ACARA IV
DORMANSI BIJI
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi biologis
yang pada tiap musim tanam untuk komoditas tanaman masih menjadi
masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi
permintaan pengguna (petani). Benih dari segi teknologi diartikan suatu
organisme mini yang hidup dalam keadaan istirahat atau dorman yang
tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus
generasi.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk
menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat
terjadi pada kulit biji maupun embrio. Biji yang telah masak dan siap
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh
yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment strarifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embrio.
Adanya dormansi biji pada suatu biji tanaman maka perlu
adanya perlakuan khusus seperti usaha pematahan dormansi baik secara
mekanik maupun secara kimia. Akan tetapi ada sebagian keuntungan
yang didapatkan dari adanya sifat dormansi biji tersebut salah satunya
adalah biji tersebut dapat disimpan terlebih dahulu sebelum masa tanam
ditentukan. Dengan petani dapat mengatur kapan biji tersebut ditanam
tanpa takut biji membusuk atau berkecambah sebelum waktunya.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu sebagian atau
seluruh benih menjadi dorman sewaktu panen, sehingga masalah yang
34
sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara
mengatasi dormasi tersebut. Dormansi adalah suatu keadaan dimana
pertumbuhan
tidak
terjadi
walaupun
kondisi
lingkungan
yang
35
Pematahan
dormansi
secara
fisik
dapat
dilakukan
dengan
36
dengan
waktu
perendaman
selama
1-3
minggu
37
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum teknologi benih pada acara poliembrioni ini
dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2013 di Laboratorium EMPT
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada pukul
15.00 WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish
2) Nampan
3) Media tanam
b. Bahan
1) HNO3 0,01 N
2) KNO3 1%
3) KNO3 2%
4) KNO3 3%
5) KNO34%
6) Biji padi (Oryza sativa) varietas inpari 13, IR 64, Membramo,
Ciherang
3. Cara Kerja
a. Memilih benih yang akan diamati masing-masing 30 benih
b. Setiap minggu melakukan
38
o.
0
1
Perlakuan
Ciherang
+ KNO3 1%
Ciherang
+ KNO3 2%
Ciherang
+ KNO3 3%
Ciherang
+ KNO3 4%
Ciherang
+ HNO3 0,01 N
IR 64 +
KNO3 1%
IR 64 +
KNO3 2%
IR 64 +
KNO3 3%
IR 64 +
KNO3 4%
IR 64 +
HNO3 0,01 N
Membra
mo + KNO3 1%
umla
h
Beni
h
yang
dikec
amba
hkan
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
Ju
mlah
Benih
yang
Berkecam
bah
K
(%)
K
(%)
6,7
00
00
00
6,7
3,3
00
00
00
00
3,3
3,3
3,3
3,3
3,3
3,3
3,3
3,3
00
00
6,7
6,7
4
1
3
1
5
1
3
1
5
1
5
1
4
1
4
1
4
1
4
1
5
1
3
39
2
3
4
5
6
7
8
9
0
1
2
3
4
Membra
mo + KNO3 2%
Membra
mo + KNO3 3%
Membra
mo + KNO3 4%
Membra
mo + HNO3
0,01 N
Inpari 13
+ KNO3 1%
Inpari 13
+ KNO3 2%
Inpari 13
+ KNO3 3%
Inpari 13
+ KNO3 4%
Inpari 13
+ HNO3 0,01 N
Ciherang +
air (kontrol)
Membram
o + air (kontrol)
IR 64 + air
(kontrol)
Inpari + air
(kontrol)
1
5
1
5
1
5
1
5
1
3
1
5
1
5
1
4
1
3
1
4
1
2
0
6,7
3,3
00
00
00
00
3,3
3,3
6,7
3,3
3,3
00
00
5
5
5
5
5
5
1
5
1
5
1
5
2. Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi
walaupun
kondisi
lingkungan
mendukung
untuk
terjadinya
40
terjadi karena tidak adanya proses imbibisi air karena kulit biji yang keras,
proses respirasi terhambat, rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi
cadangan makanan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu,
sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga
masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah
bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Dormansi pada benih berkaitan dengan sifat tanaman dan lingkungan
tumbuh tumbuhan. Dengan adanya dormansi untuk periode tertentu. Suatu
jenis tanaman dapat mempertahankan dirinya dari kepunahan. Pada daerah
yang mengalami empat musim (gugur, dingin, semi dan panas), jenis-jenis
tanaman tertentu dapat bertahan karena benih mengalami dormansi selama
musim gugur dan dingin; benih dapat tumbuh setelah musim dingin
dilewati. Benih mengalami dormansi dan yang telah mati dapat dibedakan
melalui proses perkecambahan. Apabila volume benih tidak mengalami
perubahan dari keadaan sebelum dikecambahkan disbanding dengan akhir
proses perkecambahan, ataupun biji tetap keras, berarti benih tersebut
sedang
mengalami
dormansi.
Tetapi
apabila
setelah
periode
Perlakuan mekanis
41
c.
Tujuan
penggunaan
bahan-bahan
kimia
adalah
untuk
merusak
embrio
sehingga
tidak
dianjurkan
untuk
42
kemungkinan
juga
adanya
faktor
penghambat
biji
untuk
berkecambah, misalnya suhu, sinar matahari, air, udara, dan mungkin juga
sebelum dikecambahkan biji sudah terkena zat penghambat atau pupuk
kimia. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Wahyuni (2004).
Berdasarkan penelitiannya pada berbagai jenis varietas padi, dapat
disimpulkan bahwa dengan perendaman dalam larutan KNO3 merupakan
metode pematahan dormansi yang paling efektif, karena mampu
mematahkan dormansi benih. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Gardner (1991) dalam literaturnya yang menyatakan bahwa larutan KNO 3
merangsang perkecambahan pada hampir seluruh biji.
Larutan HNO3 dan KNO3 disini berfungsi agar kulit biji lebih
mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat
43
kondisi
lingkungan
mendukung
untuk
terjadinya
perkecambahan.
b. Pematahan dormansi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
lamanya waktu dormansi benih sehingga benih dapat berkecambah.
c. Pematahan dormansi dapat dilakukan secara kimiawi, suhu, maupun
mekanis.
d. Pada praktikum ini varietas Inpari 13 tidak dapat memecahkan masa
dormansinya walaupun telah diberikan HNO3 dan KNO3 dengan
berbagai konsentrasi
2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara ini adalah
adalah semoga kedepannya praktikum dilaksanakan lebih tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.
Ilyas Satriyas 2009. Dormansi Benih: Kasus Pada Padi Dan Kacang Tanah.
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
44