SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA KERAGAAN
DAYA HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI GALUR-GALUR
GANDUM (Triticum aestivum L.)
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr
PRAKATA
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
penulis berharap semoga apa yang terdapat di dalam tesis ini dapat dimanfaatkan
bagi semua elemen yang berkepentingan dan semoga Allah SWT senantiasa
memberikan Ridho dan ampunan-Nya. Amin
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 2
1.3 Hipotesis Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Tanaman gandum 4
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Gandum 4
2.3 Pemuliaan Gandum untuk Toleransi terhadap
Cekaman Abiotik 5
2.4 Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Gandum 6
2.5 Interaksi Genotipe x Lingkungan 7
2.6 Kandungan Nutrisi 7
3 INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN TERHADAP
KERAGAAN DAYA HASIL GALUR-GALUR HARAPAN
GANDUM (Triticum aestivum L.) 9
Abstract 9
Abstrak 9
3.1 Pendahuluan 10
3.2 Metode Penelitian 11
3.3 Hasil dan Pembahasan 14
3.4 Simpulan 26
4 ANALISIS KANDUNGAN NUTRISI GALUR-GALUR
HARAPAN GANDUM (Triticum aestivum L.) HASIL
PERSILANGAN OASIS X HP1744 27
Abstract 27
Abstrak 27
4.1 Pendahuluan 28
4.2 Metode Penelitian 29
4.3 Hasil dan Pembahasan 32
4.4 Simpulan 36
5 PEMBAHASAN UMUM 37
6 SIMPULAN DAN SARAN 39
6.1 Simpulan 39
6.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN 44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 49
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Uji Adaptasi
Analisis GxE
Gambar 1. Bagan alir penelitian analisis GxE dan kandungan nutrisi galur-galur
gandum.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Malai gandum umumnya keluar sempurna (heading stage) pada suhu 13-25 ºC.
pertumbuhan tabung polen menempel di stigma. Periode pengisian biji umumnya
sekitar 14-21 hari setelah terjadi fertilisasi (Acquaah 2007).
Tanaman gandum yang normal memiliki dua macam akar, yaitu akar
kecambah dan akar adventif. Akar kecambah merupakan akar pertama yang
tumbuh dari embrio, sedangkan akar adventif adalah akar yang berkembang dari
buku dasar tumbuh setelah akar embrio. Sistem perakaran tanaman gandum
dibentuk oleh akar adventif. Sistem perakaran dengan perakaran serabut dan
kedalaman perakaran gandum sekitar 10-30 cm di bawah permukaan tanah.
Batang gandum tegak, berbentuk silinder, dan membentuk tunas. Ruas-ruasnya
pendek dan buku-bukunya umumnya berongga. Rata-rata tanaman dewasa
memiliki enam ruas buku. Anakan primer dari buku batang utama terus
berkembang menjadi anakan-anakan sekunder dan tersier sehingga membentuk 12
rumpun. Tinggi tanaman gandum bervariasi tergantung genotipe dan lingkungan
tumbuh. Daun pertama yang tumbuh disebut koleoptil berongga dan berbentuk
silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Setiap
daun gandum terdiri dari tangkai pelepah, helai daun, dan ligula dengan dua
pasang telinga pada dasar helai daun. Tulang daun sejajar dan memanjang
(Nurmala 1980).
Faktor temperatur dan curah hujan merupakan faktor dominan yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Tanaman gandum
beradaptasi sangat baik pada lingkungan bertemperatur rendah dengan temperatur
optimalnya sekitar 10-210C dengan curah hujan tidak lebih dari 40-60 mm/tahun
(Acquaah 2007). Di Indonesia kondisi lingkungan tersebut berada di wilayah
agroekosistem berelevasi tinggi. Selain itu, tanaman gandum memerlukan tingkat
kelembaban yang rendah. Pada kelembaban 40%, gandum dapat tumbuh dengan
baik sampai suhu 28 ºC. Namun, pada kelembaban 80% tanaman gandum hanya
dapat tumbuh pada suhu 23ºC (Van Ginkel & Villareal 1996).
dengan memanfaatkan mutagen fisik dan kimia sebagai agen penginduksi mutasi.
Induksi mutasi dapat menghasilkan alel baru sehingga karakter fenotipe dapat
dihasilkan. Rekayasa genetik merupakan pendekatan untuk peningkatan
keragaman genetik berbasis gen pada level seluler.
Identifikasi dan penyaringan awal genotipe - genotipe toleran akan
menentukan keberhasilan program pemuliaan selanjutnya. Berdasarkan
lingkungan seleksi, seleksi dan identifikasi genotipe toleran dapat dilakukan
dengan dua pendekatan yaitu seleksi langsung di lingkungan target (direct
breeding) dan seleksi tidak langsung di lingkungan optimal (indirect breeding).
Menurut Ceccareli et al. (2007) dalam Wirnas (2007) seleksi untuk perbaikan
toleransi cekaman harus dilakukan di lingkungan target sehingga dapat
memaksimalkan ekspresi gen – gen yang mengendalikan daya adaptasi tanaman.
Keberhasilan seleksi di lingkungan target ditentukan oleh pemilihan
karakter seleksi. Seleksi pada lingkungan bercekaman umumnya tidak
menggunakan seleksi langsung atau seleksi berdasarkan hasil, karena pada
lingkungan bercekaman sangat sulit memisahkan variabel – variabel lingkungan
yang dapat menurunkan hasil. Seleksi tidak langsung menjadi pilihan untuk
melakukan seleksi pada lingkungan bercekaman. Seleksi tidak langsung
didasarkan kepada karakter toleransi yang berkontribusi atau memiliki pengaruh
langsung yang tinggi untuk daya hasil dan memiliki heritabilitas yang tinggi untuk
mendukung kemajuan genetik yang akan dicapai. Karakter – karakter toleransi
pada tanaman dapat meliputi karakter morfologi, karakter anatomi, karakter
fisiologi, karakter molekuler, dan karakter komponen hasil.
Penggabungan karakter - karakter toleransi ke dalam satu genotipe
tanaman dapat dilakukan melalui persilangan. Fehr (1987) mengemukakan bahwa
pada umumnya kultivar baru gandum dihasilkan melalui hibridisasi buatan.
Hibridisasi gandum secara buatan pertama kali dilakukan sekitar tahun 1890.
Lebih lanjut Fehr (1987) menyebutkan di Amerika, A.E. Blount, W.J. Spillman,
dan L.F. Waldron adalah orang – orang yang pertama melakukan hibridisasi
buatan dalam merakit kultivar baru gandum. Kultivar – kultivar yang telah mereka
hasilkan yaitu Gypsum, Hybrid 128 dan Ceres.
lebih cepat, penurunan berat bulir, biji keriput, berkurangnya laju akumulasi pati
serta perubahan komposisi lipid dan polipeptida (Stone 2001).
lemak 8-13%, mineral 4,5% dan sejumlah vitamin lainnya (Sramkova et al.,
2009).
Biji gandum utuh terdiri dari tiga komponen utama yaitu bran (kulit atau
sekam sekitar 13%), endosperma (sekitar 85%), dan germ (sekitar 2%). Bran
merupakan lapisan kasar terluar dari biji. Bran memiliki 50% hingga 80% mineral
dalam biji, meliputi besi, seng, tembaga, dan magnesium, juga cukup banyak
serat, vitamin B, sedikit protein, senyawa fitokimia, dan komponen bioaktif lain.
Endosperma kaya akan karbohidrat dan protein (contoh: gluten) dengan sedikit
vitamin B, sehingga endosperma memberikan asupan energi cukup besar. Germ
merupakan bagian terkecil dari ketiga komponen, namun kaya akan mikro
mineral, lemak tak jenuh, vitamin B, antioksidan, dan senyawa fitokimia (Price &
Martin 2000).
9
Abstract
Abstrak
Kebutuhan terhadap gandum di Indonesia setiap tahun cenderung meningkat
seiring meningkatnya populasi penduduk. Gandum menghendaki lingkungan
tumbuh dengan rentang suhu 100C - 250C. Namun, pengembangan gandum di
Indonesia tidak harus menggunakan daerah berelevasi tinggi (> 800 m dpl),
karena itu akan bersaing dengan komoditas hortikultura. Pengembangan gandum
di Indonesia perlu diarahkan pada daerah yang berelevasi menengah (400-800 m
dpl) hingga rendah (<400 m dpl). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
informasi pengaruh interaksi genotipe x lingkungan terhadap keragaan karakter
agronomi gandum di dataran tinggi dan menengah. Penelitian dilakukan di dua
lokasi yang berbeda yaitu di lahan pertanian Desa Cilember, Cisarua, Kabupaten
Bogor dengan ketinggian ± 600 m dpl dan di Malino, Sulawesi Selatan, dengan
10
ketinggian ± 1600 m dpl. Materi genetik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 25 galur hasil persilangan Oasis x HP1744, empat varietas unggul nasional
sebagai pembanding yakni Guri 1, Guri 2, Selayar dan Dewata serta dua galur
introduksi Oasis dan HP1744 sebagai tetua. Percobaan di setiap lokasi
menggunakan RKLT dengan 3 ulangan dimana galur sebagai faktor tetap dan
lokasi sebagai faktor acak. Data dianalisis menggunakan software SAS versi 9.0.
Daya hasil gandum di Malino lebih baik dengan bobot biji per tanaman sebesar
43.46 g, bobot 1000 biji sebesar 42.5 g dan potensial hasil sebesar 3.90 ton/ha
untuk galur O/HP-22-A27-1-10. Terdapat pengaruh interaksi genotipe x
lingkungan pada peubah umur berbunga dan hasil di dua elevasi.
Kata kunci: Elevasi tinggi, komponen hasil, heritabilitas, interaksi, galur gandum.
3.1 Pendahuluan
Kebutuhan terhadap gandum di Indonesia setiap tahun cenderung
meningkat seiring meningkatnya populasi penduduk dan meningkatnya produk
olahan berbasis tepung terigu. Pemenuhan kebutuhan gandum di Indonesia
sebagian besar diperoleh dari impor. Tahun 2016, Indonesia mengimpor gandum
sebesar 8.10 juta ton (FAO 2016). Nilai tersebut lebih tinggi dibanding nilai impor
gandum pada tahun 2015 (7.39 juta ton) dan 2014 (7.49 juta ton). Sovan (2002)
menyatakan bahwa untuk menekan impor gandum, Indonesia perlu melakukan
upaya untuk memproduksi gandum dalam negeri. Produksi gandum dalam negeri
perlu didukung oleh ketersediaan varietas gandum dan penerapan teknologi
budidaya yang sesuai dengan kondisi agroklimat di Indonesia.
Menurut Sastrosoemarjo et al. (2004), gandum menghendaki lingkungan
tumbuh dengan rentang suhu 100C - 250C dan curah hujan 350 mm – 1250 mm
per tahun sehingga budidaya gandum di Indonesia hanya bisa dilakukan di dataran
tinggi (>1000 mdpl). Pengembangan areal pertanaman gandum di Indonesia
diharapkan tidak menggunakan daerah-daerah berelevasi tinggi (> 800 m dpl),
karena akan bersaing dengan komoditas hortikultura. Pengembangan gandum di
Indonesia perlu diarahkan pada daerah berelevasi menengah (400-800 m dpl)
sampai rendah (< 400 m dpl). Permasalahan yang dihadapi dalam upaya
pengembangan gandum di Indonesia yaitu perbedaan kesesuaian kondisi
agroklimat dan belum tersedianya varietas yang mampu beradaptasi baik pada
daerah dataran menengah. Perbedaan kesesuaian kondisi agroklimat yang
dominan menurut Acquaah (2007) yaitu perbedaan faktor suhu sehingga faktor
tersebut menentukan pertumbuhan dan perkembangan gandum.
Tahun 1993 telah dilepas varietas gandum dari hasil pemuliaan tanaman
melalui metode introduksi yaitu varietas Nias. Varietas Nias berasal dari galur
Thai-88 yang diintroduksi dari Thailand. Introduksi merupakan upaya pemuliaan
tanaman dengan cara mendatangkan sumber genetik baru dari luar negeri,
selanjutnya dilakukan uji adaptasi di daerah setempat dan dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 900 m dpl (Jusuf 2002). Tahun 2003 telah berhasil dirilis
varietas gandum yang lebih adaptif pada ketinggian 1000 m dpl yaitu varietas
Selayar dan Dewata (Dahlan et al. 2003).
Menurut Sovan (2002), Indonesia perlu melakukan upaya produksi
gandum dalam negeri untuk menekan impor gandum. Salah satu upaya untuk
memperoleh gandum yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia adalah dengan
11
3. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang hingga ujung malai
(spikes), tidak termasuk bulu malai (awnless) dan dilakukan menjelang
panen.
4. Panjang malai (cm), diukur dari cabang malai paling bawah (pangkal)
sampai ujung malai, tidak termasuk bulu malai (awnless) dan dilakukan
menjelang panen.
5. Jumlah biji per malai, diambil dari 10 malai contoh dan dihitung pada saat
perontokan biji.
6. Jumlah spikelet per malai, dihitung setelah dilakukan pengukuran panjang
malai.
7. Jumlah floret per malai, dihitung setelah dilakukan pengukuran panjang
malai dan penghitungan jumlah spikelet per malai dengan cara
merontokkan spikelet dari malai.
8. Jumlah floret hampa per malai, dilakukan pada saat panen.
9. Jumlah biji per malai, dihitung pada saat perontokan biji.
10. Bobot 1000 biji (g), diambil secara acak setelah biji dikeringkan kemudian
ditimbang.
11. Potensi hasil (ton ha-1), yaitu bobot seluruh biji tanaman di setiap plot. Biji
ditimbang setelah dikeringkan.
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan dari galur ke-i dan kelompok ke-j;
μ = nilai rataan umum;
Gi = pengaruh galur ke-i;
Kj = pengaruh ulangan ke-j
εij = pengaruh galat percobaan pada galur ke-i dan ulangan ke-j.
13
Tabel 3.1 Analsis ragam dan kuadrat tengah harapan karakter agronomi gandum
pada masing-masing lokasi.
Sumber Derajat Bebas Kuadrat Kuadrat Tengah Harapan
Keragaman (DB) Tengah (KT) E(KT)
(SK)
Ulangan r-1 M1
Galur g-1 M2 σ2 + rσ2g
Galat (g-1)(r-1) M3 σ2
Total Gr
r = banyaknya ulangan, g = banyaknya galur, σ2g = ragam galur, σ2 = ragam galat
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan galur ke-i ulangan ke-j lokasi ke-k
μ = nilai rataan umum karakter yang diamati
Gi = pengaruh galur ke-i
Kj = pengaruh ulangan ke-j
Lk = pengaruh lokasi ke-k
(GL)ik = pengaruh interaksi galur ke-i lokasi ke-k
εijk = pengaruh galat percobaan galur ke-i ulangan ke-j lokasi ke-k
Tabel 3.2 Analisis ragam gabungan model acak
SK DB KT E(KT)
Lokasi (L) l-1 M5 σ2 + rσ2gl + gσ2r/l + rg σ2l
Ulangan/Lokasi l(r-1) M4 σ2 + gσ2r/l
Galur (G) g-1 M3 σ2 + rσ2gl + lrσ2g
GxL (g-1)(l-1) M2 σ2 + rσ2gl
Galat l(r-1)(g-1) M1 σ2
r = banyaknya ulangan, l = lokasi, g = banyaknya galur, σ2g = ragam galur, σ2gl =
ragam interaksi, σ2 = ragam galat
Menurut Hallauer dan Miranda (1995), ragam fenotipik (σ2P), ragam
genotipik (σ2G), ragam interaksi (σ2 GxE) dihitung sebagai berikut:
σ2 P = σ2G+ σ2GxE + σ2E
2
σG = (M3 – M2) / rl
2
σ GxE = (M2 – M1) / r
σ2 E = M1/rl
Menurut Stansfield (1983) nilai duga heritabilitas dan kriterianya dihitung
dengan menggunakan rumus :
σ2 G
2
h (bs) = x 100%
σ2 P
15
Tabel 3.3 Keragaan tinggi tanaman dan umur panen galur gandum introduksi dan
varietas nasional di dua lingkungan.
Tinggi tanaman (cm) Umur panen (hari)
No Galur/Varietas Cisarua Malino Cisarua Malino
X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD
1 O/HP-12-A28-5-1 50.3 ± 1.1 68.4 ± 3.6 93.33 ± 0.6 113.0 ± 12.3
2 O/HP-78-A-29-3-3 53.9 ± 5.8 69.4 ± 2.4 93.00 ± 0.0 106.7 ± 8.6
3 O/HP-82-A-15-1-4 48.5± 7.0 68.4 ± 6.5 93.33 ± 0.6 108.3 ± 11.4
4 O/HP-78-A2-2-5 47.6 ± 3.9 67.0 ± 2.8 93.00 ± 0.0 114.3 ± 13.4
5 O/HP-12-A1-1-9 53.2 ± 5.9 67.4 ± 0.7 93.33 ± 0.6 112.7 ± 11.9
6 O/HP-78-A22-3-7 47.8 ± 2.4 66.4 ± 1.9 93.00 ± 0.0 118.3 ± 2.9
7 O/HP-78-A22-5-10 52.4 ± 6.1 66.3 ± 1.0 93.33 ± 0.6 114.0 ± 13.0
8 O/HP-6-A8-2-10 54.3 ± 5.8 68.4 ± 3.0 93.33 ± 0.6 112.3 ± 11.6
9 O/HP-22-A27-1-10 52.1 ± 3.0 66.5 ± 1.8 93.33 ± 0.6 118.7 ± 2.1
10 O/HP-93-A1-1-3 53.5 ± 5.9 69.5 ± 2.3 93.00 ± 0.0 115.0 ± 8.7
11 O/HP-14-A19-1-8 54.7 ± 3.4 63.3 ± 2.3 93.33 ± 0.6 119.7 ± 2.1
12 O/HP-12-A5-4-5 50.0 ± 6.4 70.9 ± 0.3 93.33 ± 0.6 112.7 ± 12.1
13 O/HP-12-A25-3-7 55.3 ± 6.5 68.2 ± 0.8 93.33 ± 0.6 111.7 ± 11.2
14 O/HP-82-A7-2-6 52.5 ± 5.5 65.2 ± 0.9 93.00 ± 0.0 117.7 ± 2.9
15 O/HP-49-A1-1-4 49.5 ± 4.0 68.5 ± 1.8 93.00 ± 0.0 111.0 ± 10.4
16 O/HP-78-A2-1-9 48.0 ± 0.9 68.2 ± 3.4 93.33 ± 0.6 110.7 ± 11.1
17 O/HP-14-A21-5-7 50.9 ± 3.2 65.8 ± 3.7 93.00 ± 0.0 113.0 ± 12.1
18 O/HP-14-A10-2-10 50.6 ± 5.8 64.5 ± 1.0 93.33 ± 0.6 118.3 ± 5.5
19 O/HP-78-A2-5-2 55.1 ± 6.8 72.4 ± 2.0 93.00 ± 0.0 119.3 ± 1.2
20 O/HP-12-A25-2-6 55.8 ± 7.2 67.8 ± 1.5 93.33 ± 0.6 113.0 ± 7.6
21 O/HP-14-A10-3-3 50.4 ± 6.2 65.6 ± 0.8 93.33 ± 0.6 118.7 ± 2.1
22 O/HP-82-A15-2-3 54.8 ± 4.2 68.0 ± 1.7 93.00 ± 0.0 118.7 ± 3.1
23 O/HP-93-A3-1-9 46.2 ± 0.8 65.9 ± 4.7 93.00 ± 0.0 111.0 ± 10.4
24 O/HP-12-A23-1-10 60.3 ± 6.9 65.1 ± 2.5 93.00 ± 0.0 119.3 ± 2.3
25 O/HP-12-A1-2-2 48.7 ± 1.7 68.4 ± 1.7 93.33 ± 0.6 106.0 ± 7.6
26 Guri 1 55.0 ± 5.9 70.5 ± 4.7 93.33 ± 0.6 119.3 ± 3.1
27 Guri 2 52.2 ± 8.7 66.5 ± 0.8 93.00 ± 0.0 122.7 ± 2.5
28 Selayar 56.9 ± 1.9 71.0 ± 2.8 93.33 ± 0.6 108.0 ± 10.8
29 Dewata 57.4 ± 7.5 78.1 ± 3.0 93.33 ± 0.6 123.0 ± 0.0
30 Oasis 53.9 ± 9.6 73.7 ± 3.2 93.33 ± 0.6 114.3 ± 8.1
31 HP1744 53.2 ± 4.6 70.2 ± 0.5 93.33 ± 0.6 108.7 ± 11.9
Pembanding (26 s/d 31) 54.8 ± 2.1 71.7 ± 3.9 93.28 ± 0.1 116.0 ± 6.7
17
Tabel 3.4 Keragaan jumlah biji per malai dan potensi hasil galur gandum
introduksi dan varietas nasional di dua lingkungan
Jumlah biji per malai Potensi hasil (ton ha-1)
No Galur/Varietas Cisarua Malino Cisarua Malino
X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD
1 O/HP-12-A28-5-1 29.9 ± 2.6 41.1 ± 7.6 2.08 ± 0.0 2.7 ± 0.6
2 O/HP-78-A-29-3-3 33.4 ± 3.6 45.4 ± 0.7 2.14 ± 0.3 2.5 ± 0.0
3 O/HP-82-A-15-1-4 31.2 ± 3.3 41.1 ± 2.6 2.33 ± 0.4 2.7 ± 0.6
4 O/HP-78-A2-2-5 28.3 ± 3.1 33.8 ± 0.9 1.94 ± 0.2 3.1 ± 0.9
5 O/HP-12-A1-1-9 30.6 ± 5.1 43.2 ± 6.9 2.33 ± 0.4 3.0 ± 0.8
6 O/HP-78-A22-3-7 28.0 ± 3.5 46.3 ± 1.7 1.92 ± 0.1 3.3 ± 0.3
7 O/HP-78-A22-5-10 28.8 ± 1.3 45.8 ± 1.9 2.16 ± 0.4 2.8 ± 0.2
8 O/HP-6-A8-2-10 32.5 ± 2.2 46.0 ± 3.1 2.53 ± 0.5 2.7 ± 0.4
9 O/HP-22-A27-1-10 32.3 ± 3.0 49.3 ± 2.6 2.29 ± 0.1 3.9 ± 0.4
10 O/HP-93-A1-1-3 31.8 ± 5.0 43.3 ± 4.6 2.38 ± 0.2 3.0 ± 0.8
11 O/HP-14-A19-1-8 28.4 ± 6.1 40.0 ± 5.9 2.24 ± 0.2 1.6 ± 0.2
12 O/HP-12-A5-4-5 29.6 ± 5.0 46.3 ± 7.5 2.29 ± 0.4 3.3 ± 0.2
13 O/HP-12-A25-3-7 31.4 ± 3.0 43.1 ± 3.7 2.07 ± 0.2 1.9 ± 0.0
14 O/HP-82-A7-2-6 30.1 ± 4.6 41.5 ± 4.8 2.00 ± 0.3 2.3 ± 0.3
15 O/HP-49-A1-1-4 29.3 ± 5.6 40.2 ± 5.8 1.92 ± 0.1 2.9 ± 0.3
16 O/HP-78-A2-1-9 31.3 ± 1.2 44.6 ± 0.8 2.14 ± 0.2 2.7 ± 0.3
17 O/HP-14-A21-5-7 29.3 ± 3.0 41.7 ± 1.0 2.25 ± 0.2 2.7 ± 0.3
18 O/HP-14-A10-2-10 27.6 ± 5.1 45.9 ± 2.9 2.44 ± 0.4 1.9 ± 0.1
19 O/HP-78-A2-5-2 32.2 ± 1.9 36.8 ± 1.8 2.46 ± 0.6 2.6 ± 0.4
20 O/HP-12-A25-2-6 32.7 ± 2.8 45.4 ± 5.4 2.28 ± 0.2 2.6 ± 0.3
21 O/HP-14-A10-3-3 29.9 ± 4.6 42.4 ± 0.4 2.17 ± 0.2 2.0 ± 0.2
22 O/HP-82-A15-2-3 32.2 ± 0.5 47.3 ± 6.5 2.25 ± 0.7 3.3 ± 0.7
23 O/HP-93-A3-1-9 27.8 ± 2.5 43.7 ± 6.0 2.10 ± 0.2 3.0 ± 0.2
24 O/HP-12-A23-1-10 32.3 ± 1.9 49.0 ± 4.5 2.37 ± 0.7 1.8 ± 0.5
25 O/HP-12-A1-2-2 30.2 ± 2.5 43.7 ± 2.8 2.31 ± 0.4 2.7 ± 0.5
26 Guri 1 32.0 ± 4.0 47.3 ± 5.5 2.01 ± 0.2 2.8 ± 0.4
27 Guri 2 31.9 ± 1.2 48.7 ± 4.3 2.37 ± 0.3 2.3 ± 0.1
28 Selayar 33.3 ± 2.1 46.3 ± 2.6 2.20 ± 0.4 3.4 ± 0.1
29 Dewata 35.9 ± 8.2 48.5 ± 6.7 1.91 ± 0.2 2.4 ± 0.2
30 Oasis 31.8 ± 4.0 49.4 ± 4.7 2.22 ± 0.1 3.9 ± 0.2
31 HP1744 32.3 ± 3.5 47.5 ± 2.8 2.07 ± 0.3 2.9 ± 0.0
Pembanding (26 s/d 31) 32.9 ± 1.6 47.9 ± 1.1 2.13 ± 0.2 2.9 ± 0.6
18
Tabel 3.5 Keragaan umur berbunga dan panjang malai galur gandum introduksi
dan varietas nasional di dua lingkungan.
Umur berbunga (hari) Panjang malai (cm)
No Galur/Varietas Cisarua Malino Cisarua Malino
X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD
1 O/HP-12-A28-5-1 44.3 ± 2.1 58.3 ± 2.5 7.8 ± 0.4 8.6 ± 0.3
2 O/HP-78-A-29-3-3 44.3 ± 1.2 56.0 ± 0.0 8.0 ± 0.1 8.9 ± 0.2
3 O/HP-82-A-15-1-4 44.0 ± 1.7 60.0 ± 1.0 7.4 ± 0.4 8.2 ± 0.7
4 O/HP-78-A2-2-5 44.0 ± 1.7 60.0 ± 2.6 7.8 ± 0.2 8.0 ± 0.1
5 O/HP-12-A1-1-9 44.0 ± 1.7 60.0 ± 1.7 7.8 ± 0.5 8.8 ± 0.5
6 O/HP-78-A22-3-7 43.3 ± 1.5 58.0 ± 1.7 7.4 ± 0.7 9.1 ± 0.2
7 O/HP-78-A22-5-10 44.0 ± 1.7 59.0 ± 1.0 7.6 ± 0.5 8.3 ± 0.8
8 O/HP-6-A8-2-10 44.3 ± 2.1 59.0 ± 0.0 7.5 ± 0.3 9.4 ± 0.3
9 O/HP-22-A27-1-10 43.6 ± 2.1 57.7 ± 1.5 7.6 ± 0.8 9.3 ± 0.3
10 O/HP-93-A1-1-3 44.0 ± 1.0 59.3 ± 4.2 7.4 ± 0.1 8.4 ± 1.1
11 O/HP-14-A19-1-8 43.7 ± 2.1 59.0 ± 1.7 7.8 ± 0.5 8.5 ± 0.8
12 O/HP-12-A5-4-5 44.7 ± 1.5 58.6 ± 2.5 7.8 ± 0.3 9.4 ± 0.3
13 O/HP-12-A25-3-7 43.7 ± 2.1 56.3 ± 2.5 7.5 ± 0.5 8.9 ± 0.2
14 O/HP-82-A7-2-6 44.3 ± 1.2 57.7 ± 2.9 7.4 ± 0.4 8.8 ± 0.4
15 O/HP-49-A1-1-4 43.3 ± 1.5 56.7 ± 1.2 7.5 ± 0.6 8.6 ± 0.4
16 O/HP-78-A2-1-9 44.0 ± 1.7 55.0 ± 4.6 7.5 ± 0.2 8.8± 0.2
17 O/HP-14-A21-5-7 43.7 ± 1.2 58.7 ± 0.6 7.6 ± 0.4 8.7 ± 0.5
18 O/HP-14-A10-2-10 44.3 ± 2.1 63.7 ± 4.6 7.9 ± 0.4 8.7 ± 0.3
19 O/HP-78-A2-5-2 44.0 ± 1.7 59.0 ± 0.0 7.6 ± 0.8 8.1 ± 0.5
20 O/HP-12-A25-2-6 44.7 ± 1.5 57.3 ± 2.9 8.0 ± 0.3 9.2 ± 0.4
21 O/HP-14-A10-3-3 44.7 ± 1.5 57.3 ± 1.2 7.6 ± 0.3 8.5 ± 0.9
22 O/HP-82-A15-2-3 44.0 ± 1.7 58.7 ± 2.5 7.8 ± 0.3 8.6 ± 0.7
23 O/HP-93-A3-1-9 42.7 ± 0.6 58.7 ± 1.7 7.7 ± 0.2 8.6 ± 0.4
24 O/HP-12-A23-1-10 44.3 ± 1.2 58.3 ± 2.5 8.2 ± 0.2 8.7 ± 0.4
25 O/HP-12-A1-2-2 44.3 ± 2.1 56.0 ± 2.3 7.3 ± 0.6 8.9 ± 0.5
26 Oasis 44.7 ± 1.5 62.3 ± 2.1 8.0 ± 0.8 9.4 ± 0.4
27 HP1744 44.7 ± 1.5 58.0 ± 1.7 8.2 ± 0.2 9.7 ± 0.2
28 Guri 1 44.7 ± 1.5 58.7 ± 2.5 7.9 ± 0.4 8.8 ± 0.7
29 Guri 2 44.0 ± 1.7 65.7 ± 4.2 7.6 ± 0.3 8.7 ± 0.7
30 Selayar 44.0 ± 2.0 59.7 ± 1.5 7.7 ± 0.6 8.8 ± 0.6
31 Dewata 44.3 ± 2.1 66.7 ± 4.9 8.4 ± 0.5 9.7± 0.3
Pembanding (26 s/d 31) 44.4 ± 1.7 61.8 ± 2.8 8.0 ± 0.5 9.2 ± 0.5
20
Tabel 3.6 Keragaan jumlah floret dan jumlah floret hampa galur gandum
introduksi dan varietas nasional di dua lingkungan.
Jumlah floret Jumlah floret hampa
No Galur/Varietas Cisarua Malino Cisarua Malino
X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD
1 O/HP-12-A28-5-1 34.9 ± 4.7 49.5 ± 4.2 5.0 ± 2.8 8.4 ± 3.4
2 O/HP-78-A-29-3-3 36.7 ± 4.9 57.6 ± 7.5 3.3 ± 3.1 12.6 ± 6.9
3 O/HP-82-A-15-1-4 34.0 ± 5.4 50.7 ± 0.9 2.8 ± 2.4 9.7 ± 1.7
4 O/HP-78-A2-2-5 35.2 ± 4.0 49.4 ± 6.1 6.8 ± 2.3 15.6 ± 7.1
5 O/HP-12-A1-1-9 36.3 ± 4.5 57.0 ± 13.8 5.7 ± 3.0 13.9 ± 7.0
6 O/HP-78-A22-3-7 34.7 ± 3.1 50.1 ± 2.2 6.7 ± 5.3 3.8 ± 1.6
7 O/HP-78-A22-5-10 34.1 ± 1.2 60.3 ± 6.9 5.2 ± 0.7 14.5 ± 5.0
8 O/HP-6-A8-2-10 38.0 ± 6.4 52.1 ± 0.5 5.6 ± 4.5 6.1 ± 2.6
9 O/HP-22-A27-1-10 37.4 ± 0.1 53.7 ± 0.6 5.1 ± 3.0 4.4 ± 2.9
10 O/HP-93-A1-1-3 35.7 ± 4.6 50.3 ± 0.9 3.9 ± 2.5 18.8 ± 3.7
11 O/HP-14-A19-1-8 34.7 ± 3.1 50.8 ± 7.7 6.4 ± 3.0 10.8 ± 5.6
12 O/HP-12-A5-4-5 36.7 ± 1.2 51.6 ± 2.0 7.1 ± 4.2 5.3 ± 7.1
13 O/HP-12-A25-3-7 34.4 ± 1.0 52.9 ± 1.5 3.0 ± 3.8 9.8 ± 2.2
14 O/HP-82-A7-2-6 34.5 ± 3.5 52.2 ± 4.2 4.3 ± 1.6 10.7 ± 8.3
15 O/HP-49-A1-1-4 36.2 ± 8.9 54.0 ± 1.4 6.9 ± 3.6 13.9 ± 5.0
16 O/HP-78-A2-1-9 33.6 ± 1.3 47.6 ± 2.9 2.3 ± 2.2 3.0 ± 2.7
17 O/HP-14-A21-5-7 33.7 ± 1.6 48.8 ± 3.2 4.4 ± 2.4 7.1 ± 2.2
18 O/HP-14-A10-2-10 34.4 ± 3.7 49.8 ± 2.3 6.8 ± 4.8 4.0 ± 2.7
19 O/HP-78-A2-5-2 35.0 ± 4.7 49.2 ± 0.5 2.8 ± 2.8 12.4 ± 1.9
20 O/HP-12-A25-2-6 35.3 ± 3.5 49.7 ± 4.3 2.7 ± 2.8 4.3 ± 6.3
21 O/HP-14-A10-3-3 34.1 ± 3.6 50.9 ± 1.9 4.2 ± 1.6 8.5 ± 2.3
22 O/HP-82-A15-2-3 35.1 ± 2.2 51.2 ± 3.8 2.9 ± 2.7 3.9 ± 3.5
23 O/HP-93-A3-1-9 32.1 ± 3.0 49.5 ± 4.8 4.3 ± 5.5 5.8 ± 1.2
24 O/HP-12-A23-1-10 36.8 ± 3.0 53.3 ± 3.5 4.4 ± 2.3 4.3 ± 3.9
25 O/HP-12-A1-2-2 35.5 ± 1.8 52.0 ± 4.0 5.3 ± 3.7 8.3 ± 4.5
26 Oasis 34.3 ± 3.6 52.3 ± 6.8 2.6 ± 0.4 2.9 ± 3.2
27 HP1744 37.4 ± 02 54.9 ± 3.9 5.1 ± 3.5 7.4 ± 1.1
28 Guri 1 34.0 ± 2.6 49.9 ± 1.2 2.0 ± 1.5 2.6 ± 4.6
29 Guri 2 33.5 ± 1.4 57.8 ± 2.9 1.6 ± 0.7 9.1 ± 6.2
30 Selayar 35.6 ± 2.6 51.6 ± 3.0 2.2 ± 1.0 5.3 ± 0.7
31 Dewata 36.7 ± 7.8 57.5 ± 4.2 0.7 ± 0.7 9.0 ± 5.1
Pembanding (26 s/d 31) 35.3 ± 3.3 54.0 ± 3.7 2.4 ± 1.3 6.1 ± 3.5
21
Tabel 3.7 Keragaan jumlah spikelet dan bobot 1000 biji galur gandum
introduksi dan varietas nasional di dua lingkungan.
Jumlah spikelet Bobot 1000 biji (g)
No Galur/Varietas Cisarua Malino Cisarua Malino
X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD
1 O/HP-12-A28-5-1 19.1 ± 0.4 16.5 ± 1.4 36.8 ± 6.0 44.5 ± 1.5
2 O/HP-78-A-29-3-3 18.2 ± 0.6 19.2 ± 2.5 37.3 ± 5.7 41.3 ± 3.8
3 O/HP-82-A-15-1-4 19.2 ± 0.5 16.9 ± 0.3 37.0 ± 3.6 42.5 ± 0.5
4 O/HP-78-A2-2-5 18.3 ± 0.9 16.5 ± 2.1 38.0 ± 2.6 42.0 ± 2.6
5 O/HP-12-A1-1-9 19.2 ± 0.5 19.0 ± 4.6 44.7 ± 13.6 44.3 ± 2.3
6 O/HP-78-A22-3-7 19.1 ± 1.3 16.7 ± 0.7 37.7 ± 3.1 42.0 ± 3.6
7 O/HP-78-A22-5-10 18.9 ± 0.3 20.1± 2.3 35.3 ± 4.2 44.0 ± 1.0
8 O/HP-6-A8-2-10 19.2 ± 0.8 17.4 ± 0.2 39.3 ± 1.5 43.5 ± 0.5
9 O/HP-22-A27-1-10 18.9 ± 1.3 17.9 ± 0.2 36.7 ± 6.1 43.3 ± 1.5
10 O/HP-93-A1-1-3 18.2 ± 0.9 16.8 ± 0.3 39.7 ± 5.1 42.3 ± 2.1
11 O/HP-14-A19-1-8 18.7 ± 0.5 16.9 ± 2.6 38.0 ± 2.0 41.3 ± 5.5
12 O/HP-12-A5-4-5 19.0 ± 1.0 17.2 ± 0.7 38.0 ± 3.6 43.0 ± 1.0
13 O/HP-12-A25-3-7 18.9 ± 0.1 17.6 ± 0.5 39.3 ± 1.2 43.0 ± 1.7
14 O/HP-82-A7-2-6 19.0 ± 0.3 17.4 ± 1.4 39.7 ± 2.1 42.8 ± 0.6
15 O/HP-49-A1-1-4 19.2 ± 0.9 18.0 ± 0.5 32.3 ± 1.5 42.3 ± 0.6
16 O/HP-78-A2-1-9 18.9 ± 0.2 15.9 ± 1.0 36.3 ± 1.2 42.7 ± 2.5
17 O/HP-14-A21-5-7 18.4 ± 0.6 16.7 ± 0.7 37.0 ± 4.0 43.5 ± 1.5
18 O/HP-14-A10-2-10 18.7 ± 0.5 16.6 ± 0.8 34.3 ± 10.5 36.0 ± 0.0
19 O/HP-78-A2-5-2 18.7 ± 0.9 16.4 ± 0.2 38.3 ± 5.5 42.7 ± 2.5
20 O/HP-12-A25-2-6 18.1 ± 0.7 16.8 ± 1.4 34.7 ± 4.5 42.7 ± 1.5
21 O/HP-14-A10-3-3 18.2 ± 0.6 17.0 ± 0.6 37.7 ± 3.5 43.7 ± 1.2
22 O/HP-82-A15-2-3 18.5 ± 07 17.1 ± 1.3 38.0 ± 2.6 43.0 ± 2.0
23 O/HP-93-A3-1-9 19.3 ± 0.3 16.5 ± 1.6 35.3 ± 6.7 43.0 ± 2.0
24 O/HP-12-A23-1-10 18.2 ± 1.2 17.8 ± 1.2 37.3 ± 5.5 40.7 ± 5.1
25 O/HP-12-A1-2-2 18.8 ± 0.5 17.3 ± 1.3 35.3 ± 1.5 42.7 ± 0.6
26 Oasis 18.7 ± 0.9 17.4 ± 2.3 40.33 ± 2.9 43.7 ± 2.1
27 HP1744 18.6 ± 0.3 18.3 ± 1.3 35.7 ± 3.8 43.0 ± 1.0
28 Guri 1 18.8 ± 1.2 16.6 ± 0.4 36.7 ± 7.6 38.0 ± 0.0
29 Guri 2 18.8 ± 0.5 19.8 ± 1.0 33.1 ± 0.1 33.7 ± 4.5
30 Selayar 18.8 ± 0.7 17.2 ± 1.0 34.3 ± 4.5 45.0 ± 2.6
31 Dewata 19.0 ± 0.7 19.2 ± 1.4 39.0 ± 2.6 35.3 ± 3.2
Pembanding (26 s/d 31) 18.8 ± 0.7 18.0 ± 1.2 36.5 ± 3.6 39.8 ± 2.2
22
Tabel 3.9 Analisis ragam gabungan pengaruh galur (G), lokasi (L) dan interaksi
G x E pada karakter agronomi di lingkungan tropika (Cisarua dan Malino)
KT Galur KT Lokasi KT Interaksi
Karakter
(G) (L) (GxE)
Vegetatif
Tinggi Tanaman (cm) 50.50** 11602.41** 15.72
Generatif
Umur berbunga (hari) 11.15** 10313.04** 9.43**
Umur panen (hari) 32.02 21098.72** 31.90
* **
Panjang malai (cm) 0.53 54.53 0.24
**
Jumlah spikelet 1.89 84.21 1.62
**
Jumlah floret 21.99 13480.52 12.69
* **
Jumlah floret hampa 25.20 34662.26 23.02
Hasil
Jumlah biji per malai 34.72 8366.97** 16.34
**
Bobot 1000 biji (g) 26.49 1062.74 12.21
-1 ** **
Potensi hasil (ton ha ) 0.44 12.40 0.57**
* = berbeda nyata pada taraf α=0.5, ** = berbeda nyata pada α=0.01
tercekam suhu tinggi. Hal yang sama juga terdapat pada galur O/HP-6-A8-2-10
dan O/HP-78-A2-5-2 yang mempunyai indeks sensitivitas yang toleran terhadap
suhu tinggi sehingga dapat beradaptasi dengan baik di dataran menengah.
Galur mulai dari O/HP-82-A7-2-6 sampai galur O/HP-14-A21-5-7
termasuk kelompok galur yang medium toleran. Galur yang termasuk didalam
kelompok ini mampu beradaptasi di lingkungan tercekam, namun adaptasinya
masih belum maksimal, cekaman suhu tinggi masih mempengaruh hasil gandum
dari galur-galur tersebut. Sedangkan yang termasuk kelompok galur yang peka
yaitu mulai dari galur O/HP-78-A2-1-9 sampai galur O/HP-78-A22-3-7. Hal ini
menunjukkan bahwa galur terrsebut sangat dipengaruhi oleh cekaman suhu tinggi
sehingga hasil gandum yang di dataran menegah (Cisarua) tergolong rendah. Hal
ini sesuai dengan penelitian Yamin (2014) yang menyatakan bahwa terdapat 4
yang terrmasuk kelompok galur yang toleran yaitu O/HP82-A15, O/HP12-A23,
O/HP78-A2 dan O/HP12-A1.
3.4 Simpulan
Abstract
Abstrak
Gandum merupakan sumber bahan pangan yang sangat penting. Pemuliaan
tanaman gandum di Indonesia masih terus dilakukan, mengingat bahwa gandum
merupakan tanaman subtropis yang harus beradaptasi dengan iklim yang ada di
Indonesia. Tanaman gandum merupakan bahan utama dalam pembuatan tepung
gandum. Kandungan zat didalam gandum, diketahui dari banyak peneltian bahwa
gandum amat banyak kaya vitamin, mineral dan serat yang terdapat didalamnya.
Jenis pangan in memiliki kandungan beragam senyawa fitokimia yakni senyawa
kimia yang mempunyai dampak positif bagi kesehatan. Kualitas tepung gandum
dipengaruhi oleh kadar air, kadar abu, kadar lemak dan beberapa peubah fisik
lainnya, seperti penyerapan air dan stabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi menegenai tingkat kandungan protein, karbohidrat, kadar
abu dan kadar lemak gandum hasil persilangan Oasis x HP1744 di dataran tinggi
dan menengah. Pengujian analisis kandungan dilaksanakan di laboratorium
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Materi genetik yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 galur hasil
28
persilangan Oasis x HP1744 dan empat varietas unggul nasional yakni Guri 1,
Guri 2, Selayar dan Dewata serta dua galur introduksi Oasis dan HP1744 sebagai
tetua sebagai pembanding. Metode yang digunakan untuk menghitung kadar abu
(metode gavimetri), lemak (metode soxhlet), kadar protein (metode biuret) dan
karbohidrat total (metode anthrone). Data dianalisis menggunakan software SAS
versi 9.0. Terdapat interaksi galur x lokasi pada peubah kandungan protein dan
lemak. Kandungan protein di dataran menengah (Cisarua) lebih tinggi dibanding
dataran tinggi (Malino). Tingkat perubahan kandungan protein terbesar terlihat
pada galur O/HP-12-A28-5-1 dengan nilai 47.28%. Galur dengan perubahan
protein yang rendah pada kedua lingkungan, diantaranya O/HP-12-A5-4-5 dengan
nilai 7.26% dan O/HP-93-A3-1-9 sebesar 9.94%.
4.1 Pendahuluan
galur biji gandum hasil persilangan Oasis x HP1744 dengan 4 varietas unggul
nasional yakni Guri 1, Guri 2, Selayar dan Dewata serta dua galur introduksi
Oasis dan HP1744 sebagai tetua sebagai pembanding.
Tabel 4.1 Analisis ragam dan kuadrat tengah harapan karakter agronomi gandum
introduksi pada masing-masing lokasi.
Sumber keragaman Db KT KT harapan
Ulangan r-1
Galur g-1 KT1 σ2 + rσ2g
Galat (g-1) (r-1) KT2 σ2
r = banyaknya ulangan, g = banyaknya galur, σ2g = ragam galur, σ2 = ragam galat
Analisis ragam gabungan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi percobaan
dengan persamaan (Sigh & Chaudhary 1979, Gomez & Gomez 1995):
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan genotipe ke-i ulangan ke-j lokasi ke-k
μ = nilai rataan umum peubah yang diamati
Gi = pengaruh genotipe ke-i
Kj = pengaruh ulangan ke-j
Lk = pengaruh lokasi ke-k
(GL)ik = pengaruh interaksi genotipe ke-i lokasi ke-k
εijk = pengaruh galat percobaan genotipe ke-i ulangan ke-j lokasi ke-k
Tabel 4.2 Analisis ragam gabungan
SK DB KT E(KT)
Lokasi (L) l-1 M5 σ + rσ gl + gσ2r/l + rg σ2l
2 2
Menurut Halluer dan Miranda (1995), ragam fenotipik (σ2P), ragam genotipik
(σ2G), ragam lingkungan (σ2E), dan ragam interaksi (σ2GxE) dihitung sebagai
berikut:
σ2 P = σ2G + σ2GxE + σ2E
2
σG = (M3 – M2) / rl
2
σ GxE = (M2 – M1) / r
σ2 E = M1/rl
32
biji gandum berkembang secara sempurna. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa sampel biji gandum yang mengandung protein tinggi ukurannya kecil dan
agak mengkerut. Hal itu ditunjukkan oleh Zhao et al. (2009) bahwa komponen
protein sangat peka terhadap kekeringan selama pengisian biji gandum.
Tabel 4.3 Kandungan lemak dan karbohidrat galur-galur gandum introduksi hasil
persilangan dan varietas nasional di dua lingkungan.
Lemak(%) Karbohidrat(%)
No Galur/Varietas Cisarua Malino Cisarua Malino
X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD
1 O/HP-12-A28-5-1 1.7 ± 0.3 1.7 ± 0.0 68.4 ± 0.6 77.1 ± 0.4
2 O/HP-78-A-29-3-3 1.7 ± 0.0 2.0 ± 0.3 68.1 ± 0.6 77.0 ± 0.1
3 O/HP-82-A-15-1-4 1.8 ± 0.1 1.7 ± 0.1 70.2 ± 0.4 76.5 ± 0.4
4 O/HP-78-A2-2-5 1.8 ± 0.0 1.5 ± 0.1 68.6 ± 0.2 76.4 ± 0.6
5 O/HP-12-A1-1-9 2.2 ± 0.0 1.4 ± 0.1 69.0 ± 0.6 76.6 ± 0.1
6 O/HP-78-A22-3-7 1.8 ± 0.0 1.4 ± 0.1 70.4 ± 0.5 76.5 ± 0.2
7 O/HP-78-A22-5-10 1.6 ± 0.0 2.0 ± 0.2 71.6 ± 0.3 74.2 ± 0.6
8 O/HP-6-A8-2-10 1.6 ± 0.1 1.9 ± 0.1 68.5 ± 0.5 74.4 ± 0.7
9 O/HP-22-A27-1-10 1.5 ± 0.1 1.8 ± 0.1 69.8 ± 0.7 76.0 ± 1.9
10 O/HP-93-A1-1-3 1.1 ± 0.0 1.5 ± 0.1 69.8 ± 0.3 77.1 ± 0.4
11 O/HP-14-A19-1-8 1.2 ± 0.1 1.2 ± 0.0 68.9 ± 0.3 75.7 ± 0.3
12 O/HP-12-A5-4-5 1.5 ± 0.0 1.4 ± 0.1 68.2 ± 4.6 72.4 ± 5.8
13 O/HP-12-A25-3-7 1.5 ± 0.0 2.1 ± 0.2 68.1 ± 0.3 74.9 ± 0.3
14 O/HP-82-A7-2-6 1.1 ± 0.1 1.9 ± 0.0 70.5 ± 0.0 75.5 ± 0.0
15 O/HP-49-A1-1-4 1.0 ± 0.1 1.9 ± 0.0 71.9 ± 0.4 76.0 ± 0.4
16 O/HP-78-A2-1-9 1.4 ± 0.0 1.7 ± 0.0 70.4 ± 0.1 75.8 ± 0.1
17 O/HP-14-A21-5-7 1.5 ± 0.1 1.6 ± 0.1 70.3 ± 0.7 75.4 ± 0.6
18 O/HP-14-A10-2-10 1.3 ± 0.0 1.5 ± 0.0 69.4 ± 0.7 75.4 ± 0.1
19 O/HP-78-A2-5-2 1.1 ± 0.0 1.8 ± 0.0 71.0 ± 0.4 75.0 ± 0.0
20 O/HP-12-A25-2-6 1.2 ± 0.1 1.9 ± 0.0 69.8 ± 0.3 74.8 ± 0.1
21 O/HP-14-A10-3-3 1.8 ± 0.1 1.3 ± 0.0 69.6 ± 0.2 75.0 ± 0.1
22 O/HP-82-A15-2-3 1.4 ± 0.1 1.6 ± 0.0 70.4 ± 0.3 74.6 ± 0.2
23 O/HP-93-A3-1-9 1.5 ± 0.0 1.5 ± 0.1 73.0 ± 1.0 74.9 ± 0.3
24 O/HP-12-A23-1-10 1.3 ± 0.1 1.4 ± 0.0 71.5 ± 0.0 74.9 ± 0.5
25 O/HP-12-A1-2-2 1.7 ± 0.0 1.3 ± 0.1 70.1 ± 0.2 74.2 ± 0.1
26 Guri 1 1.4 ± 0.0 1.7 ± 0.0 70.0 ± 0.5 73.3 ± 0.2
27 Guri 2 1.4 ± 0.0 1.7 ± 0.0 68.8 ± 0.3 73.0 ± 0.2
28 Selayar 1.9 ± 0.0 1.6 ± 0.1 71.3 ± 0.5 74.0 ± 0.2
29 Dewata 1.7 ± 0.1 1.8 ± 0.0 70.2 ± 0.5 73.6 ± 0.1
30 Oasis 1.4 ± 0.2 1.7 ± 0.0 71.8 ± 0.6 74.1 ± 0.1
31 HP1744 1.5 ± 0/3 1.6 ± 0.0 69.2 ± 0.5 73.7 ± 0.1
Pembanding (26 s/d 31) 1.6 ± 0.2 1.7 ± 0.1 70.2 ± 1.1 73.6 ± 0.4
34
Tabel 4.4 Kadar abu dan protein galur-galur gandum introduksi hasil persilangan
dan varietas nasional di dua lingkungan.
Kadar abu (%) Protein(%) %
Cisarua Malino Malino Perubahan
No Galur/Varietas Cisarua
kandungan
± SD ± SD ± SD ± SD protein
1 O/HP-12-A28-5-1 1.91 ± 0.02 1.37 ± 0.38 16.7 ± 0.2 8.6 ± 0.0 48.5
2 O/HP-78-A-29-3-3 1.64 ± 0.04 1.14 ± 0.07 16.4 ± 0.1 8.4 ± 0.2 48.8
3 O/HP-82-A-15-1-4 1.79 ± 0.03 1.14 ± 0.04 15.0 ± 0.6 9.3 ± 0.3 38.0
4 O/HP-78-A2-2-5 1.59 ± 0.02 1.11 ± 0.07 16.2 ± 0.2 9.4 ± 0.3 42.0
5 O/HP-12-A1-1-9 1.78 ± 0.10 1.15 ± 0.02 15.4 ± 0.2 9.7 ± 0.1 37.0
6 O/HP-78-A22-3-7 1.67 ± 0.08 1.13 ± 0.01 14.7 ± 0.2 9.4 ± 0.2 36.1
7 O/HP-78-A22-5-10 1.84 ± 0.07 1.27 ± 0.06 14.3 ± 0.4 11.3 ± 0.2 21.0
8 O/HP-6-A8-2-10 1.78 ± 0.01 1.22 ± 0.04 16.4 ± 0.2 11.2 ± 0.1 31.7
9 O/HP-22-A27-1-10 1.76 ± 0.11 1.17 ± 0.03 16.1 ± 0.1 10.0 ± 1.7 37.9
10 O/HP-93-A1-1-3 1.69 ± 0.03 1.16 ± 0.05 15.7 ± 0.2 9.1 ± 0.2 42.0
11 O/HP-14-A19-1-8 1.76 ± 0.02 1.20 ± 0.03 14.9 ± 0.1 11.0 ± 0.3 26.2
12 O/HP-12-A5-4-5 4.06 ± 4.27 1.54 ± 0.02 14.6 ± 0.2 13.5 ± 5.6 7.5
13 O/HP-12-A25-3-7 1.66 ± 0.03 1.25 ± 0.01 15.5 ± 0.2 10.4 ± 0.3 32.9
14 O/HP-82-A7-2-6 1.69 ± 0.03 1.17 ± 0.01 14.9 ± 0.1 9.7 ± 0.2 34.9
15 O/HP-49-A1-1-4 1.69 ± 0.04 1.08 ± 0.02 13.4 ± 0.1 9.3 ± 0.3 30.6
16 O/HP-78-A2-1-9 1.85 ± 0.02 1.22 ± 0.01 14.4 ± 0.1 10.2 ± 0.0 29.2
17 O/HP-14-A21-5-7 1.83 ± 0.07 1.11 ± 0.03 14.1 ± 0.5 11.2 ± 0.0 20.6
18 O/HP-14-A10-2-10 1.87 ± 0.03 1.32 ± 0.02 14.8 ± 0.2 10.4 ± 0.1 29.7
19 O/HP-78-A2-5-2 1.67 ± 0.06 1.17 ± 0.02 14.7 ± 0.1 10.4± 0.1 29.3
20 O/HP-12-A25-2-6 1.66 ± 0.04 1.23 ± 0.02 14.8 ± 0.0 11.9 ± 0.1 19.6
21 O/HP-14-A10-3-3 1.94 ± 0.05 1.07 ± 0.04 13.4 ± 0.0 11.3 ± 0.0 15.7
22 O/HP-82-A15-2-3 1.82 ± 0.07 1.16 ± 0.03 13.7 ± 0.1 11.9 ± 0.1 13.1
23 O/HP-93-A3-1-9 1.61 ± 0.29 1.16 ± 0.01 13.3 ± 0.3 12.0 ± 0.0 9.8
24 O/HP-12-A23-1-10 2.27 ± 0.07 1.27 ± 0.02 14.4 ± 0.1 11.6 ± 0.0 19.4
25 O/HP-12-A1-2-2 1.66 ± 0.03 1.15 ± 0.03 15.1 ± 0.2 11.8 ± 0.1 21.9
26 Guri 1 1.84 ± 0.10 1.61 ± 0.04 15.3 ± 0.6 11.7 ± 0.0 23.5
27 Guri 2 1.94 ± 0.03 1.87 ± 0.03 16.6 ± 0.2 11.9 ± 0.1 28.3
28 Selayar 1.78 ± 0.10 1.79 ± 0.08 13.6 ± 0.2 11.3 ± 0.0 16.9
29 Dewata 1.96 ± 0.06 1.65 ± 0.03 14.8 ± 0.2 11.4 ± 0.2 23.0
30 Oasis 2.00 ± 0.05 1.85 ± 0.03 13.5 ± 0.5 11.3 ± 0.1 16.3
31 HP1744 1.97 ± 0.08 1.46 ± 0.02 16.1 ± 0.1 11.3 ± 0.1 29.8
Pembanding (26 s/d 31) 1.90 ± 0.0 1.7 ± 0.0 15.0 ± 1.3 11.5 ± 0.3 23.0
35
Tabel 4.5 Analisis ragam gabungan pengaruh galur (G), lokasi (L) dan interaksi
G x E galur-galur hasil persilangan gandum introduksi dan varietas
nasional di dua lingkungan.
Peubah KT Galur (G) KT Lokasi (L) KT Interaksi (GxE)
**
Karbohidrat (%) 4.15 1239.93 5.23
**
Kadar protein (%) 2.34 829.16 4.93**
Kadar lemak (%) 0.14 0.85 0.22**
Kadar abu (%) 0.47 15.15 0.26
* = berbeda nyata pada α=0.5, ** = berbeda nyata pada α=0.01
Lokasi memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan lokasi sangat mempengaruhi tingkat kandungan karbohidrat.
Kadar protein dan lemak dipengaruh sangat nyata oleh interaksi galur x lokasi.
Hal ini menunjukkan bahwa keragaan galur dan kedua lokasi berbeda. Stres suhu
tinggi memiliki pengaruh yang lebih besar pada akumulasi pati dalam fase tengah
daripada di fase awal dalam pengisian biji gandum (Yan et al., 2008). Kandungan
protein bervariasi disebabkan galur gandum yang berbeda terutama pada galur dan
kondisi lingkungan selama pertumbuhan. Kondisi lingkungan selama penanaman
gandum mempengaruhi akumulasi protein dalam mengembangkan garnel
gandum. Kadar protein dan kualitas protein tergantung pada kondisi iklim yang
sesuai pada tahap-tahap pertumbuhan yang berbeda (Mueen, ud-Din, et al., 2007).
Kandungan kadar abu memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata pada galur,
lokasi maupun interaksi galur x lokasi. Itu menandakan bahwa kandungan kadar
abu yang ada di setiap galur tidak dipengaruhi oleh perbedaan galur dan lokasi
penanaman yang digunakan.
Tabel 4.6 Parameter genetik karakter agronomi galur gandum di dataran tinggi
(Malino)
Parameter σ2 G σ2 E σ2 P h2(bs)
Karbohidrat 1.14 1.19 1.54 0.74
Kadar protein 1.05 1.09 1.42 0.74
Kadar abu 0.05 0.005 0.05 0.96
Kadar lemak 0.04 0.007 0.04 0.94
σ2G = ragam genetik, σ2E = ragam lingkungan, σ2P = ragam fenotipe h2(bs) =
heritabilitas arti luas.
Tabel 4.7 Parameter genetik karakter agronomi galur gandum di dataran
menengah (Cisarua)
Paameter σ2 G σ2 E σ2 P h2(bs)
Karbohidrat 1.35 0.69 1.58 0.85
Kadar protein 0.98 0.05 1.00 0.98
Kadar abu 0.00 0.58 0.18 0.00
Kadar lemak 0.07 0.008 0.07 0.96
σ2G = ragam genetik, σ2E = 2
ragam lingkungan, σ P = ragam fenotipe h2(bs) =
heritabilitas arti luas.
36
4.4 Simpulan
Terdapat pengaruh interaksi genotipe x lingkungan untuk kandungan
kadar protein dan kadar lemak, tetapi tidak untuk karakter lainnya. Nilai duga
heritabilitas untuk karakter kandungan protein, lemak di dataran menegah
(Cisarua) dan dataran tinggi (Malino) tergolong rendah. Tingkat perubahan
kandungan protein terbesar terlihat pada galur O/HP-12-A28-5-1 dengan nilai
47.28%. Galur gandum yang diharapkan adalah galur-galur yang menunjukkan
perubahan protein yang rendah pada kedua lingkungan, diantaranya O/HP-12-A5-
4-5 dengan nilai 7.26% dan O/HP-93-A3-1-9 sebesar 9.94%
37
5 PEMBAHASAN UMUM
Gandum merupakan jenis tanaman pangan subtropis yang perlu
diadaptasikan dengan iklim Indonesia. Sejauh ini, penanaman gandum hanya
dilakukan di dataran tinggi (>1000 m dpl), namun ini akan menjadi permasalahan
jika hal ini di lakukan secara terus-menerus, persaingan dengan tanaman
hortikultura akan terjadi, sehingga penanaman gandum harus diarahkan ke daerah
yang berelevasi menengah-rendah (< 600 m dpl).
Perakitan varietas gandum toleran suhu tinggi telah dilakukan sehingga
telah diperoleh galur-galur gandum yang siap diuji daya hasil dan kemampuan
adaptasinya di agroekosistem Indonesia. Natawijaya (2012) telah melakukan
persilangan terhadap Oasis x HP1744. Pemilihan genotipe sebagai tetua
persilangan dilakukan berdasarkan informasi keragaan dan indeks sensitivitas
genotipe terhadap cekaman suhu tinggi. Segregan F3 dan F4 hasil persilangan
kemudian diseleksi oleh Yamin (2014) dengan pendekatan molekuler dan berhasil
mengidentifikasi galur O/HP93-A3 sebagai galur toleran suhu tinggi. Seleksi
galur-galur F5 dan F6 gandum hasil persilangan Oasis x HP1744 pada dua
agroekosistem dilakukan oleh Mardiana (2015) untuk mendapatkan galur untuk
mendapatkan keragaan daya hasil yang baik di dua lingkungan yang digunakan.
Keragaan karakter agronomi galur-galur gandum memperlihatkan
pengaruh yang nyata pada galur dan lokasi pada peubah tinggi tanaman (cm),
umur berbunga (hari), panjang malai (cm) dan jumlah floret hampa. Galur-galur
di lokasi yang sama memiliki perbedaan di setiap peubah pengamatan. Pengaruh
lokasi yang nyata terlihat pada peubah umur panen (hari), jumlah spikelet, jumlah
floret, jumlah biji permalai dan bobot 1000 biji. Lokasi penanaman gandum
sangat mempengaruhi peubah tersebut sehingga terdapat perbedaan yang
signifikan pada dua lokasi yang digunakan. Interaksi galur x lokasi sangat
berpengaruh terhadap peubah umur berbunga (hari) dan potensi hasil (ton ha-1).
Hal ini menunjukkan bahwa keragaan galur di kedua lokasi berbeda sehingga
mempengaruhi peubah umur berbunga dan potensi hasi galur gandum.
Heritabilitas peubah agronomi di dataran tinggi Malino terdapat 6 peubah
yang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi, yakni panjang malai (cm), jumlah
floret hampa, jumlah biji per malai, bobot 1000 biji (g), dan hasil panen (ton ha-1).
Sementara untuk peubah tinggi tanaman (cm), umur panen (hari), jumlah spikelet
dan jumlah floret memiliki tingkat heritabilitas yang tergolong rendah. Seleksi
berdasarkan indeks sensitivitas terhadap peubah potensi hasil dilakukan untuk
melihat kemampuan galur-galur dalam mempertahankan daya hasil di lingkungan
tercekam suhu tinggi di dataran menengah. Terlihat bahwa galur O/HP-14-A19-1-
8, O/HP-12-A23-1-10, O/HP-14-A10-2-10, O/HP-12-A25-3-7, O/HP-14-A10-3-
3, O/HP-6-A8-2-10 dan O/HP-78-A2-5-2 memiliki indeks sensitivitas terendah
karena termasuk didalam kelompok toleran. Galur mulai dari O/HP-82-A7-2-6
sampai galur O/HP-14-A21-5-7 termasuk kelompok galur yang medium toleran
sedangkan yang termasuk kelompok galur yang peka/sensitif mulai dari galur
O/HP-78-A2-1-9 sampai galur O/HP-78-A22-3-7. Galur-galur F6 yang memiliki
indeks sensitivitas lebih rendah daripada kedua tetua menunjukkan bahwa galur-
galur tersebut mampu mempertahankan daya hasil pada kondisi tercekam suhu
tinggi di dataran menengah.
38
6.1 Simpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jagadish SVK, Craufurd PQ, Wheeler TR. 2007. High temperature stress and
spikelet fertility in rice (Oryza sativa L.). Journal of Experimental Botany.
58 : 1627 – 1635.
Jones PD, New M, Parker DE, Mortin S, Rigor IG. 1999. Surface area
temperature and its change over the past 150 years. Rev. Geophys. 37 :
173–199.
Jusuf M. 2002. Hasil penelitian budidaya gandum dan strategi pengembangannya
di masa datang. Makalah Pertemuan Koordinasi Penelitian dan
Pengembangan Gandum 3-4 September 2002. Jakarta (ID): Departemen
Pertanian (DEPTAN).
Loppies RS. 2010. Produksi gandum lokal belum mencukupi kebutuhan industri.
[APTINDO] Asosiasi Produsen Terigu Indonesia. [terhubung berkala].
http://bataviase.co.id/node/436332. html [27 Desember 2012].
Maestri E, Klueva N, Perrota C, Gulli M, Nguyen HT, and Marmiroli N. 2002.
Molecular genetics of heat tolerance and heat shock proteins in cereals.
Plant Molecular Biology. 48:667 – 681.
Muchtadi TR, Sugiyono.1992. Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mueen-ud-Din. G. 2007. Effect of Wheat Flour Extraction Rates on Physico-
Chemical Characteristics of Sourdough Flat Bread. Disertasi. Faisalabad
(PA): University of Agriculture Faisalabad.
Miyake, K., R. Morita, T. Handoyo, T. Maeda, dan N. Norita. 2004.
Characterization of graded buckwheat flours and some properties of
germinate. Fagopyrum. 21: 91-97.
Nasrullah. 1981. A modified procedure for identifying wide stability. Agric
Science. 546:153-159.
Natawijaya A. 2012. Analisis genetik dan seleksi generasi awal segregan gandum
(Triticum aestivum L.) berdaya hasil tinggi [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Nur A, Azrai M, Trikoesoemaningtyas. 2014. Interaksi genotipe x lingkungan dan
variabiltas genetik galur gandum introduksi (Triticum aestivum L.) di
agrroekosistem tropika. Jurnal AgriBiogen. 10(3):93-100.
Nurmala T. 1980. Budidaya Tanaman Gandum (Triticum sp.). Jakarta (ID) : PT.
Karya Nusantara.
Panozzo J.F., Eagles H.A. 1998: Cultivar and environmental effects on quality
characters in wheat. I. Starch. Australian Journal of Agricultural
Research. 49: 757–766.
Price, Y dan Martin, S. 2000. Whole Grains and Chronic Disease: A Self-Study
Guide For Health Professionals: Minneapolis (US): General Mills, Inc.
Poehlman JM, Sleper DA. 1995. Breeding Field Crops. 4th eds. Ames (US): Iowa
State University Press.
Reynolds MP. 2002. Physiological approaches to wheat breeding. Di dalam:
Curtis BC, Rajaram S, dan Macpherson HG. (eds): Bread Wheat
Improvement and Production. Roma (IT): FAO. 567p.
Sramkova, Z., Edita, G., dan Ernest S. 2009. Chemical Composition and
Nutritional Quality of Wheat Grain. Acta Chimica Slovaca. 2: 115-138.
42
LAMPIRAN
45