Pengaruh Rasio Baris Induk Jantan dan Betina Dua Varietas Jagung (Zea
mays L.) Terhadap Hasil dan Kualitas Benih Hibrida
Effect Of Male and Female Row Ratio Of Two Corn Varieties
(Zea mays L.) On Hybrid Seed Yield and Quality
Naufal Abiyasa Pratama*) dan Sri Lestari Purnamaningsih
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 2, Februari 2019, hlm. 346 –353
jumlah kernel per tongkol, perbandingan polen. Sedangkan pada varietas Syn01,
hasil benih dan tongkol, produktivitas lahan, jumlah polen yang terbuang lebih sedikit
dan produksi benih per hektar. Pengamatan karena tanaman betina mengalami waktu
kualitas benih meliputi distribusi ukuran pembungaan yang lebih awal daripada
benih, kadar air benih segar, kemurnian fisik tanaman jantan, sehingga sudah terdapat
benih, dan bobot 1000 butir. Data yang banyak rambut tongkol yang siap menerima
diperoleh dianalisis menggunakan uji F pada polen pada waktu polen mulai tersebar.
taraf 5%. Jika terdapat pengaruh nyata dari Penelitian Kumar et al (2016) menunjukkan
faktor rasio baris maka diuji lanjut dengan uji bahwa perbedaan umur berbunga antara
Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%, dan induk jantan dan betina berpengaruh
apabila terdapat pengaruh nyata dari faktor terhadap hasil benih jagung.
varietas maka diuji lanjut dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Pengamatan Hasil Panen
Pada variabel bobot segar 20 tongkol,
HASIL DAN PEMBAHASAN bobot segar pipil, dan bobot kering pipil yang
tercantum pada Tabel 2, varietas Syn02
Pengamatan Pembungaan secara konsisten menunjukkan nilai pada
Jumlah polen antara induk jantan rasio baris 6:1 yang lebih rendah
varietas Syn01 dan Syn02 berada pada dibandingkan dengan rasio 4:1, sedangkan
kategori yang sama dengan kisaran pada varietas Syn01 tidak ada perbedaan
produksi 1,6-1,8 juta partikel polen per hasil yang nyata di antara ketiga perlakuan
tanaman. Dari Tabel 1, pengaruh perbedaan rasio baris. Dengan adanya perbedaan
varietas terhadap umur berbunga ditemukan tersebut, varietas Syn01 menunjukkan
antara induk jantan 1 (M1) dan induk jantan kestabilan hasil yang lebih baik
2 (M2) pada kedua varietas. Apabila dilihat dibandingkan dengan Syn02. Namun
dari Gambar 1, pada varietas Syn01, induk apabila membandingkan hasil pada rasio
betina mengalami silking lebih dahulu dan baris 4:1, varietas Syn02 memiliki bobot
diikuti oleh shedding M1 dan M2. Sedangkan yang lebih besar dari Syn01 di ketiga
pada varietas Syn02, malai M1 shedding perlakuan. Perbedaan ini menunjukkan
lebih awal dan diikuti oleh silking induk betina bahwa tongkol varietas Syn02 memiliki
dan shedding M2. Salah satu masalah terkait potensi hasil yang lebih besar dari Syn01
dengan penyerbukan yaitu nicking pada kondisi penyerbukan optimal. Hal ini
(sinkronisasi) yang buruk yang kebanyakan didukung oleh perbandingan rata-rata antara
disebabkan oleh terlambatnya pertumbuhan kedua varietas yang menunjukkan bahwa
silk pada tongkol induk betina (Aldrich et al, bobot rata-rata dari ketiga perlakuan pada
1986). Varietas Syn01 memiliki waktu varietas Syn02 lebih besar dari Syn01.
berbunga yang lebih mendukung terjadinya Aldrich et al (1986) menyatakan
penyerbukan dibandingkan varietas Syn02. bahwa permasalahan pada saat tahap
Akibat waktu berbunga M1 varietas Syn02 penyerbukan dapat berdampak besar pada
yang lebih awal dibandingkan tanaman hasil panen yang diproduksi. Tingkat
betina, polen dari malai yang mengalami keberhasilan penyerbukan dapat dilihat dari
shedding paling awal terbuang karena tidak jumlah kernel per tongkol. Perlakuan rasio
adanya rambut tongkol yang sudah baris tanaman berpengaruh terhadap jumlah
mengalami anthesis dan siap menerima kernel per tongkol.
Syn01 Syn02
100% 100%
80% 80%
% Berbunga
% Berbunga
60% 60%
40% 40%
F F
20% M1 20% M1
M2 M2
0% 0%
62 64 66 68 70 72 62 64 66 68 70 72
Hari Setelah Tanam Hari Setelah Tanam
Pada varietas Syn02 jumlah kernel Salah satu faktor yang mempengaruhi pola
yang dihasilkan pada rasio baris 5:1 dan 6:1 persebaran polen adalah tanaman
lebih sedikit dari rasio 4:1, menunjukkan penghalang (barier). Tinggi, lebar, serta
performa penyerbukan yang menurun. kepadatan tanaman dapat mempengaruhi
Berbeda dengan Syn02, pada varietas kecepatan angin yang merupakan faktor
Syn01 tidak ditemukan penurunan jumlah utama terjadinya penyebaran polen
kernel yang nyata pada ketiga perlakuan, (Chamecki et al, 2011). Dalam konteks ini,
menunjukkan tingkat pengisian biji pada induk betina yang berada di dekat induk
tongkol varietas Syn01 yang lebih stabil di jantan termasuk sebagai tanaman
setiap perlakuan. penghalang bagi induk betina yang letaknya
Tingkat pengisian kernel pada barisan lebih jauh dari induk jantan. Oleh karena itu,
induk betina yang berbeda terlihat pada induk betina yang berada di barisan tengah
dokumentasi hasil tongkol per barisan, akan menerima polen dengan jumlah lebih
secara visual dapat terlihat bahwa pengisian sedikit dibandingkan dengan induk betina
kernel pada tongkol yang dihasilkan dari yang berada di barisan dekat induk jantan,
induk betina barisan tengah lebih rendah mengurangi potensi terjadinya penyerbukan
dibandingkan dengan tongkol yang dan pembentukan kernel.
dihasilkan dari induk betina yang terletak
barisan pinggir dekat dengan induk jantan.
350
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 2, Februari 2019, hlm. 346 –353
Pada variabel bobot segar tongkol per yang tidak dapat dipanen sebagai benih
tanaman, perbandingan hasil benih dan hibrida. Pada rasio 5:1, jumlah induk betina
tongkol, produktivitas lahan, serta produksi yaitu 83,33% dari total populasi, 2769
benih pada Tabel 3, varietas Syn01 tidak tanaman lebih banyak dibandingkan rasio
menunjukkan perbedaan hasil baik pada 4:1 dalam skala satu hektar. Dan pada rasio
perlakuan rasio baris 4:1, 5:1, maupun 6:1. 6:1, jumlah induk betina mencakup 85,71%
Sedangkan pada varietas Syn02 hampir dari total populasi, 1978 tanaman lebih
seluruh perlakuan berbeda satu sama lain. banyak dibandingkan rasio 5:1 atau 4747
Rasio baris 6:1 pada Syn02 memiliki nilai tanaman lebih banyak dibandingkan rasio
terendah dari ketiga perlakuan, dan hasil 4:1. Besarnya produksi benih pada rasio
paling tinggi terdapat pada rasio baris 4:1. baris yang lebih rendah dapat dikaitkan oleh
Berbeda dengan rata-rata pengamatan hasil ketersediaan serbuk sari yang cukup selama
panen dari 20 sampel tongkol jagung, periode pembungaan yang menjamin
perbandingan hasil pada rasio 4:1 antara peningkatan penyerbukan dan pembuahan
varietas Syn01 dengan Syn02 tidak berbeda untuk mendapatkan pengisian biji dan hasil
nyata. Selain itu, perbandingan rata-rata panen yang lebih tinggi (Kumar et al, 2016).
antara kedua varietas menunjukkan bahwa Rasio baris yang lebih rendah juga
bobot rata-rata dari ketiga perlakuan pada menjadikan jarak antar baris induk jantan
varietas Syn01 lebih besar dari Syn02. Hal lebih dekat. Menurut Yuyun dan Syaban
ini mengindikasikan bahwa meskipun (2017), pada rasio tanaman dengan jarak
varietas Syn02 memiliki potensi bobot per antara baris tanaman jantan yang lebih kecil,
tongkol yang lebih tinggi dari Syn01, varietas proses penyerbukan atau jatuhnya serbuk
Syn01 tetap memiliki keunggulan yaitu hasil sari ke rambut betina lebih tepat, karena
bobot tongkol per tanaman yang lebih tinggi. dalam proses penyerbukan tanaman jagung
Dikarenakan induk betina varietas Syn01 faktor yang berperan adalah angin.
rata-rata memproduksi lebih dari satu Perbedaan jumlah tanaman panen per
tongkol dengan tingkat pengisian kernel hektar berhubungan dengan variabel
yang baik dan stabil. produktivitas lahan, yaitu hasil tongkol
Perbedaan yang ditimbulkan dari tanaman jagung dalam satu hektar lahan
perlakuan rasio baris yang berbeda adalah efektif. Varietas Syn01 mengalami kenaikan
perbandingan jumlah induk betina dengan produktivitas pada rasio baris 6:1,
jantan serta perbedaan jarak antara baris menunjukkan bahwa penambahan jumlah
jantan satu dengan lainnya. Pada penelitian tanaman induk betina dapat meningkatkan
ini rasio 4:1 memiliki 80% populasi yang produktivitas lahan varietas Syn01 secara
dapat menghasilkan benih hibrida, dan nyata tanpa mengalami kehilangan hasil
sisanya yaitu 20% merupakan induk jantan secara nyata akibat berkurangnya jumlah
351
induk jantan. Lain halnya dengan varietas dibandingkan dengan tongkol varietas
Syn02 yang mengalami penurunan Syn01 pada posisi barisan yang sama.
produktivitas pada rasio 5:1 dan 6:1, hasil Menurut Sija (2013), perbedaan tinggi
yang didapat dari tambahan induk betina tanaman tetua jantan dan betina
tidak sebanding dengan kehilangan hasil berpengaruh terhadap efisiensi
akibat berkurangnya jumlah induk jantan di penyerbukan. Tanaman induk jantan yang
lahan. Hal ini menunjukkan bahwa varietas lebih tinggi dibanding tinggi tanaman induk
Syn02 membutuhkan lebih banyak induk betina dapat membantu terjadinya
jantan di lahan dibandingkan dengan penyerbukan yang lebih optimal karena
varietas Syn01. tepung sari yang dihasilkan lebih mudah
Rendahnya kemampuan penyerbukan menyerbuki bunga betina (silk) tanaman
pada varietas Syn02 dibandingkan Syn01 induk betina. Oleh karena itu, varietas Syn01
ditunjukkan dari menurunnya hasil produksi memiliki performa penyerbukan yang lebih
benih varietas Syn02 pada rasio 5:1 dan 6:1. optimal dibandingkan dengan varietas
Salah satu penyebab utamanya yaitu Syn02 akibat selisih tinggi tanaman yang
perbedaan tinggi tanaman induk jantan dan lebih besar di antara kedua induk.
betina. Berdasarkan deskripsi varietas, induk
betina varietas Syn01 memiliki tinggi Pengamatan Kualitas Benih
tanaman ±198 cm dan tinggi induk jantannya Hasil uji F tidak menunjukkan adanya
±200 cm. Pada varietas Syn02, tinggi induk pengaruh perlakuan rasio baris terhadap
betina mencapai ±280 cm, sedangkan tinggi variabel kualitas benih yang ditampilkan
induk jantannya lebih rendah, hanya ±195 pada Tabel 4. Kualitas benih hanya
cm. Setelah proses detasseling, selisih dipengaruhi oleh perbedaan varietas yang
perbedaan tinggi induk jantan varietas digunakan. Pada variabel distribusi ukuran
Syn01 dengan induk betinanya akan benih, varietas Syn02 memiliki lebih banyak
semakin besar karena induk betina benih berukuran besar dibandingkan dengan
kehilangan malai serta sepasang daun Syn01. Perbedaan tersebut dapat
dibawahnya. Sedangkan pada varietas disebabkan oleh perbedaan genotip,
Syn02, hilangnya malai dan daun teratas perbedaan tingkat pengisian biji pada
akan mengurangi selisih tinggi induk betina tongkol, atau interaksi keduanya. Karakter
dengan induk jantannya, menjadikan bentuk dan ukuran kernel jagung memiliki
ketinggian antara kedua induk hampir sama. hubungan secara genotip maupun fenotip
Dokumentasi menunjukkan bahwa tongkol (Liu et al, 2016). Menurut Mubarakkan
varietas Syn02 yang dihasilkan dari induk (2012), perbedaan jumlah baris biji per
betina di barisan tengah memiliki tingkat tongkol dan jumlah biji per baris berpengaruh
pengisian kernel yang jauh lebih rendah terhadap besar kecilnya biji yang dihasilkan.
352
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 2, Februari 2019, hlm. 346 –353