Anda di halaman 1dari 8

FISIOLOGI BIJI

I. Tujuan
Mengetahui beberapa faktor luar terhadap perkecambahan biji dan pengaruh suhu tinggi
terhadap perkecambahan kacang hijau.

II. Dasar Teori


Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi karena faktor internal
walaupun faktor eksternal mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Saat biji dalam
keadaan dorman, biji biasanya tahan terhadap stress, seperti kekurangan air, panas atau dingin
yang berlebihan, penekanan, dan serangan kimiawai. Dormansi pada biji disebabkan karena:
 Rendah/tidak adanya proses imbibisi air
struktur benih (kulit benih) yang keras sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam
biji.
 Respirasi yang tertukar
adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras sehingga pertukaran
udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme
dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih.
 Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio.
Dormansi sering dijumpai pada biji padi, biji timun putih, pare dan semangka non biji.

Biji dapat tetap viabel (hidup), tapi tak mampu berkecambah atau tumbuh karena
pengaruh kondisi luar atau kondisi dalam.
 Kuisen
kondisi biji tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak sesuai (misalnya,
biji terlalu kering atau terlalu dingin)
 dormansi, yaitu kondisi biji gagal
kondisi biji tidak mampu berkecambah berkecambah karena kondisi dalam, walaupun
kondisi luar sudah sesuai.
(Salisbury, 1992)

Menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :


 Innate dormansi (dormansi primer)
 Induced dormansi ( dormansi sekunder)
Biji yang normal maupun yang berkecambah apabila dikenakan suatu keadaan yang tidak
menguntungkan selama beberapa waktu dapat kehilangan kemampuannya untuk
berkecambah. Dormansi sekunder dapat terjadi bila benih diberi semua faktor yang
dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu faktor. Misalnya tidak diberikannya cahaya
pada benih yang membutuhkan cahaya.
 Enforced dormansi
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
 Dormansi Fisik
disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang
keras dan kedap sehingga menjadi penghalang masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
 Dormansi Fisiologis

Dormansi perlu dipatahkan untuk memulai perkecambahan, dengan cara :


a. Perlakuan mekanis.
Dengan Skarifikasi :
 mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas,
 melubangi kulit biji dengan pisau,
 memecah kulit biji
 goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga
lebih permeabel terhadap air atau gas.
b. Perlakuan kimia.
Tujuan perlakuan kimia adalah menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu
proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Contoh :
 perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
 Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
 Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
 Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit,
potassium nitrat dan Thiourea.
 digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
c. Perlakuan perendaman dengan air.
Tujuan perlakuan perendaman di dalam air panas adalah memudahkan penyerapan air oleh
benih.
Caranya dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan
sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu.
d. Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam biji yang berakibat
menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan
bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap
jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
e. Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan biji dan laju perkecambahan.
Pengaruh cahaya pada biji bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga
intensitas cahaya dan panjang hari.
Hilangnya sifat dorman bergantung pada keseimbangan antara penghambat dan pemacu
pertumbuhan. Di antara senyawa penghambat pertumbuhan yang jumlahnya besar itu, beberapa
senyawa bertempat di kulit biji.Penamggalan kulit biji dan sebagian dari penutup tambahan di
luarnya dapat merangsang perkecambahan. Hal ini mendukung anggapan bahwa ada bagian dari
biji dan jaringan sekitarnya yang merupakan salah satu penghambat perkecambahan.
Ahli fisiologi tumbuhan biji biasanya menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang
dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga; atau pada beberapa biji,
kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit biji (Bewley dan Black, 1982, 1984;
Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992). Mulai berkecambahnya suatu biji menunjukkan adanya
pematahan masa dorman.
Pada waktu imbibisi, kandungan air meningkat, mula – mula cepat, kemudian lebih
lambat. Jaringan mulai bermetabolisme secara aktif, enzim yang telah ada diaktifkan kembali.
Disintesis pula protein baru untuk enzim baru. Pertumbuhan kecambah memerlukan pasokan air
dan zat gizi terus-menerus.Sebelum embrio menjadi kecambah yang mandiri, ia menggunakan
makanan yang tersimpan dalam endosperm dan dalam selnya sendiri. Enzim-enzim tersebutlah
yang digunakan untuk mencerna dan menggunakan bahan cadangan yang tersimpan.
Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan adalah dimulainya
perkembangan sel pengangkut dalam prokambium yang selanjutnya menjadi jaringan
pengangkut. Pembentukan sel pengangkut ini dilakukan pertama kali karena akan digunakan
untuk transportasi nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah. Metabolisme di dalam
keping biji diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan dari sumbu embrio.
Perkecambahan biji ada dua macam, yaitu :
 Hipogeal
Keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di bawah
permukaan tanah. Terjadi pada monokotil maupun dikotil.
 Epigeal
keping biji terangkat ke atas permukaan tanah oleh sumbu embrio yang memanjang. Terjadi
pada tumbuhan dikotil.
Pada perkecambahan hipogeal, biji beserta skutelum tetap di bawah permukaan tanah.
Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang dan menembus perikarp kemudian akar
menembus koleoriza. Di ujung lain pada biji, pucuk yang diselubungi oleh koleoptil muncul.
Kesatuan ini terangkat ke atas oleh ruas (internodus).
Sedangkan pada perkecambahan epigeal mula –mula radikula muncul dan menjadi
sumbu utama akar tunggang. Hipokotil memanjang di bagian dasarnya dan melengkung.
Tegangan yang terjadi menyebabkan keping biji serta kulit biji yang menyelubungi tertarik ke atas
tanah. Hipokotil kemudian meluruskan diri, kulit biji tanggal dan keping biji terpisah satu dari
yang lainnya serta meluas. Ujung epikotil mulai membentuk daun, buku, dan ruas. Beberapa ruas
pertama tetap pendek.

Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses
perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar
(eksternal).
 Faktor dalam (internal )
a. Tingkat kemasakan benih
b. Ukuran benih
c. Dormansi
d. Penghambat tumbuh
e. kulit biji yang tahan atau permeabel
 Faktor luar (eksternal )
a. Air
Perkembangan biji tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam biji hingga
80 - 90% dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 – 55%. Pada kondisi media
yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit
serta busuknya biji karena jamur atau bakteri (Sutopo, 2002).
b. Suhu
Suhu optimal adalah suhu yang paling menguntungkan untuk berlangsungnya
perkecambahan biji dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada
kisaran suhu antara 26.5 - 35°C (Sutopo, 2002).
c. Oksigen
d. Cahaya
e. Medium
f. Kelembaban

III. Alat dan Bahan


Alat :
 Cawan petri
 Pipet
 Kapas
 Pinset
 Oven
 Penggaris

Bahan :
 Air
 Kacang hijau

IV. Cara Kerja


Kacang hijau direndam di dalam air selama 18 jam

Ambil 3 x 10 biji Ambil 10 biji

kontrol
Diletakkan di cawan petri tanam di petri yang berisi kapas

Perlakuan suhu tinggi


@10 dipanaskan di oven 60’, 90’, 120’

Tanam di petri yang berisi kapas

Persiapan petri

Cawan petri + kapas

Kapas dibasahi
V. Hasil

Hari Perlakuan Panjang Kecambah (cm) Persentase


ke- perkecambahan
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 K - - - - - - - - - - 0
60’ - - - - - - - - - - 0
90’ - - - - - - - - - - 0
120’ - - - - - - - - - - 0
1 K
60’
90’ LIBUR
120’
2 K LIBUR
60’
90’
120’
3 K 5,3 3,3 4,8 1 2 3,3 2 9,8 10 5,5 100
60’ - - - - - - - - - - 0
90’ - - - - - - - - - - 0
120’ - - - - - - - - - - 0
4 K 9 3,5 6,5 1 2 4,7 2,2 13,1 13,2 7,8 100
60’ - - - - - - - - - - 0
90’ - - - - - - - - - - 0
120’ - - - - - - - - - - 0
5 K 14,5 4,6 12,3 1 4,6 9,6 3 18,4 19 13 100
60’ - - - - - - - - - - 0
90’ - - - - - - - - - - 0
120’ - - - - - - - - - - 0
6 K
60’
90’ LIBUR
120’
7 K 17 11,5 15,9 1 10,3 11,1 4,5 20 21,5 15,3 100
60’ - - - - - - - - - - 0
90’ - - - - - - - - - - 0
120’ - - - - - - - - - - 0

VI. Pemerian bahan


Klasifikasi Phaseolus radiatus (kacang hijau)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Phaseolus
Jenis : Phaseolus radiatus
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini Biji kacang hijau yang akan ditanam, terlebih dahulu direndam di
dalam air untuk mengetahui biji mana yg baik untuk ditanam. Biji yang baik untuk ditanam adalah
biji yang tenggelam saat perendaman. Hal ini karena biji yang tenggelam mempunyai viabilitas
yang baik. Perendaman dalam air selama 18 jam menyebabkan kulit biji menjadi lunak sehingga
air bisa masuk ke dalam biji dan enzim pertumbuhan bisa aktif. Terjadinya peristiwa tersebut
terjadi pula pematahan dormansi yang selanjutnya biji bisa berkecambah dan tumbuh. Masuknya
air ke dalam biji yang dorman mengakibatkan menurunnya hormon asam absisat dan etilen, serta
meningkatnya konsentrasi auksin. Hormon auksin disintesis oleh embrio dan ditransfer ke
kotiledo. Di kotiledo disintesis giberelin yang selanjutnya dikirim ke lapisan aleuron (lapisan
protein di sekitar endosperm). Giberelin di lapisan aleuron dapat memacu sintesis enzim
proteolitikum ( seperti amilase) yang mengubah biji menjadi glukosa yang berfungsi sebagai
energi bagi sel. Di dalam biji juga terdapat amino triptofan yang menjadi bahan dasar
pembentukan sitokinin. Sitokinin berfungsi sebagai hormon tumbuh yang digunakan biji untuk
berkecambah.
Dari biji yang telah direndam dalam air diambil 3 x 10 biji kacang hijau , diletakkan di
dalam cawan petri dan dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu 110 oC. Tiap 10 biji dipanaskan
selama 60, 90, dan 120 menit. Setelah diambil dari dalam oven, biji ditanam di atas cawan petri
yang telah diberi kapas dan dibasahi dengan air. Kapas digunakan sebagai media tumbuh biji,
sedangkan air digunakan untuk proses hidrolisis substrat sehingga jika ada air, substrat yang
berkadar tinggi akan turun kadarnya karena terlarut oleh air. Hal tersebut memudahkan untuk
terjadinya metabolisme selanjutnya.
Pada hari pertama penanaman biji kontrol semuanya mengalami perkecambahan.
Sedangkan biji yang telah mengalami pemanasan selama 60 menit, 90 menit, maupun 120 menit
semuanya tidak mengalami pertumbuhan. Begitu seterusnya sampai hari ke tujuh. Pengaruh
suhu terhadap perkecambahan berbeda-beda bagi berbagai macam biji. Batas suhu minimal
adalah 0o C dan batas maksimalanya adalah 65 o C. Pada suhu yang amat rendah dan amat tinggi,
presentase perkecambahan sangat rendah (Tjitrosoepomo, 1999). Hal tersebutlah yang
menyebabkan biji yang telah dipanasi di dalam oven dengan suhu 110 0C tidak bisa tumbuh, suhu
pemanasan melebihi batas suhu maksimal untuk masih bisa berkecambah sehingga enzim –
enzim yang terdapat di dalam biji, terutama enzim yang dipakai untuk pertumbuhan menjadi
rusak. Kerusakan enzim menyebabkan terhambatnya perombakan bahan makanan yang ada di
embrio sehingga biji kekurangan makanan untuk pertumbuhannya. Apabila hal tersebut
berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan biji mengalami kematian.
Pada biji yang digunakan sebagai kontrol , biji nomor 4 mengalami pertumbuhan yang
sangat lambat dibandingkan dengan biji-biji kontrol yang lain. Hal tersebut mungkin disebabkan
avaibilitas biji tersebut rendah. Perbedaan kecepatan pertumbuhan disebabkan oleh kualitas biji
yang berbeda – beda.
VIII. Kesimpulan
1. Suhu tinggi dapat mempercepat perkecambahan tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat
merusak enzim sehingga menghambat perkecambahan.
2. Pemanasan pada 110oC selama 60. 90, dan 120 menit menyebabkan biji tidak dapat
tumbuh.

IX. Daftar Pustaka


Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
Santosa, Djoko. 2007. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tjitrosoepomo, G. 1999. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
agricia.wordpress.com
www.tanindo.com

Anda mungkin juga menyukai