Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

DORMANSI BIJI

untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan


yang dibina oleh: Ir. Nugrahaningsih, M.P

oleh
Kelompok 4/Offering I:
Choirun Nita Fikriani 160342606262
Dhita Humaira 160342606283
Dwi Anggreni Putri 160342606287
Novika Dwi U. T. 160342606294
Satrio Anggoro Putra 160342606254
Septianti Amalia 160342606226

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2017
Tujuan

1. Memahami bahwa tidak semua biji dapat langsung tumbuh bila dikecambahkan
2. Menduga kondisi dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik luar maupun
dalam
3. Dormansi dapat dipecahkan dengan berbagai perlakuan.

Dasar Teori

Biji terdiri dari embrio, endosperma, dan selaput biji yang berasal dari
integumen. Ovarium berkembang menjadi buah saat ovulnya menjadi biji. Setelah
disebarkan, biji dapat bergerminasi jika kondisi-kondisi lingkungan menguntungkan.
Selaput akan pecah dan embrio muncul sebagai semaian, menggunakan cadangan
makanan di dalam endosperma dan kotiledon.
Dormansi merupakan keadaan terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit
atau senyawa tertentu. Dormansi adalah keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang
terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor
tumbuhan itu sendiri. Waktu biji untuk proses dorman masih hidup dan mampu
berkecamabah bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa dekad atau bahkan lebih
lama lagi, bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan sekitarnya (Loveless,
1998). Seringkali jaringan yang dorman gagal tumbuh meskipun berada pada kondisi
ideal. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah
masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat
tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi
kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.
Dormansi dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Dormansi dibedakan
menjadi dormansi primer dan dormansi sekunder. Dormansi primer merupakan
dormansi yang paling umum, yaitu dormansi pada benih yang terjadi sejak benih
masih berada pada tanaman induk, setelah embrio berkembang penuh. Dormansi
sekunder merupakan benih non dorman yang dapat mengalami kondisi yang
menyebabkannya menjadi dorman. (Soerodikosoemo, 1995).
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan
beberapa faktor, yaitu (Salisbury dan Ross, 1995):
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
1) Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan
2) Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di
dalam organ-organ biji itu sendiri

b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji

1) Mekanisme fisik : Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya


disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi Mekanis ( embrio tidak
berkembang karena dibatasi secara fisik) dan Fisik (penyerapan air terganggu karena
kulit biji yang impermeable) Kimia (bagian biji atau buah yang mengandung zat
kimia penghambat )
2) Mekanisme fisiologis : Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya
hambatan dalam proses fisiologis, terbagi menjadi Photodormancy (proses fisiologis
dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya), Immature embryo (proses fisiologis
dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang ) dan
Termodormancy (proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu)

c. Berdasarkan bentuk dormansi

1) Kulit biji impermeabel terhadap air


2) Bagian biji yang impermeabel : membran biji, kulit biji, nukleus, pericarp, endocarp
3) Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi
(misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji,
seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap
masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika
kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel
misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup
untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah
dengan temperatur hangat (Drajat. 1996: 399). Biji akan berkecambah setelah mengalami
masa dorman yang disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk
rudiment atau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan (impermeabel), atau
adanya penghambat tumbuh.
Kekerasan kulit biji merupakan hambatan fisik terhadap perkembangan embrio
sehingga menyebabkan embrio kurang mampu menyerap air dan oksigen serta karbon
dioksida tidak dapat keluar secara baik yang berakibat proses respirasi tidak sempurna. Kulit
benih yang keras ini biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah kulit
yang keras mungkin menyebabkan impermeabel terhadap air, gas atau mungkin secara
mekanik menekan perkembangan embrio. Kulit benih ini tahan terhadap gesekan dan kadang
terlindungi oleh lapisan seperti lilin. Kulit benih yang keras ini sebenarnya secara alamiah
berfungsi untuk mencegah kerusakan benih dari serangan jamur atau serangga predator
(Lakitan, 2001).
Berbagai cara untuk memperpendek dormansi dapat dilakukan dengan meretakkan
kulit biji, perendaman dalam zat kimia seperti kalium nitrat pada konsentrasi tertentu atau
dengan pemanasan (Loveless, 1998). Dormansi biji primer lebih umum dari dormansi biji
sekunder. Dapat dalam bentuk dormansi eksogen atau endogen. Dormansi primer eksogen
adalah suatu kondisi dimana input lebih penting (Misalnya: air, cahaya, dan suhu) tidak
tersedia untuk benih dan perkecambahan tidak terjadi. Genetika dan faktor lingkungan juga
memodifikasi ekspresi dormansi eksogen. Dormansi endogen primer juga dipengaruhi oleh
banyak faktor lingkungan selama biji dalam kondisi pengembangan atau pematangan. Faktor
eksternal perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawa-
senyawa kimia tertentu yang dapat mematahkan dormansi.
Perlakuan skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi biji,sedangkan
skarifikasi adalah salah satu upaya perlakuan pada benih yang ditujukan untuk mematahkan
dormansi. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan dengan cara fisik, mekanis dan
khemis. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah (Sitompul, 1995).
Daftar rujukan

A. R. Loveles. 1998. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.


Jakarta: Gramedia.
Drajat, Sasmitamihardja. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Negeri
Makassar. Makassar
Lakitan, Benyamin. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB Press.
Sitompul. S.M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta : UGM Press.
Soerodikosoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai