Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRATIKUM

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS POC CROCOBER PLUS TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN SUNGKAI (PARONEMA CANESCENS)

RAHMAD ALFIERO ELENGI

20260018

D0SEN MATA KULIAH

Dr. Ir .YUSNAWETI AMIR ,MP

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2021
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
1.1.Latar belakang........................................................................................................................4
1.2.Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................4
2.1.Sungkai (Peronema canescens)..............................................................................................4
2.2. Spesifikasi dan Ciri-ciri karyu sungkai.................................................................................8
BAB III. METODE PELAKSANAAN..................................................................................................8
3.1.Tempat dan Waktu.................................................................................................................9
3.2. Bahan dan Alat......................................................................................................................9
3.3.Rancangan Percobaan............................................................................................................9
BAB IV. HASIL.......................................................................................................................................9
4.1.Jumlah Tunas dan Panjang Tunas (cm)...............................................................................10
4.2.Jumlah daun setiap tunas (helai)..........................................................................................10
4.3.Panjang Daun (cm) Dan Lebar Daun (cm).........................................................................10
BAB V. KESIMPULAN........................................................................................................................10
5.1.kesimpulan...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Penempatan Petak Percobaan Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL). 13
Lampiran 2. Perhitungan Analisis Sidik Ragam.................................................................................14
3(a). Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah tunas........................................................................14
3(b). Tabel Analisis Sidik Ragam Panjang tunas (cm)..............................................................14
3(c). Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah daun setiap tunas (helai)..........................................14
3(d). Tabel Analisis Sidik Ragam Panjang daun (cm)...............................................................14
3(e). Tabel Analisis Sidik Ragam Lebar daun (cm)...................................................................15
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan dialam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada teman-teman sekalian dan
terkhusus kepada dosen pembimbing kami yang telah membantu, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Laporan ini ditulis dengan berpedoman pada
literatur – literatur komoditi jagung .

Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang luas kepada penulis maupun
pembaca. Walaupun makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karenanya penulis
mohon untuk kritik dan sarannya. Terima kasih.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Pohon Sungkai mempunyai musim berbunga dan berbuah yang berbeda-beda menurut
penyebaran tempat tumbuhnya. Di Jawa berbunga pada bulan Juni dan Juli, di Sumatera Selatan
Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret – Juni, tiap kilogram biji
berisi 262.000 butir dan di Kalimantan antara Januarai dan Februari. Bunga Sungkai berbentuk
malai di ujung atau ketiak daun atas, ukurannya besar dan bercabang-cabang dengan panjang
sekitar 20- 60 cm.

Pada umumnya Buah akan muncul setelah dua bulan musim bunga. Buah Sungkai berupa
buah batu beruang empat, kering, bulat, kecil dan berbiji banyak. Namun biji Sungkai sulit
dikecambahkan, dan berdasarkan data literature, prosentase kecambah bijinya hanya 30 %,
karena itu untuk Pembibitan digunakan Vegetatif/stek.

Pohon sungkai dapat ditemukan di daerah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,


Sumatera Selatan, Jawa Barat dan hampir seluruh wilayah Kalimantan

Pohon sungkai dapat tumbuh mencapai ketinggian antara 20 m hingga 30 m dengan


cabang mencapai 10 m. Diameter batang sungkai sekitar 60 cm dengan batang lurus dan
berlekuk dangkal, tidak berbanir, serta ranting dipenuhi bulu-bulu halus. Sungkai berbuah
sepanjang tahun.

1.2.Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organic cair (POC) terhadap pertumbuhan
tanaman sungkai (Peronema canescens).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sungkai (Peronema canescens) 

a. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbeaceae
Genus : Peronema
Spesies : Peronema canescens

b. Nama Daerah
 Di Indonesia biasa dikenal dengan nama sungkai atau jati sabrang.

c. Penyebaran dan Tempat Tumbuh


Pohon sungkai tersebar di daerah Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah. Tempat tumbuh utama sungkai di hutan sekunder yang berair
dan kadang-kadang terdapat juga di hutan sekunder yang kering, akan tetapi tidak dijumpai di
hutan primer serta daerah yang periodik tergenang air. Sungkai umumnya tumbuh baik pada
ketinggian 0 – 600 meter dengan tipe iklim A – C menurut tipe curah hujan Schmidt dan
Ferguson. Penanaman pohon sungkai memerlukan tanah yang baik sedangkan ditanah margel
tidak dianjurkan karena tanaman akan menjadi layu dan kering.

d. Habitus

Bentuk batang sungkai lurus dengan parit kecil, tetapi kadang-kadang bentuk batangnya jelek
akibat serangan hama pucuk, kulit luarnya berwarna abu-abu atau sawo muda, beralur dangkal,
mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kulit luar penampangnya berwarna kuning, coklat atau merah
muda. Rantingnya penuh dengan bulu-bulu. Ciri yang lainnya adalah bunga dalam kedudukan
malai, cabangnya lebar-lebar dan letaknya berpasangan, panjang 20 – 40 cm. Bunga letaknya
hampir duduk, kelopak bunga agak tertutup rapat dan berbulu. Ukurannya 1/2 mm – 2 mm,
warnanya hijau pada pangkal.

e. Kegunaan
 Kegunaan kayu sungkai cocok untuk rangka atap, karena ringan dan cukup kuat. Selain itu
ipakai juga untuk tiang rumah dan bangunan jembatan. Garis-garis indah mungkin baik untuk
vinir mewah, kabinet dan sebagainya. Kayunya mempunyai berat jenis 0,62 dan termasuk kelas
kuat II – III serta kelas awet III.
f. Budidaya
 a. Pemilihan Benih Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih (biji) dilakukan dengan cara
mengambil buah-buah yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi mengingat
perbanyakan secara vegetatif lebih mudah dilaksanakan, maka untuk pengadaan benih
penanaman dipakai stek batang, yang diambil dari terubusan-terubusan yang berumur lebih
kurang dua tahun pada tunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih sebagai induk dari
terubusan calon stek adalah tunggul yang berasal dari tegakan terpilih/tegakan plus.

b. Pembibitan Pemilihan Terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan dengan cara
memilih terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter lebih kurang 2,5 cm dan
panjang 25 cm – 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar, maka stek dapat diberi hormon
tumbuh (Roton F), kemudian ditanam/disemaikan dalam kantong plastik. Kantong-kantong
plastik sebaiknya dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua
kali sehari dan jika terserang hama/penyakit dilakukan pemberantasan dengan
insektisida/fungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan pada umur
lebih kurang 3 bulan.

c. Penanaman Sungkai dapat ditanam pada areal bekas tebangan dan semak belukar dengan
sistim jalur atau cemplongan. Disamping itu dapat juga ditanam pada areal yang terbuka dengan
pengolahan tanah total yang dapat dikombinasi dengan pemberian tanaman tumpang sari.
Kegiatan penanaman meliputi : 1. Persiapan Lapangan Dalam persiapan lapangan yang pertama
kali dilaksanakan adalah land clearing/pembabatan semak belukar, kemudian di ikuti dengan
pengolahan tanah. Untuk sistim jalur dan cemplongan, pekerjaan utama yang perlu dilaksanakan
adalah pembuatan dan pemasangan ajir. Arah pembersihan lapangan dilaksanakan sesuai dengan
ajir. Tahap selanjutnya adalah pembuatan lubang tanaman yang jaraknya sisesuaikan dengan
jarak tanam yg telah direncanakan yaitu 3 m X 2 m atau 4 m X 2m kemudian setelah berumur 5
tahun dilakukan penjarangan pertama. Lubang tanaman sebaiknya dibuat 7 – 15 hari sebelum
pelaksanaan penanaman, dengan ukuran lubang 30 cm X 40 cm X 30 cm.

2. Penanaman Bibit dalam kantong plastik yang telah diseleksi diangkut kea areal penanaman
yang jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan tanam perhari. Bibit ditanam satu persatu pada
setiap lubang denga terlebih dahulu melepas/menyobek bagian bawah kantong plastik secara
hati-hati agar tanahnya tidak pecah. Bibit ditanam berdiri tegak dan ditutup dengan tanah di
sekelilingnya ditekan dengan tangan dari samping agar tanah padat. Dalam penanaman harus
diusahakan agar batang dan akar tidak rusak atau bengkok.

3. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman adalah penyulaman, penyiangan,


pendangiran, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakit. Penyulaman dilakukan pada tahun
pertama dan tahun kedua, sedangkan kegiatan penyiangan, pendangiran dan pemupukan
sebaiknya dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim penghujan serta
dilaksanakan sampai tanaman cukup besar. Pemberantasan hama dan penyakit hanya
dilaksanakan sewaktu-waktu yaitu jika ada serangan hama/penyakit atau diperkirakan akan
terjadi serangan penyakit. Hama yang menyerang tanaman sungkai antara lain penggerek batang
dan penggerek pucuk. Serangan penggerek tersebut dapat diberantas dengan insektisida yang
bersifat sistemik.
Kayu sungkai adalah salah satu jenis kayu pertukangan yang sangat familier di Indonesia.
Sebab, kayu sungkai memang sangat sering digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan
seperti : untuk keperluan pembuatan aneka produk mebel indoor, vinir atau bahkan digunakan
sebagai kayu bangunan untuk membuat rangka atap. Dalam hal ini, kayu sungkai dipilih
bukannya tanpa pertimbangan, kayu sungkai dipilih karena, secara garis besar kualitasnya
memang terbukti bagus, meskipun tidak sebagus kualitas kayu jati ataupun kayu sonokeling.
Tetapi, sebagai kayu pertukangan, kualitas kayu sungkai sudah tergolong cukup bagus dan juga
sangat disenangi oleh para pekerja, sebab kayu sungkai dapat dengan mudah dikerjakan atau
diproses (dibentuk dan dipotong) sehingga tidak ada kesulitan ketika memprosesnya. 
Sungkai merupakan salah satu jenis tanaman Hutan yang banyak terdapat di Provinsi Kalimantan
Tengah, Tanaman ini mempunyai nilai yang cukup tinggi mengingat tanaman ini dapat
digunakan selain untuk Exterior rumah tapi juga dapat digunakan untuk interior rumah, seperti
perabotan rumah dan lain sebagainya. Adapun ciri-ciri dari tanaman ini antara lain :
• memiliki daun majemuk ( 1 tangkai memiliki banyak helai daun)
• Bentuk daun panjang dan meruncing
• daun muda berwarna coklat sampai kemerahan
• batang memiliki ruas/buku
• Warna batang hijau kecoklatan
Sungkai dapat tumbuh di segala jenis tanah, tetapi lebih optimal didaerah yang memiliki banyak
topsoil dan memerlukan daerah yang banyak air (bukan daerah yang tergenang air). Di daerah
Kalimantan Barat pun sudah mulai membudidayakan tanaman hutan ini dalam skala yang besar.
Cara budidaya tanaman ini tidak terlampau sulit, seperti layaknya tanaman hutan lainnya. Sekilas
budidaya tanaman Sungkai yang kami ketahui adalah sebagai berikut:
1. Pembibitan
Perbanyakan tanaman Sungkai dapat diperoleh dengan cara Stek Cabang, biasanya
menggunakan cabang dengan diameter ± 3 cm, panjang stek ± 20 cm, warna batang yang baik
untuk stek adalah yang telah berwarna hijau kecoklatan, 1 stek sebaiknya memiliki 2-3 ruas. Stek
yang sudah dipotong-potong kemudian ditanam langsung dipersemaian ataupun polybag dengan
kedalaman tanam 1/3 – ½ dari panjang stek. Media tanam yang digunakan harus gembur dengan
campuran antara topsoil dan sekam/serbuk gergaji. Sebelum stek ditanam sebaiknya dicelupkan
terlebih dahulu dengan perangsang akar. Perawatan di pembibitan layaknya pembibitan tanaman
lain yaitu: Penyiraman rutin sehari 2 kali tergantung kondisi media (jangan terlalu basah),
kemudian dipupuk 2 kali dalam sebulan. Pengendalian HPT dilakukan jika terdapat gejala
serangan Hama atau Penyakit. Stek sudah siap tanam kelapangan jika telah berumur ± 4 bulan,
tinggi tanaman sekitar 40 cm, dan telah memiliki lebih dari 6 tangkai daun.
2. Perawatan di Lapangan
Karena Tanaman ini yang akan diambil hasilnya kemudian hari adalah batang utama maka jarak
tanam yang digunakan agak rapat yaitu 2×2, 3×3 atau 4×4. Sehingga populasi perhektarnya
(untuk 4×4) sebanyak 625 pk. Metode penanaman menggunakan lobang dengan jarak lobang 60
cm x 60 cm x 40 cm. Lobang yang telah dibuat diberi beri campuran media antara topsoil dan
TA/kompos. Perawatan tanaman dilapangan yang paling penting adalah Pemupukan dan
Pemangkasan tunas, sedangkan Pengendalian HPT tergantung serangan yang muncul. Penyakit
dan Hama yang sering menyerang tanaman ini tidaklah sebanyak tanaman Hortikultura.
Pemupukan dilakukan rutin sebanyak 4 kali/ tahun. Pemangkasan tunas sebaiknya dilakukan
sesering mungkin yaitu 2 x dalam sebulan karena batang utama nantinya sebagai hasil produksi
Selain itu, yang menjadi pertimbangan lainnya adalah faktor harga. Bila dibandingkan dengan
harga jenis kayu pertukangan lainnya seperti kayu jati atau kayu sonokeling, harga kayu sungkai
tergolong lebih murah sehingga lebih hemat biaya. Dan hal ini membuat permintaan terhadap
kayu sungkai selalu meningkat dari hari ke hari. Menjadikan kayu ini ke dalam golongan jenis
kayu komersial di Indonesia.

2.2. Spesifikasi dan Ciri-ciri karyu sungkai


 Warna kayu : gubal kayu berwarna putih (bila dikeringkan, biasanya warnanya berubah lebih
kekuning-kuningan), sedangkan warna kayu pada bagian terasnya biasanya sedikit agak
gelap atau agak tua  (antara warna bagian teras dan gubal hampir sama). Baca pengertian
kayu gubal dan kayu teras.
 Tekstur kayu : kayu sungkai umumnya bertekstur agak kasar
 Kesan raba pada permukaan kayu : permukaan kayu sungkai biasanya agak kesat
 Arah serat pada kayu : kayu sungkai biasanya memiliki arah serat lurus dan kadang-kadang
ada yang bergelombang.
 Tingkat keawetan : termasuk kelas awet III
 Tingkat kekuatan : termasuk kelas kuat II hingga III
 Daya retak : termasuk tinggi
 Tingkat kekerasan kayu : termasuk tinggi
 Sifat pengerjaan : mudah dikerjakan atau diproses

 Deskipsi
Pohon sungkai dapat tumbuh mencapai ketinggian antara 20 m hingga 30 m dengan cabang
mencapai 10 m. Diameter batang sungkai sekitar 60 cm dengan batang lurus dan berlekuk
dangkal, tidak berbanir, serta ranting dipenuhi bulu-bulu halus. Sungkai berbuah sepanjang
tahun.
Kulit luar tumbuhan sungkai berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal dan
mengelupas kecil dan tipis. Pohon sungkai menghasilkan kayu teras yang berwarna kuning
muda atau krem. Kayu sungkai memiliki ciri-ciri bertekstur kasar, kesat, tidak merata dengan
arah serat lurus dan terkadang bergelombang.
 penyebaran
Pohon sungkai dapat ditemukan di daerah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera
Selatan, Jawa Barat dan hampir seluruh wilayah Kalimantan.
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1.Tempat dan Waktu

Praktikum dalam bentuk percobaan lapangan ini dilaksanakan pada Rumah Pembibitan di
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Kelurahan Tanjung Gadang
Koto Nan Ampek Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh, dengan ketinggian tempat
± 514 mdpl. Waktu pelaksanaan mulai dari bulan Maret 2021 sampai Juni 2021.

3.2. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, kertas label, ajir, kamera,
meteran, pranet, bambu, kayu. Bahan yang digunakan adalah stek sungkai, POC Crocober plus.

3.3.Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5
perlakuan dan 4 ulangan, dalam satu ulangan terdapat 4 tanaman, seluruh tanaman merupakan
tanaman sampel. Data hasil pengamatan dirata-ratakan dan dianalisis secara statistika dengan uji
F pada taraf nyata 5% bila F hitung lebih besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji
Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%.

Perlakuannya yang diberikan adalah pemberian POC Crocober Plus dengan dosis,
sebagai berikut:

A : Tanpa perlakuan.
B : 5 ml/liter air
C : 10 ml/liter air
D : 15 ml/liter air
E : 20 ml/liter air
BAB IV. HASIL
4.1.Jumlah Tunas dan Panjang Tunas (cm)
Tabel 1. Pengamatan jumlah tunas dan panjang tunas sungkai pada pemberian beberapa dosis
POC Crocober Plus
Beberapa dosis POC Crocober Plus Jumlah tunas Panjang tunas (cm)
A 5,25 19,5
B 4,5 14,5
C 2,75 12,25
D 3,5 12,25
E 4,25 16,75
KK (%) 7,68 8,61
Analisis data secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5%

4.2.Jumlah daun setiap tunas (helai)


Tabel 2. Pengamatan jumlah daun setiap tunas pada pemberian beberapa dosis POC Crocober
Plus
Beberapa dosis POC Crocober Plus Jumlah daun setiap tunas(helai)

A 12
B 11
C 7,75
D 10,75
E 10,75
KK (%) 6,10
Analisis data secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5%

4.3.Panjang Daun (cm) Dan Lebar Daun (cm)


Tabel 2. Pengamatan panjang daun (cm) dan lebar daun (cm) pada pemberian beberapa dosis
POC Crocober Plus
Beberapa POC Crocober Plus Panjang daun (cm) Lebar daun (cm)

A 9,25 4,75
B 17 4,75
C 5,75 3,25
D 10,5 3,12
E 18,25 4,00
KK (%) 15,28 8,90
Analisis data secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5%

BAB V. KESIMPULAN
5.1.kesimpulan
Pengembangan tanaman sungkai yang dilakukan selama ini tidak didukung dengan pengetahuan
tentang teknik silvikultur yang tepat. Pada umumnya penanaman masih menggunakan pola
sederhana dengan menanam tanpa pemeliharaan. Teknik silvikultur belum diterapkan, setelah
ditanam tanaman sungkai dibiarkan “mandiri” tanpa sentuhan pemeliharaan singling/
penunggalan batang, prunning/pemangkasan dan thinning/penjarangan sehingga produktivitas
tidak maksimal. Peningkatan produktivitas tanaman sungkai dapat dilakukan dengan penerapan
silvikultur intensif, mulai dari penyediaan bibit, penanaman sampai dengan pemeliharaan
termasuk pengendalian hama dan penyakit, pemanenan serta pemuliaannya.
Melihat minat untuk menanam tanaman hutan mulai muncul akibat meningkatnya kesadaran
tentang manfaat lingkungan dan tingginya harga kayu, maka diperlukan suatu panduan
pengelolaan tanaman hutan khusunya jenis sungkai. Panduan ini sengaja disusun dengan bahasa
yang sederhana agar mampu menjawab kebutuhan para petani tanaman hutan di lapangan.
Melalui buku ini, diharapkan riap tanaman akan meningkat dan mampu menghasilkan kayu
berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Smith J.S.C and O.S. Smith. 1989. The description and assessment of distances between inbred
lines of maize. II. The utility of morphological, biochemical and genetic descriptors and a
scheme for testing of distinctiveness between inbred lines. Maydica 34: 151-161. Smith, M.K.
and S.D.Hamil.1993. Early detection of dwarf off types on micropropagated cavendish bananas.
Australian Journal of Experimental

Agriculture 33 e. Williams J.G.K, A.R Kubelik, K.J. Livak, J.A. Rafalski and S.V. Tingey. 1990
Lampiran 1. Denah Penempatan Petak Percobaan Menurut Rancangan Acak Lengkap
(RAL)

I II III IV

U
E D A C

C A B E

B C D A

A B C D

D E E B

Ket :

I, II, III, IV = Ulangan

A, B, C, D, = Perlakuan.
Lampiran 2. Perhitungan Analisis Sidik Ragam
3(a). Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah tunas
Sumber F tabel
db JK KT F Hit Ket
Keragaman 5%
Perlakuan 4 14,70 3,68 1,52 3,06 NS
Galat 15 36,25 2,42
Total 19 50,95
NS:berbeda tidak nyata

3(b). Tabel Analisis Sidik Ragam Panjang tunas (cm)


Sumber F tabel
db JK KT F Hit Ket
Keragaman 5%
Perlakuan 4 154,70 38,68 0,92 3,06 NS
Galat 15 630,25 42,02
Total 19 784,95
NS:berbeda tidak nyata

3(c). Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah daun setiap tunas (helai)
Sumber F tabel
db JK KT F Hit Ket
Keragaman 5%
Perlakuan 4 40,70 10,18 1,00 3,06 NS
Galat 15 152,25 10,15
Total 19 192,95
NS:berbeda tidak nyata

3(d). Tabel Analisis Sidik Ragam Panjang daun (cm)


Sumber F tabel
Keragama db JK KT F Hit Ket
n 5%
Perlakuan 4 451,30 112,83 1,31 3,06 NS
1293,2
Galat 15 5 86,22
1744,5
Total 19 5
NS:berbeda tidak nyata
3(e). Tabel Analisis Sidik Ragam Lebar daun (cm)
Sumber F tabel
db JK KT F Hit Ket
Keragaman 5%
Perlakuan 4 9,80 2,45 0,78 3,06 NS
Galat 15 46,94 3,13
Total 19 56,74
NS:berbeda tidak nyata
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai