Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsep awal dari kultur jarngan adalah diketahuinya kemempuan

totipotensi dari sel tumbuhan. Totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya

setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri

dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Tidak hanya terbatas pada

peralatan, namun ruangan yang akan digunakan pun harus dalam kondisi aseptic.

Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan kultur pada dasarnya

untuk menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme (Andria, 2012).

Kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,

khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit

yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah

yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu

menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan

mutu bibit lebih terjamin (Wahdi, 2015).

Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah

kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi

dapat berasal dari: (1) Eksplan, baik eksternal maupun internal; (2)

Mikroorganisme yang masuk ke dalam media; (3) Botol tanam atau alat-alat

tanam yang kurang steril; (4) Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor; dan

(5) Kecerobohan dalam pelaksanaan (Elfiani dan Jakoni, 2015).

Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara tepat dapat

menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Adapun perlakuan terhadap


alat-alat di laboratorium seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan,

menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan, menjaga kebersihan alat dan

menyimpan alat (Muhtar, 2018).

Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetatif

konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi yang berbeda. Penerapan

teknik kultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan

(laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi

yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang berkaitan dengan

jaringan harus dalam kondisi aseptic (Fitriani, 2016).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis dan

teknik sterilisasi alat dan bahan di Laboratorium Kultur Jaringan.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Kultur Jaringan Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Serta

sebagai sarana informasi bagi pihak yang membutuhkannya.


TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan

tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman

dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta

menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang

kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya

sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi

tanaman lengkap (Yustika et al., 2014).

Keberhasilan darai kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan

konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini

menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi

dari tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara. Oleh

karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap penting untuk

diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan kultur jaringan

(Marufah, 2008).

Sterilisasi adalah istilah mutlak yang artinya mematikan semua bentuk

kehidupan pada suatu daerah. Sehingga dalam sterilisai nanti alat-alat tidak

terkontaminasi dengan pihak luar. Sterilisasi terbagi menjadi dua, yaitu: (1)

Sterilisasi basah ,yaitu sterilisasi yang menggunakan autoklaf dengan temperatur

121˚C tekanan 1 atm/0,15 Mpa selama 15-20 menit. (2) Sterilisasi kering, yaitu

sterilisasi yang menggunakan oven dengan temperatur 160-170˚C. Selama kurang

lebih 2 jam (Hainfa, 2012).

Anda mungkin juga menyukai