Anda di halaman 1dari 12

33

ACARA IV
DORMANSI BIJI
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi biologis
yang pada tiap musim tanam untuk komoditas tanaman masih menjadi
masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi
permintaan pengguna (petani). Benih dari segi teknologi diartikan suatu
organisme mini yang hidup dalam keadaan istirahat atau dorman yang
tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus
generasi.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk
menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat
terjadi pada kulit biji maupun embrio. Biji yang telah masak dan siap
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh
yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment strarifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embrio.
Adanya dormansi biji pada suatu biji tanaman maka perlu
adanya perlakuan khusus seperti usaha pematahan dormansi baik secara
mekanik maupun secara kimia. Akan tetapi ada sebagian keuntungan
yang didapatkan dari adanya sifat dormansi biji tersebut salah satunya
adalah biji tersebut dapat disimpan terlebih dahulu sebelum masa tanam
ditentukan. Dengan petani dapat mengatur kapan biji tersebut ditanam
tanpa takut biji membusuk atau berkecambah sebelum waktunya.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu sebagian atau
seluruh benih menjadi dorman sewaktu panen, sehingga masalah yang

34

sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara
mengatasi dormasi tersebut. Dormansi adalah suatu keadaan dimana
pertumbuhan

tidak

terjadi

walaupun

kondisi

lingkungan

yang

mendukung untuk terjadinya perkecembahan.


Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari,
33
semusim, bahkan sampai bebrapa tahun tergantung pada jenis tanaman
dan tipe dormanisnya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh
keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau
kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Pertumbuhan tidak akan terjadi
selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan
suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut.
2. Tujuan praktikum
Tujuan praktikum Dormansi Biji adalah untuk mengetahui
periode dormansi benih dan cara mengatasi dormansi benih.
B. Tinjauan Pustaka
Dormansi didefinisikan sebagai status dimana benih tidak
berkecambah walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk
perkecambahan. Beberapa mekanisme dormansi terjadi pada benih baik fisik
maupun fisiologi, termasuk dormansi primer dan sekunder. Dormansi primer
merupakan bentuk dormansi yang paling umum dan terdiri atas dua macam
yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen. Dormansi eksogen adalah
kondisi dimana persyaratan penting untuk perkecambahan (air, cahaya, suhu)
tidak tersedia bagi benih sehingga gagal berkecambah. Tipe dormansi ini
biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed coat). Tetapi kondisi
cahaya ideal dan stimulus lingkungan lainnya untuk perkecambahan mungkin
tidak tersedia. Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen adalah air, gas, dan
hambatan mekanis. Benih yang impermeabel terhadap air dikenal sebagai
benih keras (hard seed). Metode pematahan dormansi eksogen yaitu: (1)
Skarifikasi mekanis untuk menipiskan testa, pemanasan, pendinginan

35

(chilling), perendaman dalam air mendidih, pergantian suhu drastis; (2)


Skarifikasi kimia untuk mendegradasi testa, yaitu asam sulfat. Untuk testa
yang mengandung senyawa tak larut air yang menghalangi masuknya air ke
benih, maka pelarut organik seperti alkohol dan aseton dapat digunakan untuk
melarutkan dan memindahkan senyawa tersebut sehingga benih dapat
berkecambah. Dormansi endogen dapat dipatahkan dengan perubahan
fisiologis seperti pemasakan embrio rudimenter, respon terhadap zat pengatur
tumbuh, perubahan suhu, ekspos ke cahaya. Dormansi Sekunder yaitu benih
non dorman dapat mengalami kondisi yang menyebabkannya menjadi
dorman. Penyebabnya kemungkinan benih terekspos kondisi yang ideal untuk
terjadinya perkecambahan kecuali satu yang tidak terpenuhi. Dormansi
sekunder dapat diinduksi oleh: (1) thermo- (suhu), dikenal sebagai
thermodormancy; (2) photo- (cahaya), dikenal sebagai photodormancy; (3)
skoto- (kegelapan), dikenal sebagai skotodormancy; meskipun penyebab lain
seperti kelebihan air, bahan kimia, dan gas bisa juga terlibat. Mekanisme
dormansi sekunder diduga karena: (1) terkena hambatan pada titik-titik
krusial dalam sekuens metabolik menuju perkecambahan; (2) ketidakseimbangan zat pemacu pertumbuhan versus zat penghambat pertumbuhan
(Ilyas 2009).
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi
Fisiologis. Dormansi fisik yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap
perkecambahan. Seperti kulit biji ynag keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis
tanaman. Sedangkan dormansi fisiologis dapat disebabkan oleh bebrapa
mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik
penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam
seperti immaturity atau ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologis
lainnya (Soejadi dan Nugraha 2002).
Pematahan dormansi benih dapat dilakukan secara fisik maupun secara
kimia.

Pematahan

dormansi

secara

fisik

dapat

dilakukan

dengan

36

skarifikasi/deoperkulasi dengan kertas amplas tepat dibagian titik tumbuh


sampai terlihat bagian embrionya. Skarifikasi memungkinkan air masuk ke
dalam benih untuk memulai berlangsungnya perkecambahan. Skarifikasi
mengakibatkan hambatan mekanis kulit biji untuk berimbibisi berkurang
sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat sehingga benih cepat
berkecambah (Widyawati et al 2009).
Cara pematahan dormansi yang dilakukan dengan dua cara yaitu
cara fisik dan cara kimia. Dalam cara fisik, teknik yang umum dilakukan
yaitu skarifikasi/deoperkulasi dengan kertas amplas tepat pada bagian titik
tumbuh sampai terlihat bagian embrionya. Skarifikasi memungkinkan air
masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya perkecambahan.
Skarifikasi mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih untuk berimbibisi
berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat sehingga
benih cepat berkecambah. Cara lain yaitu dengan melakukan perendaman
dalam air dengan suhu normal atau suhu tinggi (500C), dan perlukaan daerah
sekitar embrio selebar 5 mm. Pelaksanakan teknik skarifikasi/deoperkulasi
harus hati-hati dan tepat pada posisi embrio berada. Posisi embrio benih aren
kadang-kadang berbeda seperti terletak pada bagian punggung sebelah kanan
atau kiri, terkadang terletak ditengah-tengah (Rofik dan Murniati 2008).
Sedangkan cara kimia yaitu dengan dilakukan perendaman pada
larutan kimia yaitu KNO3, HCl, H2SO4 dan hormon Giberelin/Giberelat
(GA3). Teknik aplikasi larutan KNO3 0,5% yaitu benih direndam ke dalam
larutan kemudian ditutup dengan plastik yang sudah diberi lubang pada
bagian atasnya selama 36 jam. Perendaman dalam larutan HCl dengan
kepekatan 95 % selama 15 25 menit, larutan H2SO4 10 % selama 3 jam,
sedangkan konsentrasi Giberelin (GA3) yang digunakan antara 100-300 mg/L
air

dengan

waktu

(Pane 2009 dan Sirait 2011).

perendaman

selama

1-3

minggu

37

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum teknologi benih pada acara poliembrioni ini
dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2013 di Laboratorium EMPT
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada pukul
15.00 WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish
2) Nampan
3) Media tanam
b. Bahan
1) HNO3 0,01 N
2) KNO3 1%
3) KNO3 2%
4) KNO3 3%
5) KNO34%
6) Biji padi (Oryza sativa) varietas inpari 13, IR 64, Membramo,
Ciherang
3. Cara Kerja
a. Memilih benih yang akan diamati masing-masing 30 benih
b. Setiap minggu melakukan

pengamatan dormansi biji dengan

melakukan perendaman benih pada larutan HNO3 dan KNO3 pada


bebrapa konsentrasi selama 16 jam
c. Menjaga dan merawat benih tersebut

38

d. Menghitung kecepatan kecambah dan daya kecambah benih

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Daya dan Kecepatan Kecambah Benih Padi (Oryza sativa)
Berbagai Varietas dengan Perlakuan Pematahan Dormansi yang
Berbeda

o.

0
1

Perlakuan

Ciherang
+ KNO3 1%
Ciherang
+ KNO3 2%
Ciherang
+ KNO3 3%
Ciherang
+ KNO3 4%
Ciherang
+ HNO3 0,01 N
IR 64 +
KNO3 1%
IR 64 +
KNO3 2%
IR 64 +
KNO3 3%
IR 64 +
KNO3 4%
IR 64 +
HNO3 0,01 N
Membra
mo + KNO3 1%

umla
h
Beni
h
yang
dikec
amba
hkan
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5

Ju
mlah
Benih
yang
Berkecam
bah

K
(%)

K
(%)

6,7

00

00

00

6,7

3,3

00

00

00

00

3,3

3,3

3,3

3,3

3,3

3,3

3,3

3,3

00

00

6,7

6,7

4
1
3
1
5
1
3
1
5
1
5
1
4
1
4
1
4
1
4
1
5
1
3

39

2
3
4
5
6
7
8
9
0
1
2
3
4

Membra
mo + KNO3 2%
Membra
mo + KNO3 3%
Membra
mo + KNO3 4%
Membra
mo + HNO3
0,01 N
Inpari 13
+ KNO3 1%
Inpari 13
+ KNO3 2%
Inpari 13
+ KNO3 3%
Inpari 13
+ KNO3 4%
Inpari 13
+ HNO3 0,01 N
Ciherang +
air (kontrol)
Membram
o + air (kontrol)
IR 64 + air
(kontrol)
Inpari + air
(kontrol)

1
5
1
5
1
5
1
5

1
3
1
5
1
5
1
4

1
3
1
4
1
2
0

6,7

3,3

00

00

00

00

3,3

3,3

6,7

3,3

3,3

00

00

5
5
5
5
5
5
1
5
1
5
1
5

Sumber : Laporan Sementara

Gambar 4.1 Perkecambahan Benih Padi


Varietas IR 64 Dengan Perlakuan Pematahan
Dormansi KNO3 4%

2. Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi
walaupun

kondisi

lingkungan

mendukung

untuk

terjadinya

perkecambahan. Pertumbuhan pada benih yang mengalami dormansi tidak

40

terjadi karena tidak adanya proses imbibisi air karena kulit biji yang keras,
proses respirasi terhambat, rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi
cadangan makanan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu,
sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga
masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah
bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Dormansi pada benih berkaitan dengan sifat tanaman dan lingkungan
tumbuh tumbuhan. Dengan adanya dormansi untuk periode tertentu. Suatu
jenis tanaman dapat mempertahankan dirinya dari kepunahan. Pada daerah
yang mengalami empat musim (gugur, dingin, semi dan panas), jenis-jenis
tanaman tertentu dapat bertahan karena benih mengalami dormansi selama
musim gugur dan dingin; benih dapat tumbuh setelah musim dingin
dilewati. Benih mengalami dormansi dan yang telah mati dapat dibedakan
melalui proses perkecambahan. Apabila volume benih tidak mengalami
perubahan dari keadaan sebelum dikecambahkan disbanding dengan akhir
proses perkecambahan, ataupun biji tetap keras, berarti benih tersebut
sedang

mengalami

dormansi.

Tetapi

apabila

setelah

periode

perkecambahan berakhir dan benih tidak mau tumbuh, sedangkan volume


benih tampak berubah serta bila dipegang agak lunak bahkan kadangkadang ditumbuhi cendawan, berarti benih telah mengalami deteriorasi
lanjut (mati).
Dormansi benih perlu dipatahkan. Pematahan dormansi dilakukan
untuk menekan kerugian yang mungkin dialami petani, karena dormansi
akan mengakibatkan jumlah benih yang ditanam tidak dapat berkecambah.
Hal itu akan menyebabkan penurunan hasil produksi yang akan diperoleh
petani, sehingga petani akan mengalami kerugian.
Pematahan dormansi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
lamanya waktu dormansi benih sehingga benih dapat berkecambah.
Pematahan dormansi dilakukan sesuai dengan faktor penyebab dan tipe
dormansi. Usaha pematahan dormansi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.

Perlakuan mekanis

41

Pada perlakuan mekanis ini menggunakan skarifikasi dan


pengupasan daging buah. Skarifikasi bertujuan untuk menipiskan kulit
biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air. Hal ini dapat
dilakukan denan aberasi, yaitu menggosok kulit benih dengan benda
yang kasar/kikir/kertas pasir. Daging buah yang menyelimuti biji sering
mengandung zat penghambat yang dapat menghalangi perkecambahan
biji sehingga pengupasan daging buah dapat mematahkan dormansi.
b.

Perlakuan dengan suhu


Pematahan dormansi dengan perlakuan suhu dapat dilakukan
dengan cara penyimpanan pada suhu rendah dan perendaman pada air
panas. Penyimpanan dengan suhu rendah pada suhu 1-10 0C dilakukan
untuk mematahkan dormansi epikotil/apikal, yaitu benih yang
plumulannya mengalami dormansi tetapi radikulanya tidak. Sedangkan
perendaman pada air panas bertujuan untuk memperbaiki permaebilitas
kulit benih sehingga mempermudah masuknya gas dan air.

c.

Perlakuan dengan bahan kimia


Bahan-bahan kimia sering digunakan dalam pematahan dirmansi
benih.

Tujuan

penggunaan

bahan-bahan

kimia

adalah

untuk

melunakkan kulit biji sehingga mudah dilalui air. Perlakuan dengan


bahan kimia yang sering menggunakan larutan asam, seperti asam
sulfat, dengan konsentrasi yang pekat. Perlakuan dengan bahan kimia
dapat

merusak

embrio

sehingga

tidak

dianjurkan

untuk

menggunakannya pada benih yagn mudah sekali permeabel. Hal-hal


yang harus diperhatikan pada penggunaan bahan kimia yaitu kulit biji
atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi dan
larutan asam tidak mengenai embrio.
Dalam praktikum ini diuji beberapa varietas dari padi yaitu
Membramo, IR 64, Ciherang dan Impari 13 dengan beberapa perlakuan
yaitu dengan perendaman pada larutan berbeda konsentrasi KNO3 dan
HNO3. Setelah diamati pada varietas Impari dengan berbagai perlakuan
ternyata baik pada hari keempat maupun ke tujuh padi tidak mengalami

42

perkecambahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tidak


berpengaruh dan dapat diartikan bahwa benih impari kurang baik
dibandingka varietas lainnya. Sedangkan untuk varietas Membrano
menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada Inpari 13 yaitu mulai dari
hari ke empat benih telah tumbuh sebanyak 15 benih pada perlakuan
perendaman KNO3 2% dan KNO3 3%. Sementara itu, untuk perlakuan
HNO3 0,01 N benih hanya berkecambah 14 benih. Kemudian pada hari
kedelapan benih hanya berkecambah sebanyak 14 benih. Dari data rekapan
tersebut diatas IR 64 mempunyai nilai DK yang sama untuk semua
perlakuan yakni 93,33%. Sedangkan yang perlakuan yang paling baik
dengan pemberian KNO3 dan HNO3 dialami oleh Ciherang yang rata-rata
biji yang dikecambahkan hampir semua dapat tumbuh dan memecahkan
masa dormansinya.
Kelompok kami mendapat perlakuan Inpari 13 KNO3 4% presentase
daya kecambah maupun kecepatan kecambah adalah 0%. Hal tersebut
membuktikan bahwa variatas inpari tidak bisa memcahkan masa
dormansinya walaupun telah diberikan zat kimia yang memiliki
konsentrasi tinggi yakni KNO3 4% . hal ini berarti, larutan KNO3 4%
kurang efektif untuk mematahkan dormansi biji pada varietas inpari 13.
Ada

kemungkinan

juga

adanya

faktor

penghambat

biji

untuk

berkecambah, misalnya suhu, sinar matahari, air, udara, dan mungkin juga
sebelum dikecambahkan biji sudah terkena zat penghambat atau pupuk
kimia. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Wahyuni (2004).
Berdasarkan penelitiannya pada berbagai jenis varietas padi, dapat
disimpulkan bahwa dengan perendaman dalam larutan KNO3 merupakan
metode pematahan dormansi yang paling efektif, karena mampu
mematahkan dormansi benih. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Gardner (1991) dalam literaturnya yang menyatakan bahwa larutan KNO 3
merangsang perkecambahan pada hampir seluruh biji.
Larutan HNO3 dan KNO3 disini berfungsi agar kulit biji lebih
mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat

43

seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat


kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan
mudah. Pematahan dormansi perlu dilakukan agar benih dapat
berkecambah, terutama karena keadaan lingkungan dan faktor-faktor
yang mendukung perkecambahan telah terpenuhi. Selain itu,
pematahan dormansi diperlukan agar perkecambahan benih dapat
merata (benih berkecambah serentak).
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum teknologi benih pada acara
Dormansi Biji adalah sebagai berikut:
a. Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi
walaupun

kondisi

lingkungan

mendukung

untuk

terjadinya

perkecambahan.
b. Pematahan dormansi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
lamanya waktu dormansi benih sehingga benih dapat berkecambah.
c. Pematahan dormansi dapat dilakukan secara kimiawi, suhu, maupun
mekanis.
d. Pada praktikum ini varietas Inpari 13 tidak dapat memecahkan masa
dormansinya walaupun telah diberikan HNO3 dan KNO3 dengan
berbagai konsentrasi
2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara ini adalah
adalah semoga kedepannya praktikum dilaksanakan lebih tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.
Ilyas Satriyas 2009. Dormansi Benih: Kasus Pada Padi Dan Kacang Tanah.
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

44

Pane P 2009. Pematahan Dormansi Biji Untuk Mempercepat Perkececambahan.


http://pardomuanpane.go.id. Diakses 29 Mei 2013.
Rofik A dan E. Murniati 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi dan media
perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.). Buletin Agronomi 36 (1) 33 40.
Sirait, D. 2011. Pengaruh Skarifikasi Bagian-Bagian Benih dan Konsentrasi Asam
Giberelat (GA3) terhadap Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.) dalam Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Soejadi dan U.S. Nugraha 2002. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi
Terhadap Daya Berkecambah Padi, hal 155-162. Dalam E. Murniati et al.
(Eds.): Industri Benih di Indonesia. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
IPB. Hal 291.
Wahyuni S dkk 2004. Karakterisasi Dormansi dan Metode Efektif untuk
Pematahan Dormansi Benih Plasma Nutfah Padi. J. Tanaman Pangan. 02 :
23 pp. Jakarta.
Widyawati, N., Tohari, P., dan I. Soemardi 2009. Permeabilitas dan
Perkecambahan Benih Aren. Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2).

Anda mungkin juga menyukai