Anda di halaman 1dari 7

Jerami Volume 2 No.

2, Mei - Agustus 2009

PENGARUH OSMOCONDITIONING DENGAN PEG (POLYETHYLENE


GLYCOL) TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI LOKAL
LADANG MERAH

(The Effect of Osmoconditioning PEG (Polyethylene Glycol) on the Viability and Vigor of
Brown Rice)

Rida putih*, Aswaldi Anwar*, dan Yona Marleni**

*Dosen dan ** Mahasiswa Program Studi Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang

ABSTRACT

An experiment to study the effect of osmoconditioning PEG on the viablity and vigor brown
rice seedling has been conducted at Seed Technology Laboratory Faculty of Agriculture, Andalas
Universty Padang, from March to April 2009. The experimental units were arranged in Completely
Randomised Design (CRD) with five treatments and three replicates. The treatment was different
osmotic potential of PEG solution as follow: -5, -7.5, - 10, - 12.5 and – 15 Bar. Data were analyzed with
F test, and multiple comparison of DNMRT at 5% levels. Results indicated that osmocondortioning
affected germination indices and soil emergence germination. However, water content and shoot
and radicle length were not effected. The osmotic potential of– 12.5 Bar was best to the viability and
vigor of the tested seeds.
.

Key words: osmoconditioning, Polyethylene Glycol (PEG), viablity, vigor, brown rice

PENDAHULUAN 75,7 g), tetapi nilai energi yang dihasilkan beras


merah justru diatas beras putih (349 kal : 353

P
adi memiliki bentuk dan warna yang kal). Selain lebih kaya protein (6,8 g : 8,2 g), hal
beragam, baik tanaman maupun tersebut mungkin disebabkan kandungan
berasnya. Di Indonesia padi beras tiaminnya yang lebih tinggi (0,12 mg : 0,31 mg).
merah (Oryza glaberrima) kurang mendapat Jika dilihat dari segi kandungan vitamin
perhatian dibandingkan dengan padi beras dan mineral, beras merah lebih unggul.
putih (Oryza sativa), padahal beras merah Kandungan vitamin dan mineral beras merah
mengandung gizi tinggi (Suardi, 2005). 2-3 kali beras putih. Beras merah mengandung
Banyak manfaat dari mengkonsumsi beras tiamin (vitamin B1) yang diperlukan untuk
merah, apalagi beras merah yang berasal dari mencegah beri-beri pada bayi. Zat besinya juga
gabah tumbuk, karena kulit arinya tidak lebih tinggi (Ernawati, 2006).
banyak hilang. Pada kulit arinya ada tiamin Hanya saja, pengembangan beras merah
(vitamin B1) juga kandungan serat dan minyak terkendala dari sisi jumlah produksi karena
alami. Serat tak hanya mengenyangkan juga popularitasnya kurang dikalangan masyarakat.
untuk membersihkan usus dan mencegah Selama ini, secara kuantitas produksi beras
penyakit saluran pencernaan. Minyak alami merah masih kalah dibanding padi unggul jenis
merupakan lemak esensial yang sangat terbaru lainnya, seperti IR- 64. Satu hektar
dibutuhkan untuk perkembangan otak anak. lahan pertanian dengan tingkat kesuburan
Sedangkan senyawa-senyawa dalam lemak sedang mampu menghasilkan beras merah
kulit ari juga dapat menurunkan kolesterol sekitar tiga-empat ton. Sedangkan untuk padi
darah, salah satu faktor resiko penyakit jantung jenis unggul mampu menghasilkan 5 sampai
(Astawan, 2008). dengan 6 ton (Werdiono, 2006).
Hasil analisis Nio (cit Arimurti, 2006) Beras merah di daerah Sumatera Barat
menyatakan bahwa beras merah jika keberadaanya sulit untuk ditemukan karena
dibandingkan dengan beras putih, kandungan masyarakatnya jarang yang membudidayakan
karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 g : padi beras merah. Masyarakat kurang

242 ISSN 1979-0228


Osmoconditioning dengan PEG terhadap Viabilitas dan Vigor Padi

menyukai padi beras merah karena rasanya osmosis (konsentrasi PEG) dari -5 sampai -15
yang tidak enak. Namun akan manfaat dan Bar dengan suhu 10-25 oC dan lamanya waktu
keunggulan beras merah bagi kesehatan perlakuan dari 1-15 hari. Khan (1992)
banyak yang tidak disadari oleh masyarakat. menyatakan osmoconditioning akan
Petani yang tidak menanam kembali benih berlangsung sekitar 2-21 hari pada suhu 15-20 o
beras merah tersebut cenderung untuk C dengan kisaran potensial -0,8 sampai -1,6
menyimpan benih tersebut. Di lapangan telah Mpa. Kuswanto (1996) menyatakan proses
ditemukan ada masyarakat yang menyimpan priming yang biasa dilakukan yaitu dengan
selama 4 tahun (di daerah Pasaman Barat) merendam benih/inkubasi antara 1-21 hari
bahkan ada juga yang menyimpan selama 10 dengan suhu 5-35 o C dengan menggunakan
tahun (di daerah Solok). Justice dan Bass (2002) larutan garam atau polyethylene glycol (PEG)
menyatakan, petani biasanya menyimpan benih dengan konsentrasi berbeda.
pada tempat penyimpanan biasa, dimana Larutan yang digunakan untuk
kondisinya mungkin tidak mendukung dalam osmoconditioning pada percobaan ini adalah
mempertahankan vigor dan viabilitas benih. senyawa PEG ( Polyethylene glycol) karena
Kartasapoetra (1986) menyatakan, sifatnya yang tidak meracuni benih karena
penyimpanan dalam rangka perbenihan berat molekul yang besar sehingga tidak
mempunyai arti yang luas. Karena yang meresap ke dalam jaringan benih. Larutan ini
diartikan dalam penyimpanan di sini ialah sejak juga dapat membentuk lapisan yang membatasi
benih tersebut mencapai kematangan jumlah air yang diabsorbsi oleh benih (innert
fisiologisnya sampai tanam, dapat pada water layer) sehingga tidak memungkinkan
tanaman, di gudang atau dalam rangka benih berkecambah selama osmoconditioning
pengiriman benih itu ke daerah yang (Kuswanto, 1996).
memerlukannya. Selama dalam penyimpanan Apabila telah didapatkan konsentrasi PEG
ini, karena pengaruh beberapa faktor, keadaan yang terbaik dalam mengoptimalkan viabilitas
atau mutu benih akan mengalami kemunduran dan vigor benih padi Ladang Merah, maka
atau deteriorasi. dapat dijadikan pedoman untuk digunakan
Kemunduran benih merupakan proses pada jenis padi merah lainnya. Selain itu benih
mundurnya mutu fisiologis benih yang yang telah diberi perlakuan osmoconditioning
menimbulkan perubahan yang menyeluruh diharapkan akan berada pada tahap kedua
dalam benih baik secara fisik, fisiologis maupun proses penyerapan air (lag fase), saat mana
biokimia yang mengakibatkan menurunnya radikula belum dimunculkan sehingga
viabilitas benih (Rusmin, 2007). Schmidt (2002) memungkinkan dikeringkan kembali dan
menyatakan, bahwa hilangnya viabilitas selama disimpan untuk periode berikutnya sebelum
penyimpanan dapat disebabkan oleh serangga, penanaman benih dan memperlambat proses
jamur atau oleh kerusakan alami yang kemundurannya selama masa penyimpanan.
berkembang dalam penyimpanan. Hal ini Berdasarkan pemikiran diatas telah
dipengaruhi oleh lingkungan penyimpanan. dilaksanakan penelitian dengan judul “
Suhu dan kelembaban adalah faktor utama pengaruh osmoconditioning dengan
dalam penyimpanan benih. PEG(polyethylene glycol ) terhadap viabilitas dan
Benih yang telah mengalami kemunduran vigor benih padi lokal ladang merah”. Tujuan
dapat ditingkatkan perkecambahannya salah dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
satunya dengan menggunakan perlakuan benih konsentrasi PEG yang terbaik terhadap
sebelum tanam yang disebut dengan viabilitas dan vigor benih padi Ladang Merah.
osmoconditioning. Khan (1992) menyatakan
bahwa osmoconditioning adalah peningkatan
proses fisiologis dan biokimia dalam benih BAHAN DAN METODE
dengan penambahan air secara terkontrol pada
media imbibisi dengan potensial osmotik Percobaan ini telah dilaksanakan di
rendah, dapat dilakukan dengan menggunakan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas
sifat larutan osmotik, biasanya Polyethylene Pertanian Univeritas Andalas Padang dari
glycol (PEG). Kondisi dan lamanya waktu bulan Maret sampai April 2009. Bahan yang
osmoconditioning bervariasi dengan jenis digunakan adalah benih padi beras merah
tanaman. Hartman et. al.(dalam Schmidt, 2002) varietas Padi Ladang Merah yang telah
menunjukkan rentang kondisi potensial disimpan selama 23 bulan dengan daya

ISSN 1979-0228 243


Jerami Volume 2 No. 2, Mei - Agustus 2009

kecambah awal 44 %, PEG 6000, alkohol 70 %, air dengan cara menyemprotkan pada kertas
tanah dan pasir, dan Dhitane M-45. Alat yang pengujian.
digunakan yaitu loyang aluminium, germinator Peubah yang diamati adalah: kadar air
datar dan miring, seedbad, serta oven. benih, daya berkecambah (%), perkecambahan
Percobaan ini disusun berdasarkan pada hitung pertama (%), kecepatan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima berkecambah (nilai indeks), panjang akar dan
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuannya batang kecambah (cm), persentase
adalah beberapa potensi osmotik larutan PEG perkecambahan pada uji muncul tanah.
yaitu : Potensi osmotik larutan -5 Bar, -7,5 Bar, -
10 Bar, -12,5 Bar dan -15 Bar .Data hasil
penelitian ini dianalisis menggunakan uji F atau HASIL DAN PEMBAHASAN
sidik ragam dan jika F hitung perlakuan
berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Pengamatan pendahuluan benih, sebelum
Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) diberi perlakuan osmoconditioning, diperoleh
pada taraf nyata 5 %. kadar air benih 16,82 %, dan daya kecambah
Benih yang digunakan diperoleh dari benih 44 %. Daya kecambah telah berada
Kanagarian Tanah Garam Jorong Payo dibawah sarat umum minimum benih
Kecamatan Lubuk Sikarah Kabupaten Solok. bermutu, yaitu 80 % menurut Kamil (1986).
Benih yang diambil yaitu benih yang Dengan demikian benih yang digunakan
mempunyai ukuran yang mendekati seragam memenuhi syarat untuk pemberian perlakuan
dan tidak mengalami kerusakan fisik. Benih osmoconditioning, karena menurut Basu dan
tersebut adalah benih yang bervigor sedang Rudrapal (1982) bahwa perlakuan
atau rendah. Untuk menentukan vigor benih, osmoconditionining efektif untuk benih yang
maka sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu bervigor sedang dan rendah, dan tidak efektif
dihitung KA benih dan daya kecambah awal. untuk benih bermutu dan baru dipanen.
Benih dibagi atas 5 bagian masing-masing
545 biji. Benih tersebut dimasukkan ke dalam Kadar Air dan Daya Kecambah
wadah perendaman yang berisi larutan PEG
Dari Tabel 1. dapat dilihat terjadi
sesuai taraf perlakuan. Setelah itu wadah
peningkatan kadar air dari kadar air awal
perendaman ditutup dengan aluminium foil
setelah osmoconditioning. Kadar air benih
agar benih yang diimbibisikan tidak
meningkat daripada sebelum perlakuan (16,82
terkontaminasi. Imbibisi berlangsung selama 3
%) disebabkan imbibisi dan osmosis
hari dengan suhu terkontrol 20 oC.
berlangsung dari medium ke benih secara
Setelah 3 hari benih dikeluarkan, dicuci dan
perlahan-lahan dan terkontrol, disebabkan
dibersihkan dengan aquadest selanjutnya dike-
potensial osmotik larutan PEG yang lebih tinggi
ringkan dengan kertas tissue. Kemudian benih
daripada potensial air benih dalam keadaan
ditempatkan pada loyang aluminium dan dike-
kering. Ternyata kadar air yang diperoleh
ringanginkan pada ruangan bersuhu 26 0C selama
tersebut belum mencapai titik kritis
2 hari atau sampai mendekati berat semula.
perkecambahan, karena selama imbibisi
Media yang digunakan adalah kertas
berlangsung dan juga setelah pengeringan
stensil, tanah dan pasir. Pengujian yang
kembali mendekati berat semula tidak terjadi
dilakukan yaitu kadar air, uji daya kecambah,
pemunculan radikula, yang dapat dijadikan
perkecambahan hitung pertama, panjang akar
patokan terjadinya perkecambahan secara
dan batang kecambah, persentase perkecam-
visual.
bahan pada uji muncul tanah, dan nilai indeks
Osmoconditioning merupakan suatu metode
perkecambahan (kecepatan perkecambahan).
yang mengimbibisikan benih dalam suatu
Untuk mencegah serangan jamur,
larutan osmotik pada konsentrasi tertentu yang
germinator datar dan germinator miring
memungkinkan terjadinya penambahan air
disterilkan dengan menggunakan alkohol,
serta proses awal perkecambahan namun tidak
setelah itu disemprot dengan menggunakan
sampai terjadi pertumbuhan akar ( Bewley and
Dhitane M-45. Pemeliharaan benih pada kertas
Black, 1985). Kamil (1986) menyatakan bahwa
pengujian dengan menjaga kelembabannya.
air yang diserap oleh benih dari medianya akan
Untuk mencegah serangan jamur digunakan
mempengaruhi kadar air benih tersebut,
Dhitane M-45 dengan konsentrasi 2 gram/liter
dimana kadar air benih akan menentukan
berhasil atau tidaknya proses perkecambahan.

244 ISSN 1979-0228


Osmoconditioning dengan PEG terhadap Viabilitas dan Vigor Padi

Jadi semakin banyak air yang diserap maka segera berlangsung dan dipercepat oleh enzim-
akan semakin tinggi kadar air benih. enzim yang akan merombak cadangan
makanan yang ada dalam benih menjadi
Tabel 1. Kadar Air benih dan Daya Kecambah senyawa bermolekul sederhana yang akan
Padi pada beberapa tingkat ditranslokasikan ke embrionic axis sehingga
osmoconditioning benih yang sakit tadi mampu berkecambah
Potensial
Kadar Air Daya
dengan baik. Jadi titik rata-rata garis
Osmotik PEG penurunan vigor dan viabillitas dapat
(%) kecambah (%)
(Bar) dipertinggi sehingga garis penurunan yang
- 5,0 (A) 17,20 50,67 a b semula tajam dapat diperlandai. Bustamam
- 7,5 (B) 17,01 61,33 a
(1989) menyatakan bahwa dengan aktifnya
-10,0 (C) 17,11 39,33 b
-12,5 (D) 17,48 63,33 a
metabolisma benih tersebut perombakan bahan
-15,0 (E) 17,01 35,33 b cadangan makanan berlangsung dan
menghasilkan energi untuk ditransfortasikan ke
KK = 1,12 % 20,21 % embrionic axis guna pembentukan radikel dan
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil plumula dan juga untuk menyokong
yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT pada taraf pertumbuhan awal perkecambahan.
nyata 5 %.
Selama imbibisi benih mendapat tambahan
air yang berfungsi untuk meningkatkan
Pada perlakuan Potensial Osmotik PEG
aktifitas enzim dan meningkatkan aktifitas
12.5 Bar yang kadar airnya paling tinggi akan
metabolisme lainnya termasuk respirasi. Salah
mengakibatkan mulai aktifnya enzim respirasi
satu hasil dari proses respirasi adalah energi
bekerja, sehingga mengalami kenaikan
dalam bentuk ATP. Menurut Fu, et al., 1988 cit.
kandungan ATP lebih cepat. Menurut Sadjad
Yulindra, 1999) selama perlakuan
(1975) enzim respirasi telah terdapat dalam
osmoconditioning, produksi ATP ditingkatkan
embrio kering yang telah dewasa dan mulai
tetapi dengan periode waktu yang lambat yaitu
aktif sewaktu fase imbibisi dan pengambilan
16-18 jam. ATP yang dihasilkan berfungsi
air. Aktifitas dan sintesis enzim itu distimulir
sebagai sumber energi untuk sintesa protein
oleh gibberelin yang dihasilkan oleh benih
dan asam nukleat. ATP merupakan senyawa
setelah menyerap air.
penting bagi reaksi metabolik tertentu dalam sel
Daya kecambah tertinggi didapatkan pada
hidup yang diperlukan untuk metabolisme
potensial osmotik larutan -12,5 Bar yaitu 63,33
perkecambahan. Peranan khusus ATP adalah
% (Tabel 1). Ternyata osmoconditioning
dalam proses fosforilasi dimana dalam proses
mampu meningkatkan daya berkecambah
tersebut suatu metabolit tertentu (glukosa, asam
benih dalam satu lot benih, dimana daya
amino dll) yang tadinya bersifat innert (tidak
berkecambah sebelum osmoconditioning
aktif) meningkatkan reaktifitas biokimianya
adalah 44 % dan setelah osmoconditioning
(Prawiranata, et al., 1981 cit. Yulindra, 1999).
mampu meningkatkan daya berkecambah
benih hingga 63,33 %. Berarti nilai viabilitasnya
Perkecambahan Hitung Pertama, Kecepatan
meningkat sebesar 19,33 %. Sebagaimana kita Berkecambah dan Uji Muncul Tanah
ketahui bahwa viabilitas dan vigor tersebut
bersifat irreversible, ini berlaku untuk satu Perkecambahan pada hitung pertama yang
individu. Peningkatan viabilitas yang tertinggi didapatkan pada potensial osmotik
dimaksudkan pada penelitian ini adalah -12,5 Bar yaitu 62,00 % (Tabel 2). Perbedaan
viabilitas pada satu lot benih dimana terjadi perkecambahan hitung pertama berhubungan
peningkatan nilai viabilitas sebesar 19,33 %. dengan kandungan air yang berbeda antar
Diduga benih yang 19,33 % ini adalah benih benih yang diperlakukan dan tingkat kerusakan
yang sakit dan mengalami kerusakan membrannya, sehingga menyebabkan
membran. Setelah diberi perawatan dengan pengaruh terhadap perkecambahan pada
osmoconditioning dimana terjadi pemasukan hitung pertama, dimana ketersediaan air yang
air secara perlahan-lahan. Air yang masuk sudah optimal pada benih mampu
pada perlakuan osmoconditioning mampu meningkatkan persentase perkecambahan pada
mengorganisir membran sel yang ada, hitung pertama, dalam hal ini berarti benih
mengaktifkan enzim-enzim dan organel- lebih cepat berkecambah. Ini sesuai dengan
organel terutama mitokondria. Dengan pendapat Byrd (1983) bahwa semakin cepat
aktifnya mitokondria, proses respirasi akan benih berkecambah maka vigor benih

ISSN 1979-0228 245


Jerami Volume 2 No. 2, Mei - Agustus 2009

cenderung makin tinggi. Benih yang bervigor benih telah mengantarkan benih pada kondisi
tinggi selain memiliki daya simpan atau siap untuk berkecambah atau sudah lebih dulu
ketahanan simpan, juga memiliki kemampuan memasuki fase II dari proses penyerapan air.
tumbuh menjadi tanaman yang kuat pada Dengan demikian setelah mengalami dehidrasi,
kondisi lapangan yang normal. benih tersebut telah dalam tahap persiapan
mamasuki fase III dari penyerapan air dimana
Tabel 2. Perkecambahan hitung pertama, radikula biasanya akan menembus kulit biji.
Kecepatan bekecambah dan mun- Sewaktu benih dengan kondisi tersebut
cul tanah benih padi pada bebera- dikecambahkan maka dengan cepat proses
pa tingkat osmoconditioning perkecambahan akan segera berlangsung.
Potensial Perkecam- Kecepatan
Muncul Persentase muncul tanah tertinggi didapat-
Osmotik PEG bahan hitung berkecambah
tanah (%) kan pada potensial osmotik -12,5 Bar yaitu 58,67
(Bar) pertama (%) (%)
- 5,0 (A) 50,67 a b 6,93 b 36,00 b c dan terendah pada potensial osmotik -15,0
- 7,5 (B) 58,00 a 7,64 b 49,33 a b (Tabel 2). Terjadinya perbedaan yang nyata ter-
-10,0 (C) 38,00 b 4,90 c 36,67 b hadap muncul tanah disebabkan karena benih
-12,5 (D) 62,00 a 10,02 a 58,67 a yang diberi osmoconditioning terdapat biomole-
-15,0 (E) 34,00 b 4,32 c 32,00 c
KK = 15,9 % 20,72 % 17,86 %
kul-biomolekul penting. Menurut Basu dan
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil Rudrapal (1982) perlakuan osmoconditioning
yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT pada taraf mampu menginisiasi pembentukan
nyata 5 % biomolekul-biomolekul penting serta
merangsang aktifitas mitokondria. Dengan
Perlakuan osmoconditioning pada benih pa- terbentuknya biomolekul penting, maka benih
di Ladang Merah yang telah mengalami ke- akan segera siap untuk berkecambah. Apalagi
munduran ternyata dapat memperbaiki vigor- dengan mulai aktifnya mitokondria, maka
nya. Walaupun secara mendasar garis vigor proses respirasi akan segera berlangsung
atau garis viabilitasnya tidak akan pernah dengan terombaknya bahan cadangan
kembali, namun dengan perlakuan osmocon- makanan menjadi senyawa lebih sederhana
ditioning titik rata-ratanya akan bertambah dengan melepaskan energi. Energi yang
tinggi, sehingga garis penurunan yang semula dilepaskan ini sebagian dipakai untuk aktifitas
tajam akan diperlandai. Sadjad (1979) menya- lain dalam proses perkecambahan benih, yaitu
takan bahwa pada periodisasi viabilitas dan penembusan kulit biji oleh radikula (Kamil,
vigor benih, periode ke tiga atau periode kritikal 1986).
yang ditandai denngan menurunnya vigor Terdapat hubungan yang erat antara
benih secara tajam dan jelas mendahului viabi- muncul tanah dengan kecepatan berkecambah.
litas potensial. Sadjad (1980) menyatakan bah- Bila benih tersebut tinggi kekuatan tumbuhnya,
wa aktifitas proses metabolisme dan respirasi berarti benih itu vigor. Ini sesuai dengan
pada awal perkecambahan tidak hanya pendapat Kartasapoetra (1989) yang
menyangkut tersedianya substrat respirasi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
dalam embrio, tetapi aktifitas enzim yang erat antara kecepatan berkecambah benih
merupakan katalisator biologis yang sangat dengan vigornya. Benih yang kecepatan
penting. Enzim respirasi telah terdapat dalam berkecambahnya tinggi akan menghasilkan
embrio kering yang telah dewasa dan mulai tanaman yang lebih tahan terhadap lingkungan
aktif sewaktu fase imbibisi. Aktifitas dan yang kurang menguntungkan.
sintesa enzim tersebut distimulir oleh giberalin
yang dihasilkan setelah benih berkecambah. Panjang Akar dan Tunas Kecambah
Nilai indeks benih yang tertinggi
didapatkan pada potensial osmotik -12,5 Bar Ternyata perlakuan osmoconditioning
yaitu 10,02 (Tabel 2). Tingginya nilai indeks belum memberikan pengaruh pada panjang
perkecambahan pada potensial osmotik -12,5 akar dan tunas kecambah benih padi Ladang
Bar disebabkan benih tersebut telah lebih dulu Merah (Tabel 3). Hal ini ada hubungannya
siap untuk berkecambah karena imbibisi yang dengan nilai indeks dari benih yang rendah
mengaktifkan enzim dan metabolisme sehingga sehingga benih tersebut semakin lambat
energi yang dibutuhkan untuk perkecambahan berkecambah, tetapi untuk fase pertumbuhan
lebih cepat tersedia. Ini sesuai dengan kecambah selanjutnya nampak-nya perlakuan
pendapat Bewley and Black (1985) bahwa kurang berpengaruh. Hal ini sesuai dengan
hidrasi yang dilakukan dengan merendam pendapat Anderson tahun 1970 (cit. Asful,1995)

246 ISSN 1979-0228


Osmoconditioning dengan PEG terhadap Viabilitas dan Vigor Padi

bahwa pada benih Jelai, dimana benih yang KESIMPULAN


telah mundur, panjang akar dan tajuk
kecambahnya tidak banyak berbeda dari benih Dari hasil penelitian didapatkan
yang baik,walupun daya kecambahnya juga kesimpulan sebagai berikut:
rendah. a. Osmoconditioning memberikan pengaruh
nyata terhadap daya kecambah,
Tabel 3. Panjang akar kecambah dan panjang perkecambahan hitung pertama, kecepatan
tunas kecambah pada beberapa berkecambah, dan perkecambahan uji
tingkat osmoconditioning muncul tanah dan tidak memberikan
Potensial Panjang Akar pengaruh terhadap kadar air dan panjang
Panjang Tunas
Osmotik PEG Kecambah akar dan tunas kecambah.
Kecambah (cm)
(Bar) (cm) b. Osmoconditioning menggunakan PEG
- 5,0 (A) 9,30 3,56 dengan potensial osmotik -12,5 Bar
- 7,5 (B) 11,09 4,40
memberikan vigor dan viabilitas yang
-10,0 (C) 8,16 3,43
-12,5 (D) 12,76 4,43 terbaik.
-15,0 (E) 10,97 3,52

KK = 28,8 % 30,54 % DAFTAR PUSTAKA


Angka-angka pada lajur di atas, berbeda tidak nyata
menurut uji F 5 %. Anwar, A. 1992. Pengujian beberapa metode
hidrasi-dehidrasi. Fakultas pertanian
Panjang akar kecambah terpanjang Universitas Andalas. Padang. 29 hal.
diperoleh pada potensi osmotik larutan -12,5
Arimurti, I. 2006. Beras merah kaya vitamin dan
Bar yaitu 12,76 cm dan panjang tunas kecambah mineral. http://www.google.com [20
terpanjang juga diperoleh pada potensi osmotik Maret 2008].
larutan -12,5 Bar yaitu 4,43 cm. Hal ini diduga
perlakuan osmoconditioning selain Asful, F. 1995. Pengaruh lama hidrasi-dehidrasi
terhadap mutu benih, pertumbuhan dan
mengaktifkan organel-organel sel, re-organisasi
hasil tanaman kacang tanah (Arachis
membran sel juga berfungsi memberi masukan hypogaea L.). [Skripsi]. Padang. Fakultas
air kedalam benih guna mengaktifkan enzim- Pertanian Universitas Andalas. 42 hal.
enzim sehingga terbentuk ATP. ATP yang
Astawan, M. 2008. Beras merah tangkal kanker
dihasilkan berguna untuk pertumbuhan
dan diabetes.
kecambah. Seperti dikatakan Bustamam (1989) http://library.monx107.com [3 Agustus
bahwa dengan aktifnya metabolisma benih 2000]
tersebut perombakan bahan cadangan
makanan berlangsung dan menghasilkan Basu, R.N. and A.B. Rudrapal. 1982. Post
harvest seed physiology and seed
energi untuk ditransfortasikan ke embryonic axis
invigoration treatment. Seed sci. and
guna pembentukan radikel dan plumula dan Technol. 8 : 151-160.
juga untuk menyokong pertumbuhan awal
perkecambahan. Bewley, J.D. and M. Black. 1985. Seed
Ketersediaan air pada benih akibat imbibisi physiology of Development and
Germination. Plenum Press. New York.
yang terjadi akan mengaktifkan enzim-enzim
137 p.
yang berperan dalam perombakan bahan
makanan cadangan benih, sebagai sumber Byrd, H.W. 1983. Pedoman teknologi benih.
energi untuk tumbuh sehingga mampu Penterjemah Emid Hamidin.
meningkatkan daya kecambah benih. Pembimbing massa Bandung. 79 hal.
Tingginya daya kecambah menggambarkan Bustamam, T. 1989. Dasar-dasar Ilmu Benih.
bahwa vigor benih tersebut tinggi. Benih yang Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
bervigor tinggi akan mampu berkecambah Padang. 125 hal.
lebih awal. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ernawati, N.M. 2006. Ada tiamin dikulit arinya.
Anwar (1992) bahwa benih yang berkecambah http://www.google.com [10 Maret
lebih awal berarti benih tersebut mempunyai 2008].
vigor yang tingggi. Dengan demikian benih Justice, Bass, L.N. 2002. Prinsip dan praktek
beras merah yang diberi perlakuan penyimpanan benih. Roesli, R.,
osmoconditioning ternyata dapat memperbaiki Penerjemah. PT Raja grafindo persada.
vigornya. Jakarta.

ISSN 1979-0228 247


Jerami Volume 2 No. 2, Mei - Agustus 2009

Kamil, J. 1986. Teknologi benih 1. Angkasa raya. Agronomi Fakultas Pertanian. Institut
Padang. Pertanian Bogor. 225 hal.
Kartasapoetra, A.G. 1986. Teknologi benih ________. 1980. Proses metabolisme
pengolahan benih dan tuntutan perkecambahan benih I, II. Bahan Mata
praktikum. Bina aksara. Jakarta. Ajaran Teknologi Benih Dalam
Penataran Ilmu-ilmu Pertanian. Kapita
Khan, A.A. 1992. Preplant physiological and
selekta. Fakultas Pertanian Institut
seed conditioning. In J. Janick (ed.). Hort
Pertanian Bogor. Bogor. hal 35-78.
Rev Wiley and sons, Inc. New York. pp :
131-181. Schmidt, L. 2002. Pedoman penanganan benih
tanaman hutan tropis dan subtropis
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar teknologi,
2000. Jakarta. Direktorat jendral
produksi dan sertifikasi benih. Andi.
rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial,
Yogyakarta.
Departemen kehutanan. Jakarta.
Rusmin, D. 2007. Peningkatan viabilitas benih
Suardi, D. 2005. Padi beras merah: Pangan
jambu mete (Anacardium occidentale L.)
bergizi yang terabaikan?. Warta vol.27
melalui invigorasi.
No. 4.
http://www.google.com [11 April
2008]. Werdiono, D. 2006. Permintaan naik, beras
merah dikembangkan.
Sadjad, S. 1975. Kekuatan tumbuh benih.
http://www.google.com [10 April
Penataran Penyluhan Pertanian Spesialis
2008].
Bogor. Penataran BIMAS Departement
Agronomi. Institut Pertanian Bogor. 181 Yulindra, H. 1999. Respon benih beberapa
hal. varietas kedelai (Glycine maz (L) Merr)
terhadap perlakuan “osmoconditioning”
________. 1979. Penyimpanan benih-benih
tekanan -12,5 bar. [Skripsi]. Padang.
tanaman pangan. Bahan kuliah latihan
Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
pola bertanam LP3-IRRI Department
45 hal.

------------------------------oo0oo------------------------------

248 ISSN 1979-0228

Anda mungkin juga menyukai