Anda di halaman 1dari 5

KEMUNDURAN BENIH (DETERIORASI BENIH)

Oleh: Dwianna Oktasari, M.Si.


Semester V

A. Pengertian Kemunduran Benih

Kualitas benih terbaik didapatkan saat benih mencapai masak fisiologis, yang dicirikan berat
kering, viabilitas dan vigor benih maksimum serta kadar air benih yang minimum. Berat
kering benih menunjukkan kemampuan benih dalam membentuk biomassa kecambah.
Viabilitas benih bisa dilihat dari kemampuan benih untuk berkecambah normal. Kadar air
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan saat pemanenan, pengemasa, penyimpanan
dan pemindahan benih. Waktu panen terbaik diperoleh saat kadar air benih minimum. Setelah
tercapai masak fisiologis, pada umunya benih mengalami kemunduran bertahap yang pada
akhirnya benih tersebut kehilangan viabilitas maupun vigornya dan berujung mati. Proses
kemunduran kondisi benih pasca masak fisiologis itulah yang disebut deteriorasi. Deteriorasi
tidak dapat dihentikan, tetapi hanya bisa dihambat. Menurut Sadjad (1999) deteriorasi
didefinisikan sebagai kemunduran viabilitas benih oleh faktor alami baik di lapang produksi
maupun dalam ruang simpan. Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu benih
secara berangsur-angsur dan komulatif serta tidak dapat kembali pada kondisi awal
(irreversible) akibat perubahan fisiologis dari dalam benih. Kemunduran benih sangat
beragam, baik abatar jenis, anatar varietas, antar lot, bahkan antar individu dalam lot benih.
Proses penuaan atau mundurnya vigor benih dapat dicirikan dengan menurunnya daya
berkecambah, meningkatnya jumlah kecambah abnormal, penurunan perkecambahan di
lapang (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, meningkatnya
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim sehingga menurunkan produktivitas di lapang
(Copeland dan Donald, (1985). Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih
yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik, fisiologi maupun
kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih (Sadjad, 1994). Laju deteriorasi
adalah berapa besarnya terhadap penyimpanagan terhadap keadaan optimum untuk mencapai
maksimum. Laju deteriorasi dipengaruhi oleh:

1. Faktor genetis

Kemunduran benih akibat faktor genetik biasa juga disebut kemunduran kronologis.
Artinya meskipun benih diperlakukan dengan baik dan kondisi lingkungannya terkendali
tetapi proses ini tetap terjadi/berlangsung.

2. Faktor Lingkungan

Kemunduran ini biasa disebut kemunduran fisiologis. Hal ini biasa terjadi karena adanya
faktor lingkungan yang tidak mendukung/tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanana
benih, atau terjadi penyimpanan/eror saat penyimpanan maupun processing benih.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Hidup Benih

Menururt Copeland dan Donald(1985) faktor-faktoryang mempengaruhi deteriorasi


diantaranya: Faktor internal benih Mencakup kondisi fisik dan keadaan fisiologinya.
Contoh: benih yang retak, luka dan tergores akan lebih cepat mengalami kemunduran.
Faktor induced selama perkembangan benih di lapangan memperngaruhi kondisi
fisiologisnya, contohnya terjadinya kekurangan mineral (seperti N, K, Ca), air, dan suhu
ekstrim di lapangan. Faktor kelembaban nisbi (relative humidity/RH) dan temperatur RH
mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhimempengaruhi respirasi
benih. RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T) lingkungan. RH dan T saling berkaitan dan
mempengaruhi kemunduran benih:

1. Setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali,dan

2. Setiap penurunan suhu ruang simpan 5 C0 akan meningkatkan masa hidup benih dua
kali. Untuk penyimpanan:

Menurut Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin
kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar
air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih bersifat higroskopis,
sehingga benih akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-faktor
kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benihdisimpan.

a. KA > 14%‐ respirasi tinggi suhu meningkat, investasi cendawan


b. KA < 5%; terjadi kerusakan membrana selular.

Kadar Air Keseimbangan (KAK) benih adalah kadar benih air yang terbentuk
oleh keseimbangan antara KA benih dengan RH lingkungannya.

KAK fase 1 : KAK dengan RH 0 ‐ 60%. Air terikat kuat dengan struktur kimia benih.

KAK fase 2 : KAK dengan RH 60 ‐ 75%. Sebagian KA benih terikatlebih lemah


daripada KA fase 1,

KAK fase 3 : KAK dengan RH 75 ‐ 100%. Sebagian air benih adalah air bebas yang
berada pada rongga antarsel benih yang mudah dihilangkandengan pengeringan alamiah.

Padi, jagung, gandum, sorgum (benih berpati/karbohidrat), kedelai (benih berprotein tinggi),
kacang tanah(benih berlemak tinggi). Menurut Chai et.al (2002), perkecambahan benih
kedelai akan menurun dari perkecambahan awal yaitu diatas 90% menjadi 0%tergantung
spesies dan kadar air selama penyimpanan. Dilain pihak Yaya et al (2003) menyatakan
bahwa benih kedelai
yang disimpan dengankadar air 6% dan 8% selama 4 bulan pada suhu 15OC memiliki persentase
perkecambahan diatas 70%. Suhu Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih,suhu dan
kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi.
Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Pada periode simpan 0
minggu, benih belum mengalami masa penyimpanan, dan kadar air ditetapkan sebagai kadar air
awal penyimpanan. Kadar air benih diukur dengan metode langsung yakni melalui proses
pengovenan suhu 103°C selama 18 jam. Perhitungan perkiraan kadar air benih dilakukan
berdasarkan basis basah, yaitu bobot akhir benih setelah dioven dibagi bobot awal (basah) benih
sebelum dioven dikali 100 persen (Mugnisjah, et al 1994).

C. Ciri-Ciri Kemunduran Benih

Berikut akan disampaikan ciri-ciri benih yang mengalami deteriorasi ( JC. Delouche, 1984)
sebagai berikut:

a. Banyak kecambah abnormal

Benih yang mengalami deteriorasi akan mengalami peningkatan jumlah kecambah


yang abnormal. Sehingga persentase viabilitas benih menjadi turun

b. Enzim menjadi aktif

Deteriorasi pada benih salah satunya disebabkan oleh meningkatnya enzim, akibat
adanya penurunan aktivitas benih, sehingga terjadi perombakan/penguraian enzim yang
berdampak pada terhambatnya proses perkecambahan benih

c. Terjadinya kebocoran sel benih

Benih yang mengalami deteriorasi bila mengalami imbibisi akan terjadi kebocoran
membran sel sehingga banyak unsur dari benih yang keluar/lepas. Hal ini menyebabkan
benih kekurangan materi/tenaga yang diperlukan untuk melakukan perkecambahan.

d. Keragaman benih meningkat/tinggi

Benih yang mengalami deteriorasi jika dikecambahkan/ditanam di lapang


enunjukkan keragaman fenotipe yang besar.

e. Perubahan warna benih

Umumnya hal ini menjadi tolok ukur pertama untuk menduga bahwa benih telah mengalami
deteriorasi misalnya benih yang semula nampak segar berubah menjadi kusam, meskipun
tolok ukur ini bisa menjadi hal yang subyektif.

f. Laju perkecambahan lambat

Pada benih yang tua/telah mengalami deteriorasi maka


pertumbunan/perkecambahannya melambat dan umumnya tidak merata
g. Benih tidak berkecambah

Benih yang mengalami deteriorasi tingkat akut bisa tidak berkecambah, meskipun
sebenarnya benih tersebut belum mati.

h. Mati

Hal ini merupakan akhir dari benih yang telah mengalami deteriorasi.

E. Faktor-faktor Yang Diduga Dapat Mempengaruhi Kemunduran Benih

Autooxidasi Lipid, dapat terjadi pada benih yang:

Memiliki KA < 6%

Konsentrasi O2 tinggi

Suhu tinggi

Degradasi sruktur fungsional Hilangnya permeabilitas membran sel Rusaknya membran


mitokondria Ribosom tidak mampu berdisosiase,sehingga sintesis protein terhambat.
Degradasi dan inaktivasi enzim sehingga terjadi penurunan struktur makro molekul enzim
dan menurunkan aktivitasnya . Pengaktifan enzim-enzim hidrolitik Bila KA benih > 20%
maka enzim-enzim hidrolitik cukup untuk mengaktifkan enzim hidrolitik (lipase, fospolipase,
fostatase, amilase). Degradasi genetik sebagai penyebat utama penuaan. Perubahan sifat
kromosom (berbanding lurus dengan penuaan benih). Habisnya cadangan makanan
Kelaparan sel meristematik Akumulasi senyawa beracun

F. Pengendalian Kemunduran Benih

Kemunduran benih tidak bisa bisa dihentikan, namun hanya bisa diperlambat. Beberapa teknik
yang bisa digunakan sebagai alternatif dalam upaya memperlambat deteriorasi diantaranya:

a. Pemanenan saat benih mencapai masak fisiologis

Waktu panen yang tepat sangat mempengaruhi mutu benih. Benih yang dipanen lewat
masak fisiologis menyebabkan benih sudah mengalami penurunan, sehingga secara
otomatis viabiliitasnya juga turun. Oleh kaarena itu informasi mengenai tercapainya masak
fisiologis perlu diketahui.

b. Processing benih yang benar


Penanganan benih sangat berbeda dengan penanganan biji biasa untuk dikonsumsi.
Perlakuan yang baik dimaksudkan untuk mempertahankan vigor awal benih. Setelah
pengolahan benih berlangsung maka benih yang dihasilkan harus terjamin mutunya, dan
tetap memenuhi standar yang ditentukan, seperti kadar air, daya berkecambah, kemurnian
benih, kesehatan benih, dan sebagainya.

c. Penyimpanan benih

Penyimpanan benih dilakukan terhadap benih yang tidak langsung digunakan. Supaya tidak
mengalami kemunduran/deteriorasi maka benih harus disimpan dengan suhu, kadar air dan
kelembaban tertentu. Menurut Hurrington (1973) RH mempengaruhi kadar air benih, dan
kadar air benih mempengaruhi respirasi benih. RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T)
lingkungan. RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih, dimana setiap
penurunan kadar air 1% meningkatkan masa hidup dua kali,dan setiap penurunan suhu ruang
simpan 5 C0 akan meningkatkan masa hidup benih dua kali

d. Perlakuan invigorasi pada benih yang telah mundur

Perlakuan invigorasi adalah peningkatan vigor benih dengan memberikan perlakuan pada benih.
perlakuan pada benih adalah untuk memobilisasi sumber-sumber energi yang ada dalam benih
untuk bekerja sama dengan sumber-sumber energi yang ada di luar atau dilingkungan tumbuh
untuk menghasilkan pertanaman dan hasil yang maksimal. Teknik invigorasi yang sudah banyak
dikenal antara lain presoaking, matriconditioning, priming. E. Penutup Kemunduran benih
merupakan proses yang berangsur-angsur dan komulatif. Lajunya tidak bisa dihentikan, namun
hanya bisa diperlambat. Pengetahuan mengenai teknik memperlambat deteriorasi pada benih
adalah suatu hal yang mutlak diperlukan oleh semua insan benih, baik pengolah, pedagang,
analis, teknolog, ilmuwan, dan juga konsumen benih. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
memperlambat deterioras diantaranya dengan penentuan waktu panen yang tepat, prosesing benih
yang benar, menyimpan benih pada kondisi yang mendukung dan perlakuan invigorasi untuk
menaikkan kembali vigor benih yang sudah mulai turun. Sumber :

Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif (Sadjad, dkk,

1999)

Anda mungkin juga menyukai