Anda di halaman 1dari 8

PENINGKATKAN VIABILITAS BENIH JAMBU METE

(Anacardium occidentale L.) MELALUI INVIGORASI


Devi Rusmin
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

ABSTRAK utama di daerah marginal yang ber-


Tanaman jambu mete (Anacardium iklim kering, mengingat nilai ekonomi
occidentale L.) merupakan salah satu tanaman kacang atau kernelnya sebagai produk
industri yang cukup potensial untuk dikem- utama dari tanaman ini memiliki harga
bangkan terutama di daerah marginal yang yang cukup tinggi. Selain produk
beriklim kering. Kacang atau kernelnya sebagai
utama, produk sampingan berupa
produk utama memiliki harga cukup tinggi.
Permasalahan umum pengembangan jambu minyak CNSL yang berasal dari kulit
mete adalah rendahnya produktivitas tanaman gelondong dan buah semu yang dapat
yang disebabkan oleh penggunaan bibit yang dibuat olahan seperti sirup dan selai.
tidak bermutu dan kurangnya pengetahuan Permintaan dan kegunaan ter-
tentang penanganan benih. Benih jambu yang
hadap jambu mete semakin mening-
digunakan sebagai bahan tanaman jarang yang
dipanen pada saat masak fisiologis karena kat, sehingga Direktorat Jenderal Bina
pertimbangan tenaga dan biaya. Benih yang Produksi Perkebunan (2002) meren-
dipanen lewat masak fisiologis biasanya sudah canakan pengembangan jambu mete
mengalami penurunan mutu. Untuk mengatasi seluas 4.462 ha dengan kebutuhan bibit
permasalahan terjadinya kemunduran mutu
sebanyak 646.990 dan perkiraan biaya
benih baik yang diakibatkan oleh faktor
penyimpanan maupun diakibatkan oleh faktor sebesar Rp. 669.634.650,-. Untuk ke-
kesalahan dalam penanganan benih, salah perluan pengembangan tersebut diper-
satunya dapat dilakukan dengan melakukan lukan bibit jambu mete yang mem-
teknik invigorasi (perlakuan fisik atau kimia punyai produktivitas tinggi (>1000 kg/
untuk meningkatkan atau memperbaiki vigor
ha/tahun) dengan jumlah yang me-
benih). Perlakuan ini sudah banyak dilakukan
pada beberapa tanaman seperti tanaman padi madai.
dan kedelai. Pada tanaman jambu mete Permasalahan umum dalam pe-
perlakuan invigorasi dapat meningkatkan daya ngembangan jambu mete di Indonesia
berkecambah, kecepatan tumbuh dan berat adalah produktivitas yang masih rendah
kering benih jambu mete.
350 kg gelondong/ha/thn (Abdullah,
Kata kunci : Jambu mente (Anacardium occide- 1994) dan jauh tertinggal dibandingkan
nale), benih, Viabilitas dan Invi-
gorasi
negara lain seperti India dan Brazil,
masing-masing sebesar 800 – 1.000 kg
PENDAHULUAN gelondong/ha/thn (Rao, 1998). Rendah-
nya produktivitas jambu mete ini antara
Tanaman jambu mete (Anacar- lain disebabkan oleh pengguna-an bibit
dium occidentale L.) merupakan salah yang tidak bermutu dan kurangnya
satu tanaman industri yang cukup pengetahuan tentang penanganan
potensial untuk dikembangkan ter- benih.

56
Benih merupakan salah satu fak- terbagi atas tiga kelompok, yaitu benih
tor produksi yang sangat menentukan ortodoks, intermediate, dan benih rekal-
dalam keberhasilan suatu pertanaman. sitran. Benih jambu mete tergolong
Penggunaan benih unggul bermutu pada ortodoks yaitu benih yang toleran
merupakan salah satu syarat utama terhadap pengeringan sampai kadar air
untuk meningkatkan produksi tanaman 5 % dan dapat disimpan dalam waktu
termasuk tanaman jambu mete. Peng- yang cukup lama. Benih jambu mete
gunaan benih asalan akan menim- mempunyai kandungan lemak yang cu-
bulkan berbagai kerugian diantaranya kup tinggi, sehingga apabila kondisi
tenaga dan biaya dalam pelaksana- penyimpanan kurang optimal seperti
annya. kadar air awal simpan yang tinggi, serta
Untuk mengatasi permasalahan kelembaban ruang simpan, kantong ke-
terjadinya kemunduran mutu benih ba- masan yang kurang tepat dapat menye-
ik yang diakibatkan oleh faktor pe- babkan cepatnya terjadi penurunan
nyimpanan maupun diakibatkan oleh mutu benih (deteriorasi).
faktor kesalahan dalam penanganan be- Selain hal itu benih jambu yang
nih, dapat dilakukan dengan melakukan digunakan sebagai bahan tanaman ja-
teknik “invigorasi”. Invigorasi adalah rang yang dipanen pada saat masak
suatu perlakuan fisik atau kimia untuk fisiologis karena pertimbangan tenaga
meningkatkan atau memperbaiki vigor dan biaya. Benih yang dipanen lewat
benih yang telah mengalami kemun- masak fisiologis biasanya sudah meng-
duran mutu (Basu dan Rudrapal, 1982). alami penurunan viabilitas. Benih yang
Perlakuan ini sudah banyak dilakukan digunakan sebagai tanaman kebanyak-
pada beberapa tanaman seperti tanam- an berasal dari benih asalan atau benih
an padi, kedelai dan jambu mete. yang telah berjatuhan dari pohon, se-
Dalam makalah ini akan di ulas hingga benih yang digunakan tidak
beberapa hasil penelitian tentang ma- terjamin mutunya.
salah dalam perbenihan khususnya Kemunduran benih atau turun-
benih jambu mete, serta perlakuan nya mutu benih yang diakibatkan oleh
invigorasi suatu alternatif untuk me- kondisi penyimpanan dan kesalahan
ningkatkan viabilitas benih jambu mete dalam penanganan benih, merupakan
dan beberapa benih tanaman lainnya, masalah yang cukup utama dalam
dengan tujuan untuk memberikan in- pengembangan tanaman khususnya
formasi kepada produsen benih dalam tanaman jambu mete. Kemunduran
mengatasi permasalahan pada benih, benih merupakan proses mundurnya
khususnya benih jambu mete. mutu fisiologis benih yang menim-
bulkan perubahan yang menyeluruh
MASALAH PERBENIHAN dalam benih baik secara fisik, fisiologis
JAMBU METE maupun biokimia yang mengakibatkan
Secara umum benih berdasarkan menurunnya viabilitas benih. Kemun-
ketahanannya terhadap pengeringan duran benih dibedakan antara kemun-

57
duran kronologis yang berkaitan de- dah dan potensial matrik yang diabai-
ngan waktu dan kemunduran kronolo- kan dari media imbibisi. Perbaikan ini
gis yang berkaitan dengan faktor ling- berhubungan dengan kecepatan dan ke-
kungan. serempakan perkecambahan serta per-
baikan dan peningkatan potensial per-
PERBAIKAN MUTU BENIH kecambahan (Bradford, 1984). Osmo-
MELALUI INVIGORASI conditioning dimulai pada saat benih
Invigorasi merupakan salah satu diimbibisi dalam suatu pelarut dengan
alternatif untuk mengatasi mutu benih potensial air rendah dan kandungan air
yang rendah dengan cara memperlaku- ini dapat ditahan setelah mencapai ke-
kan benih sebelum ditanam. Invigorasi seimbangan. Khan et al. (1992) mela-
didefinisikan sebagai salah satu per- porkan bahwa osmoconditioning akan
lakuan fisik, fisiologik dan biokimia berlangsung sekitar 2 – 21 hari, pada
untuk mengoptimalkan viabilitas benih, suhu 15 - 20°C dengan kisaran poten-
sehingga benih mampu tumbuh cepat, sial –0.8 – 1,6 Mpa, tergantung pada
dan serempak pada kondisi yang jenis tanaman.
beragam (Basu dan Rudrapal, 1982). Keberhasilan osmoconditioning
Perlakuan invigorasi dapat berupa ditentukan oleh jumlah air yang masuk
hidrasi-dehidrasi, osmoconditioning ke dalam benih, potensial osmotik dan
dan matriconditioning. jenis larutan yang digunakan (Bradford,
Hidrasi-dehidrasi merupakan su- 1984). Larutan yang biasa digunakan
atu perlakuan pelembaban benih dalam adalah PEG, KNO3, K3PO4, MgSO4,
suatu periode tertentu yang diikuti NaCl, gliserol dan manitol (Khan et al.,
dengan pengeringan benih sampai 1992).
kembali pada berat semula (Basu dan Matriconditioning merupakan in-
Rudrapal, 1982). Metode pelembaban vigorasi yang dilakukan dengan meng-
benih dilakukan dengan berbagai cara, gunakan media padat yang dilembab-
seperti merendam benih, mencelup be- kan. Media yang digunakan untuk
nih, menyemprot benih dan meletakkan matriconditioning harus mempunyai
benih pada udara yang jenuh dengan potensial matrik rendah dan potensial
uap air. Sedangkan proses pengemba- osmotik yang dapat diabaikan, daya la-
lian kadar air benih seperti semula rut rendah, tetap utuh selama perla-
dapat dilakukan dengan mengeringkan kuan, inert, tidak beracun, dan daya
benih dengan cahaya matahari lang- pegang air tinggi. Selain itu matrik
sung, dengan oven suhu 30°C atau mampu mengalirkan air yang tinggi,
dengan mengangin-anginkan benih memiliki luas permukaan yang besar,
sampai tercapai berat awal. berat jenis rendah, dan mampu melekat
Osmoconditioning merupakan pada kulit benih (Khan et al., 1992).
perbaikan fisiologis dan biokimia da- Bahan-bahan yang digunakan untuk
lam benih selama penundaan perke- matriconditioning diantaranya adalah
cambahan oleh potensial osmotik ren-

58
serbug gergaji, abu gosok, zeolit, 6.000 (2,5%) dengan mengkombinasi-
vermikulit dan micro-Cel E. kan dengan zat pengatur tumbuh Coty-
Berbagai macam perlakuan invi- lenin E (CN). Dari hasil penelitian
gorasi banyak dilaporkan dapat didapatkan bahwa perlakuan invigorasi
meningkatkan viabilitas benih bahkan dapat meningkatkan daya berkecam-
produksi dari beberapa komoditas bah, jumlah bibit yang muncul dan
tanaman terutama untuk tanaman pa- meningkatkan keseragaman pertum-
ngan dan sayuran (padi, kedelai, buhan serta produksi di lapang.
wortel) dan tanaman rempah (adas, Selanjutnya untuk tanaman rem-
kayu manis) dan tanaman perkebunan pah, Rusmin dan Wahab (1994) telah
seperti makadamia. melakukan penelitian invigorasi pada
Untuk tanaman pangan dan sa- benih kayumanis yaitu dengan per-
yuran, Vieira (1991) melaporkan bah- lakuan perendaman benih dalam air,
wa benih padi yang telah diinvigorasi larutan KNO3 3%, dan larutan PEG
pada kondisi cekaman suhu dan air, 6000 (20%) masing-masingnya selama
dapat meningkatkan daya berkecambah 24 jam. Dari hasil penelitian didapatkan
dan kecepatan berkecambah secara bahwa perlakuan invigorasi dengan
nyata. Munifah (1997) melakukan pe- perendaman dalam air, KNO3, dan
nelitian tentang invigorasi benih PEG dapat meningkatkan daya ber-
dengan melembabkan benih dalam air kecambah, berat kering kecambah, ke-
(18 jam) dan merendam benih larutan cepatan berkecambah dan panjang bibit
PEG 6000 (-4 bar selama 3 x 24 jam), kayu manis yang telah turun mutunya
pada dua lot benih yang berbeda (mutu akibat kesalahan dalam prosesing
sedang dan mutu rendah). Dari hasil benih. Perlakuan invigorasi dapat
penelitian didapatkan bahwa dengan meningkatkan daya berkecambah dari
invigorasi dengan air dan PEG mampu 13,33% menjadi 63,33%.
meningkatkan daya berkecambah dan Selanjutnya Setyaningsih (2002)
kecepatan berkecambah benih mutu telah melakukan penelitian tentang per-
sedang dan mutu rendah, mempercepat lakuan invigorasi pada benih adas
fase pertumbuhan vegetatif dan gene- dengan menggunakan tiga tingkat ke-
ratif, serta mampu meningkatkan kom- masakan benih yaitu dengan meng-
ponen hasil, dan mutu benih yang di- gunakan PEG, KNO3 dan Vermikulit.
hasilkan. Dari penelitian yang dila- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kukan didapatkan bahwa invigorasi invigorasi dengan PEG menghasilkan
benih dengan melembabkan benih nilai viabilitas yang paling baik namun
dalam air memberikan hasil yang lebih pengaruhnya semakin menurun dengan
baik pada kedua tingkat mutu benih. semakin masaknya benih.
Szafirowska et al. (1991) telah Untuk tanaman industri lainnya
melakukan perlakuan invigorasi pada seperti makadamia, Hasanah et al.
benih dari 2 kultivar wortel dengan me- (2002) melaporkan bahwa perlakuan
lembabkan benih dengan larutan PEG pengeringan dan perendaman secara

59
berganti sampai benih retak dan per- Perendaman dalam air dan larut-
lakuan pemeraman buah dengan dedak an osmotikum sebenarnya merupakan
padi selama 3 hari dapat meningkatkan suatu tindakan untuk membuat proses
daya berkecambah benih makadamia perkecambahan bisa lebih awal. Per-
yaitu berturut-turut 86,67 % dan 84 %. kecambahan benih yang diawali de-
Benih makadamia mempunyai daya ngan proses imbibisi yang lebih cepat
berkecambah yang rendah yang dise- akan mengakibatkan proses ber-ikutnya
babkan oleh dormansi yang disebabkan terjadi lebih awal, seperti rehidrasi kulit
oleh kerasnya kulit benih. Perlakuan benih, aktifasi enzim dan hormon,
invigorasi secara fisik yaitu hidrasi- perombakan cadangan makanan, tran-
dehidrasi yang bertujuan untuk mere- slokasi nutrisi dan keluarnya radikel.
takkan kulit benih ternyata dapat me- Invigorasi dengan larutan PEG ternyata
ningkatkan daya berkecambah benih tidak efektif untuk benih jambu mete
makadamia. yang mempunyai kulit benih yang tebal
sehingga menghambat proses imbibisi.
HASIL PENELITIAN PADA Selanjutnya Sukarman et al.
TANAMAN JAMBU METE (1996) melaporkan bahwa perlakuan
Beberapa penelitian tentang ber- invigorasi dengan meletakkan benih
bagai perlakuan invigorasi telah dila- pada kondisi udara jenuh (RH 100%)
kukan pada benih jambu mete. Wahab pada suhu 42°C dapat meningkatkan
et al. (1993) melaporkan bahwa perla- daya berkecambah, indeks kecepatan
kuan invigorasi dengan perendaman kecambah benih jambu mete. Lama in-
dalam air selama 24 dan 48 jam dapat vigorasi yang terbaik adalah peletakan
meningkatkan daya berkecambah, berat benih pada RH 100 % dan suhu 42°C
kering kecambah normal, tinggi ke- selama 3 hari dapat meningkatkan daya
cambah dan kecepatan tumbuh benih berkecambah dari 14,3 % menjadi 89,3
jambu mete. Akan tetapi perlakuan % (Tabel 2).
invigorasi dalam larutan osmotikum
PEG 4.000, tidak mempengaruhi daya
berkecambah benih (Tabel 1).
Tabel 1. Daya berkecambah (DB), Berat kering kecambah normal (BK), Kecepatan
tumbuh (KT) dan Tinggi kecambah (TK) jambu mete pada perlakuan
invigorasi
Perlakuan invigorasi DB (%) BK (mg) KT (%/etmal) TK (cm)
Air 24 jam 91,1 580,0 6,02 12,1
Air 48 jam 90,7 596,7 6,20 12,4
KNO3, 0,2%, 30 menit 77,8 506,7 5,06 11,0
KNO3, 3,0%, 24 jam 64,4 550,0 4,20 11,9
PEG 4000, 20%,24 jam 68,9 486,7 4,37 11,2
Kontrol 64,0 406,7 4,05 8,2
Sumber : Wahab et al. (1993)

60
Selanjutnya dengan mengecam- Setelah benih disimpan selama
bahkan benih setelah perlakuan terse- 10 bulan pelembaban dalam larutan
but pada suhu 24,6 – 27,8°C dapat PEG 10 % ternyata dapat meningkat-
meningkatkan panjang akar primer, kan daya berkecambah dari 4,01 %
tinggi bibit, bobot kering akar, dan menjadi 29,3 % (3 kali lipat). Mening-
bobot kering bibit. katnya daya berkecambah benih jambu
Perlakuan benih pada suhu dan mete yang telah turun viabilitasnya
RH tinggi sampai batas tertentu dapat selama penyimpanan, pada perlakuan
berfungsi sebagai priming yang pada invigorasi dengan PEG 10%, dikarena-
akhirnya dapat meningkatkan per- kan pada proses imbibisi pada perlaku-
meabilitas kulit benih, aktifitas enzim, an tersebut lebih teratur, sehingga
dan kecepatan berkecambah. mampu memperbaiki sistim sel dalam
Selanjutnya Rusmin dan Sukar- benih, meningkatkan aktivitas mitokon-
man (2001) telah melakukan penelitian dria, sehingga mampu meningkatkan
tentang invigorasi pada benih jambu daya berkecambah benih.
mete yang telah disimpan sampai 10
bulan penyimpanan. Dari hasil pene- KESIMPULAN DAN SARAN
litian dilaporkan bahwa pada awal Untuk mengatasi permasalahan
penyimpanan mulai dari 0 bulan sam- terjadinya kemunduran mutu benih
pai 4 bulan penyimpanan ternyata per- baik yang diakibatkan oleh faktor
lakuan invigorasi dengan pelembaban penyimpanan maupun diakibatkan oleh
benih dalam larutan PEG 6000 (0, 5, faktor kesalahan dalam penanganan be-
10, 15%) sampai radikula siap muncul, nih, maka salah satu upaya yang dapat
belum berpengaruh terhadap daya ber- dilakukan adalah dengan melakukan
kecambah benih jambu mete. Pada be- teknik invigorasi. Perlakuan invigorasi
nih jambu mete yang telah mengalami dapat meningkatkan viabilitas dan
penyimpanan mulai dari 6 sampai 10 vigor benih jambu mete.
bulan, ternyata pelembaban dalam la-
rutan PEG telah memberikan pengaruh
terhadap daya berkecambah benih.
Tabel 2. Pengaruh lama invigorasi pada RH 100% dan suhu 42°C terhadap daya
berkecambah (DB) dan indeks kecepatan berkecambah (KB) benih jambu
mete
Lama perlakuan (hari) Daya berkecambah (%) Indeks Kec. Berkecambah
0 14,3 1,14
1 83,3 5,72
2 84,0 5,56
3 89,3 5,99
4 83,3 5,71
5 80,0 5,56
Sumber: Sukarman et al. (1996)

61
Perlu penelitian lebih lanjut ten- Khan A.A., J.D. Maquire, G.S. Abawi,
tang pengaruh perlakuan invigorasi S. Ilyas, 1992. Matriconditioning of
terhadap pertumbuhan dan produksi vegetable seeds to improve stand
tanaman jambu mete di lapang. establisment in early field plan-
tings. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 117
DAFTAR PUSTAKA (1): 41 – 47.
Abdullah, A., 1994. Paket teknologi pe- Munifah, S., 1997. Pengaruh vigor
ngembangan jambu mete. Upland awal benih dan priming terhadap
Farming Dev. Prog. (ABB-Loon viabilitas dan produksi benih ke-
No. 1184/IND) Dept. Pertanian. 64 delai (Glycine max (L.) Merr.).
hal. Skripsi. Faperta IPB. Bogor. 46 hal.
Basu, R.N. and A.B. Rudrapal, 1982. Rao, E.V.V.B., 1998. Integrated pro-
Post harvest seed physiology and duction practices of Cashew in
seed invigoration treatments. Proc- India. Integrated Production prac-
cedings of the Indian Statistical tices of Cashew in Asia. Food and
Institute Golden Jubilee Interna- Agriculture Organization of The
tional Conference on Frontiers of United Nations. Regional Office
Research in Agriculture. Calcuta. for Asia and The Pasific. Bangkok.
India. Thailand : 15 – 25.
Bradford K.J., 1984. Seed priming: Rusmin, D. dan M.I. Wahab, 1994.
techniques to speed seed germi- Pengaruh metode ekstraksi dan
nation. Proc. Oregon Hort. Soc. 25: perlakuan osmoconditioning terha-
227 - 233. dap viabilitas benih kayu manis.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Keluarga Benih. Vol. V (1) : 80 –
Perkebunan, 2002. Kerangka Pen- 86.
dekatan Program dan Rencana Ke- Rusmin, D. dan Sukarman, 2001. Via-
giatan Pembangunan Perkebunan bilitas benih jambu mete (Anacar-
Tahun 2002. Departemen Pertani- dium occidentale L.) pada beberapa
an. Jakarta, Januari 2002. metode invigorasi. Jurnal Ilmiah
Hasanah, M., Sukarman, dan D. Pertanian Gakuryoku Persada. Vol.
Rusmin, 2002. Lack of effect of VII (1). 4 p.
pretreatment on the viability of Szafirowska, A., Anwar, A., Khan, and
macadamia (Macadamia integri- Nathan H. Peck, 1991. Osmocon-
folia) seed. Indonesian Journal of ditioning of carrot seeds to improve
Agriculture Sciense 3 (2) 2002: 58- seedling establishment and Yield in
61. cold soil. Agronomy Journal, Vol.
73 : 845 – 848.

62
Setyaningsih, M.C., 2002. Pengaruh Vieira, N.R.A., 1991. Enchancement
tingkat masak, penyimpanan dan effect of pre sowing treatments on
invigorasi terhadap perubahan seed performance of rice (Oryza
fisiologis benih adas (Foeniculum sativa L.) Dissertation (Phd). Miss.
vulgare Mill). Tesis. Program State Iniv., M.S.
Pasca sarjana, IPB. Wahab, M.I., D. Rusmin, dan M.
Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah, 1993. Pengaruh perla-
Hasanah, 1996. Pengaruh pendera- kuan imbibisi dalam air dan larutan
an dan suhu perkecambahan ter- osmotikum terhadap viabilitas be-
hadap viabilitas benih jambu mete. nih jambu mete. Bul. Littro. VIII
Jurnal Littri. 1 (6) : 284 – 290. (2) : 80 – 84.

63

Anda mungkin juga menyukai