Anda di halaman 1dari 18

Identifikasi dan Hubungan Antar Komponen Penyusun Ekosistem

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 1
1. Havsari Mega Ramadhani (141510501115)
2. Annisatul Choiriyah (141510501126)
3. Muji Sayekti Sukarno (141510501131)
4. Aris Susanto (141510501132)
5. Siti Juli Isnaeni (141510501133)
6. Nur Aini Puspitasari (141510501134)
7. Dhanu Triyoso (141510501136)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


LABORATURIUM HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem adalah kehidupan semua jenis makhluk hidup yang saling
mempengaruhi serta berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pengertian
ekosistem pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris
bernama A.G. Tansley pada tahun 1935, walaupun konsep itu bukan merupakan
konsep yang baru. Sebelum akhir tahun 1800-an, pernyataan-pernyataan resmi
tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit cukup
menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993).
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya),
diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung
jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam
sebagai penghasil bahan farmasi.
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum
para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika
Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan
jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.Setiap makhluk hidup
memerlukan tempat tinggal yang sesuai. Tempat hidup beserta segala sesuatu yang
terdapat di sekitar makhluk hidup disebut lingkungan. Di dalam lingkungan hidup
yang sesuai, makhluk hidup mendapatkan kebutuhan hidupnya dan menyatu dengan
apa yang ada. Tempat makhluk hidup biasa hidup dan berkembang disebut habitat.
Di alam habitatnya makhluk hidup senantiasa berinteraksi dengan
lingkungannya. Kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
dikenal dengan nama ekosistem. Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi.
Ekosistem tersusun atas komponen-komponen yang saling berinteraksi antara satu
dengan lainnya. Komponen itu membentuk satuan-satuan organisme kehidupan. Pada
sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan
kompetisi akan air dan hara. Bila jarak tanamnya diperlebar maka besarnya tingkat
kompetisi tersebut semakin berkurang. Dalam praktek di lapangan, petani mengelola
tanamannya dengan melakukan pengaturan pola tanam, pengaturan jarak tanam,
pemangkasan cabang dan ranting dan sebagainya. Proses saling mempengaruhi, baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan, antar komponen penyusun sistem
campuran ini (termasuk system agroforestri) sering disebut dengan ‘interaksi’.
Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk hambatan pertumbuhan
terhadap tanaman yang lain. Hambatan ini terjadi secara langsung maupun tidak
langsung Hambatan secara langsung, misalnya melalui efek allelophathy, tetapi
hambatan secara langsung ini jarang dijumpai di lapangan. Hambatan tidak langsung
dapat melalui berkurangnya intensitas cahaya karena naungan pohon, atau
menipisnya ketersediaan hara dan air karena dekatnya perakaran dua jenis tanaman
yang berdampingan.

2.1 Tujuan
Untuk mengetahui bentuk kompetisi antar komponen penyusun dalam suatu
ekosistem.
BAB2. TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem adalah suatu kumpulan organisme yang saling berinteraksi satu


sama lain, dan berinteraksi pula terhadap lingkungannya scara terus menerus. Dalam
sebuah ekosistem, bahan dasar utama adalah nutrisi anorganik yang ada dalam air,
udara, tanah. Tetapi nutrisi ini tidak akan membentuk jaringan organik di dalam
tubuh organisme jika tanpa adanya energi. Cahaya matahari adalah sumber energi
yang di gunakan tumbuhan hijau untuk meyusun nutri anoranik menjadi senyawa
organik di dalam tubuh organisme (Sudarmadji, 2004).
Kompetisi adalah persaingan antar organisme dalam berebut unsur hara di
dalam tanah. Kompetisi dibagi menjadi dua yaitu kompetisi intraspesies dan
kompetisi interspesies. Kompetisi intraspesies adalah persaingan antar organisme
yang sejenis dalam berebut nutrien untuk tetap bertahan hidup. Kompetisi jenis ini
sangat berbahaya, karena tanaman berebut unsur yang sama dalam tanah. Kompetisi
interspesies adalah persaingan antar organisme yang berbeda jenis dalam memenuhi
kelangsungan hidupnya. Kompetisi antar komponen penyusun ekosistem seperti
contohnya tanaman gulma dan jagung dipengaruhi oleh 4 faktor yakni tingkatan
pertumbuhan tanaman, jumlah gulma yang ada, derajat cekaman air dan hara dan
spesies gulma. Kompetisi antar gulma dan jagung ini menimbulkan gangguan seperti
persaingan dalam berebut asupan cahaya matahari, air dan hara (Sudarma dkk, 2012).
Setiap tanaman menghendaki tingkat kerapatan tanaman yang berbeda-beda.
Jarak tanam diatur berdasarkan sifat tanaman dan disesuaikan dengan faktor
lingkungan yang ada sehingga diperoleh jumlah produksi semaksimal mungkin, pada
umumnya produksi per satuan luas dapat ditingkatkan dengan cara penambahan
kepadatan tanam sampai batas optimum, sedangkan penambahan kepadatan tanam di
atas otimum akan menurunkan hasil produksi tanaman. Hal ini berkaitan dengan
adanya persaingan cahaya, unsur hara, cahaya dan ruang tumbuh (Sugito dalam
Abadi, 2013).
Setiap jenis tanaman memiliki keperluan cahaya dalam proses pertumbuhan
dan perkembangannya masing-masing sehingga banyak ragam tanaman yang tumbuh
dengan baik di tempat terbuka dan tidak sedikit pula tanaman yang tumbuh baik di
tempat yang teduh ataua memiliki naungan. Terdapat pula tanaman yang memiliki
karakteristik berbeda dalam memperoleh intensitas cahaya untuk keperluan pada
setiap fase hidup tanaman itu sendiri. Hal tersebut berkaitan dengan ekologinya
dimana masing-masing karakter tanaman yang dimaksud memiliki rasa toleransi
dengan tanaman lain dalam keperluannya membutuhkan sinar matahari (Soedomo,
2009).
Gulma secara fisik bersaing dengan tanaman budidaya untuk memperoleh
cahaya, air dan hara. Ukuran persaingan antara gulma dan tanaman pokok tergantung
pada densitas gulma, varietas tanaman dan pemupukan. Spesies yang berbeda
memiliki kemampuan persaingan yang berbeda pula karena memiliki karakteristik
morfologi dan fisiologi yang berbeda (Tjitrosoedirdo et al dalam Hasanuddin, 2012).
Pertumbuhan tanaman jagung banyak dipengaruhi oleh faktor biotik maupun
abiotik, misalnya pengaruh intensitas cahaya, cahaya sangat berpegaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, karena dalam proses fotosintesis tanaman memerlukan
bantuan sinar matahari. Selain itu pertumbuhan tanaman jagung yang berada
ditempat naungan pertumbuhannya berbeda dengan tanaman yang langsung
mendapat sinar matahari. Variasi Kerapatan tanaman juga mempengaruhi produksi
jagung dalam menyerap unsur hara maupun dalaam proses pertumbuhannya, hal
tersebut dikarenakan adanya kompetisi antar tanaman yang satu dengan yang lain
(Vega dalam Abuzar, et al, 2011).
Beberapa benih dalam proses perkecambahan tanaman jagung dapat tumbuh
diberbagai tempat yang memiliki suhu relatif rendah. Suhu memiiki efek pada
pengembangan tanaman setelah proses perkecambahan, karena suhu merupakan
faktor pendukung dalam proses perkecambahan. Suhu juga mempunyai hubungan
yang erat dengan cahaya, ketika cahaya terbatas maka tanaman memudar, hipokotil
tumbuh dan pertumbuhan epikotil berhenti. Sebaliknya jika tanaman yang terkena
cahaya, pertumbuhan hipokotil berhenti dan pertumbuhan epikotil normal dimulai.
Pada tahap sebelumnya tanaman muda menggunakan kotiledon pada biji sebagai
cadangan nutrisi dalam endosperma (Yilmas dalam Idikut, 2008).
Tanaman dalam fungsi fisiologis dan morfologisnya dipengaruhi oleh faktor
eksternal yang berupa lingkungannya. Respon tanaman pada lingkungan dapat dilihat
secara langsung dari perubahan morfologi atau penampilannya serta proses
fisiologisnya. Perubahan atau respon tanaman pada lingkungannya tidak dipengaruhi
oleh genetik. Jenis tanaman yang sama akan menunjukkan perubahan yang berbeda
pada setiap lingkungannya. Hal tersebut berkaitan dengan adanya usaha tanaman
untuk memenuhi kebutuhannya baik itu nutrisi, air cahaya matahari maupun udara.
Perubahan faktor lingkungan dalam jangka pendek akan menghasilkan respon
perubahan sesaat pada tanaman. perubahan lingkungan secara terus-menerus hingga
satu periode maka tanaman akan mengubah proses fisiologisnya dan terjadi adanya
evolusi organ tanaman (Jumin, 1989).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum agroekologi acara Kompetisi antar Komponen Penyusun dalam
Ekosistem, dilakukan pada hari Sabtu, 4 Oktober 2014 bertempat di Fakultas
Pertanian Universitas Jember, pukul 10.00 – 11.30 WIB.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1
1. Tanah 1 karung
2
2. Kompos 5kg

3.2.2 Alat
1. Alat tulis
1
2. Botol ukuran 1 L
2

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan media tanam yang terdiri dari tanah dan kompos dengan
perbandingan 1:1.
2. Menanam komoditas pada media dengan ketentuan berikut:

Perlakuan Waktu
Keterang- Parameter
Kelompok Tanaman Tanaman Pengamat-
an Pengamat-an
Utama Lain an
1 Jagung 1 - Ditaruh di a. Tinggi a. Tiap
benih/pot tempat tanaman minggu
terbuka b. Jumlah b. Tiap
dan daun minggu
ternaung. c. Diameter c. Tiap
Ditaruh di batang minggu
tempat d. Berat segar d. Akhir
Jagung 3
2 - terbuka tanaman pengamat
benih/pot
dan e. Berat kering an
ternaung. tanaman e. Akhir
Ditaruh di f. Ratio pengamat
tempat pucuk/akar an
Jagung 6
3 - terbuka f. Akhir
benih/pot
dan pengamat
ternaung. an
Ditaruh di
tempat
terbuka
Bayam duri dan
Jagung 1
4 (10 ternaung.
benih/pot
tanaman) Tanam 1
minggu
sebelum
jagung.
5 Jagung 1 Bayam duri Ditaruh di
benih/pot (10 tempat
tanaman) terbuka
dan
ternaung.
Tanam
bersamaa
n.
Ditaruh di
tempat
terbuka
Bayam duri dan
Jagung 1
6 (10 ternaung.
benih/pot
tanaman) Tanam 1
minggu
setelah
jagung.

3. Melakukan pengamatan dan analisis data.


4.2 Pembahasan
1. Kompetisi dapat diartikan sebagai bentuk persaingan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Bentuk kompetisi antar komponen dalam suatu ekosistem
meliputi persaingan mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Menurut
(Abadi, 2013) Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu diperhatikan kebutuhan
unsur hara dan pengaturan jarak tanamnya, agar tidak terjadi kompetisi antar tanaman
yang bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Hal ini berkaitan dengan
adanya persaingan dalam kebutuhan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh.
2.
Ternaung
40

35

30

25
Tinggi Tanaman (cm)
20
Jumlah Daun
15 Diameter Batang (cm)

10

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Tidak ternaung
40
35
30
25
Tinggi Tanaman (cm)
20
Jumlah Daun
15 Diameter Batang (cm)

10
5
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Kompetisi yang terjadi adalah, kompetesi dalam hal perebutan unsur hara tanaman,
dan cahaya matahari. Sebakin banyak jumlah populasi tanaman dalam satu lokasi
(polybag), maka persainagan pertumbuhan semakin tinggi. Tanaman akan bersaing
satu sama lainnya, dan akan melahirkan satu atau beberapa jenis tanaman yang tahan
dan berhasil hidup dalam cekaman lingkungan tersebut. Penggunaaan jarak tanam
yang terlalu rapat antara daun sesama tanaman saling menutupi akibatnya
pertumbuhan akan tinggi tanaman memanjang karena dalam bersaing dalam
mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosintesis dan produksi
tanaman tidak optimal.
Persaingan atau kompetesi merupkan perjuangan dua organisme atau lebih
untuk merbut obyek yang sama, kemampuan tanaman bersaing dengan gulma
ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat persaingan, lama persaingan,
cara budidaya, varietas yang ditanam dan tingkat kesuburan tanah. Kondisi tanaman
yang ada dalam lingkungan yang ternaung adalah bagus, karena tanamannya bersaing
dengan faktor intensitas cahaya yang sama-sama berkurang (ternaungi) dan kondisi
lingkungan yang sesuai. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung
ternaungi adalah bagus, dan hampir keseluruhan tanaman dapat hidup dengan baik.
Kondisi tanaman yang ada dalam lingkungan tidak ternaungi adalah, kondisi
tanaman yang berhasil mengalahkan cekaman lingkungan, artinya tanaman yang
dapat hidup merupakan tanaman yang mampu beradapatasi dengan lingkungannya
dan tahan terhadap persaingan yang sedemikian rupa. Tanaman jagung yang tidak
ternaungi, kondisi tanamannya kurang baik, sebab dengan kondisi iklim yang kurang
air, populasi tanaman yang banyak, dan ruang tumbuh yang sempit. Ketiga kondisi
inilah yang menyebabkan tanaman mengalami kondisi yang kurang optimal
pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Terdapat perbedaan pertumbuhan serta perkembangan dalam perlakuan
ternaung dan tidak ternaung (terbuka). Berdasarkan parameter dalam praktikum yang
terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang melalui perlakuan
ternaung dan tidak ternaung memiliki beberapa perbedaan dalam hasilnya. Parameter
tinggi tanaman dalam perlakuan ternaung umumnya lebih besar dibandingkan tinggi
tanaman dalam perlakuan tidak terlanung. Parameter jumlah daun dalam perlakuan
ternaung umumnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah daun dalam perlakuan
yang tidak ternaung. Parameter diameter batang dalam perlakuan ternaung lebih kecil
dibandingkan dengan perlakuan yang tidak ternaung.
Perlakuan yang ternaung (green house) memiliki kompetisi paling tinggi dari
masing-masing memperebutkan faktor eksternal dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung. Adapun faktor eksternalnya adalah perebutan dalam
memperoleh sinar cahaya, dalam memperoleh air, dalam memperoleh unsur hara, dll.
Alasan mengapa terjadi kompetisi yakni karena dalam satu media yakni polybag
terdapat 6 (enam) tanaman yang berhasil dalam proses perkecambahan, sehingga
dalam proses selanjutnya keenam tanaman tersebut saling berebut cahaya, air dan
unsur hara guna memenuhi kebutuhan tanaman dalam proses fotosintesis. Perlakuan
tidak ternaung (tempat terbuka) disana terjadi kompetisi yang rendah dalam
memperoleh faktor eksternal guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu
sendiri. Hal tersebut disebabkan sedikitnya jumlah tanaman yang berhasil dalam
proses perkecambahan yakni 2 (dua) tanaman dari 6 (enam) tanaman yang ditanam.
Penyebab lainnya yakni perlakuan tidak ternaung pda tanaman jagung menyebabkan
tanaman tersebut memperoleh kecukupan faktor eksternal berupa cahaya, sehingga
tanaman dalam ekologi tersebut tidak terjadi kompetisi yang tinggi.
4. Perbedaan yang terjadi pada perlakuan ternaung dan tidak ternaung adalah
tinggi, diameter batang dan jumlah daun jagung. Tanaman jagung yang diperlakukan
ternaung memiliki panjang batang lebih tinggi, jumlah daun lebih banyak dan
diameter batang yang lebih kecil dari pada tanaman yang tidak ternaung. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tersebut adalah intensitas cahaya, kualitas cahaya, lama
penyinaran yang diterima serta adaptasi tanaman terhadap lingkungannya. Diameter
batang tanaman jagung yang diperlakukan tidak ternaung memiliki diameter batang
yang lebih besar dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterima. Intensitas cahaya
berpengaruh pada pembesaran batang dan deferensiasi sel. Intensitas cahaya yang
rendah juga membuat tanaman memiliki daun berukuran lebih besar, lebih tipis,
ukuran stomata lebih besar, lapisan sel epidermis tipis, jumlah daun lebih banyak dan
ruang antar sel lebih banyak (Treshow dalam Pantilu dkk., 2012).
Menurut Cruz dalam Pantilu dkk (2012), menyatakan bahwa naungan pada
tanaman dapat mengurangi enzim fotosintetik. Enzim tersebut berfungsi sebagai
katalisator dalam fiksasi CO2. Katalisator merupakan zat yang dapat mempercepat
suatu reaksi. Naungan juga menyebabkan adanya penurunan cahaya matahari yang
diterima. Intensitas cahaya matahari yang rendah menyebabkan tanaman serealia
menyebabkan penurunan hasil produksi.
5. Lingkungan yang mempengaruhi penyesuaian distribusi (penyebaran) dan
tingkah laku meliputi cuaca, tanah, tumbuhan, binatang, dan manusia. Jika selama
proses siklus hidup terjadi tekanan dan mampu mengatasi dapat dikatakan
mempunyai kualitas persisten dalam suatu wilayah namun populasi ini tidak dapat
naik hingga tidak terbatas.
Faktor Lingkungan Yang Memengaruhi Tanaman Ternaung dan tidak Ternaung
adalah :
1. Suhu
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan,
perkembangan, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari suatu tumbuhan. Suhu
yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22oC sampai dengan 37oC. Temperatur yang
lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang
lambat atau berhenti.
2. Kelembaban
Kadar air dalam udara maupun dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan
serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan
di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan
yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.

3. Cahaya
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tumbuhan kekurangan cahaya
matahari, maka tumbuhan itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-
kuningan (etiolasi). Pada kecambah, sinar mentari justru dapat menghambat proses
pertumbuhan.
4. Tanah
Tekstur dan komposisi kimia tanah merupakan faktor utama yang menentukan
jenis tumbuhan apa yang dapat tumbuh dengan baik pada suatu lokasi tertentu,
apakah itu suatu ekosistem alam ataupun daerah pertanian. Tumbuhan yang tumbuh
secara alamiah pada jenis tanah tertentu dapat beradaptasi terhadap kandungan
mineral dan tekstur tanah tersebut dan mampu menyerap air dan mengekstraksi
nutrien esensial dari tanah tersebut.
5. Air
Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa
langsung atau tidak langsung kekurangan air pada tumbuhan akan mempengaruhi
semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tumbuhan.
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. Apabila laju
fotosintesis berkurang maka pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman sangat ditentukan oleh ada tidaknya
air. Pertumbuhan dan perkembangan akan optimal apabila air untuk keperluan
fotosintesis tersedia.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung pada perlakuan ternaung
memilki morfologi batang dengan diameter yang relative lebih kecil. Hal tersebut
disebabkan oleh kurangnya cahaya matahari yang masuk dalam ruangan. Persaingan
antar organisme sangat ketat dikarenakan spesiesnya sama, sehingga perebutan unsur
hara yang dilakukan setiap tanaman memiliki usaha yang cukup besar. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman jagung pada perlakuan tidak ternaung cenderung
memiliki morfologi batang dengan diameter yang lebih besar daripada perlakuan
ternaung. Hal ini disebabkan oleh cahaya matahari yang dibutuhkan cukup. Maka dari
itu, unsur abiotik dan perlakuan yang digunakan sangat mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta penanaman spesies yang sejenis juga
menimbulkan kompetisi yang cukup berat, karena nutrien yang dibutuhkan oleh
tanaman adalah sama.

5.2 SARAN
Sebaiknya dalam memilih benih lebih spesifik, agar tidak terjadi kegagalan
dalam pertumbuhan tanaman jagung, selain itu perawatan tanaman harus dilakukan
scararutin terutama penyiraman baik di tempat ternaung maupun tidak ternaung.
Prsktikan juga harus lebih teliti dalam mengamati hasil data pengamatanagar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan pengukuran tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, J. I., Husni T. M dan Eko. W. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Teknik
Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas L.) Jurnal Produksi Tanaman 1(2): 8-16.

Abuzar. M. R, G. U. Sadozai, M. S. Baloch, A. A. Baloch, I. H. Shah, T. Javaid dan


N. Hussain. 2011. Effect Of Plant Population Densities On Yield Of Maize.
Animal and Ilmu Tanaman, 21 (4) : 692-695.
Idikut Leyla . 2012 . The Effect Of Light Temperature And Salinity On Seed
Germination Of Three Maize Forms . Agricultural Sciences. 3(4) : 246- 253
Jumin, H. B. 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Logis. Jakarta: CV. Rajawali

Sudarma, M. I., I Ketut. S., Ketut A. Y. Dan Ni Made. P. 2012. Hubungan Antara
Keragaman Gulma dengan Penyakit Bulai pada Jagung (Zea maysL.)
Stadium Pertumbuhan Vegetatif. AGROTROP 2(1): 91-99
Sudarmadji. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan. Jember: Universitas Jember
Sudomo, A. 2009. Pengaruh Naungan Terhadappertumbuhan dan Mutu Bibit
Manglid (Manglieta Glauca Bi). Tekno Hutan Tanaman 2(2): 59 – 66
LAMPIRAN FOTO

Gambar : Jagung pada tempat ternaung

Gambar : Jagung pada tempat tidak ternaung ternaung

Anda mungkin juga menyukai