48
3. Menjalankan unit usaha agri dan penunjangnya secara
profesional dengan menyediakan produk berkualitas dan
memberikan pelayanan prima.
4. Menyediakan sarana produksi yang dibutuhkan oleh anggota,
berperan aktif dalam proses produksi, serta membantu
proses pemasarannya.
5. Meningkatkan daya beli anggota dengan cara mendorong
pertumbuhan skala usahanya dan perbaikan manajemen
keuangan keluarga
49
Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Produksi Susu Pasteurisasi
(Sumber: KAN Jabung 2017)
50
4.2.2 Pencampuran 1
4.2.3 Pencampuran 2
4.2.4 Pasteurisasi
4.2.5 Pengemasan
52
Proses pengemasan susu pasteurisasi di KAN Jabung
dilaksanakan bersamaan dengan proses pasteruisasi, hal ini
dikarenakan proses pasteurisasi dan proses pengemasan
merupakan jalur produksi satu arah yang saling berhubungan.
Selain itu, pengemasan langsung juga ditujukan untuk
mengatasi sifat perishable yang dimiliki oleh susu. Pada proses
pengemasan, susu akan dikemas dengan menggunakan cup.
Setelah proses pengemasan oleh mesin pengemas selesai,
pekerja akan menyusun susu pasteurisasi dalam kemasan ke
dalam trey. Selanjutnya susu pasteurisasi dalam kemasan yang
sudah disusun di dalam trey akan dimasukkan ke dalam cold
storage untuk disimpan sebelum susu pasteurisasi diserahkan
ke tangan konsumen.
53
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Stopwatch Time Study
Pasteurisasi
Penampungan Pencampuran Pencampuran
&
No & Pendinginan 1 2
Pengemasan
(menit) (menit) (menit)
(menit)
1 8,68 88,58 10,78 54,37
2 8,52 80,92 9,45 62,88
3 9,35 85,60 9,80 66,35
4 8,18 92,15 10,08 76,52
5 9,88 93,60 10,30 58,87
6 8,38 98,58 10,48 69,23
7 9,70 97,08 9,22 72,60
8 9,55 88,30 10,13 59,68
9 8,42 89,82 9,95 68,62
10 9,20 91,10 10,48 62,97
11 8,38 84,47 10,85 64,43
12 8,72 92,43 10,65 68,27
13 9,38 94,98 9,38 73,07
14 9,32 92,75 10,68 64,45
15 8,20 84,43 10,63 62,28
16 9,42 91,62 9,20 73,38
Sumber: Data primer diolah (2016)
54
Menurut hasil uji kenormalan data diatas, data proses
penampungan dan pendinginan dengan nilai signifikasnsi 0,107
(sig>0,05), sehingga data proses penampungan dan
pendinginan dinyatakan normal. Data proses pencampuran 1
dengan nilai signifikansi 0,935 (sig>0,05), sehingga data proses
pencampuran 1 dinyatakan normal. Data proses pencampuran 2
dengan nilai signifikansi 0,105 (sig>0,05), sehingga data proses
pencampuran 2 dinyatakan normal. Data proses pasteurisasi
dan pengemasan dengan nilai signifikansi 0,962 (sig>0,05),
sehingga data proses pasteurisasi dan pengemasan dinyatakan
normal.
55
Tabel 4.4 Hasil Uji Kecukupan Data
No Proses N N’ Kecukupan data
1 Penampungan & Pendinginan 16 7 Cukup
2 Pencampuran 1 16 5 Cukup
3 Pencampuran 2 16 5 Cukup
4 Pasteurisasi & Pengemasan 16 13 Cukup
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
56
siklus, waktu normal, dan waktu standar dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal, Dan Waktu
Baku Semua Proses
Waktu Waktu Waktu
No Proses siklus normal standar
(menit) (menit) (menit)
1 Penampungan dan 8,96 10,21 11,94
pendinginan
2 Pencampuran 1 90,40 104,86 145,64
3 Pencampuran 2 10,34 11,78 13,39
4 Pasteurisasi dan 66,12 75,37 144,95
pengemasan
Sumber: Data primer diolah (2017)
57
4.4 Penyusunan Current State Map
4.4.1 Aliran Informasi Proses Produksi Susu Pasteurisasi
Aliran informasi yang terjadi pada proses produksi susu
pasteurisasi adalah sebagai berikut:
1. Kontrol produksi memperhitungkan jenis dan jumlah bahan
baku secara keseluruhan sesuai dengan pesanan dan
perencanaan produksi.
2. Kemudian bagian kontrol produksi, supervisor akan
menginformasikan kepada marketing executive mengenai
jumlah dan jenis bahan baku yang diperlukan, untuk
mendapatkan ijin pembelian bahan baku tersebut.
3. Selanjutnya supervisor akan melakukan pemesanan sesuai
dengan ijin dari marketing executive. Setelah bahan baku
yang dipesan datang, maka proses produksi susu
pasteurisasi dapat dimulai.
4. Susu pasteurisasi yang telah dikemas akan dilakukan
penyimpanan di cold storage. Apabila waktu pengiriman
kepada konsumen telah tiba, maka produk akan dikirimkan
menuju konsumen.
58
Non value added time merupakan waktu dari aktivitas
yang tidak memberikan pertambahan nilai pada produk seperti
perpindahan bahan, waiting, dan penyimpanan (storage) yang
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
60
Tabel 4.10 Hasil Penyebaran Kuesioner
No Pemborosan Rata-rata Ranking
1 Overproduction 1 2
2 Waiting 1,33 1
3 Transportation 1 2
4 Inappropriate processing 1 2
5 Unnecessary inventory 0 3
6 Unnecessary motion 1 2
7 Defect 1 2
8 Power and energy 1 2
9 Human potential 0 3
10 Environmental pollution 0 3
11 Unnecessary overhead 0 3
12 Inappropriate design 0 3
Sumber: Data primer diolah (2017)
61
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan VALSAT
No Tools Total Ranking
1 Process Activity Mapping 41,97 1
2 Supply Chain Response Matrix 15,97 5
3 Production Variety Funnel 4,33 10
4 Quality Filter Mapping 11,00 6
5 Demand Amplification Mapping 6,99 8
6 Decision Point Analysis 7,99 7
7 Physical Structure Mapping 6,00 9
8 Value Analysis Time Profile 18,99 3
Overall Supply Chain
9 22,97 2
Effectiveness Mapping
Supply Chain Relationship
10 16,33 4
Mapping
Sumber: Data primer diolah (2017)
63
Tabel 4.12 Process Activity Mapping
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
1 Petugas membuka kran
Kunci pas 1,13 1 NVA
pipa aliran susu
2 Susu dialirkan ke blending Emulsion
2,35 NVA
tank Pump
3 Petugas membuka kran air
dingin pada pendingin Manual 0,17 0,5 1 NVA
blending tank
4 Petugas menutup kran pipa
Kunci pas 1,12 0,5 1 NVA
aliran susu
5 Petugas menyalakan
Manual 0,08 1,5 1 NVA
agitator blending tank
6 Penampungan dan Blending
11,94 1 VA
pendinginan tank
7 Petugas mengisi air pada Selang air 17,72 4 1 NVA
mixing tank
8 Petugas menyalakan Manual 0,15 1 NVA
pemanas pada mixing tank
9 Petugas menunggu suhu Mixing tank 88,23 NVA
mixing tank mencapai suhu
sesuai SOP
10 Petugas menyiapkan gula Timbangan 0,78 12 1 NVA
digital
64
Tabel 4.12 Process Activity Mapping (Lanjutan)
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
11 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
12 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
13 Petugas menyalakan
Manual 0,10 1 NVA
agitator pada mixing tank
14 Petugas menyiapkan gula Timbangan
0,78 12 1 NVA
digital
15 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
16 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
17 Petugas menyiapkan gula Timbangan
0,78 12 1 NVA
digital
18 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
19 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
20 Petugas menyiapkan gula Timbangan
0,78 12 1 NVA
digital
21 Petugas membawa gula ke
Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
65
Tabel 4.12 Process Activity Mapping (Lanjutan)
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
22 Petugas menuang gula ke
Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
23 Petugas menyiapkan formula Gelas ukur 0,90 12 1 NVA
24 Petugas membawa formula ke Manual 0,33 12 1 NVA
mixing tank
25 Petugas menuang formula ke Manual 0,22 1 NVA
mixing tank
26 Pencampuran 1 (Proses mixing) Mixing tank 145,64 1 VA
27 Petugas menyiapkan cup Manual 3,52 12 1 NVA
kemasan
28 Petugas menyiapkan lid cup Manual 12,08 20 1 NVA
29 Uji coba mesin pengemas Manual 4,27 1 NNVA
30 Petugas menyiapkan trey Manual 8,15 21 1 NVA
31 Petugas mengisi air pada trey Selang air 13,35 1 NVA
32 Petugas membuka kran aliran Kunci pas 1,13 8 1 NVA
dari mixing tank ke blending
tank
34 Larutan gula dan formula di Emulsion 0,87 1 NVA
alirkan dari mixing tank ke pump
blending tank
66
Tabel 4.12 Process Activity Mapping (Lanjutan)
No Aktivitas Mesin/Alat Waktu Jarak Jumlah Simbol Kategori
bantu (menit) (meter) operator
35 Petugas menutup kran Kunci pas 1,13 1 NVA
aliran dari mixing tank
ke blending tank
36 Pencampuran 2 Blending 13,39 1 VA
tank
37 Petugas menunggu Mesin PHE 71,55 NVA
suhu mesin pasteuriasi
tercapai
38 Petugas membuka Kunci pas 0,15 1 NVA
kran aliran dari
blending tank ke
balance tank
39 Proses pasteurisasi & Mesin PHE, 144,95 6 2 VA
pengemasan homogenizer
,mesin
pengemas
40 Petugas memasukkan Manual 20,97 21 2 NVA
susu pasteurisasi
dalam kemasan, yang
berada di dalam trey
ke cold storage
Total 570,91 264,5
67
Keterangan: = Operasi
= Transportasi
= Inspeksi
= Menunda
= Penyimpanan
Sumber: Data primer diolah (2017)
68
Gambar 4.3 Fishbone Diagram Pemborosan Waiting
2. Overproduction
Overproduction merupakan jenis pemborosan yang
diakibatkan oleh kegiatan memproduksi terlalu banyak yang
melebihi kebutuhan pelanggan atau memproduksi lebih cepat
daripada waktu kebutuhan pelanggan yang menyebabkan
kelebihan inventory. Overproduction pada proses produksi susu
pasteurisasi di KAN Jabung bisa terjadi karena adanya bahan
baku yang lebih dari cukup untuk memenuhi pesanan produk
susu pasteurisasi dari konsumen dan juga untuk
memaksimalkan kapasitas produksi. Menurut hasil
pengumpulan data oleh peneliti, didapatkan bahwa terjadinya
overproduction di lantai produksi susu pasteurisasi tidak hanya
diakibatkan oleh berlebihnya bahan baku produksi, tetapi juga
dipengaruhi oleh keinginan KAN Jabung untuk selalu memenuhi
kebutuhan konsumen yang telah melakukan pemesanan susu
pasteurisasi, maupun untuk memenuhi konsumen yang
seringkali melakukan pembelian dengan jumlah yang cukup
banyak secara langsung/tanpa melakukan pemesanan terlebih
dahulu. Sehingga overproduction yang terjadi di lantai produksi
susu pasterisasi KAN Jabung lebiih mengarah pada tindakan
pencegahan oleh pihak KAN Jabung terhadap konsumen yang
seringkali melakukan pembelian susu pasteurisasi secara
69
langsung atau tanpa melakukan pemesanan sebelumnya. Untuk
memperjelas penyebab pemborosan overproduction, dibuatlah
fishbone diagram. Fishbone diagram pemborosan
overproduction dapat dilihat pada Gambar 4.4.
3. Transportation
Transportation merupakan jenis pemborosan yang dapat
berupa waktu, tenaga dan biaya akibat pergerakan yang
berlebihan dari pekerja, aliran informasi, dan atau material
produk. Pemborosan transportasi berlebih bisa terjadi di lantai
produksi susu pasteurisasi di KAN jabung karena adanya
pekerjaan berulang dengan jarak yang cukup jauh. Menurut
hasil pengumpulan data oleh peneliti didapatkan bahwa
terjadinya transportasi berlebih pada lantai produksi susu
pasteurisasi terjadi pada saat pekerja menyiapkan hingga
memasukkan gula ke dalam mixing tank. Kegiatan transportasi
berlebih di lantai produksi susu pasteurisasi dikarenakan
pekerja harus menyiapkan hingga memasukkan gula ke dalam
mixing tank secara berulang. Selain terbatasnya tempat/wadah
yang digunakan untuk mengambil gula dari ruang bahan
tambahan produksi yang menyebabkan pekerja harus
mengulang pekerjaan tersebut, akses lintasan yang digunakan
70
pekerja dalam melakukan aktivitas ini tidak cukup lebar. Jarak
antara ruang bahan tambahan dengan mixing tank yaitu ±12
meter, sehingga dengan adanya 4 kali pengulangan kegiatan
tersebut, maka pekerja telah menempuh jarak sejauh ±48
meter. Untuk memperjelas penyebab pemborosan transportasi
berlebih, dibuatlah fishbone diagram. Fishbone diagram
pemborosan transportasi berlebih dapat dilihat pada Gambar
4.5.
4. Inappropriate Processing
Inappropriate processing merupakan jenis pemborosan
yang terjadi seperti kesalahan dalam mempergunakan tools
saat bekerja sehingga terjadinya kesalahan dalam proses
produksi. Inappropriate processing bisa terjadi di lantai produksi
susu pasteurisasi karena saat terjadi proses pengemasan,
seringkali pisau pemotong lid cup bergeser maupun patah,
patahnya pisau pemotong diakibatkan oleh menurunnya tingkat
keandalan pisau pemotong. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti terjadinya pergeseran posisi pisau pemotong/patahnya
pisau pemotong lid cup dapat dikarenakan oleh pengecekan
yang kurang optimal pada bagian mesin pengemas. Kurang
optimalnya pengecekan pada bagian mesin pengemas
71
menyebabkan pisau pemotong bergeser/patah, sehingga proses
pengemasan terganggu. Produk akhir yang mengalami
pengemasan tidak sempurna mengakibatkan adanya
penambahan pekerjaan pada pekerja berupa pemotongan lid
cup secara manual. Untuk memperjelas penyebab pemborosan
inappropriate processing, dibuatlah fishbone diagram. Fishbone
diagram pemborosan inappropriate processing dapat dilihat
pada Gambar 4.6.
5. Unnecessary Motion
Unnecessary motion merupakan jenis pemborosan
berupa segala pergerakan dari orang atau mesin yang tidak
menambah nilai terhadap barang dan jasa yang akan
diserahkan kepada pelanggan tetapi hanya menambah biaya
dan waktu saja. Atau keadaan tempat kerja yang kurang (tidak
ergonomis) yang menyebabkan pekerja melakukan gerakan
yang tidak perlu. Unnecessary motion bisa terjadi dil lantai
produksi susu pasteurisasi karena terkadang pekerja
menganggur, hal ini dikarenakan pekerja harus menunggu suatu
proses selesai agar bisa melanjutkan proses selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terjadinya unnecessary
motion karena dalam rangkaian proses produksi terdapat delay
72
yang menyebabkan pekerja menganggur dan melakukan
pergerakan selain yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Adapun proses yang menyebabkan delay pada rangkaian
proses produksi susu pasteurisasi yaitu menunggu suhu mixing
tank mencapai suhu sesuai SOP dan juga pada saat menunggu
suhu mesin pasteurisasi tercapai sesuai SOP. Untuk
memperjelas penyebab pemborosan unnecessary motion,
dibuatlah fishbone diagram. Fishbone diagram pemborosan
unnecessary motion dapat dilihat pada Gambar 4.7.
6. Defect
Defect merupakan jenis pemborosan yang bisa berupa
kesalahan dokumentasi, permasalahan kualitas produk yang
dihasilkan, atau delivery performance yang buruk. Defect bisa
terjadi di lantai produksi susu pasteurisasi karena proses
pengemasan yang tidak sempurna yang mengakibatkan
permasalahan kualitas pada produk susu pasteurisasi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti di lantai produksi
susu pasteurisasi KAN Jabung, bahwa terjadinya defect
diakibatkan oleh permasalahan yang ada pada proses
pengemasan, yaitu berupa suhu cup sealer yang kurang sesuai
dan juga pada bagian cutter lid cup. Kurang sesuainya suhu
pada cup sealer menyebabkan produk mengalami kemasan
73
bocor dibagian lid cup, sedangkan cutter lid cup yang terkadang
bergeser/patah mengakibatkan produk harus mengalami rework
berupa pemotongan lid cup oleh pekerja produksi. Untuk
memperjelas penyebab pemborosan defect, dibuatlah fishbone
diagram. Fishbone diagram pemborosan defect dapat dilihat
pada Gambar 4.8.
8. Unnecessary Inventory
Unnecessary motion merupakan jenis pemborosan yang
berupa kelebihan penyimpanan dan delay material maupun
75
produk sehingga mengakibatkan peningkatan biaya dan
penurunan kualitas pelayanan terhadap pelanggan.
Unnecessary inventory tidak terjadi pada proses produksi susu
pasteeurisasi di KAN Jabung, hal ini dikarenakan bahan baku
susu yang digunakan adalah susu segar yang harus segera
diproses, hal ini juga dikarenakan produk susu memiliki sifat
perishable atau mudah rusak, jadi sebisa mungkin produk yang
telah diproduksi harus segera disampaikan ke tangan
konsumen.
9. Human Potential
Human potential merupakan jenis pemborosan pada
sumber daya manusia (SDM). Pemborosan tersebut terjadi
karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan karyawan secara optimum. Pemborosan human
potential tidak terjadi pada pekerja proses produksi susu
pasteurisasi di KAN Jabung. Para pekerja yang bekerja pada
bagian produksi susu pasteurisasi cenderung dituntut untuk
selalu belajar dan berkembang karena mesin dan peralatan
yang digunakan untuk melaksanakan proses produksi susu
pasteurisasi menuntut ketelitian dalam penggunaannya. Selain
karena penggunaan mesin dan peralatan yang membutuhkan
keteliatian, bahan yang digunakan yaitu susu memiliki sifat
perishable atau mudah rusak, jadi pekerja dituntut untuk selalu
disiplin dalam setiap perlakuan pada bahan, dengan kata lain
pekerjaan ini dilakukan oleh orang-orang yang memahami sifat
perishable susu dan juga harus mengerti cara menggunakan
mesin dan peralatan pada proses produksi susu pasteurisasi.
2. Overproduction
Berdasarkan hasil analisis pemborosan overproduction
di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan overproduction
disebabkan oleh adanya bahan baku yang lebih dari cukup
untuk melakukan produksi, juga sebagai usaha pencegahan
oleh pihak KAN Jabung terhadap konsumen yang seringkali
melakukan pembelian susu pasteurisasi secara langsung atau
tanpa melakukan pemesanan sebelumnya. Produk susu
pasteurisasi yang termasuk dalam kategori overproduction
seharusnya direncanakan telah berada ditangan konsumen
sebelum produk menjadi rusak/kadaluarsa, akan tetapi pada
beberapa kondisi tertentu terkadang ada sedikit produk (±<20)
tersebut masih berada didalam cold storage hingga mencapai
masa kadaluarsanya, yang mengakibatkan tidak optimalnya
hasil penjualan. Sebaiknya pihak perencanaan produksi dan
78
pemasaran bisa lebih mengendalikan kapasitas produksi dan
memperluas pasar dari produk susu pasteurisasi tersebut,
sehingga setiap pelaksanaan produksi berlangsung, semua
produk telah memiliki calon pembeli yang pasti dan bisa
langsung didistribusikan pada konsumen yang bersangkutan.
3. Transportation
Berdasarkan hasil analisis pemborosan transportation di
lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan transportation
disebabkan oleh pekerjaan berulang dengan jarak yang cukup
jauh. Pekerjaan berulang tersebut berupa aktivitas persiapan
gula hingga memasukkan gula ke mixing. Pada aktivitas
mempersiapkan gula hingga memasukkannya ke dalam mixing
tank dipengaruhi oleh terbatasnya kapasitas tempat/wadah (15
Kg) yang digunakan untuk membawa gula ke mixing tank.
Sebaiknya tempat/wadah yang digunakan untuk membawa gula
memiliki kapasitas yang lebih besar (30 Kg) dan dibawa oleh 2
orang, sehingga bisa dikurangi pengulangan pekerja dalam
melaksanakan aktivitas tersebut.
4. Inappropriate processing
Berdasarkan hasil analisis pemborosan inappropriate
processing di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan
inappropriate processing disebabkan oleh adanya kesalahan
dalam proses pengemasan berupa kondisi pisau pemotong lid
cup yang berada dibawah standar spesifikasi (peletakan pisau
pemotong kurang rapat/pisau sudah waktunya diganti yang
baru). Kondisi yang demikian menyebabkan hasil pengemasan
produk memiliki kualitas dibawah rata-rata (pemotongan lid cup
tidak rapi). Hal yang demikian dapat menurunkan nilai estetik
produk di mata konsumen. Sebaiknya pada saat uji coba mesin
pengemas, dilakukan pengecekan secara lebih detail, terutama
pada bagian pisau pemotong lid cup yang harus selalu diganti
baru pada awal proses produksi, sehingga saat proses
pengemasan dapat berlangsung dengan lancar.
79
5. Unnecessary motion
Berdasarkan hasil analisis pemborosan unnecessary
motion di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan
unnecessary motion disebabkan oleh pekerja yang melakukan
aktivitas diluar kebutuhan kegiata produksi. Adanya pekerja
yang menganggur dikarenakan oleh pemborosan waiting yang
berupa delay proses produksi. Delay pada proses suatu proses
produksi meyebabkan terhambatnya kelancaran proses
produksi yang berurutan. Adapun proses yang menyebabkan
delay pada rangkaian proses produksi susu pasteurisasi yaitu
pada saat menunggu suhu mixing tank mencapai suhu sesuai
SOP dan juga pada saat menunggu suhu mesin pasteurisasi
tercapai sesuai SOP. Disarankan agar pemborosan waiting
dapat diatasi, sehingga pemborosan unnecessary motion dapat
diminimalkan.
6. Defect
Berdasarkan hasil analisis pemborosan defect di lantai
produksi susu pasteurisasi, pemborosan defect disebabkan oleh
permasalahan pada bagian mesin pengemas yang berupa
kurang sesuainya suhu cup sealer dan juga pada bagian pisau
pemotong lid cup. Kurang sesuainya suhu cup sealer
mengakibatkan kemasan bocor pada bagian lid cup, sedangkan
pada bagian pisau pemotong lid cup terkadang bergeser/patah
yang menyebabkan lid cup tidak terpotong dengan baik, jika
demikian maka berakibat pada penambahan pekerjaan pekerja
yang berupa rework untuk merapikan potongan lid cup. Untuk
mengatasi kurang sesuainya suhu cup sealer dan cutter yang
bergeser/patah, sebaiknya pada saat uji coba mesin pengemas
lebih diperhatikan lagi hasil sealer yang ada, sehingga saat
melaksanakan proses pengemasan cup sealer dapat bekerja
dengan baik dan tidak menyababkan kemasan produk bocor
pada bagian lid cup, juga perlu dilakukan pengecekan berkala
pada bagian cutter lid cup sehingga bisa dilakukan tindakan
pencegahan adanya rework.
80
7. Power and energy
Berdasarkan hasil analisis pemborosan power and
energy di lantai produksi susu pasteurisasi, pemborosan power
and energy disebabkan oleh adanya lain yaitu pemborosan
overproduction yang menyebabkan proses produksi semakin
lama, sehingga penggunaan air dan penerangan selama
pelaksanaan proses produksi semakin lama. Usaha yang dapat
dilakukan untuk pemborosan power and energy yaitu dengan
mengendalikan kapasitas produksi sesuai yang direncanakan,
sehingga proses produksi dapat berlangsung sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Dengan demikian, diharapkan
pemborosan power and energy yang diakibatkan oleh
pemborosan overproduction dapat dihilangkan.
81
Berdasarkan dari aliran produksi pada process activity
mapping, usulan perbaikan yang kedua adalah pada aktivitas
non value added nomor 9 dan 37. Pada current state map
diketahui waktu aktivitas nomor 9 dan 37 berturut-turut yaitu
88,23 menit dan 71,55. Setelah diberikan usulan perbaikan
berupa kontrol suhu pada water heater agar suhu air yang
dihasilkan oleh water heater stabil 95o C, berdasarkan
pengamatan saat sebelum dilakukan perbaikan, suhu air yang
dihasilkan oleh water heater adalah 85 - 95o C. Dengan
demikian dihasilkan minimasi waktu pada aktivitas nomor 9 dan
37 berturut-turut adalah 9,29 menit dan 7,54 menit. Sehingga
pada future state map didapatkan waktu untuk aktivitas nomor 9
dan 37 berturut-turut yaitu 78,94 menit dan 64,01 menit.
Berdasarkan dari aliran produksi pada process activity
mapping, usulan perbaikan yang ketiga adalah pada aktivitas
non value added nomor 10, 14, 17 dan 20. Pada current state
map diketahui bahwa aktivitas nomor 10, 14, 17 dan 20
merupakan aktivitas yang sama, dan diketahui waktu aktivitas
tersebut yaitu 0,78 menit. Setelah diberikan usulan perbaikan
berupa penggunaan wadah dengan kapasitas yang lebih besar
dan juga penambahan operator maka dihasilkan penambahan
waktu pada aktivitas nomor 10 dan 14 sejumlah 0,78. Adanya
penambahan waktu pada aktivitas nomor 10 dan 14 tersebut
dilatarbelakangi dengan dihapusnya kegiatan nomor 17 dan 20.
Sehingga pada future state map untuk kedua aktivitas nomor 10
dan 14 waktu aktivitasnya menjadi 1,56 menit.
82
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
Petugas membuka kran pipa
1 1,13 1,13
aliran susu
2 Susu dialirkan ke blending tank 2,35 2,35
Petugas membuka kran air dingin
3 0,17 0,17
pada pendingin blending tank
Petugas menutup kran pipa aliran
4 1,12 1,12
susu
Petugas menyalakan agitator
5 0,08 0,08
blending tank
6 Penampungan dan pendinginan 11,94 11,94
Petugas mengisi air pada mixing Penggunaan pompa (debit 30
7 17,72 3,33 14,39
tank lpm)
Petugas menyalakan pemanas
8 0,15 0,15
pada mixing tank
Petugas menunggu suhu mixing o
9 88,23 78,94 9,29 Kontrol suhu water heater 95 C
tank mencapai suhu sesuai SOP
Menggunakan wadah dengan
10 Petugas menyiapkan gula 0,78 1,56 -0,78 kapasitas lebih besar &
menambah operator
11 Petugas membawa gula ke 0,33 0,33
mixing tank
83
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
12 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 0,22
tank
13 Petugas menyalakan agitator 0,10 0,10
pada mixing tank
14 Petugas menyiapkan gula 0,78 1,56 -0,78 Menggunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & menambah
operator
15 Petugas membawa gula ke 0,33 0,33
mixing tank
16 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 0,22
tank
17 Petugas menyiapkan gula 0,78 - 0,78 Pengulangan berkurang, digunakan
wadah dengan kapasitas lebih
besar & operator ditambah
18 Petugas membawa gula ke 0,33 - 0,33 Pengulangan berkurang, digunakan
mixing tank wadah dengan kapasitas lebih
besar & operator ditambah
19 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 - 0,22 Pengulangan berkurang, digunakan
tank wadah dengan kapasitas lebih
besar & operator ditambah
84
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
20 Petugas menyiapkan gula 0,78 - 0,78 Pengulangan berkurang,
digunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & operator
ditambah
21 Petugas membawa gula ke mixing 0,33 - 0,33 Pengulangan berkurang,
tank digunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & operator
ditambah
22 Petugas menuang gula ke mixing 0,22 - 0,22 Pengulangan berkurang,
tank digunakan wadah dengan
kapasitas lebih besar & operator
ditambah
23 Petugas menyiapkan formula 0,90 0,90
24 Petugas membawa formula ke 0,33 0,33
mixing tank
25 Petugas menuang formula ke 0,22 0,22
mixing tank
26 Pencampuran 1 (Proses mixing) 145,64 145,64
27 Petugas menyiapkan cup kemasan 3,52 3,52
28 Petugas menyiapkan lid cup 12,08 12,08
29 Uji coba mesin pengemas 4,27 4,27
85
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
30 Petugas menyiapkan trey 8,15 8,15
31 Petugas mengisi air pada trey 13,35 2,5 10,85 Penggunaan pompa (debit 30
lpm)
32 Petugas membuka kran aliran 1,13 1,13
dari mixing tank ke blending
tank
34 Larutan gula dan formula di 0,87 0,87
alirkan dari mixing tank ke
blending tank
35 Petugas menutup kran aliran 1,13 1,13
dari mixing tank ke blending
tank
36 Pencampuran 2 13,39 13,39
o
37 Petugas menunggu suhu mesin 71,55 64,01 7,54 Kontrol suhu water heater 95 C
pasteuriasi tercapai
38 Petugas membuka kran aliran 0,15 0,15
dari blending tank ke balance
tank
39 Proses pasteurisasi & 144,95 144,95
pengemasan
86
Tabel 4.13 Rincian Minimasi Waktu (Lanjutan)
No Aktivitas Waktu Waktu Minimasi Rekomendasi
Current Future waktu
(menit) (menit) (menit)
Petugas memasukkan susu
pasteurisasi dalam kemasan,
40 20,97 20,97
yang berada di dalam trey ke
cold storage
Total 570,91 527,74 43,17
Sumber: Data primer diolah (2017)
87
88