Tumbuhan
Nama Kelompok:
Disusun oleh:
Tria Amalia Atika
NIM. 14030204035
Pendidikan Biologi A 2014
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2016
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah :
Bagaimana pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap
pemecahan dormansi biji saga?
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
Untuk mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap
pemecahan dormansi biji saga.
C. Hipotesis
Hipotesis pada praktikum ini adalah :
Ha
: Ada pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan
Ho
D. Kajian Pustaka
A). Biji saga
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Fabales
Famili:
Fabaceae
Upafamili: Mimosoideae
Saga
Genus:
Adenanthera
umum
Spesies:
A. pavonina
dipakai
pohon
sebagai
Adenanthera pavonina L.
pohon
peneduh di jalan-
B). Dormansi
Dormansi merupakan keadaan terbungkusnya lembaga biji oleh
lapisan kulit atau senyawa tertentu. Dormansi merupakan cara embrio
mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan,
tetapi berakibat pada lambatnya proses perkecambahan. Lama waktu
dimana biji dorman masih hidup dan mampu berkecamabah bervariasi dari
beberapa hari hingga beberapa dekad atau bahkan lebih lama lagi,
bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan (Loveless, 1998).
Salisbury dan Ross (1995) mengungkapkan bahwa dormansi
merupakan ketidak berhasilan biji dalam melakukan perkecambahan
dikarenakan faktor dalam, dan tidak disebabkan oleh faktor luar, seperti
suhu, kelembaban dan atmsofer. Dormansi disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
a
Tipe dormansi:
a Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap
perkecambahan. Seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada
beberapa jenis tanaman.
(Lakitan, 2001).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dorman yang
disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk
rudiment atau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan
(impermeabel), atau adanya penghambat tumbuh. Kekerasan kulit biji
merupakan hambatan fisik terhadap perkembangan embrio sehingga
menyebabkan embrio kurang mampu menyerap air dan oksigen serta
karbon dioksida tidak dapat keluar secara baik yang berakibat proses
respirasi tidak sempurna. Berbagai cara untuk memperpendek dormansi
dapat dilakukan dengan meretakkan kulit biji, perendaman dalam zat
kimia seperti kalium nitrat pada konsentrasi tertentu atau dengan
pemanasan (Loveless, 1998).
Dormansi biji primer lebih umum dari dormansi biji sekunder.
Dapat dalam bentuk dormansi eksogen atau endogen. Dormansi primer
eksogen adalah suatu kondisi dimana input lebih penting (Misalnya: air,
cahaya, dan suhu) tidak tersedia untuk benih dan perkecambahan tidak
terjadi. Genetika dan faktor lingkungan juga memodifikasi ekspresi
dormansi eksogen. Dormansi endogen primer juga dipengaruhi oleh
banyak faktor lingkungan selama biji dalam kondisi pengembangan atau
pematangan (Siregar dan Utami, 1994). Faktor eksternal perkecambahan
meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawa-senyawa
kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan
(Soerodikosoemo, 1995).
Dormansi adalah
masa
istirahat
biji
sehingga
proses
biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk
berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang
sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan
dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embrio (Salisbury and Ross, 1995).
Perlakuan skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi biji,
sedangkan skarifikasi adalah salah satu upaya perlakuan pada benih yang
ditujukan untuk mematahkan dormansi. Upaya ini dapat berupa pemberian
perlakuan dengan cara fisik, mekanis dan khemis. Larutan asam kuat
seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi
lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah (Sitompul, 1995).
Biji yang telah masak dan siap berkecambah membutuhkan kondisi
dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat memecahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Beberapa upaya pretreatment atau
perawatan awal pada biji diperlukan untuk mematahkan dormansi, serta
mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam(Retno, 2012).
Upaya-upaya tersebut dapat berupa pemberian perlakuan secara
fisis, mekanis, maupun kimia. Proses dormansi dapat dipatahkan dengan
beberapa proses diantaranya proses pendinginan, pemanasan, kejutan atau
goresan pada biji (proses fisika), zat pengatur tumbuh, asam dan basa
(secara kimiawi) ataupun dengan cara biologi dengan menggunakan
bantuan mikroba (Lita, 1985).
berlangsungnya
perkecambahan.
Skarifikasi
mekanik
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi
2. Variabel Kontrol
ukuran
pot.
30 biji
2) H2SO4 pekat
20 ml
3) Kertas amplas
secukupnya
4) Pot
3 pot
secukupnya
6) Air
secukupnya
7) Gelas kimia
1 buah
H. Rancangan Percobaan
Menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan
I. Langkah Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Menyediakan 30 biji berkulit keras (biji saga).
2.
Direnda
m H2SO4
Diamplas
Dicuci
3.
dengan
Aquades
9
8
7
6
Direndam H2SO4
5
Jumlah biji yang tumbuh
Diamplas
4
3
2
1
0
Perlakuan
pekat dan
diberi
perlakuan
secara
fisika
(diamplas)
pengaruh
berbagai
macam
perlakuan
terhadap
maka biji akan pecah dan biji mengalami imbibisi. Air masuk
kemudian
mengaktifkan
hormone
GA3
dan
mengaktifkan
lemak
dan
gliserol.
Glukosa
dibutuhkan
dalam
dapat dipecahkan
dengan
mekanisme
perlakuan
diakibatkan
diamplas
ketika
tumbuh
diamplas,
lebih
luas
banyak
permukaan
hal
biji
ini
yang
dengan
merendam
biji
saga
maka
semakin
lunak
kulit
biji
saga
dan
dan
endosperm
lebih
cepat
terjadi,
serta
untuk
memberikan
fasilitas
masuknya
oksigen
(larut
dalam
air)
kedalam biji.
Biji saga yang hanya dicuci dengan air mengalir tanpa
direndam akan tetap keras sehingga proses imbibisinya menjadi
lambat. Keberadaan air bagi biji akan mengimbibisi dinding sel
biji dan menentukan turgor sel sebelum membelah. Sedangkan
untuk biji yang tidak direndam yang hanya dicuci air, dinding
selnya hampir tidak permeable untuk gas, sehingga masuknya
oksigen ke dalam biji akan menjadi lambat. Namun ketika suplai
air rendah atau tidak tersedia maka pembentukan sitoplasma
baru akan berlangsung sangat lambat. Air berpengaruh terhadap
kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang berhubungan dengan
kerja enzim.
M. Kesimpulan
N. Daftar Pustaka
A. R. Loveles. 1998. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropik. Jakarta: Gramedia.
Dwidjoseputro.
1985.
Pengantar
Fisiologi
Lingkungan
Tanaman.