Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DORMANSI PADA BENIH

OLEH KELOMPOK 3:

Rezy fitratul Hayani


(191000254211015)
Samy adji
(191000254211016)
Wulan suci ramadhani
(191000254211019)
Tania nur azni
(191000254211018)

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2021
PENDAHULUAN

Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap


musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi  masalah  karena
produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani.
Benih dari segi tehnologi diartikan sebagai organisme mini hidup yang dalam keadaan
“istirahat” atau dorman yang  tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai
penerus generasi.
Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih
dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya,
baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Dormansi pada benih dapat
berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung
pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Dormansi pada benih dapat disebabkan
oleh keadaan fisik dari kulit biji keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari
kedua keadaan tersebut. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui
masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih
tersebut.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani
atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Dormansi
sendiri mempunyai pengertian adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi
walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Benih yang
mengalami dormansi ditandai oleh:
a. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air
b. Proses respirasi tertekan/terhambat
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
e. Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
1) Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan structural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
2) Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur
tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh.

Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan mekanis,


perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur tertentu
dan perlakuan dengan cahaya.
PEMBAHASAN

a. Pengertian dan Penyebab Dormansi

Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun


kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis
varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu
dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah
bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.

b. Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :

 Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur
benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam
benih.
 Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit
benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan
menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam
benih.
 Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji
yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan,
dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormani sering
dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji.

Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi
didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau
disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat
mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi.
Benih yang dorman dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan
benih. Keuntungannya benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak
berkecambah selama penyimpanan. Sesungguhya benih-benih yang tidak dorman
seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi
selama pengangkutan atau penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila dormansi
sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus, kegagalan
untuk mengatasai masalah ini dapat bersifat kegagalan perkecambaan.

Tipe Dormansi
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang
mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk
dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya
seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang
mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal,
terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin.
Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak
akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat
membantu memperpendek masa dormansi benih.

b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio


Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman
disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika
kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga
umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia,
Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji
yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh
kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan
embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Adanya zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang
mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan
dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk
menghilangkan zat-zat penghambat.
2. Dormasi fisiologis (embrio)
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum
matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat
berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun
waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini
biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah
(Schmidt, 2002).

Perlakuan Awal Dormansi Fisik


Kebanyakan jenis dari famili leguminosae menunjukkan dormansi fisik, yang
disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit. Kondisi kedap air kulit
biji legum relatif dalam arti bahwa bermacam-macam jenis, bermacam-macam
tingkatan kemasakan dan bermacam-macam individu menunjukkan tingkat ketahanan
terhadap penyerapan air (imbibisi) yang berbeda.
Bebagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe dormansi ini,
semua metode menggunakan perinsip yang sama yakni bagaimana caranya agar air
dapat masuk dan penyerapan dapat berlangsung pada benih.
Teknik skarifikasi pada berbagai jenis benih harus disesuaikan dengan tingkat
dormansi fisik. Berbagai teknik untuk mematahkan dormansi fisik antara lain seperti:
a. Perlakuan mekanis (skarifikasi)
Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara penusukan,
pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum,
kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi
dormansi fisik.
Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan perlakuan individu
sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeabel dengan
resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak (Schmidt, 2002).
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada benih
legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan menyebar
dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada saat yang sama
embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan kulit biji,
tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada
daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak akan
mempengaruhi perkecambahan.
b. Air Panas
Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui tegangan yang
menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini paling efektif bila benih
direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk mencegah
kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas yang diteruskan
kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Suhu tinggi dapat merusak
benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu berfariasi tiap jenis. Umumnya
benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif tebal toleran terhadap perendaman
sesaat dalam air mendidih.
c. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan
dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat
dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air
dengan mudah.
Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat pekat (H2SO4) asam ini
menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum maupun non
legume (Coppeland, 1980). Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah
sekali menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan
larutan asam harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
1). kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi
2). larutan asam tidak mengenai embrio.
Klasifikasi Dormansi Biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor
penyebab, mekanisme dan bentuknya.

a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi

 Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena


keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
 Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi
di dalam organ-organ biji itu sendiri

b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji

 Mekanisme fisik

Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ


biji itu sendiri; terbagi menjadi:

- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik


-fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
 Mekanisme fisiologis

Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses


fisiologis; terbagi menjadi:
- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio
yang tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu

Dormansi karena zat penghambat

Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses


metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang
menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian
proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir
adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar
ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir.
Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.

Teknik Pematahan Dormansi Biji

Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo.

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada
benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya
perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa pemberian
perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis. Hartmann (1997) mengklasifikasikan
dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya.
Pemecahan Dormansi

1.Benih padi
Pemecahan dormansi benih padi dilakukan dengan cara melakukan perendaman dalam
air panas pada suhu kurang lebih 400 C selama 24 jam sampai 48 jam.

2. Benih Timun Putih


Pemecahan dormansi dilakukan dengan cara membuka sedikit bagian ujung pangkal
benih dengan menggunakan penjepit / alat pemotong kuku.

3. Benih Pare
Pemecahan dormansi dilakukan dengan cara membuka sedikit bagian ujung pangkal
benih dengan menggunakan penjepit / alat pemotong kuku.

4. Benih Semangka Non Biji


Pemecahan dormansi dilakukan dengan membuka sedikit ujung pankal benih dengan
menggunakan penjepit / alat pemotong kuku dan merendam dalam larutan fungisida
selama kurang lebih 5 menit, kemudian diletakkan dalam kertas yang digulung dan
dimasukkan dalam kotak karton tertutup yang disinari lampu 5 Watt berwarna hijau
selama kurang lebih 2 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap


musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi  masalah  karena
produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani.
2. Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
a. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air
b. Proses respirasi tertekan/terhambat
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
3. Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
a. Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan structural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
b. Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh,
baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh.
4. Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan mekanis,
perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur tertentu
dan perlakuan dengan cahaya.
5. Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :
 Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air
 Respirasi yang tertukar,

 Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio


6. Perlakuan Awal Dormansi Fisik
a. Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara
penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan
pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk
mengatasi dormansi fisik.
b. Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui tegangan
yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini paling efektif bila
benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk mencegah
kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas yang diteruskan
kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan.
7. Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan
dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.

Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:

- jika kulit dikupas, embrio tumbuh


- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
-embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
-perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh
kerdil
-akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Departemen


Kehutanan. Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co.
Minneapolis, Minnesota.
Doran, J. C., Turnbull, J.W., Bolland, J. D. 1983. Handbook on seed of dry-zone
acacias. A guide for collecting, extracting, cleaning, and stering the seed and for
treatment to promote germination of dry-zone acacias. FAO Rome.
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung

Anda mungkin juga menyukai