Anda di halaman 1dari 42

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan


4.1.1 Profil Perusahaan

Koperasi Unit Desa (KUD) Jabung berdiri pada tanggal


27 Mei 1979. Pada akhir tahun 1989 KUD Jabung mulai
mengembangkan usaha sapi perah, menyusul usaha simpan
pinjam dan pertokoan. KUD Jabung sempat meraih
penghargaan sebagai KUD Terbaik Nasional pada tahun 1987.
Pada tahun 1998, KUD Jabung berubah nama menjadi Koperasi
Agro Niaga Jabung atau KAN Jabung. Berikut merupakan
desain bisnis KAN Jabung yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Business Design KAN Jabung


(Sumber: KAN Jabung 2017)

Sesuai dengan desain bisnis yang dimiliki KAN Jabung


yang merupakan Divisi Bisnis Inti adalah Divisi Sapi Perah
karena melibatkan sebagian besar (85%) anggota KAN Jabung.
Agar usaha bisnis inti bisa terus berkembang dan mampu
memberikan layanan sebaik-baiknya, maka dibuka usaha
penunjang yaitu Usaha Penunjang Langsung (UPL) dan Usaha
Penunjang Tidak Langsung (UPTL). Adapun masing-masing
divisi adalah sebagai berikut:
47
A. Divisi Bisnis Inti (Sapi Perah)
1. Unit Quality Control (QC)
2. P4 (Peningkatan Produksi Dan Penyelamatan Populasi)
3. Unit Kesehatan Hewan
4. Unit Susu Olahan
5. Unit Pengolahan Limbah:
- Biogas
- Pengolahan pupuk organik

B. Divisi penunjang langsung


1. Unit sapronak
2. Unit angkutan
3. Unit bengkel
4. Unit KAN Trading:
 Swalayan
 Toko bangunan
 Toko pecah belah dan babyshop

C. Divisi penunjang tidak langung


1. Tebu rakyat
2. Saprotan (sarana produksi pertanian)

4.1.2 Visi dan Misi


a. Visi
Menjadi koperasi agribisnis yang kompetitif dalam
mengembangkan kualitas hidup anggota dan masyarakat
berdasarkan nilai-nilai KOPERASI
b. Misi
1. Meningkatkan taraf hidup anggota dengan cara memenuhi
kebutuhan mereka dalam arti ekonomi, sosial dan budaya
dengan prinsip-prinsip KOPERASI sebagai dasar atas semua
kegiatan.
2. Melakukan perbaikan dan pengembangan secara terus
menerus terhadap Sumber Daya Daya Manusia dan
Manajemen Sistem menuju terbentuknya budaya organisasi,
guna meningkatkan benefit dan produktifitas.

48
3. Menjalankan unit usaha agri dan penunjangnya secara
profesional dengan menyediakan produk berkualitas dan
memberikan pelayanan prima.
4. Menyediakan sarana produksi yang dibutuhkan oleh anggota,
berperan aktif dalam proses produksi, serta membantu
proses pemasarannya.
5. Meningkatkan daya beli anggota dengan cara mendorong
pertumbuhan skala usahanya dan perbaikan manajemen
keuangan keluarga

4.2 Proses Produksi

Proses produksi adalah serangkaian aktivitas berurutan


yang dilakukan secara kontinyu sebagai usaha untuk mengolah
bahan baku mentah menjadi produk jadi yang bermutu dan
memiliki nilai jual. Serangkaian aktivitas tersebut akan
menentukan kelayakan produk untuk dikonsumsi dan biaya
yang harus ditanggung oleh perusahaan dan harga jual produk.
Sehingga aktivitas produksi harus dilakukan secara efektif dan
efisien.
Rangkaian proses produksi susu pasteurisasi di KAN
Jabung terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan bahan
baku (penampungan dan pendinginan), pengolahan
(pencampuran, pasteurisasi), dan pengemasan. Diagram alir
proses produksi susu pasteurisasi di KAN Jabung dapat dilihat
pada Gambar 4.2.

49
Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Produksi Susu Pasteurisasi
(Sumber: KAN Jabung 2017)

4.2.1 Penampungan dan Pendinginan Susu

Proses penampungan dan pendinginan susu diawali


dengan masuknya susu segar dari cooling unit menuju blending
tank. Cooling unit merupakan mesin penampung sementara
dimana susu yang berasal dari peternak sapi perah
mendapatkan perlakuan pendinginan hingga mencapai suhu 4o
C. Suhu 4o merupakan batas suhu dimana susu dapat masih
dapat mempertahankan sifat organoleptiknya selama beberapa
hari penyimpanan. Sesuai dengan penelitian Cahyanigtyas
(2016) bahwa setelah dilakukan penyimpanan pada suhu 4 C,
secara organoleptik susu mulai rusak setelah waktu
penyimpanan 8 hari, semakin lama pH susu semakin turun, pH
mulai turun pada hari ke-3, dan pertumbuhan bakteri Coliform
mulai meningkat pada hari ke-6..
Susu segar yang telah berada di dalam blending tank
mendapatkan beberapa perlakuan yaitu pengadukan oleh
agitator blending tank untuk menjaga agar susu tetap homogen
dan pendinginan kembali hingga mencapai suhu 4o C dan
distabilkan pada suhu 4o C di dalam blending tank.

50
4.2.2 Pencampuran 1

Proses pencampuran 1 merupakan proses pencampuran


larutan gula, essence, dan pewarna makanan. Pencampuran 1
dilakukan pada mesin mixing tank. Proses pencampuran diawali
dengan mengisi mixing tank dengan sejumlah air, untuk
dipanaskan hingga mencapai suhu ± 80oC. Setelah suhu 80oC
tercapai, ditambahkan sejumlah gula, essence dan pewarna
dalam takaran tertentu. Setelah semua bahan baku yang berupa
larutan gula, essence dan pewarna dimasukkan dalam mixing
tank, berdasarkan SOP yang diterapkan, dibutuhkan waktu
minimal 5 menit perlakuan mixing untuk mendapatkan hasil
pencampuran yang baik antara larutan gula, essence dan
pewarna.

4.2.3 Pencampuran 2

Proses pencampuran 2 dilakukan pada blending tank.


Sebelum proses pencampiran 2 dimulai, blending tank akan diisi
susu segar. Susu segar tersebut merupakan susu yang telah
diberi perlakuan pendinginan pada suhu 4oC pada saat susu
berada di dalam cooling unit. Susu segar yang sudah
dimasukkan ke dalam blending tank akan mengalami
pendinginan kembali untuk menjaga suhu susu agar tetap pada
suhu 4oC di dalam blending tank. Proses pencampuran 2
merupakan proses pencampuran antara larutan hasil dari
pencampuran 1 pada mixing tank dengan susu yang telah
berada didalam blending tank. Proses pencampuran 2
berlangsung bersamaan dengan masuknya hasil pencampuran
1 ke dalam blending tank.

4.2.4 Pasteurisasi

Proses produksi susu yang dilaksanakan di KAN Jabung


adalah proses pengolahan susu pasteurisasi. Proses produksi
susu pasteurisasi dilaksanakan di ruang proses pasteurisasi.
Susu pasteurisasi yang diproduksi di KAN Jabung memiliki
varian rasa coklat dan stroberi. Pembuatan susu dengan rasa
51
stroberi dan coklat tersebut sama, akan tetapi terdapat
perbedaan bahan penunjang yang ditambahkan. Pada produksi
susu pasteurisasi dengan varian rasa coklat, ditambahkan
essence coklat dan pewarna makanan coklat. Pada produksi
susu pasteurisasi dengan varian rasa stroberi, ditambahkan
essence stroberi dan pewarna makanan merah muda.
Susu yang akan menjadi bahan baku susu pasteurisasi
telah melalui tahap pengujian kualitas susu segar ketika susu
tersebut datang dari peternak dan akan dimasukkan kedalam
cooling unit di pos penampungan. Susu yang digunakan
sebagai bahan baku susu pasteurisasi adalah susu yang telah
dimasukkan ke dalam cooling unit dengan suhu pendinginan 4o
C. Susu dari cooling unit tersebut, jika suhunya telah mencapai
4o C maka susu tersebut siap dialirkan menuju blending tank.
Proses pasteurisasi akan dimulai dengan mengalirkan
hasil pecampuran 2 menuju balance tank untuk dialirkan menuju
mesin pasteurisasi. Proses pasteurisasi berlangsung secara
HTST. Menurut Setya (2012) pasteurisasi dengan suhu tinggi
dan waktu singkat (High Temperature Short Time/HTST), yaitu
proses pemanasan susu selama 15–16 detik pada suhu 71,7–
75 oC dengan alat Plate Heat Exchanger. Setelah susu
melewati proses pasteurisasi, maka susu akan dialirkan menuju
mesin pengemas untuk dilakukan proses pengemasan.

4.2.5 Pengemasan

Proses pengemasan susu pasteurisasi di KAN Jabung


menggunakan full automatic cup sealer machine 4 line
pneumatic system. Pada awal sebelum proses pengemasan
dimulai, dilakukan uji coba pada mesin pengemas. Uji coba
yang dilakukan pada mesin pengemas bertujuan agar proses
pengemasan dapat berlangsung dengan lancar. Pada proses uji
coba mesin, dilakukan inspeksi terhadap beberapa bagian
mesin yang sangat berpengaruh selama proses. Adapun
beberapa bagian mesin yang dilakukan pengecekan yaitu pada
bagian mesin pemotong (cutter) lid cup, cup sealer, pencetak
kode tanggal kadaluarsa, plastik lid cup.

52
Proses pengemasan susu pasteurisasi di KAN Jabung
dilaksanakan bersamaan dengan proses pasteruisasi, hal ini
dikarenakan proses pasteurisasi dan proses pengemasan
merupakan jalur produksi satu arah yang saling berhubungan.
Selain itu, pengemasan langsung juga ditujukan untuk
mengatasi sifat perishable yang dimiliki oleh susu. Pada proses
pengemasan, susu akan dikemas dengan menggunakan cup.
Setelah proses pengemasan oleh mesin pengemas selesai,
pekerja akan menyusun susu pasteurisasi dalam kemasan ke
dalam trey. Selanjutnya susu pasteurisasi dalam kemasan yang
sudah disusun di dalam trey akan dimasukkan ke dalam cold
storage untuk disimpan sebelum susu pasteurisasi diserahkan
ke tangan konsumen.

4.3 Penentuan Waktu Standar

Dalam memulai stopwatch time study diperlukan untuk


memilih tenaga kerja yang akan diamati pada setiap tahapan
proses. Tenaga kerja tersebut yaitu tenaga kerja terlatih yang
memahami proses tersebut. Setelah didapatkan waktu standar,
data tersebut akan dimasukkan ke dalam current state map.
Data hasil pengamatan dengan stopwatch time study dapat
dilihat pada Tabel 4.1.

53
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Stopwatch Time Study
Pasteurisasi
Penampungan Pencampuran Pencampuran
&
No & Pendinginan 1 2
Pengemasan
(menit) (menit) (menit)
(menit)
1 8,68 88,58 10,78 54,37
2 8,52 80,92 9,45 62,88
3 9,35 85,60 9,80 66,35
4 8,18 92,15 10,08 76,52
5 9,88 93,60 10,30 58,87
6 8,38 98,58 10,48 69,23
7 9,70 97,08 9,22 72,60
8 9,55 88,30 10,13 59,68
9 8,42 89,82 9,95 68,62
10 9,20 91,10 10,48 62,97
11 8,38 84,47 10,85 64,43
12 8,72 92,43 10,65 68,27
13 9,38 94,98 9,38 73,07
14 9,32 92,75 10,68 64,45
15 8,20 84,43 10,63 62,28
16 9,42 91,62 9,20 73,38
Sumber: Data primer diolah (2016)

a. Uji Kenormalan Data


Pada uji kenormalan data, data yang diuji tersebut akan
dinyatakan normal apabila output hasil uji memiliki angka
signifikansi > 0.05. Output hasil uji pada masing-masing proses
dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Kenormalan Data


Kenormalan
No Proses Signifikansi
Data
Penampungan &
1 0,107 Normal
Pendinginan
2 Pencampuran 1 0,935 Normal
3 Pencampuran 2 0,105 Normal
Pasteurisasi &
4 0,962 Normal
Pengemasan
Sumber: Data primer diolah (2016)

54
Menurut hasil uji kenormalan data diatas, data proses
penampungan dan pendinginan dengan nilai signifikasnsi 0,107
(sig>0,05), sehingga data proses penampungan dan
pendinginan dinyatakan normal. Data proses pencampuran 1
dengan nilai signifikansi 0,935 (sig>0,05), sehingga data proses
pencampuran 1 dinyatakan normal. Data proses pencampuran 2
dengan nilai signifikansi 0,105 (sig>0,05), sehingga data proses
pencampuran 2 dinyatakan normal. Data proses pasteurisasi
dan pengemasan dengan nilai signifikansi 0,962 (sig>0,05),
sehingga data proses pasteurisasi dan pengemasan dinyatakan
normal.

b. Uji Keseragaman Data


Hasil uji keseragaman data dapat dilihat pada Lampiran
5. Rekapitulasi hasil uji keseragaman data masing-masing
proses dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Keseragaman Data


No Proses Keseragaman Data
1 Penampungan & Pendinginan Seragam
2 Pencampuran 1 Seragam
3 Pencampuran 2 Seragam
4 Pasteurisasi & Pengemasan Seragam
Sumber: Data primer diolah (2016)

Menurut hasil uji keseragaman data diatas, data proses


penampungan dan pendinginan, proses pencampuran 1, proses
pencampuran 2, dan proses pasteurisasi dan pengemasan
dinyatakan normal karena pada pengujian kenormalan data,
data pada masing-masing proses sudah berada diantara batas
kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB).

c. Uji Kecukupan Data


Hasil perhitungan uji kecukupan data secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 6. Rekapitulasi hasil uji kecukupan
data dapat dilihat pada Tabel 4.4.

55
Tabel 4.4 Hasil Uji Kecukupan Data
No Proses N N’ Kecukupan data
1 Penampungan & Pendinginan 16 7 Cukup
2 Pencampuran 1 16 5 Cukup
3 Pencampuran 2 16 5 Cukup
4 Pasteurisasi & Pengemasan 16 13 Cukup
Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Menurut hasil uji kecukupan data diatas, data proses


penampungan memiliki nilai N’ sebesar 7 (N’<N), sehingga data
proses penampungan dan pendinginan dinyatakan cukup. Data
proses pencampuran 1 memiliki nilai N’ sebesar 5 (N’<N),
ssehingga data proses pencampuran 1 dinyatakan cukup. Data
proses pencampuran 2 memiliki nilai N’ sebesar 5 (N’<N),
sehingga data proses pencampuran 2 dinyatakan cukup. Data
proses pasteurisasi dan pengemasan memiliki nilai N’ sebesar
13 (N’<N), sehingga data proses pasteurisasi dan pengemasan
dinyatakan cukup.

d. Perhitungan Waktu Standar (Waktu Baku)


Waktu siklus dihitung menggunakan rumus (2.6). Hasil
perhitungan waktu siklus pada masing-masing proses dapat
dilihat pada Lampiran 7. Setelah nilai waktu siklus pada
masing-masing proses didapatkan, dilanjutkan dengan
menentukan nilai performance rating dengan menggunakan
metode westinghouse system’s rating. Metode ini digunakan
karena diinginkan menghitung performance rating pada
beberapa aspek sekaligus, yaitu aspek skill, effort, conditions,
dan consistency. Setelah didapatkan nilai performance rating
yang sesuai, perhitungan waktu normal dapat dilakukan. Waktu
normal akan dihitung menggunakan rumus (2.7). Hasil
perhitungan waktu normal pada masing-masing proses dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Waktu standar akan dihitung dengan rumus (2.8). Hasil
perhitungan waktu standar pada masing-masing proses dapat
dilihat pada Lampiran 9. Hasil perhitungan waktu standar yang
dicantumkan dalam Operation Process Chart (OPC) dapat
dilihat pada Lampiran 10. Rekapitulasi perhitungan waktu

56
siklus, waktu normal, dan waktu standar dapat dilihat pada
Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal, Dan Waktu
Baku Semua Proses
Waktu Waktu Waktu
No Proses siklus normal standar
(menit) (menit) (menit)
1 Penampungan dan 8,96 10,21 11,94
pendinginan
2 Pencampuran 1 90,40 104,86 145,64
3 Pencampuran 2 10,34 11,78 13,39
4 Pasteurisasi dan 66,12 75,37 144,95
pengemasan
Sumber: Data primer diolah (2017)

Berdasarkan data tabel diatas, proses penampungan


dan pendinginan memiliki waktu siklus 8,96 menit, dengan
perhitungan yang mempertimbangkan performance rating factor
didapatkan waktu normal 10,213 menit, setelah ditambahkan
pertimbangan allowance maka didapatkan waktu baku pada
proses penampungan dan pendinginan sebesar 11,94 menit.
Proses pencampuran 1 memiliki waktu siklus 90,40 menit,
dengan perhitungan yang mempertimbangkan performance
rating factor didapatkan waktu normal 104,864 menit, setelah
ditambahkan pertimbangan allowance maka didapatkan waktu
baku pada proses pencampuran 1 sebesar 145,64 menit.
Proses pencampuran 2 memiliki waktu siklus 10,94 menit,
dengan perhitungan yang mempertimbangkan performance
rating factor didapatkan waktu normal 11,787 menit, setelah
ditambahkan pertimbangan allowance maka didapatkan waktu
baku pada proses pencampuran 2 sebesar 13,39 menit. Proses
pasteurisasi dan pengemasan memiliki waktu siklus 66,12
menit, dengan perhitungan yang mempertimbangkan
performance rating factor didapatkan waktu normal 75,376
menit, setelah ditambahkan pertimbangan allowance maka
didapatkan waktu baku pada proses pencampuran 2 sebesar
144,95 menit.

57
4.4 Penyusunan Current State Map
4.4.1 Aliran Informasi Proses Produksi Susu Pasteurisasi
Aliran informasi yang terjadi pada proses produksi susu
pasteurisasi adalah sebagai berikut:
1. Kontrol produksi memperhitungkan jenis dan jumlah bahan
baku secara keseluruhan sesuai dengan pesanan dan
perencanaan produksi.
2. Kemudian bagian kontrol produksi, supervisor akan
menginformasikan kepada marketing executive mengenai
jumlah dan jenis bahan baku yang diperlukan, untuk
mendapatkan ijin pembelian bahan baku tersebut.
3. Selanjutnya supervisor akan melakukan pemesanan sesuai
dengan ijin dari marketing executive. Setelah bahan baku
yang dipesan datang, maka proses produksi susu
pasteurisasi dapat dimulai.
4. Susu pasteurisasi yang telah dikemas akan dilakukan
penyimpanan di cold storage. Apabila waktu pengiriman
kepada konsumen telah tiba, maka produk akan dikirimkan
menuju konsumen.

4.4.2 Pembuatan Current State Map


Dalam pembuatan current state map dilakukan analisis
terhadap pengelompokan waktu pada masing-masing proses
yang terjadi selama produksi susu pasteurisasi ke dalam
kategori value added time, non value added time, dan
necessary but non value added time. Value added activity time
merupakan waktu dari aktivitas yang memberikan pertambahan
nilai pada produk seperti pemrosesan produk yang dapat dilihat
pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Total Value Added Time


No Proses Waktu (menit)
1 Penampungan dan pendinginan 11,94
2 Pencampuran 1 (Mixing tank) 145,64
3 Pencampuran 2 (Blending tank) 13,39
4 Pasteurisasi dan pengemasan 144,95
Total 315,92
Sumber: Data primer diolah (2017)

58
Non value added time merupakan waktu dari aktivitas
yang tidak memberikan pertambahan nilai pada produk seperti
perpindahan bahan, waiting, dan penyimpanan (storage) yang
dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.7 Total Necessary But Non Value Added Time


No Proses Waktu (menit)
1 Uji coba mesin pengemas 4,26
Total 4,26
Sumber: Data primer diolah (2017)

Necessary but non value added time merupakan waktu


dari aktivitas yang dibutuhkan tapi tidak memberikan nilai
tambah seperti inspeksi yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Current state map produksi susu pasteurisasi di KAN Jabung
dapat dilihat pada Lampiran 11.

Tabel 4.8 Total Non Value Added Time


No Proses Waktu (menit)
1 Petugas membuka kran pipa aliran susu 1,133
2 Susu dialirkan ke blending tank 2,350
Petugas membuka kran air dingin pada
3 pendingin blending tank 0,167
4 Petugas menutup kran pipa aliran susu 1,117
5 Petugas menyalakan agitator blending tank 0,083
6 Petugas mengisi air pada mixing tank 17,717
Petugas menyalakan pemanas pada mixing
7 tank 0,150
Petugas menunggu suhu mixing tank
88,233
8 mencapai 70 C
9 Petugas menyiapkan gula 0,783
10 Petugas membawa gula ke mixing tank 0,333
11 Petugas menuang gula ke mixing tank 0,217
12 Petugas menyalakan agitator pada mixing tank 0,100
13 Petugas menyiapkan formula 0,900
14 Petugas membawa formula ke mixing tank 0,333
15 Petugas menuang formula ke mixing tank 0,217
16 Petugas menyiapkan cup kemasan 3,517
59
Tabel 4.8 Total Non Value Added Time (Lanjutan)
No Proses Waktu (menit)
17 Petugas menyiapkan lid cup 12,083
18 Uji coba mesin pengemas 4,267
19 Petugas menyiapkan trey 8,150
20 Petugas mengisi air pada trey 13,350
Petugas membuka kran aliran dari mixing tank
21 ke blending tank 1,133
Larutan gula dan formula di alirkan dari mixing
22 tank ke blending tank 0,867
Petugas menutup kran aliran dari mixing tank
1,133
23 ke blending tank
Petugas menunggu suhu mesin pasteuriasi
24 tercapai 71,550
Petugas membuka kran aliran dari blending
25 tank ke balance tank 0,150
Petugas memasukkan susu pasteurisasi
dalam kemasan, yang berada di dalam trey ke 20,967
26 cold storage
Total 251
Sumber: Data primer diolah (2017)

4.5 Identifikasi Pemborosan

Hasil rekapitulasi kuesioner tersebut berupa skor yang


akan dimasukkan dalam matriks VALSAT. Penggunaan skor
tersebut dalam VALSAT ditujukan untuk memilih tools VALSAT
mana yang paling cocok digunakan sesuai dengan pemborosan
yang terjadi. Hasil pe-ranking-an skor kuesioner dapat dilihat
pada Tabel 4.10. Sedangkan rekapitulasi hasil kuesioner secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 12.

60
Tabel 4.10 Hasil Penyebaran Kuesioner
No Pemborosan Rata-rata Ranking
1 Overproduction 1 2
2 Waiting 1,33 1
3 Transportation 1 2
4 Inappropriate processing 1 2
5 Unnecessary inventory 0 3
6 Unnecessary motion 1 2
7 Defect 1 2
8 Power and energy 1 2
9 Human potential 0 3
10 Environmental pollution 0 3
11 Unnecessary overhead 0 3
12 Inappropriate design 0 3
Sumber: Data primer diolah (2017)

4.6 Pemilihan Tools VALSAT

Pemilihan tools Value Stream Analysis Tools (VALSAT)


dilakukan berdasarkan hasil perhitungan dari matriks VALSAT
yang digabungkan dengan hasil kuesioner yang telah diisi oleh
responden. Hasil kuesioner yang telah direkapitulasi akan diberi
ranking. Pe-ranking-an tersebut untuk mengetahui pemborosan
yang dinilai sering terjadi hingga pemborosan yang tidak terjadi
dalam proses produksi susu pasteurisasi. Nilai rata-rata yang
didapatkan dari rekapitulasi kuesioner akan dikalikan dengan
matriks VALSAT pada masing-masing tools. Hasil perkalian
antara rara-rata nilai pada masing-masing pemborosan dengan
matriks VALSAT akan menunjukkan tools mana yang paling
sesuai digunakan untuk menganalisa pemborosan yang terjadi
dalam proses produksi susu pasteurisasi di KAN Jabung. Hasil
perhitungan VALSAT dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Perhitungan VALSAT secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 13.

61
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan VALSAT
No Tools Total Ranking
1 Process Activity Mapping 41,97 1
2 Supply Chain Response Matrix 15,97 5
3 Production Variety Funnel 4,33 10
4 Quality Filter Mapping 11,00 6
5 Demand Amplification Mapping 6,99 8
6 Decision Point Analysis 7,99 7
7 Physical Structure Mapping 6,00 9
8 Value Analysis Time Profile 18,99 3
Overall Supply Chain
9 22,97 2
Effectiveness Mapping
Supply Chain Relationship
10 16,33 4
Mapping
Sumber: Data primer diolah (2017)

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa process


activity mapping merupakan tools yang mendapatkan ranking
tertinggi dengan nilai total 41,97. Ranking kedua dari tabel hasil
perhitungan VALSAT yaitu overall supply chain effectiveness
mapping dengan nilai total 22,97 poin, meskipun overall supply
chain effectiveness mapping mendapatkan ranking kedua, tapi
nilai total antara process activity mapping dan overall supply
chain effectiveness mapping memiliki selisih cukup jauh (selisih
≥ 19 poin) dari nilai total. Hal ini menunjukkan bahwa process
activity mapping merupakan tools mana yang paling sesuai
digunakan untuk menganalisa pemborosan yang terjadi dalam
proses produksi susu pasteurisasi di KAN Jabung.

- Process Activity Mapping


Process activity mapping merupakan jenis tools VALSAT
yang digunakan untuk mengidentifikasi lead time dan
produktifitas baik aliran produk fisik maupun aliran informasi.
Konsep dasar dari tools ini adalah memetakan setiap tahap
aktivitas yang terjadi mulai dari operasi, transportasi, inspeksi,
delay, dan storage, kemudian mengelompokkannya ke dalam
tipe-tipe aktivitas yang ada mulai dari value adding activities
(VA), necessary but non-value adding activities (NNVA), dan
62
non value adiing activities (NVA). Reduksi pemborosan dapat
dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam non
value added (NVA) yang akan disajikan dalam bentuk future
state map. Hasil pembuatan process activity mapping dapat
dilihat pada Tabel 4.12.

63
Tabel 4.12 Process Activity Mapping
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
1 Petugas membuka kran
Kunci pas 1,13 1 NVA
pipa aliran susu
2 Susu dialirkan ke blending Emulsion
2,35 NVA
tank Pump
3 Petugas membuka kran air
dingin pada pendingin Manual 0,17 0,5 1 NVA
blending tank
4 Petugas menutup kran pipa
Kunci pas 1,12 0,5 1 NVA
aliran susu
5 Petugas menyalakan
Manual 0,08 1,5 1 NVA
agitator blending tank
6 Penampungan dan Blending
11,94 1 VA
pendinginan tank
7 Petugas mengisi air pada Selang air 17,72 4 1 NVA
mixing tank
8 Petugas menyalakan Manual 0,15 1 NVA
pemanas pada mixing tank
9 Petugas menunggu suhu Mixing tank 88,23 NVA
mixing tank mencapai suhu
sesuai SOP
10 Petugas menyiapkan gula Timbangan 0,78 12 1 NVA
digital

64
Tabel 4.12 Process Activity Mapping (Lanjutan)
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
11 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
12 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
13 Petugas menyalakan
Manual 0,10 1 NVA
agitator pada mixing tank
14 Petugas menyiapkan gula Timbangan
0,78 12 1 NVA
digital
15 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
16 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
17 Petugas menyiapkan gula Timbangan
0,78 12 1 NVA
digital
18 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
19 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
20 Petugas menyiapkan gula Timbangan
0,78 12 1 NVA
digital
21 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank

65
Tabel 4.12 Process Activity Mapping (Lanjutan)
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
22 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
23 Petugas menyiapkan formula Gelas ukur 0,90 12 1 NVA
24 Petugas membawa formula ke Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
25 Petugas menuang formula ke Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
26 Pencampuran 1 (Proses mixing) Mixing tank 145,64 1 VA
27 Petugas menyiapkan cup Manual 3,52 12 1 NVA
kemasan
28 Petugas menyiapkan lid cup Manual 12,08 20 1 NVA
29 Uji coba mesin pengemas Manual 4,27 1 NNVA
30 Petugas menyiapkan trey Manual 8,15 21 1 NVA
31 Petugas mengisi air pada trey Selang air 13,35 1 NVA
32 Petugas membuka kran aliran Kunci pas 1,13 8 1 NVA
dari mixing tank ke blending
tank
34 Larutan gula dan formula di Emulsion 0,87 1 NVA
alirkan dari mixing tank ke pump
blending tank
66
Tabel 4.12 Process Activity Mapping (Lanjutan)
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
35 Petugas menutup kran Kunci pas 1,13 1 NVA
aliran dari mixing tank
ke blending tank
36 Pencampuran 2 Blending 13,39 1 VA
tank
37 Petugas menunggu Mesin PHE 71,55 NVA
suhu mesin pasteuriasi
tercapai
38 Petugas membuka Kunci pas 0,15 1 NVA
kran aliran dari
blending tank ke
balance tank
39 Proses pasteurisasi & Mesin PHE, 144,95 6 2 VA
pengemasan homogenizer
,mesin
pengemas
40 Petugas memasukkan Manual 20,97 21 2 NVA
susu pasteurisasi
dalam kemasan, yang
berada di dalam trey
ke cold storage
Total 570,91 264,5

67
Keterangan: = Operasi
= Transportasi
= Inspeksi
= Menunda
= Penyimpanan
Sumber: Data primer diolah (2017)

4.7 Analisis Penyebab Pemborosan


Analisis penyebab pemborosan bisa dilakukan melalui
hasil tools VALSAT yang terpilih. Fishbone diagram digunakan
untuk memperjelas penyebab pemborosan yang terjadi.
Penyebab masing-masing pemborosan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Waiting
Waiting merupakan jenis pemborosan yang diakibatkan
oleh adanya waktu menunggu. Waiting dapat terjadi akibat
adanya delay pada suatu proses, dalam hal ini delay terdapat
pada proses produksi susu pasteurisasi. Adanya aktivitas
berupa delay dapat mempengaruhi proses lainnya yang berada
dalam satu jalur produksi, dalam hal ini dicontohkan pada
aktivitas menuju pencampuran 1 dan proses pasteurisasi. Hal ini
dikarenakan mesin pemanas air yang belum siap dengan suhu
air panas yang optimal (±95o C), sehingga berakibat pada
proses lain yang membutuhkan air panas. Air panas yang
seharusnya sudah siap digunakan sebagai pemanas pada
proses pencampuran 1 dan proses pasteuirisasi belum
mencapai suhu optimal, sehingga berakibat pada delay waktu
pada proses pencampuran 1 dan proses pasteurisasi. Untuk
memperjelas penyebab pemborosan waiting, dibuatlah fishbone
diagram. Fishbone diagram pemborosan waiting dapat dilihat
pada Gambar 4.3.

68
Gambar 4.3 Fishbone Diagram Pemborosan Waiting

2. Overproduction
Overproduction merupakan jenis pemborosan yang
diakibatkan oleh kegiatan memproduksi terlalu banyak yang
melebihi kebutuhan pelanggan atau memproduksi lebih cepat
daripada waktu kebutuhan pelanggan yang menyebabkan
kelebihan inventory. Overproduction pada proses produksi susu
pasteurisasi di KAN Jabung bisa terjadi karena adanya bahan
baku yang lebih dari cukup untuk memenuhi pesanan produk
susu pasteurisasi dari konsumen dan juga untuk
memaksimalkan kapasitas produksi. Menurut hasil
pengumpulan data oleh peneliti, didapatkan bahwa terjadinya
overproduction di lantai produksi susu pasteurisasi tidak hanya
diakibatkan oleh berlebihnya bahan baku produksi, tetapi juga
dipengaruhi oleh keinginan KAN Jabung untuk selalu memenuhi
kebutuhan konsumen yang telah melakukan pemesanan susu
pasteurisasi, maupun untuk memenuhi konsumen yang
seringkali melakukan pembelian dengan jumlah yang cukup
banyak secara langsung/tanpa melakukan pemesanan terlebih
dahulu. Sehingga overproduction yang terjadi di lantai produksi
susu pasterisasi KAN Jabung lebiih mengarah pada tindakan
pencegahan oleh pihak KAN Jabung terhadap konsumen yang
seringkali melakukan pembelian susu pasteurisasi secara

69
langsung atau tanpa melakukan pemesanan sebelumnya. Untuk
memperjelas penyebab pemborosan overproduction, dibuatlah
fishbone diagram. Fishbone diagram pemborosan
overproduction dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Fishbone Diagram Pemborosan Overproduction

3. Transportation
Transportation merupakan jenis pemborosan yang dapat
berupa waktu, tenaga dan biaya akibat pergerakan yang
berlebihan dari pekerja, aliran informasi, dan atau material
produk. Pemborosan transportasi berlebih bisa terjadi di lantai
produksi susu pasteurisasi di KAN jabung karena adanya
pekerjaan berulang dengan jarak yang cukup jauh. Menurut
hasil pengumpulan data oleh peneliti didapatkan bahwa
terjadinya transportasi berlebih pada lantai produksi susu
pasteurisasi terjadi pada saat pekerja menyiapkan hingga
memasukkan gula ke dalam mixing tank. Kegiatan transportasi
berlebih di lantai produksi susu pasteurisasi dikarenakan
pekerja harus menyiapkan hingga memasukkan gula ke dalam
mixing tank secara berulang. Selain terbatasnya tempat/wadah
yang digunakan untuk mengambil gula dari ruang bahan
tambahan produksi yang menyebabkan pekerja harus
mengulang pekerjaan tersebut, akses lintasan yang digunakan
70
pekerja dalam melakukan aktivitas ini tidak cukup lebar. Jarak
antara ruang bahan tambahan dengan mixing tank yaitu ±12
meter, sehingga dengan adanya 4 kali pengulangan kegiatan
tersebut, maka pekerja telah menempuh jarak sejauh ±48
meter. Untuk memperjelas penyebab pemborosan transportasi
berlebih, dibuatlah fishbone diagram. Fishbone diagram
pemborosan transportasi berlebih dapat dilihat pada Gambar
4.5.

Gambar 4.5 Fishbone Diagram Pemborosan Transportation

4. Inappropriate Processing
Inappropriate processing merupakan jenis pemborosan
yang terjadi seperti kesalahan dalam mempergunakan tools
saat bekerja sehingga terjadinya kesalahan dalam proses
produksi. Inappropriate processing bisa terjadi di lantai produksi
susu pasteurisasi karena saat terjadi proses pengemasan,
seringkali pisau pemotong lid cup bergeser maupun patah,
patahnya pisau pemotong diakibatkan oleh menurunnya tingkat
keandalan pisau pemotong. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti terjadinya pergeseran posisi pisau pemotong/patahnya
pisau pemotong lid cup dapat dikarenakan oleh pengecekan
yang kurang optimal pada bagian mesin pengemas. Kurang
optimalnya pengecekan pada bagian mesin pengemas
71
menyebabkan pisau pemotong bergeser/patah, sehingga proses
pengemasan terganggu. Produk akhir yang mengalami
pengemasan tidak sempurna mengakibatkan adanya
penambahan pekerjaan pada pekerja berupa pemotongan lid
cup secara manual. Untuk memperjelas penyebab pemborosan
inappropriate processing, dibuatlah fishbone diagram. Fishbone
diagram pemborosan inappropriate processing dapat dilihat
pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Fishbone Diagram Pemborosan Inappropriate Processing

5. Unnecessary Motion
Unnecessary motion merupakan jenis pemborosan
berupa segala pergerakan dari orang atau mesin yang tidak
menambah nilai terhadap barang dan jasa yang akan
diserahkan kepada pelanggan tetapi hanya menambah biaya
dan waktu saja. Atau keadaan tempat kerja yang kurang (tidak
ergonomis) yang menyebabkan pekerja melakukan gerakan
yang tidak perlu. Unnecessary motion bisa terjadi dil lantai
produksi susu pasteurisasi karena terkadang pekerja
menganggur, hal ini dikarenakan pekerja harus menunggu suatu
proses selesai agar bisa melanjutkan proses selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terjadinya unnecessary
motion karena dalam rangkaian proses produksi terdapat delay

72
yang menyebabkan pekerja menganggur dan melakukan
pergerakan selain yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Adapun proses yang menyebabkan delay pada rangkaian
proses produksi susu pasteurisasi yaitu menunggu suhu mixing
tank mencapai suhu sesuai SOP dan juga pada saat menunggu
suhu mesin pasteurisasi tercapai sesuai SOP. Untuk
memperjelas penyebab pemborosan unnecessary motion,
dibuatlah fishbone diagram. Fishbone diagram pemborosan
unnecessary motion dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Fishbone Diagram Pemborosan Unnecessary Motion

6. Defect
Defect merupakan jenis pemborosan yang bisa berupa
kesalahan dokumentasi, permasalahan kualitas produk yang
dihasilkan, atau delivery performance yang buruk. Defect bisa
terjadi di lantai produksi susu pasteurisasi karena proses
pengemasan yang tidak sempurna yang mengakibatkan
permasalahan kualitas pada produk susu pasteurisasi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti di lantai produksi
susu pasteurisasi KAN Jabung, bahwa terjadinya defect
diakibatkan oleh permasalahan yang ada pada proses
pengemasan, yaitu berupa suhu cup sealer yang kurang sesuai
dan juga pada bagian cutter lid cup. Kurang sesuainya suhu
pada cup sealer menyebabkan produk mengalami kemasan
73
bocor dibagian lid cup, sedangkan cutter lid cup yang terkadang
bergeser/patah mengakibatkan produk harus mengalami rework
berupa pemotongan lid cup oleh pekerja produksi. Untuk
memperjelas penyebab pemborosan defect, dibuatlah fishbone
diagram. Fishbone diagram pemborosan defect dapat dilihat
pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Fishbone Diagram Pemborosan Defect

7. Power and Energy


Power and energy merupakan jenis pemborosan yang
terjadi karena adanya penggunaan daya dan energi yang
berlebihan seperti ketika mesin yang dibiarkan menyala tetapi
sedang tidak digunakan. Power and energy bisa terjadi di lantai
produksi susu pasteurisasi karena adanya pemborosan
overproduction yang menyebabkan sumber daya yang
digunakan selama proses produksi semakin lama dan semakin
banyak. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lantai
produksi susu pasteurisasi di KAN Jabung, bahwa rincian
terjadinya pemborosan power and energy yaitu pada
penggunaan air dan juga penerangan secara terus-menerus
sejak persiapan proses produksi hingga berakhirnya proses
pembersihan pada alat dan mesin produksi susu paseeurisasi.
Air yang terus menerus dialirkan di lantai produksi susu
pasteurisasi difungsikan sebagai sarana pelarut/pembersih susu
yang tumpah di lantai produksi pada saat persiapan dan juga
74
selama proses produksi berlangsung agar susu yang tumpah
tersebut tidak mengakibatkan lantai licin dan juga noda pada
lantai produksi, sedangkan pada saat berlangsungnya
pembersihan mesin dan peralatan, air juga secara terus-
menerus dialirkan di lantai produksi susu pasteurisasi untuk
difungsikan sebagai sarana pelarut/pembersih kaustik yang
digunakan untuk membersihkan mesin dan peralatan produksi
susu pasteurisasi. Penerangan yang dilakukan juga memiliki
tujuan agar pekerja dapat dengan jelas mengamati setiap
kondisi mesin dan peralatan produksi, sehingga dengan adanya
penerangan yang cukup dimaksudkan untuk mengurangi
adanya kesalahan-kesalahan pada penggunaan mesin dan
peralatan, serta sebagai sarana untuk menjaga keamanan dan
keselamatan pekerja. Untuk memperjelas penyebab
pemborosan power and energy, dibuatlah fishbone diagram.
Fishbone diagram pemborosan power and energy dapat dilihat
pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Fishbone Diagram Pemborosan Power And Energy

8. Unnecessary Inventory
Unnecessary motion merupakan jenis pemborosan yang
berupa kelebihan penyimpanan dan delay material maupun

75
produk sehingga mengakibatkan peningkatan biaya dan
penurunan kualitas pelayanan terhadap pelanggan.
Unnecessary inventory tidak terjadi pada proses produksi susu
pasteeurisasi di KAN Jabung, hal ini dikarenakan bahan baku
susu yang digunakan adalah susu segar yang harus segera
diproses, hal ini juga dikarenakan produk susu memiliki sifat
perishable atau mudah rusak, jadi sebisa mungkin produk yang
telah diproduksi harus segera disampaikan ke tangan
konsumen.

9. Human Potential
Human potential merupakan jenis pemborosan pada
sumber daya manusia (SDM). Pemborosan tersebut terjadi
karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan karyawan secara optimum. Pemborosan human
potential tidak terjadi pada pekerja proses produksi susu
pasteurisasi di KAN Jabung. Para pekerja yang bekerja pada
bagian produksi susu pasteurisasi cenderung dituntut untuk
selalu belajar dan berkembang karena mesin dan peralatan
yang digunakan untuk melaksanakan proses produksi susu
pasteurisasi menuntut ketelitian dalam penggunaannya. Selain
karena penggunaan mesin dan peralatan yang membutuhkan
keteliatian, bahan yang digunakan yaitu susu memiliki sifat
perishable atau mudah rusak, jadi pekerja dituntut untuk selalu
disiplin dalam setiap perlakuan pada bahan, dengan kata lain
pekerjaan ini dilakukan oleh orang-orang yang memahami sifat
perishable susu dan juga harus mengerti cara menggunakan
mesin dan peralatan pada proses produksi susu pasteurisasi.

10. Environmental Pollution


Environmental pollution merupakan jenis pemborosan
yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan prinsip-prinsip lingkungan, kesehatan
dan keselamatan kerja. Environmental pollution tidak terjadi
pada proses produksi susu pasteurisasi di KAN Jabung karena
para pekerja di bagian produksi susu pasteurisasi telah
difasilitasi dengan baik dalam hal kelengkapan seragam
produksi dan juga SOP yang baik. Seragam yang digunakan
76
pekerja proses produksi yaitu sepatu boots, masker, jas khusus
bagian produksi, penutup kepala, dan juga sarung tangan.
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
susu pasteurisasi juga tidak menghasilkan polusi udara.

11. Unnecessary Overhead


Unnecessary overhead merupakan jenis pemborosan
yang terjadi karena adanya biaya kelebihan yang dikeluarkan
seperti pabrik yang terlalu luas dan/atau terlalu banyak
supervisi. Unnecessary overhead tidak terjadi pada bagian
produksi susu pasteurisasi di KAN Jabung. Ukuran ruang
produksi susu pasteurisasi telah didesain sedemikian rupa agar
tercapai penggunaan ruang yang cukup dan sesuai dengan
ukuran mesin dan peralatan yang digunakan dalam
melaksanakan proses produksi susu pasteurisasi.

12. Inappropriate Design


Inappropriate design merupakan jenis pemborosan yang
terjadi karena adanya desain produk dan/atau proses produksi
yang tidak sesuai. Inappropriate design tidak terjadi di lantai
produksi susu pasteurisasi KAN Jabung. Desain produk dan
juga proses produksi yang ada pada proses produksi susu
pasteurisasi di KAN Jabung telah disesuaikan. Desain produk
dicontohkan pada ukuran cup yang digunakan bagian produksi
untuk mengemas susu pasteurisasi dalam kemasan telah
disesuaikan dengan ukuran wadah cup pada mesin pengemas,
sehingga tidak ada kendala dalam melakukan proses
pengemasan. Pada bagian proses produksi juga sudah sesuai
dengan alur produksi susu pasteurisasi yang benar, sehingga
tidak terdapat adanya pemborosan inappropriate design.

4.8 Rekomendasi Perbaikan

Adanya pemborosan yang terjadi pada proses produksi


susu pasteurisasi di KAN Jabung disebabkan oleh berbagai
faktor. Proses produksi susu pasteurisasi akan lebih optimal
apabila pemborosan-pemborosan tersebut dieliminasi. Usaha
dalam mengeliminasi faktor yang menyababkan pemborosan
77
pada proses produksi dituangkan dalam bentuk rekomendasi
perbaikan. Adapun rekomendasi perbaikan untuk mengurangi
pemborosan yang telah teridentifikasi akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Waiting
Berdasarkan hasil analisis pemborosan waiting di lantai
produksi susu pasteurisasi, pemborosan waiting disebabkan
oleh waktu menunggu mesin mixing tank dan juga waktu
menunggu mesin PHE (plate heat exchanger). Kedua jenis
mesin tersebut menggunakan sumber panas dari air panas yang
dihasilkan oleh water heater. Lamanya waktu tunggu untuk
mendapatkan suhu mixing tank 80o C dipengaruhi oleh suhu air
yang dihasilkan oleh water heater. Jika suhu air panas dari
water heater yang dialirkan ke mixing tank belum mencapai
suhu ±95o C, maka waktu yang dibutuhkan mixing tank untuk
mencapai suhu 80o C akan semakin lama. Sehingga waktu
untuk mencapai suhu 80o C dapat diperpendek dengan cara
mengendalikan suhu air pemanas yang dihasilkan oleh water
heater agar selalu pada suhu ±95o C. Dengan demikian
diharapkan waktu yang dibutuhkan oleh mixing tank untuk
mencapai suhu 80o C sesuai SOP dapat diperpendek, demikian
juga pada mesin PHE (plate heat exchanger).

2. Overproduction
Berdasarkan hasil analisis pemborosan overproduction
di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan overproduction
disebabkan oleh adanya bahan baku yang lebih dari cukup
untuk melakukan produksi, juga sebagai usaha pencegahan
oleh pihak KAN Jabung terhadap konsumen yang seringkali
melakukan pembelian susu pasteurisasi secara langsung atau
tanpa melakukan pemesanan sebelumnya. Produk susu
pasteurisasi yang termasuk dalam kategori overproduction
seharusnya direncanakan telah berada ditangan konsumen
sebelum produk menjadi rusak/kadaluarsa, akan tetapi pada
beberapa kondisi tertentu terkadang ada sedikit produk (±<20)
tersebut masih berada didalam cold storage hingga mencapai
masa kadaluarsanya, yang mengakibatkan tidak optimalnya
hasil penjualan. Sebaiknya pihak perencanaan produksi dan
78
pemasaran bisa lebih mengendalikan kapasitas produksi dan
memperluas pasar dari produk susu pasteurisasi tersebut,
sehingga setiap pelaksanaan produksi berlangsung, semua
produk telah memiliki calon pembeli yang pasti dan bisa
langsung didistribusikan pada konsumen yang bersangkutan.

3. Transportation
Berdasarkan hasil analisis pemborosan transportation di
lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan transportation
disebabkan oleh pekerjaan berulang dengan jarak yang cukup
jauh. Pekerjaan berulang tersebut berupa aktivitas persiapan
gula hingga memasukkan gula ke mixing. Pada aktivitas
mempersiapkan gula hingga memasukkannya ke dalam mixing
tank dipengaruhi oleh terbatasnya kapasitas tempat/wadah (15
Kg) yang digunakan untuk membawa gula ke mixing tank.
Sebaiknya tempat/wadah yang digunakan untuk membawa gula
memiliki kapasitas yang lebih besar (30 Kg) dan dibawa oleh 2
orang, sehingga bisa dikurangi pengulangan pekerja dalam
melaksanakan aktivitas tersebut.

4. Inappropriate processing
Berdasarkan hasil analisis pemborosan inappropriate
processing di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan
inappropriate processing disebabkan oleh adanya kesalahan
dalam proses pengemasan berupa kondisi pisau pemotong lid
cup yang berada dibawah standar spesifikasi (peletakan pisau
pemotong kurang rapat/pisau sudah waktunya diganti yang
baru). Kondisi yang demikian menyebabkan hasil pengemasan
produk memiliki kualitas dibawah rata-rata (pemotongan lid cup
tidak rapi). Hal yang demikian dapat menurunkan nilai estetik
produk di mata konsumen. Sebaiknya pada saat uji coba mesin
pengemas, dilakukan pengecekan secara lebih detail, terutama
pada bagian pisau pemotong lid cup yang harus selalu diganti
baru pada awal proses produksi, sehingga saat proses
pengemasan dapat berlangsung dengan lancar.

79
5. Unnecessary motion
Berdasarkan hasil analisis pemborosan unnecessary
motion di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan
unnecessary motion disebabkan oleh pekerja yang melakukan
aktivitas diluar kebutuhan kegiata produksi. Adanya pekerja
yang menganggur dikarenakan oleh pemborosan waiting yang
berupa delay proses produksi. Delay pada proses suatu proses
produksi meyebabkan terhambatnya kelancaran proses
produksi yang berurutan. Adapun proses yang menyebabkan
delay pada rangkaian proses produksi susu pasteurisasi yaitu
pada saat menunggu suhu mixing tank mencapai suhu sesuai
SOP dan juga pada saat menunggu suhu mesin pasteurisasi
tercapai sesuai SOP. Disarankan agar pemborosan waiting
dapat diatasi, sehingga pemborosan unnecessary motion dapat
diminimalkan.

6. Defect
Berdasarkan hasil analisis pemborosan defect di lantai
produksi susu pasteurisasi, pemborosan defect disebabkan oleh
permasalahan pada bagian mesin pengemas yang berupa
kurang sesuainya suhu cup sealer dan juga pada bagian pisau
pemotong lid cup. Kurang sesuainya suhu cup sealer
mengakibatkan kemasan bocor pada bagian lid cup, sedangkan
pada bagian pisau pemotong lid cup terkadang bergeser/patah
yang menyebabkan lid cup tidak terpotong dengan baik, jika
demikian maka berakibat pada penambahan pekerjaan pekerja
yang berupa rework untuk merapikan potongan lid cup. Untuk
mengatasi kurang sesuainya suhu cup sealer dan cutter yang
bergeser/patah, sebaiknya pada saat uji coba mesin pengemas
lebih diperhatikan lagi hasil sealer yang ada, sehingga saat
melaksanakan proses pengemasan cup sealer dapat bekerja
dengan baik dan tidak menyababkan kemasan produk bocor
pada bagian lid cup, juga perlu dilakukan pengecekan berkala
pada bagian cutter lid cup sehingga bisa dilakukan tindakan
pencegahan adanya rework.

80
7. Power and energy
Berdasarkan hasil analisis pemborosan power and
energy di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan power
and energy disebabkan oleh adanya lain yaitu pemborosan
overproduction yang menyebabkan proses produksi semakin
lama, sehingga penggunaan air dan penerangan selama
pelaksanaan proses produksi semakin lama. Usaha yang dapat
dilakukan untuk pemborosan power and energy yaitu dengan
mengendalikan kapasitas produksi sesuai yang direncanakan,
sehingga proses produksi dapat berlangsung sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Dengan demikian, diharapkan
pemborosan power and energy yang diakibatkan oleh
pemborosan overproduction dapat dihilangkan.

4.9 Pembuatan Future State Map

Perbaikan current state map difokuskan pada usaha


dalam minimasi waktu pada aktivitas yang merupakan non value
added. Nilai non value added yang diketahui melalui current
state map yaitu 254,99 menit. Setelah dilakukan minimasi
dengan asumsi tertentu, nilai non value added pada future state
map menjadi 211,82 menit. Future stat map dapat dilihat pada
Lampiran 14. Rincian minimasi waktu pada future state map
dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Usulan perbaikan diberikan guna melakukan minimasi
waktu pada proses produksi susu pasteurisasi. Berdasarkan
dari aliran produksi pada process activity mapping, usulan
perbaikan pertama adalah pada aktivitas non value added
nomor 7 dan 31. Pada current state map diketahui waktu
aktivitas nomor 7 dan 31 berturut-turut yaitu 17,72 menit dan
13,35 menit. Setelah diberikan usulan perbaikan berupa
pemasangan pompa dengan spesifikasi debit 30 liter/menit,
maka dihasilkan minimasi waktu pada aktivitas nomor 7 dan 31
berturut-turut yaitu sejumlah 14,39 menit dan 10,85 menit.
Sehingga pada future state map didapatkan waktu untuk
aktivitas nomor 7 dan 31 berturut-turut yaitu 3,33 menit dan 2,5
menit.

81
Berdasarkan dari aliran produksi pada process activity
mapping, usulan perbaikan yang kedua adalah pada aktivitas
non value added nomor 9 dan 37. Pada current state map
diketahui waktu aktivitas nomor 9 dan 37 berturut-turut yaitu
88,23 menit dan 71,55. Setelah diberikan usulan perbaikan
berupa kontrol suhu pada water heater agar suhu air yang
dihasilkan oleh water heater stabil 95o C, berdasarkan
pengamatan saat sebelum dilakukan perbaikan, suhu air yang
dihasilkan oleh water heater adalah 85 - 95o C. Dengan
demikian dihasilkan minimasi waktu pada aktivitas nomor 9 dan
37 berturut-turut adalah 9,29 menit dan 7,54 menit. Sehingga
pada future state map didapatkan waktu untuk aktivitas nomor 9
dan 37 berturut-turut yaitu 78,94 menit dan 64,01 menit.
Berdasarkan dari aliran produksi pada process activity
mapping, usulan perbaikan yang ketiga adalah pada aktivitas
non value added nomor 10, 14, 17 dan 20. Pada current state
map diketahui bahwa aktivitas nomor 10, 14, 17 dan 20
merupakan aktivitas yang sama, dan diketahui waktu aktivitas
tersebut yaitu 0,78 menit. Setelah diberikan usulan perbaikan
berupa penggunaan wadah dengan kapasitas yang lebih besar
dan juga penambahan operator maka dihasilkan penambahan
waktu pada aktivitas nomor 10 dan 14 sejumlah 0,78. Adanya
penambahan waktu pada aktivitas nomor 10 dan 14 tersebut
dilatarbelakangi dengan dihapusnya kegiatan nomor 17 dan 20.
Sehingga pada future state map untuk kedua aktivitas nomor 10
dan 14 waktu aktivitasnya menjadi 1,56 menit.

82
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
Petugas membuka kran pipa
1 1,13 1,13
aliran susu
2 Susu dialirkan ke blending tank 2,35 2,35
Petugas membuka kran air dingin
3 0,17 0,17
pada pendingin blending tank
Petugas menutup kran pipa aliran
4 1,12 1,12
susu
Petugas menyalakan agitator
5 0,08 0,08
blending tank
6 Penampungan dan pendinginan 11,94 11,94
Petugas mengisi air pada mixing Penggunaan pompa (debit 30
7 17,72 3,33 14,39
tank lpm)
Petugas menyalakan pemanas
8 0,15 0,15
pada mixing tank
Petugas menunggu suhu mixing o
9 88,23 78,94 9,29 Kontrol suhu water heater 95 C
tank mencapai suhu sesuai SOP
Menggunakan wadah dengan
10 Petugas menyiapkan gula 0,78 1,56 -0,78 kapasitas lebih besar &
menambah operator
11 Petugas membawa gula ke 0,33 0,33
mixing tank

83
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
12 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 0,22
tank
13 Petugas menyalakan agitator 0,10 0,10
pada mixing tank
14 Petugas menyiapkan gula 0,78 1,56 -0,78 Menggunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & menambah
operator
15 Petugas membawa gula ke 0,33 0,33
mixing tank
16 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 0,22
tank
17 Petugas menyiapkan gula 0,78 - 0,78 Pengulangan berkurang, digunakan
wadah dengan kapasitas lebih
besar & operator ditambah
18 Petugas membawa gula ke 0,33 - 0,33 Pengulangan berkurang, digunakan
mixing tank wadah dengan kapasitas lebih
besar & operator ditambah
19 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 - 0,22 Pengulangan berkurang, digunakan
tank wadah dengan kapasitas lebih
besar & operator ditambah

84
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
20 Petugas menyiapkan gula 0,78 - 0,78 Pengulangan berkurang,
digunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & operator
ditambah
21 Petugas membawa gula ke mixing 0,33 - 0,33 Pengulangan berkurang,
tank digunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & operator
ditambah
22 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 - 0,22 Pengulangan berkurang,
tank digunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & operator
ditambah
23 Petugas menyiapkan formula 0,90 0,90
24 Petugas membawa formula ke 0,33 0,33
mixing tank
25 Petugas menuang formula ke 0,22 0,22
mixing tank
26 Pencampuran 1 (Proses mixing) 145,64 145,64
27 Petugas menyiapkan cup kemasan 3,52 3,52
28 Petugas menyiapkan lid cup 12,08 12,08
29 Uji coba mesin pengemas 4,27 4,27

85
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
30 Petugas menyiapkan trey 8,15 8,15
31 Petugas mengisi air pada trey 13,35 2,5 10,85 Penggunaan pompa (debit 30
lpm)
32 Petugas membuka kran aliran 1,13 1,13
dari mixing tank ke blending
tank
34 Larutan gula dan formula di 0,87 0,87
alirkan dari mixing tank ke
blending tank
35 Petugas menutup kran aliran 1,13 1,13
dari mixing tank ke blending
tank
36 Pencampuran 2 13,39 13,39
o
37 Petugas menunggu suhu mesin 71,55 64,01 7,54 Kontrol suhu water heater 95 C
pasteuriasi tercapai
38 Petugas membuka kran aliran 0,15 0,15
dari blending tank ke balance
tank
39 Proses pasteurisasi & 144,95 144,95
pengemasan

86
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
Petugas memasukkan susu
pasteurisasi dalam kemasan,
40 20,97 20,97
yang berada di dalam trey ke
cold storage
Total 570,91 527,74 43,17
Sumber: Data primer diolah (2017)

Berdasarkan tabel diatas, pada rekomendasi perbaikan pertama disarankan untuk


menggunakan pompa (debit 30 lpm) yang sebelumnya hanya menggunakan selang tanpa pompa
(debit 5 lpm). Rekomendasi kedua pada kontrol suhu stabil 95oC. Rekomendasi ketiga disarankan
untuk menggunakan wadah dengan kapasitas lebih besar (30 Kg) dan dibawa oleh dua orang pekerja,
yang sebelumnya (15 Kg) dan hanya dibawa oleh satu orang pekerja. Total minimasi waktu yang
didapatkan dari rekomendasi perbaikan tersebut yaitu 43,17 menit.

87
88

Anda mungkin juga menyukai