan
dilapangan, sehingga biji tersebut dapat segera berkecambah dan kegagalan
atau terhambatnya perkecambahan dapat dihindari. Kulit biji yang keras dan
zat penghambat yang terdapat pada daging buah dapat mempengaruhi
perkecambahan biji.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan kegiatan praktikum ini agar mahasiswa dapat
mengetahui pengertian dormansi benih, macam – macam dormansi dan
penyebab dormansi, serta metode yang digunakan untuk memecahkan
dormansi pada benih.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dormansi


Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak
dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan
dormansi dan memulai proses perkecambahannya (Salisbury, 2015).
Menurut Tamin (2017) dormansi benih merupakan ketidakmampuan benih
hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan luas yang dianggap
menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat disebabkan karena tidak
mampunya benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena
bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahannya. Dormansi benih
dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis embrio, atau
kombinasi dari keduanya.
Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan
istirahat, merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu periode yang tidak
terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk
perkecambahan. Biji yang dorman adalah biji yang gagal berkecambah, apabila
diletakkan pada suatu lingkungan yang mendukung perkecambahan anggota
populasi biji yang lain, yang tidak dorman (Gardner, 2011).
Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah
perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi
membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti
kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan, dan lain-lain (Wilkins,
2010).Dormansi dapat dikatakan sebagai mekanisme biologis dalam menjamin
perkecambahan biji yang berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk
mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena
ketidakmampuan embrio dalam mengatasi hambatan (Dwidjoseputro, 2013).
2.2 Macam macam Dormansi

Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan


faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya. Berdasarkan faktor penyebab,
dormansi terbagi atas (a) Imposed dormancy (quiscence), yaitu dormansi yang
terjadi akibat terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang
tidak menguntungkan. (b) Innate dormancy (rest), yaitu dormansi yang
disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ benih itu sendiri.
Berdasarkan mekanisme di dalam benih, dormansi terdiri atas (a) Mekanisme
fisik, merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh
organ benih itu sendiri. Dormansi kategori ini terbagi menjadi mekanis, fisik dan
kimia. Hambatan mekanis yaitu embrio tidak berkembang karena dibatasi secara
fisik. Hambatan fisik yaitu terganggunya penyerapan air karena kulit benih yang
impermeabel. Hambatan kimia yaitu bagian benih/buah mengandung zat kimia
penghambat. (b) Mekanisme fisiologis, merupakan dormansi yang disebabkan
oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis, terbagi menjadi
photodormancy, immature embryo, dan thermodormancy. Photodormancy terjadi
di mana proses fisiologis dalam benih terhambat oleh keberadaan cahaya.
Immature embryo yaitu proses fisiologis dalam benih terhambat oleh kondisi
embrio yang tidak/belum matang. Sedangkan thermodormancy yaitu proses
fisiologis dalam benih terhambat oleh suhu (Lakitan, 2013).

2.3 Penyebab Dormansi

Dormansi terjadi disebabkan oleh faktor luar (eksternal) dan faktor dalam
(internal). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah ; tidak
sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum matang secara
fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis), kulit biji
impermeable, dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan.Fase
induksi terjadi pada saat biji mengalami pematangan (maturation) menuju fase
istirahat. Proses ini dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, zat kimia dan faktor
lingkungan lainnya. Kehadiran inhibitor (seperti ABA) dan promoter (auksin,
giberelin, dan sitokinin) sangat berpengaruh terhadap biji yang mengalami
dormansi dan perkecambahan (Abidin 2013).
Perkembangan kulit biji impermeabel berpengaruh secara langsung terhadap
fase istirahat (dormansi). Kulit biji impermeabel bagi biji yang sedang mengalami
dormansi, dapat mereduksi kandungan oksigen yang ada dalam biji, sehingga
dalam keadaan anaerobik, terjadi sintesa zat penghambat tumbuh. Pemecahan
dormansi dan penciptaan lingkungan yang cocok sangat perlu untuk memulai
proses perkecambahan untuk beberapa spesies. Perlakuan tergantung pada tipe
dormansi yang terlibat (dormansi fisik, dormansi fisiologi, atau dormansi ganda).
Perlakuan tersebut mencakup skarifikasi, stratifikasi, biakan embrio, dan berbagai
kombinasi dari perlakuan-perlakuan ini dengan pengaturan lingkungan yang
cocok (Harjadi 2011).

Anda mungkin juga menyukai