Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Teknologi Produksi
Tanaman (ETPT)
Kelompok 3 :
Kelas H
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Peranan Kelimpahan Mikroba Tanah dalam Sistem Budidaya Intensifikasi Padi Aerob
Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) untuk Peningkatan Pertumbuhan dan Produktivitas
Padi di Indonesia.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada Ibu Mira Ariyanti SP.,MP. selaku dosen
pengampu mata kuliah Evaluasi Teknologi Produksi Tanaman (ETPT) dan semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritikdari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 4. Petak jajar legowo 2:1 (kiri) dan jajar legowo 4:1 (kanan).
Teknik Konvensional adalah metode budidaya yang dilakukan model petani setempat,
umur benih 21 – 30 HSS, lahan tergenang terus, tanpa pupuk organik dan biostimulan,
pemupukan anorganik tanpamelihat bagan warna daun (BWD), jarak tanam pola bujur
sangkar (25 x 25 cm), 1 lubang berisi 3 – 6 benih.
Tabel 1. Hasil Padi Metode IPAT-BO dan Konvensional di Beberapa Provinsi di Indonesia,
tahun 2008 – 2009.
Hasil Gabah Kering Panen
Luas Lokasi Waktu (GKP) t/ha
Konvensional IPAT-BO
Jawa Barat dan Banten (100 – 500 ha) 2008 4–7 8 – 10
Bandung, Garut, Bogor, Subang, dan
2009 4–7 8 – 11
Sumedang.
Jawa Tengah (300 – 500 ha) 2008 4–6 6 – 10
Sragen, Sukoharjo, Wonogiri, Karang
2009 4–6 8 – 9,5
Anyar, Purworejo, Magelang, Semarang
Sumatera Utara (2 ha)
2008 3–7 5 – 10
Sergei, Tebing Tinggi, Tapanuli
Sulawesi Selatan (336 ha) 2008 3–6 6 – 10
Gowa, Luwu, Rawang Loe, Bili-Bili 2009 3–6 9,3 – 10,2
Sulawesi Utara (2,4 ha) 2008 3–6 6 – 10
Minahasa Selatan dan Utara 2009 3–6 8 – 12
NTT 2008 2–6 6 – 10
Kupang, Ende, Bajawa, Nagiku, Rote 2009 2–6 7 – 10
Simarmata (2008, 2009)
Demplot IPAT-BP terhadap hasil dan kelimpahan mikroba tertera pada Tabel 2, hasil
padi meningkat beragam, bergantung tingkat kesuburan tanah, iklim, dan kultivar padi yang
ditanam. Secara umum terjadi peningkatan 50 – 200%.
Tabel 2. Jumlah Populasi Mikroba Lahan Sawah Model IPAT-BO dan Konvensional
(CFU/gr tanah).
Jenis Mikroorganisme dan CFU/gr tanah
Model
1 2 3 4 5 6 7
Lokasi
1010 102 105 105 106 106 106
I CPI1 200 70 78 110 64 * *
II SBG 145 144 97 97 69 98 *
I CPI2 * * * * 116 * 24
II JTG * * * * 69 * 109
II BKS * * * * 65 * 3
RK 8 9
(media) 107 103
T 51 5
T+J 48 7
T+KA 31 9
T+KB 54 7
Keterangan :
(*) : tidak diamati
I : Model IPAT-BO 8 : Bakteri Pelarut Fosfat
II : Model Konvensional 9 : Jamur Pelarut Fosfat
1 : Bakteri RK : Rumah Kaca
2 : Fungi T : Tanah
3 : Azotobacter sp. J : Jerami
4 : Actinomycetes KA : Kompos Jerami + decomposer
5 : Bakteri Pelarut Fosfat formula A
6 : Azospirillum sp. KB : Kompos Jerami + decomposer
7 : Jamur Pelarut Fosfat formula B
Pada prinsipnya, teknik budidaya IPAT-BO bertumpu pada 4 pilar, yaitu: (1) Perubahan
ekosistem lahan sawah dari tergenang (anaerob) menjadi tidak tergenang (aerob) sehingga
merangsang pertumbuhan akar dan berfungsinya proses biologis tanah; (2) Pemanfaatan
jerami/kompos jerami sebagai sumber pupuk organik utama untuk meningkatkan kesehatan
tanah (soil health) dan unsur hara; (3) Pemanfaatan kekuatan biologis tanah (soil biological
power) dan pabrik pupuk alami untuk mengoptimalkan pertumbuhan maupun perkembangan
perakaran tanaman, kelimpahan organisme tanah (soil biodiversity) yang berperan dalam
meningkatkan kesehatan tanah dan ketersediaan hara; (4) Rancang bangun manajemen
penyiapan tanaman, pengolahan lahan, pemupukan, pengairan, dan manajemen pemeliharaan
tanaman atas target produksi (Simarmata, 2008).
IPAT-BO merupakan sistem produksi yang terpadu (holistic) dan terencana (by design)
dengan menitikberatkan pemanfaatan kekuatan biologis tanah (soil biological power),
manajemen tanaman, pemupukan, dan tata kelola air. Pemberian air dikendalikan dalam
keadaan tidak tergenang (aeorob) untuk mengaktifkan dan meningkatkan kelimpahan
(biodiversitas) organisme tanah in-situ dan ex-situ. Untuk mengurangi pemakaian pupuk
anorganik dimanfaatkan kompos jerami beragen hayati, yang berguna untuk mengaktifkan
kekuatan biologis tanah (beneficial soil organisms).
Pengomposan jerami merupakan proses penguraian aerobik termofilik dari bahan
organik yang menjadi produk akhir yang stabil menyerupai humus (dibantu oleh
mikroorganisme). Peran kompos adalah memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Kompos jerami mengandung C-Organik 35.11%, C/N ratio 18.88, N 1.86%, P2O5 0.21%,
K2O 5.35%, kadar air 55% sehingga penambahan kompos ke lahan sawah dapat mengurangi
pemakaian pupuk anorganik (Isroi, 2009).
Pada sawah anaerob, terdapat organisme berklorofil/photosynthetic producer (bakteri,
algae, dan gulma air). Bakteri autotrof yang umumnya bersifat aerobik menggunakan O2
sebagai penerima elektron dan CO2 sebagai sumber karbon (Harjowigendo, 2001). Bahan
organik/kompos adalah sumber energi utama mikroorganisme, bahan aktivitas mikroba,
mendorong pembiakan mikroba, melepas unsur hara, menambah unsur hara tanah, dapat
berperan menghancurkan, mendaur ulang, memfiksasi N2 secara hayati, penyedia P dan K,
merangsang pertumbhan, biokontrol patogen, dan membantu penyerapan unsur hara (Nelson,
2004).
Rhizobacter/Azotobacter dapat mengfiksasi nitrogen menjadi ammonium yanyg tersedia
bagi tanaman dan memproduksi fitohormon,dapat dijadikan indikator suatu produksi yang
mengutamakan kesehatan tanah (Regina dan T. Simarmata, 2004).
Populasi protozoa dan algae dipengaruhi oleh waktu penggenangan sawah. Lahan sawah
macak-macak (genangan 0 cm) dapat meningkatkan biomassa Azolla sp. Pada sawah di lahan
gambut sebagai penambah unsur nitrogen mikrobiologis (Sudadi, 2007).
Interaksi pemberian bahan organik kotoran sapi berpengaruh positif terhadap berat biji
perumpun, berat vegetatif pada kondisi aerob,
Kelimpahan dan keragaman mikroorganisme tanah meningkat dengan pengelolaan tata
air secara aerob sesuai teknik IPAT-BO, yaitu anaerob atau macak-macak. Pemberian bahan
organik kompos atau pupuk kandang, pupuk hayati, agen hayati, dan biostimulan dapat
merubah fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah, mengaktifkan dan menambah kekuatan
biologis tanah sebagai penyedia unsur hara, pendaur ulang, chelating agent, dan biokontrol
patogen. Selain dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan bagian atas tanaman, dan
meningkatkan padi di Indonesia. IPAT-BO dapat digunakan sebagai input dalam upaya
merevitalisasi lahan sawah yang mengutamakan kesehatan tanah, karena efisien dalam bibit,
pupuk anorganik, dan tata kelola air, sehingga dapat berperan mengkonversi air irigasi
(Turmuktini, T. Dan T. Simarmata, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hasil implementasi sistem budidaya IPAT-BP terbukti mampu meningkatkan
kelimpahan mikroba tanah dengan signifikan, meningkatkan pertumbuhan tanaman (volume
akar, jumlah anak per rumpun, jumlah anakan produktif, dapat dikarenakan oleh pola tanam
yang digunakan pada sistem budidaya IPAT-BO yang membuat ruang antar tanaman semakin
luas) dan komponen hasil (jumlah bulir per malai dan bobot gabah per ha, dapat dikarenakan
semakin banyaknya unsur hara yang didapatkan oleh tanaman dari hasil fiksasi beberapa
unsur hara oleh beberapa mikroorganisme yang ada di dalam tanah) sehingga memberikan
hasil padi (GKP) di setiap daerah di Indonesia berkisar 6 – 10 t/ha.
Teknologi IPAT-BO ini diharapkan dapat menjadi input andalan revitalisasi yang
mengutamakan kesehatan tanah untuk peningkatan pertumbuhan dan produktivitas padi di
Indonesia.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Turmuktini, Tien dan Tualar Simarmata. 2010. “Peranan Kelimpahan Mikroba Tanah dalam
Sistem Budidaya Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT- BO)
untuk Peningkatan Pertumbuhan dan Produktivitas Padi di Indonesia”. Jurnal Prosiding.
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Simarmata, Tualar dan Yuyun Yuwariah. 2007. “Teknologi Intensifikasi Padi Aerob
Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) untuk Meningkatkan Produksi Padi,
Mengurangi Penggunaan Pupuk Anorganik dan Membangung Kedaulatan Pangan di
Indonesia”. Jurnal Prosiding. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.