Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

“Pematahan Dormansi Benih”

Oleh:

RAHMATIKA
NIM. DIBI 17 095

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman yang telah melalui
proses seleksi, sehingga dapat diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang
besar menjadi tanaman dewasa .
Dormansi benih adalah status dimana benih tidak berkecambah
walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan.
Mekanisme dormansi terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologi termasuk
dormansi primer dan sekunder. Dormansi primer merupakan bentuk dormansi
yang paling umum yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen.
Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk
perkecambahan (air, cahaya dan suhu) tidak tersedia sehingga benih gagal
berkecambah. Dormansi sekunder merupakan perkecambahan oleh suhu atau
termodormancy.
Kulit biji dapat berperan penting sebagai penghambat untuk terjadinya
perkecambahan, sehingga biji tersebut dapat digolongkan sebagai biji yang dalam
keadaan dorman. Penyebab hambatan kulit biji tersebut adalah kulit biji
mengandung senyawa penghambat tumbuh, kulit menghambat difusi oksigen dan air
masuk ke dalam biji dan kulit biji memiliki resistensi mekanis yang besar radikal
tidak mempu menembus tanaman tersebut.
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks
proses-proses metabolik yang masing-masing harus berlangsung tanpa
gangguan. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio, dimana tahap awal perkembangan suatu tumbuhan khususnya pada
tumbuhan berbiji. Pada tahap ini embrio didalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia
berkembang menjadi tumbuhan muda. Hasil perkecambahan ini menghasilkan
munculnya tumbuhan kecil dalam biji. Cara lain untuk dapat dilakukan agar
memperpendek dormansi adalah dengan cara perendaman. Pada padi,
perendaman benih yaitu gabah bertujuan untuk memberikan keleluasaan
gabah untuk menyerap air sesuai dengan yang dibutuhkan. Masuknya air ke
dalam biji akan diatur oleh kulit biji. Pada padi ini akan berkait-kaitan satu
sama lain dan dapat patah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum tentang
pematahan dormanasi benih untuk mengetahui efektivitas beberapa cara
pematahan dormansi untuk masing-masing kasus dormansi benih.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui efektivitas beberapa cara


pematahan dormansi untuk masing-masing kasus dormansi benih.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui efektivitas beberapa
cara pematahan dormansi untuk masing-masing kasus dormansi benih.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi


tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat
dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat
(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai (Hendriyana, 2014).
Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen antara lain air, gas dan
hambatan mekanis. Benih yang impermeabel terhadap air dikenal dengan
benih keras (hard seed). Metode pematahan dormansi eksogen yaitu dengan
cara skarifikasi mekanis untuk menipiskan testa, pemanasan, pendinginan
(chilling), perendaman dalam air mendidih, pergantian suhu drastis dan
skarifikasi kimia untuk mendegradasi testa yaitu dengan asam sulfat. Tipe
dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed cout) akan
tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus lingkungan lainnya untuk
perkecambahan mungkin tidak tersedia (Yuslianti, 2017).
Dormansi benih disebabkan oleh faktor fisik dan fisiologi. Faktor fisiologi
contohnya embrio rudimenter, keseimbangan hormonal, dan fenomena after-
ripening.Fenomena after-ripening terjadi pada benih padi yaitu keadaan di mana
benih tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat
berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Faktor fisik
meliputi impermeable terhadap air dan gas, kulit benih tebal dan keras, benih
mengandung inhibitor, dan adanya penghambatan mekanik. (Idris, 2011).
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah Impermeabilitas kulit biji
terhadap air dimana benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut
sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya
terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan
paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula;
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, disini kulit biji cukup
kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka
embrio akan tumbuh dengan segera; Permeabilitas yang rendah dari kulit biji
terhadap gas-gas pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji
dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel
misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak
cukup untuk kegiatan respirasi embrio.Keadaan ini terjadi apabila benih
berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat (Lamria, 2013).
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi
pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa
penghambat maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis
adalah Immaturity Embrio, dimana pada dormansi ini perkembangan embrionya
tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang
demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan
kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk
secara sempurna dan mampu berkecambah; After ripening, dimana benih yang
mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar
dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening"
(Kartika et al., 2015).
Ada beberapa cara pematahan dormansi yang telah diketahui adalah
dengan perlakuan mekanis diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi
mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas,
melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan
goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan
mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih
permeabel terhadap air atau gas (Kartika et al., 2015).
Pematahan dormansi perlu dilakukan untuk mengetahui apa itu dormansi,
pematahan dormansi dan cara-cara atau metode pematahan dormansi tersebut.
Dengan dilakukannya pematahan dormansi ini tentunya memiliki manfaat yang
sangat nyata di bidang pertanian diantaranya adalah untuk mengetahui tipe
dormansi yang ada pada benih sehingga mempermudah perlakuan, cara, atau
metode pematahan dormansi yang akan dilakukan pada benih yang akan
dilakukan perlakuan pematahan dormansi selain itu pematahan dormansi ini juga
bermanfaat untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah setelah
dilakukan pematahan dormansi sehingga pada praktiknya dilapangan benih
dormansi dapat dipilah dan dipatahkan dormansinya sehingga dapat berkecambah
normal setelah perlakuan pematahan dormansi dan diharapkan nantinya akan
menjadi tanaman dewasa yang normal dam berproduksi maksimal sehingga dapat
mengguntungkan petani secara umumnya (Kamil, 2012).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit


Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, pada hari Kamis, 12 April
2019 pukul 10:00 sampai 12:00 WITA.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih palem kol/saga,
cabe rawit, larutan H2SO4, KNO3, isolat rizobakteri Bacillus sp. CKD061 (koleksi
Laboratorium Agroteknologi) dan larutan GA3, aquades, pasir dan kertas
merang/CD.
Alat yang digunakan yaitu gunting kuku, pinset, gelas ukur, pipet
volumetrik (mohr), gelas erlenmeyer, corong kaca dan bak kecambah.

3.3. Prosedur kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:


3.3.1. Dormansi Fisik
a. Memberikan perlakuan pematahan dormansi pada benih saga sebagai
berikut:
- Skarifikasi: kulit benih palem kol diretakkan dengan cara dipukul agar
kulit benih menjadi retak
- Penggunaan bahan kimia: rendam benih dalam larutan H2SO4 10%
selama 1 menit, kemudian bilas.
b. Teknik invigorasi benih: 1) priming benih dengan aquades: merendam
benih dengan aquades selama 24 jam; 2) teknik biopriming benih:
merendam benih dengan suspense agens hayati selama 24 jam.
c. Menanam benih palem kol yang telah diberikan perlakuan ke dalam media
arang sekam atau media pasir sebanyak tiga ulangan tiap perlakuan (tiap
ulangan berisi 25 butir benih).
d. Melakukan pengamatan setiap hari dengan menjaga kelembaban media
perkecambahan.
3.3.2. Dormansi Fisiologi
a. Merendam benih cabe rawit dalam larutan KNO3 0,04%, larutan yang
mengandung GA3, dan aquades selama 24 jam. Sediakan pula benih untuk
kontrol.
b. Mengecambahkan benih pada media kertas merang, dengan metode
UKDdp. Membuat masing-masing 3 ulangan (setiap ulangan terdiri atas
25 butir benih).
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum pengambilan contoh benih terdapat pada


tabel berikut:
Tabel 1. Hasil pengukuran kadar air pada benih
Bobot (g) Kadar
Ulangan 1 Ulangan 2 air
Jenis benih
benih
M1 M2 M3 M1 M2 M3
(%)

Padi (Oryza sativa


27,5 32,5 31,54 26,89 32,09 31,99 10,56
L.)

Jagung (Zea mays


26,97 31,97 31,37 26,84 32,86 31,85 14,39
L.)

Kedelai (Glycine
27,75 32,75 32,27 27,92 32,92 32,08 13,20
max L.)

Kacang hijau
(Phaseolus 27,7 32,7 31,38 26,93 31,93 31,86 13,90
radiates)

Keterangan: M1 = Bobot wadah + tutup (tanpa isi)


M2 = Bobot wadah + tutup + isi sebelum dioven
M3 = Bobot wadah + tutup + isi sesudah dioven

4.2. Pembahasan
Kadar air benih merupakan berat air yang dikandung dan yang kemudian
hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan yang dinyatakan
dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah
banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal
contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui
kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat
selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Manfaat dari pengujian kadar air benih adalah untuk mengetahui seberapa
besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian
ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat
perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum
perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang
ada di dalam benih tersebut.
Berdasarkan data di atas didapatkan hasil pada padi (Oryza Sativa L.)
didapatkan kadar air benih 10,56 %, bobot pada ulangan 1 M1 = 27,5 g, M2 =
32,5 g dan M3 = 31,54 g. Bobot pada ulangan 2 M1 = 26,89 g, M2 = 32,09 g dan
M3 = 31,99 g. Hasil pada Jagung (Zea mays L.) di dapatkan kadar air benih
14,39 %, bobot pada ulangan 1 M1 = 26,97 g, M2 = 31,97 g dan M3 = 31,37 g.
Bobot pada ulangan 2 M1 = 26,84 g, M2 = 32,86 g dan M3 = 31,85 g. Hasil pada
Kedelai (Glycine max L.) di dapatkan kadar air benih 13,20 %, bobot pada
ulangan 1 M1 = 27,75 g, M2 = 32,75 g dan M3 = 32,27 g. Bobot pada ulangan 2
M1 = 27,92 g, M2 = 32,92 g dan M3 = 32,08 g. Hasil pada Kacang hijau
(Phaseolus radiates) didapatkan kadar air benih 13,90 %, bobot pada ulangan 1
M1 = 27,7 g, M2 = 32,7 g dan M3 = 31,38 g. Bobot pada ulangan 2 M1 = 26,93 g,
M2 = 31,93 g dan M3 = 31,86 g.
Seperti yang dijelaskan oleh Hong dan Ellis dalam bukunya menyebutkan
bahwa makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk
disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur
benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih
antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat
meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14
% akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan


bahwa kadar air benih merupakan berat air yang dikandung dan yang kemudian
hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan
dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih. Manfaat dari pengujian kadar
air benih adalah untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung
di dalam benih tersebut. Berdasarkan data di atas didapatkan hasil pada padi
(Oryza Sativa L.) didapatkan kadar air benih 10,56 %. Hasil pada Jagung (Zea
mays L.) di dapatkan kadar air benih 14,39 %. Hasil pada Kedelai (Glycine max
L.) di dapatkan kadar air benih 13,20 %. Hasil pada Kacang hijau (Phaseolus
radiates) didapatkan kadar air benih 13,90 %. Seperti yang dijelaskan oleh Hong
dan Ellis dalam bukunya menyebutkan bahwa makin tinggi kandungan air benih
makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama.

5.2. Saran

Saran saya pada praktikum kali ini sebaiknya semua praktikan harus
melakukan praktikum sesuai dengan arahan asisten agar kita semua dapat
mengetahui semua tentang proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Hendriyana, 2014. http://hendriyanar08.student.ipb.ac.id/2011/03/27/uji-viabilitas


Diakses pada tanggal 14 April 2019.

Idris, 2011. Dasar-Dasarr Teknologi Benih. Universitas Mataram. Mataram.

Kamil, 2012. Teknologi Benih I. Angkasa Raya. Padang

Kartika, Surahman M. dan Susanti. 2015. Pematahan Dormansi Benih Kelapa


Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Menggunakan Kno3 dan Skarifikasi.
Jurnal Pertanian Dan Lingkungan. 8(2): 23-42.
Lamria Siregar B., 2013. Perkecambahan dan Pematahan Dormansi Benih
Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium Dc.). Jurnal Agronomi
Indonesia. 41(3): 221-231.

Yulistiati N., 2017. Penggunaan Larutan Kimia Dalam Pematahan Dormansi


Benih Kopi Liberika. Jurnal Media Pertanian. 2(2): 66-89.
DOKUMENTASI

Doc 1. Menyiapkan bahan Doc 2. Mencampurakan Doc 3. Mencampurkan


yang akan digunakan isolat rizobakteri Bacillus sp. Larutan H2SO4

Doc 4. Mencampurkan Doc 5. Menutup dengan Doc 6. Melakukan


larutan KNO 3 aluminium foil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai