Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN VIABILITAS BENIH PADI LOKAL

MENGGUNAKAN POLYETHYLENE GLYCOL


Bismindar(1), Henny Sulistyowati (2), Asnawati(2)
(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian
(2)
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: bismindar76@yahoo.co.id

ABSTRAK

Benih padi merupakan benih yang cepat mengalami kemunduran kualitas


seiring dengan lamanya penyimpanan sehingga menurunkan daya
berkecambahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi PEG yang
terbaik untuk peningkatan viabilitas benih padi lokal. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Agronomi dan Klimatologi Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
dengan faktor tunggal yang terdiri dari 5 taraf perlakuan, yaitu: k0 = tanpa PEG,
k1 = PEG dengan konsentrasi 1 %, k2 = PEG dengan konsentrasi 2,5 %, k3 = PEG
dengan konsentrasi 4 %, k4 = PEG dengan konsentrasi 5,5 %. Setiap perlakuan
terdiri dari 5 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 2 sampel. Setiap sampel
menggunakan 50 benih padi yang disusun dalam gulungan kertas merang. Variabel
yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air benih (%), daya berkecambah
benih (%), indeks vigor (%), keserempakan tumbuh (%), dan kecepatan tumbuh
(%/etmal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi PEG yang
paling efektif yaitu 1 % dengan rata – rata indeks vigor 77,20 %, dan kecepatan
tumbuh 24,17 %.
Kata kunci: padi, polyethylene glycol, viabilitas.

1
THE ENHANCEMENT VIABILITY OF LOCAL RICE SEED
USING POLYETHYLENE GLYCOL

Bismindar(1), Henny Sulistyowati (2), Asnawati(2)


(1)
College Student of Agriculture Faculty
(2)
Lecturer of Agriculture Faculty Tanjungpura University Pontianak
Email: bismindar76@yahoo.co.id

ABSTRACT

Rice seeds are seeds that rapidly decline in quality along with the length of
storage so as to lower the germination. This study aims to determine the best PEG
concentration to increase the viability of local rice seed. The research was
conducted in Agronomy and Climatology Laboratory of Faculty of Agriculture,
Tanjungpura University Pontianak. This study used a complete randomized design
with a single factor consisting of 5 treatment levels, namely: k0 = without PEG,
k1 = PEG with concentration of 1 %, k2 = PEG with concentration of 2.5 %,
k3 = PEG with concentration 4 %, k4 = PEG with a concentration of 5.5. Each
treatment consisted of 5 replications and each replication consisted of 2 samples.
Each sample used 50 rice seeds arranged in a roll of paper. %. The variables
observed in this research were seed moisture content (%), seed germination (%),
vigor index (%), synchrony growth (%), and growth rate (% / etmal). The results
showed that the most effective PEG concentration treatment was 1% with an
average of 77.20% vigor index, and a growth rate of 24.17%.
Keywords: rice, polyethylene glycol, viability.

2
PENDAHULUAN Benih yang telah mengalami
Indonesia merupakan negara kemunduran dapat ditingkatkan
agraris yang sebagian besar perkecambahannya dengan
penduduknya bermata pencarian menggunakan perlakuan invigorasi,
sebagai petani. Sektor pertanian seperti perlakuan osmoconditioning,
khususnya komoditas padi memegang yaitu peningkatan proses fisiologis dan
peranan penting dalam kehidupan biokimia dalam benih dengan
bangsa Indonesia karena konsumsi penambahan air secara terkontrol pada
beras masyarakat Indonesia yang media imbibisi dengan potensial
tinggi, oleh karena itu peningkatan osmotik rendah. Larutan yang dapat
produktivitas padi perlu dilakukan. digunakan adalah larutan yang bersifat
Berdasarkan data dari Badan osmotik, misalnya Polyethylene glycol
Pusat Statistik (BPS) Provinsi (PEG).
Kalimantan Barat (2015), dalam kurun Larutan yang digunakan untuk
waktu 3 tahun terakhir, Kalimantan osmoconditioning pada percobaan ini
Barat mengalami penurunan produksi adalah senyawa PEG 6000 (
padi. Tahun 2013 produksi padi Polyethylene glycol) karena sifatnya
mencapai 1.441.876 ton dengan luas yang tidak meracuni benih karena
panen 464.898 hektar, sedangkan pada berat molekul yang besar sehingga
tahun 2014 produksi padi turun tidak meresap ke dalam jaringan
menjadi 1.367.599 ton dengan luas benih. . Perendaman benih dengan
panen 450.720 hektar, dan pada tahun PEG bersifat mempertahankan potensi
2015 turun kembali menjadi 1.244.485 osmotik yang dapat digunakan untuk
ton dengan luas panen 433.928 hektar, membatasi perubahan kadar air dan O2
sedangkan untuk produktivitasnya pada benih. Molekul PEG yang berada
mengalami penurunan dari 3,03 ton/ha di luar membran sel benih akan
pada 2014 menjadi 2,86 ton/ha pada membentuk lapisan tipis yang
tahun 2015. melindungi benih dan berfungsi
Kendala yang membuat sebagai penyangga kadar air benih dan
turunnya produktivitas padi selain keluar masuknya O2 (Ghassemi,
disebabkan oleh turunnya luasan 2008). Penelitian ini bertujuan untuk
panen yang banyak berubah fungsi mengetahui konsentrasi PEG yang
menjadi perumahan, juga disebabkan terbaik untuk peningkatan viabilitas
benih yang dipakai petani memiliki benih padi lokal.
kualitas yang rendah. Benih padi lokal
yang biasa digunakan oleh petani METODOLOGI PENELITIAN
berasal dari penanaman sebelumnya, Penelitian dilaksanakan di
dan kondisi penyimpanan yang kurang Laboratorium Agronomi dan
baik, serta kesalahan dalam Klimatologi Fakultas Pertanian
penanganan benih menyebabkan Universitas Tanjungpura. Penelitian
kemunduran benih. Kemunduran ini selama 2 bulan, dilakukan dari
benih merupakan proses mundurnya tanggal 28 November – 26 Desember
mutu fisiologis benih yang 2017. Benih padi lokal yang
menimbulkan perubahan menyeluruh digunakan adalah benih yang berasal
dalam benih baik secara fisik, dari Bengkayang yang bernama
fisiologis maupun biokimia sehingga kaleng dengan daya berkecambah 70
mengakibatkan penurunan viabilitas %, polietilen glikol, aquades, dan
benih. kertas merang. Alat yang digunakan

3
adalah pinset, hand sprayer, nampan, Pelaksanaan penelitian ini
oven, germinator tipe IPB 72 I, meliputi penyeleksian benih. Benih
timbangan analitik, pipet ukur, gelas yang diambil adalah dengan kondisi
ukur, batang pengaduk, kertas label, gabah baik yaitu tidak rusak, tidak
plastik bening, kamera, alat tulis cacat, dan permukaan kulitnya bersih.
menulis, dan alat penunjang lainnya. Pembuatan larutan PEG, PEG
Rancangan yang digunakan ditimbang sesuai dengan perlakuan
dalam penelitian adalah Rancangan yaitu 1 gram, 2,5 gram, 4 gram, dan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri 5,5 gram. Masing-masing perlakuan
dari 5 perlakuan dengan 5 ulangan. dilarutkan dalam aquades sampai 100
Setiap ulangan terdiri dari 2 sampel. ml, sehingga diperoleh larutan dengan
Sampel yang pertama untuk konsentrasi PEG 1 %, 2,5 %, 4 %, dan
mengukur indeks vigor, daya 5,5 %. Perendaman benih padi yang
berkecambah dan keserempakan telah dipilih sebagai bahan penelitian
tumbuh. Sampel yang kedua untuk direndam dengan larutan PEG sesuai
mengukur kecepatan tumbuh. Masing dengan perlakuan selama 3 hari,
- masing gulungan terdiri dari 50 kemudian dicuci dan dibersihkan
benih, sehingga benih padi yang dengan aquadest selanjutnya benih
dibutuhkan adalah 2500 benih. dikering anginkan sampai beratnya
Perlakuan yang dimaksud mendekati semula (Yona, 2009).
sebagai berikut : k0 = tanpa PEG, k1 Perkecambahan benih dilakukan
= PEG dengan konsentrasi 1 %, k2 = dengan metode UKDdp (uji kertas
PEG dengan konsentrasi 2,5 %, k3 = digulung didirikan dalam plastik).
PEG dengan konsentrasi 4 %, k4 = Lapisan plastik tersebut berfungsi
PEG dengan konsentrasi 5,5 %. mencegah tembusnya substrat kertas
Variabel yang diamati dalam oleh akar. Benih padi yang telah
penelitian ini adalah kadar air benih diberi perlakuan diletakkan di atas
(%), daya berkecambah benih (%), kertas merang dengan jumlah 50
indeks vigor (%), keserempakan benih setiap kertas merang, kemudian
tumbuh (%), dan kecepatan tumbuh digulung dan disimpan di dalam
(%/etmal). germinator.
HASIL DAN PEMBAHASAN lokal menggunakan polyethylene
A. Hasil glycol pada semua variabel
. Hasil analisis keragaman pengamatan disajikan pada Tabel 1.
peningkatan viabilitas benih padi
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Keragaman Pengaruh Konsentrasi
Polyethylene Glycol terhadap Kadar Air (KA), Indeks Vigor (IV),
Keserempakan Tumbuh (KST), Daya Berkecambah (DB), dan Kecepatan
Tumbuh (KCT).
Fhitung Ftabel
SK
KA DB IV KST KCT 5%
Perlakuan 109,49* 1,56tn 3,17* 1,91tn 5,65* 2,87
KK (%) 1,34 8,63 8,58 8,66 6,62
Keterangan : *= berpengaruh nyata; tn= berpengaruh tidak nyata
Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel pengamatan KA,
keragaman pada Tabel 1, diketahui IV, dan KCT, namun berpengaruh
konsentrasi PEG berpengaruh nyata

4
tidak nyata pada DB dan KST. mengetahui perlakuan yang berbeda
Selanjutnya dilakukan uji BNJ untuk nyata, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji BNJ Pengaruh Konsentrasi Polyethylene Glycol


terhadap Kadar Air (KA), Indeks Vigor (IV), dan Kecepatan Tumbuh
(KCT).

Rata - Rata
Kosentrasi PEG (%)
KA (%) IV (%) KCT (%/etmal)
0 22,31 b 71,20 ab 21,72 b
1 23,60 a 77,20 a 24,17 a
2,5 20,54 c 78,00 a 24,55 a
4 20,82 c 68,00 b 21,80 b
5,5 20,55 c 67,60 b 21,00 b
BNJ 5 % 0,38 8,20 1,98
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata
pada uji BNJ 5 %.
nyata dengan konsentrasi PEG 1 %,
Berdasarkan Tabel 2, kadar air 2,5 %, 4 %, dan 5,5 %. Kecepatan
pada konsentrasi PEG 1 % berbeda tumbuh pada konsentrasi 2,5 %
nyata dengan konsentrasi PEG 0 %, berbeda nyata dengan konsentrasi 0
2,5 %, 4 %, dan 5,5 %. Konsentrasi %, 4 %, dan 5,5 %, namun berbeda
PEG 0 % berbeda nyata dengan tidak nyata dengan konsentrasi 1 %.
konsentrasi PEG 2,5 %, 4 %, dan 5,5 Hasil analisis keragaman pada
%. Indeks vigor pada konsentrasi Tabel 1 untuk daya berkecambah dan
PEG 2,5 %, berbeda nyata dengan keserempakan tumbuh berpengaruh
konsentrasi PEG 4 % dan 5,5 %, tidak nyata. Berikut ini disajikan
namun berbeda tidak nyata pada diagram rerata daya berkecambah dan
konsentrasi PEG 0 % dan 1 %. keserempakan tumbuh setiap
Konsentrasi PEG 0 % berbeda tidak perlakuan.
100,00 100,00
72,80 78,80 80,00 73,20 72,40 72,80 78,80 80,00 71,60 72,00
Berkecambah (%)

Keserempakan
Tumbuh (%)

80,00 80,00
60,00 60,00
Daya

40,00 40,00
20,00 20,00
0,00 0,00
0 1 2,5 4 5,5 0 1 2,5 4 5,5
Kosentrasi PEG (%) Kosentrasi PEG (%)
Gambar 1. Rerata Daya Gambar 2. Keserempakan Tumbuh
Berkecambah pada Benih Padi pada Berbagai
Berbagai Konsentrasi Konsentrasi

Gambar 1 dan 2. menunjukkan bahwa 72,40 % sampai dengan 80,00 %,


rerata daya berkecambah pada sedangkan keserempakan tumbuh
berbagai konsentrasi PEG adalah pada berbagai konsentrasi PEG

5
adalah 71,60 % sampai dengan 80,00 optimum disebut benih yang
%. memiliki vigor yang baik. Benih
yang memiliki vigor yang baik akan
B. Pembahasan menghasilkan semaian normal jika
Perkecambahan adalah proses ditumbuhkan pada kondisi yang
metabolisme biji hingga dapat optimum dan dikatakan memiliki
menghasilkan pertumbuhan dari kekuatan tumbuh.
komponen kecambah yaitu radikula Hasil uji BNJ pada Tabel 2
dan plumula. Proses perubahan untuk parameter kadar air terbesar
embrio saat perkecambahan adalah dari semua perlakuan adalah PEG 1
radikula tumbuh dan berkembang % sebesar 23,60 %, diduga laju
menjadi bakal calon batang yang serapan air pada awal imbibisi fase I
tumbuh selama masa dapat diperlambat.
perkecambahan, dan radikula Sivasubramaniam (2011)
tumbuh dan berkembang menjadi menambahkan, selanjutnya saat
bakal calon akar. Salah satu faktor memasuki fase II, durasi pada fase
yang mempengaruhi perkecambahan tersebut dapat diperpanjang. Durasi
adalah ketersediaan air di dalam yang panjang pada fase II ini
benih. dibutuhkan bagi benih yang telah
Perkecambahan benih diawali mengalami kemunduran, karena
dengan proses imbibisi, yaitu benih tersebut membutuhkan waktu
kondisi menyerap air disekitarnya untuk dapat memperbaiki
melalui proses difusi. Imbibisi air metabolismenya sebelum memasuki
merupakan proses awal fase III. Fungsi dari PEG adalah
perkecambahan benih yang diikuti membentuk lapisan tipis yang
oleh serangkaian proses lainnya melindungi benih serta sebagai
seperti pengangkutan zat makanan, penyangga kadar air benih dan
asimilasi, pernafasan dan keluar masuknya O2 secara
pertumbuhan. Proses terkontrol (Ghassemi, 2008). Kadar
perkecambahan lebih lanjut air terendah pada konsentrasi PEG
dijelaskan oleh Ilyas (2012), yaitu 2,5 % adalah 20,54 % , konsentrasi
setelah benih menyerap air, terjadi PEG 4 % adalah 20,82 , dan
pengaktivan enzim-enzim yang konsentrasi PEG 5,5 % adalah 20,55
kemudian masuk ke dalam %, diduga konsentrasi yang tinggi
endosperm dan mencerna zat pada larutan PEG mengakibatkan
makanan. Enzim amilase merobak nilai potensial osmotik disekitar
pati menjadi gula seperti glukosa, benih menjadi semakin negatif.
fruktosa, atau sukrosa. Enzim lipase Rendahnya nilai potensial osmotik
merombak lemak menjadi gliserin larutan dapat menghambat proses
dan asam lemak, sedangkan enzim imbibisi pada fase I, sehingga
protease merombak protein menjadi menyebabkan proses metabolisme
asam amino. pada fase II ikut terhambat.
Nilai perkecambahan benih Akibatnya air yang masuk ke benih
merupakan parameter yang dapat menjadi lebih sedikit (Nurmauli dan
menggambarkan status kemampuan Nurmiaty, 2010) .
benih untuk berkecambah. Benih Hasil uji BNJ pada Tabel 2
yang masih mampu menumbuhkan untuk parameter indeks vigor dan
tanaman normal, meski kondisi kecepatan tumbuh menunjukan
alami tidak optimum atau sub

6
konsentrasi 1 % lebih efektif, dibandingkan perlakuan tanpa PEG,
meskipun hasil tertinggi adalah konsentrasi PEG 1 % dan konsentrasi
konsentrasi PEG 2,5 % namun jika PEG 2,5 % diduga terlalu tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi konsentrasi PEG dapat menyebabkan
PEG 1 % menunjukan hasil yang tekanan osmotik di dalam sel menjadi
sama saja, sehingga parameter indek negatif sehingga air sulit diserap oleh
vigor dan kecepatan tumbuh lebih benih karena air yang terserap oleh
efektif dan efisien adalah konsentrasi benih dalam jumlah sedikit.
PEG 1 % diduga benih tersebut telah Konsentrasi PEG yang tinggi
lebih dulu siap untuk berkecambah menyebabkan proses metabolisme
karena imbibisi yang mengaktifkan pada tanaman tidak berjalan dengan
enzim dan metabolisme sehingga baik, terutama proses transfer nutrisi
energi yang dibutuhkan untuk ke embrio yang terhambat karena
perkecambahan lebih cepat tersedia. keterbatasan air (Candra, 2011).
Proses perkecambahan benih dimulai Hasil analisis keragaman pada
dari proses penyerapan air oleh benih. Tabel 1 menunjukkan bahwa daya
Proses penyerapan air oleh benih berkecambah dan keserempakan
mengikuti pola triphasic 3 fase (Ai tumbuh benih berpengaruh tidak
dan Ballo, 2010). Penyerapan air oleh nyata, sedangkan parameter kadar
benih yang terjadi pada tahap pertama air, indeks vigor dan kecepatan
biasanya berlangsung sampai jaringan tumbuh berpengaruh nyata. Diduga
mempunyai kandungan air 40 – 60 % perlakuan osmoconditioning belum
dan akan meningkat lagi pada saat memberikan pengaruh pada daya
muncul radicle sampai jaringan berkecambah dan keserempakan
penyimpanan dan berkecambah yang tumbuh. Hal ini ada hubungannya
sedang tumbuh mempunyai dengan nilai daya berkecambah dari
kandungan air 70 – 90 % (Ching benih yang rendah sehingga benih
dalam Sutopo, 2004). Fase I diawali tersebut semakin lambat
oleh penyerapan air secara cepat, ini berkecambah. Hal ini sesuai dengan
dikarenakan adanya perbedaan pendapat Asful (1995), bahwa pada
potensial antara air dan benih. Air benih Jelai, dimana benih yang telah
memiliki nilai potensial sebesar 0 mundur, daya berkecambahnya tidak
Mpa, sedangkan nilai potensial pada banyak berbeda dari perlakuan
benih berada diantara -50 dan -350 kontrol.
Mpa. Fase II, penyerapan air Daya berkecambah adalah
berlangsung lambat, karena potensial berkembangnya bagian – bagian
air benih dengan lingkungannya penting dari suatu embrio benih yang
dalam keadaan seimbang, tetapi menunjukkan kemampuannya untuk
metabolisme benih secara aktif tumbuh secara normal pada
berlangsung dan pada fase III lingkungan yang sesuai. Daya
penyerapan air kembali naik, yang berkecambah yang meningkat diduga
mana proses perkecambahan telah perbedaan kadar air antara masing-
lengkap dengan ditandai oleh masing perlakuan dan karena
munculnya radikula (Girolamo dan lamanya proses invigorasi.
Barbanti, 2012). Perendaman dilakukan selama 3 hari.
Hasil uji BNJ pada Tabel 2 Biji padi yang keras akan menyerap
untuk konsentrasi PEG 4 % dan 5,5 % air dengan baik apabila dilakukan
mengalami penurunan kadar air proses invigorasi yang lebih lama dan

7
terkontrol. Proses imbibisi akan KESIMPULAN
berlangsung dengan baik sehingga Berdasarkan hasil penelitian
benih mendapatkan air. Daya upaya peningkatan viabilitas benih
berkecambah akan mempengaruhi padi lokal ini dapat disimpulkan
juga vigornya, Garis vigor atau garis bahwa konsentrasi PEG 1 %
viabilitasnya tidak akan pernah merupakan konsentrasi yang efektif
kembali, namun dengan perlakuan pada tolak ukur indeks vigor 77,20 %,
perendaman menggunakan PEG titik dan kecepatan tumbuh 24,17 %.
rata - ratanya akan bertambah tinggi,
sehingga garis penurunan yang DAFTAR PUSTAKA
semula tajam akan diperlandai. Ai, N. S dan M. Ballo. 2010. Peranan
Sadjad (1999) menyatakan bahwa Air dalam Perkecambahan
aktifitas proses metabolisme dan Biji. Jurnal Ilmiah Sains.
respirasi pada awal perkecambahan Asful, F. 1995. Pengaruh lama
tidak hanya menyangkut tersedianya hidrasi-dehidrasi terhadap
substrat respirasi dalam embrio, tetapi mutu benih, pertumbuhan dan
aktifitas enzim yang merupakan hasil tanaman kacang tanah
katalisator biologis yang sangat (Arachis hypogaea L.).
penting. Enzim respirasi telah Skripsi. Padang. Fakultas
terdapat dalam embrio kering yang Pertanian Universitas
telah dewasa dan mulai aktif sewaktu Andalas.
fase imbibisi. Aktifitas dan sintesa BPS, 2015. Produksi Padi Menurut
enzim tersebut distimulir oleh Provinsi Kalimantan Barat
giberalin yang dihasilkan setelah (Ton). https://www.bps.go.id.
benih berkecambah. Benih tumbuh Diakses tanggal 14 Oktober
pada kondisi yang optimum sehingga 2016.
tidak terjadi persaingan untuk Candra, A. 2011. Tanggapan Benih
mendapatkan air. Benih yang Kedelai (Glycine max. [L]
kecepatan berkecambahnya tinggi, Merr.) terhadap Invigorasi
tanaman yang dihasilkan cenderung dengan PEG 6000 dan Pupuk
lebih tahan terhadap keadaan NPK Susulan dalam
lingkungan yang sub optimum dan Pertumbuhan dan Hasil
terdapat hubungan yang erat antara Skripsi. Agronomi – FP
indeks vigor dengan kecepatan Universitas Lampung. Bandar
berkecambah. Benih yang tinggi Lampung
kekuatan tumbuhnya, berarti benih itu Ghassemi, G. K., A. A. Aliloo., M.
vigor. Ini sesuai dengan pendapat Valizadeh., M. Moghaddam.
Kartasapoetra (2003), yang 2008. Effects of Hydro and
menyatakan bahwa terdapat hubungan Osmo-Priming on Seed
yang erat antara kecepatan Germination and Field
berkecambah benih dengan vigornya. Emergence of Lentil (Lens
Benih yang kecepatan berkecambahnya Culinaris Medik.). Notulae
tinggi akan menghasilkan tanaman Botanicae Horti
yang lebih tahan terhadap lingkungan Agrobotanici. 36 (1). 29-33.
yang kurang menguntungkan. Girolamo, G. D and L. Barbanti.
2012. Treatment Conditions
and Biochemical Processes
Influencing Seed Priming

8
Effectiveness. Italian Journal Sivasubramaniam, K., R. Geetha, K.
of Agronomy. Sujatha, K. Raja, A.
Ilyas, S. 2012. Ilmu dan Teknologi Sripunitha and R. Selvarani.
Benih: Teori dan Hasil-hasil 2011. Seed Priming:
Penelitian. IPB Press, Bogor. Triumphs and Tribulation.
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Madras Agricultural Journal.
Benih. Rineka Cipta. Jakarta. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih
Nurmauli dan Y. Nurmiaty. 2010. I.Angkasa. Bandung.
Studi Metode Invigorasi pada Yona, M. 2009. Pengaruh
Viabilitas Dua Lot Benih Osmoconditioning dengan
Kedelai yang Telah Disimpan Polyethylene Glycol (PEG)
Selama Sembilan Bulan. terhadap Viabilitas dan Vigor
Jurnal llmu Pertanian Benih Padi Lokal Ladang
Indonesia. Merah. Skripsi : Program Studi
Sadjad, S. 1999. Parameter Pengujian Pemuliaan Tanaman Fakultas
Vigor Benih. Jakarta: PT. Pertanian Universitas Andalas
Gramedia Padang.

Anda mungkin juga menyukai