Anda di halaman 1dari 19

MATERI PEMBAHASAN

EVALUASI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

TEMA :

TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PADI AEROB


TERKENDALI BERBASIS ORGANIK (IPAT – BO)

UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI

Oleh :

Yuyun Yuwariah
Tahapan Program Intensifikasi Padi

1960 Pra Bimas


Demas dan Bimas
Bimas
Insus
Supra Insus
sekarang PTT
Peningkatan produksi tanaman: (Satari; dkk,2005)

- ekstensifikasi = perluasan areal lahan pertanian


- intensifikasi = peningkatan produksi dengan
menambahkan input pertanian
persatuan luas lahan

Upaya intensifikasi yang sedang dikembangkan oleh


Balai Besar Penelitian Tanaman Padi : Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT).

Konsep PTT = pengelolaan tanaman dengan


mengintegrasikan komponen teknologi dengan potensi
biofisik, sosial, dan ekonomi.
Komponen teknologi pada PTT untuk padi sawah
1. Varietas Unggul Baru (VUB)
2. Benih bermutu dan berlabel
3. Pemberian pupuk organik
4. Cara tanam legowo 2 : 1
5. Pemupukan anorganik spesifik lokasi
6. Pengendalian OPT dengan PHT
7. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
8. Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
9. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
10. Pengairan berselang
11. Penyiangan menggunakan landak atau gasrok
12. Panen tepat waktu, dan gabah segera dirontok
Tahun 1984/1985 :
Indonesia mencapai swasembada beras
potensi hasil  8 ton/ha.
Namun setelah itu, terjadi pelandaian hasil padi
(Levelling off )

Penyebab dari keadaan ini :


1. Pengolahan tanah yang terus menerus dilumpurkan
 menyebabkan terjadinya gangguan pada
Rhizosfer / ketidakseimbangan mikroba tanah.
2. Pemupukan anorganik NPK secara terus menerus
tanpa diimbangi pupuk lainnya dan pupuk organik
 mengganggu ekosistem alami: terganggunya
biodiversitas mikroba tanah, dan terputusnya rantai
makanan.

3. Adanya erosi tanah.


4. Penggunaan varietas yang rentan terhadap
serangan hama penyakit

5. Pencemaran air & efek residu dari pestisida, 


bahan ikutan pada produk pertanian 
membahayakan kesehatan manusia.

6. Penanaman padi secara terus menerus, tanpa


pergiliran tanaman (tidak memutus siklus hama
penyakit ).
7. Menurunnya kandungan bahan organik ( < 2% )

di 8 Provinsi di Indonesia, dari 1548 contoh


lahan sawah, persentase nilai C – organik
berdasarkan kriteria :
<1% = 18 %
1 – 1,5 % = 28 %
1,5 – 2 % = 20 %
>2% = 34 %
 66 % berada dalam kondisi sakit !!!
Revitalisasi kesehatan tanah
Upaya mengembalikan kesehatan tanah &
mempertahankan keberlanjutan ekosistem
pertanian :
Sistem pertanian ramah lingkungan
(sustainable agriculture)
prinsip:
menjaga keselarasan komponen
ekosistem (manusia, hewan, tanaman,
dan sumber daya alam) secara
berkesinambungan dan lestari.
konsep PTT

1. Membantu memecahkan masalah pelandaian


produktivitas padi.

2. Intensifikasi padi sawah bersifat spesifik lokasi


bergantung pada kondisi sumberdaya pertanian
di wilayah petani dan masalah yang akan diatasi
(demand driven technology).

3. inovasi teknologi yang mengacu pada konsep PTT


dikembangkan untuk membantu memberikan solusi
terhadap pemecahan masalah,
diantaranya: IPAT – BO.
Metode IPAT – BO
(Intensifikasi Padi aerob Terkendali Berbasis Organik ) :

 Teknik budidaya padi sawah yang sudah


diterapkan di beberapa daerah di
Indonesia sejak 2007.

 Pelaksanaannya dengan menggunakan


sistem pakar (expert system) di lahan
petani.
Teknologi IPAT – BO : sistem produksi yang holistik
(terpadu), dan ekologis

1. Pemanfaatan kekuatan biologis tanah, sebagai


pabrik pupuk alami dalam ekosistem tanah.

2. Manajemen tanaman.

3. Pemupukan : hayati, biostimulan, dan pupuk


anorganik  dipadukan dengan tata kelola air
secara terencana ( by design).

Ketiganya mendukung pertumbuhan dan


perkembangan sistem perakaran padi dalam
kondisi aerob hasil padi meningkat.
Masalah pengaturan tata air pada IPAT – BO

Di Indonesia budidaya padi digolongkan atas berbagai


dasar :
1. Penggunaan atas dasar sumber air hujan dan air
irigasi:
- Padi gogo ( ditanam di tegalan / ladang) di lahan
kering.
- Padi gora (ditanam di sawah tadah hujan).
- Padi sawah (ditanam di sawah berpengairan
irigasi teknis, ½ teknis, swadaya) di lahan basah.

2. Penggolongan atas dasar musim:


- Padi sawah musim kemarau (MK)
- Padi sawah musim hujan (MH)
3. Penggolongan atas dasar dalamnya air genangan .

- Padi gogo (tidak pernah digenangi)


- Padi sawah ( seluruh waktu pertumbuhan padi digenangi
5 – 25 cm)
- Padi gogo rancah (tidak digenangi di awal
pertumbuhan dan kemudian digenangi 5 – 25 cm
pada periode pertengahan sampai akhir pertumbuhan.
- Padi pasang surut (Padi sawah dengan genangan
diatas 50 cm, dengan variasi tinggi genangan air
bergantung pada pasang dan surutnya air di muara
sungai).
- Padi rawa / padi lebak adalah padi sawah dengan
genangan lebih dari 50 cm sampai 2 m.

[Padi air dalam adalah nama lain untuk padi pasang surut,
padi rawa dan padi lebak.]
STRATEGI TEKNOLOGI IPAT - BO

 Mengoptimalkan dan memanfaatkan


kemampuan padi dalam mengembangkan
sistem perakaran dan pembentukan anakan.

 Meningkatkan peranan kekuatan biologis dalam


memasok nutrisi dan memproduksi senyawa
bioaktif (fitohormon, eksudat akar) untuk
menunjang pertumbuhan dan pengembangan
sistem perakaran dan tanaman.
Tahapan teknik budidaya IPAT – BO :
 Seleksi benih, dalam larutan garam
 Persemaian benih umur 7 – 14 HSS
 Pemupukan :
(1) Pupuk organik :
- Sebelum persemaian :
500 g kompos + 50 g pupuk bio per m2
- Sebelum tanam: kompos jerami/pupuk
kandang 300 – 500 kg/ha, + pupuk biostimulan
untuk daun pada umur 15, 25, 35HST,
untuk bunga pada umur 45, 55, dan 65 HST
(2) Pupuk anorganik :
N, P, K 1 – 2 hari sebelum tanam.
Pupuk susulan dgn melihat bagan warna daun
(BWD) saat umur (21 – 28 HST), (35 – 42 HST),
(48 – 56 HST)  dosis sesuai anjuran.

 Pengaturan jarak tanam:


- Pola bujur sangkar (30 x 30, 35 x 35, 40 x 40,
50 x 50 cm ) 1 benih per lubang tanam.
- Sistem tanam bibit kembar (IPAT – TS) (Twin
Seedling)
- Legowo (IPAT – LG).
 Teknik pemberian air :

(1) Sejak tanam hingga masa pertumbuhan


tanaman lahan macak – macak.
(2) Saat pengendalian gulma, dilakukan
penggenangan hingga ketinggian air
1 – 2 cm dilakukan 1 – 2 hari
sebelum penyiangan gulma.
(3) Selanjutnya lahan dalam kondisi macak –
macak hingga fase pemasakan.
(4) Lima belas hari menjelang panen,
pemberian air diberhentikan dan dibiarkan
mengering secara alami.
Perbedaan Sistem Konvensional dengan IPAT – BO
Sistem IPAT - BO
Konvensional

1. Benih Boros Hemat 25 %


 30 kg/ha  7,5 kg/ha

2. Tanam 3 – 4 bibit/lubang 1 bibit/lubang


3. Jarak tanam Rapat Lebar

4. Penggunaan air Digenangi terus - aerob


(anaerob) - Penggenangan
terputus
- Hemat air
5. Pupuk organik - Menggunakan

6. Pupuk anorganik Boros Hemat  50 %


Pada IPAT – BO

 Pupuk dari jerami : inokulasi dengan


dekomposer ABG – degra  200 g/ha pada
tumpukan jerami atau hamparan jerami
sebelum pengolahan tanah (1 – 2 minggu )
sebelum pengolahan.

 Ekstrak organik dan biostimulan ABG


(amazing bio growth)

Anda mungkin juga menyukai