Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“CANGKOK TANAMAN JAMBU KRISTAL MENGGUNAKAN


MEDIA TANAH DAN COCOPEAT (Psidium guava)”

DOSEN PENGAMPU :

Ir, Gusniwati, M.P.

Ir. Nyimas Myrna Elsa Fathia, m.p.

Trias Novita, S.P, M. Si.

Disusun Oleh :

Muhammad Yusuf Febriyanda (D1A017037)

Ali Fikri (D1A017108)

Muhammad Zhainul Habib (D1A017117)

Abdi Saputra (D1A017100)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “CANGKOK TANAMAN JAMBU KRISTAL
MENGGUNAKAN MEDIA TANAH DAN COCOPEAT (Psidium guava)”

Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari


sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Jambi, Februari 2020

penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1. Latar Belakang .......................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................
1.3. Tujuan .....................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
2.1 Botani Tanaman Jambu Biji ..................................................................
2.2 Botani tanaman jambu Kristal ...............................................................
2.3 Persyaratan Tumbuh Tanaman Jambu Biji .........................................
2.4 Syarat tumbuh tanaman jambu Kristal .................................................
1. Iklim ....................................................................................................
2. Tanah...................................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
3.1 Media Cocopeat ........................................................................................
3.2 Keuntungan dan Kerugian Mencangkok ..............................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Brazilia, Amerika Tengah oleh
Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia,
Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Jambu
biji memiliki nama latin Psidium guajava. Psidium dari bahasa Yunani Kuno yang
artinya delima, sementara guajava diadaptasi dari bahasa Spanyol yaitu Guabaya
yang merupakan sebutan orang Spanyol untuk pohon jambu biji (Morton 1987).

Jambu biji pertama kali didomestikasi di daerah Peru. Ini dibuktikan adanya
jambu biji yang ditemukan bersama biji jagung, kacang-kacangan, labu dan
tanaman lainnya. Penjelajah berkebangsaan Eropa kemudian membawa buah itu
ke Afrika, Asia, India, dan wilayah tropis Pasifik (Morton 1987). Seiring dengan
berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand,
Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia dan Australia. Jambu biji menjadi tanaman
yang dikomersialkan (Parimin 2005). Jambu biji ini sering disebut juga: Jambu
batu, Jambu biji, Jambu kluthuk (Jawa), giawas (Papua); guava (Inggris); Jambu
Batu, Jambu Biji (Melayu); Bayabas, Guayabas, Kalimbahin (Pilipina); Fan shi

Jambu kristal merupakan jambu biji yang hampir tanpa biji. Berasal dari
Taiwan yang banyak digemari karena rasanya yang segar dan nikmat, biji yang
sangat minim dan daging yang sangat tebal. Jambu ini memiliki daya saing tinggi
karena memiliki beberapa keunggulan yaitu: unggul dalam cita rasa yang segar,
manis, kres, berdaging tebal dan hampir tanpa biji, mudah dibudidayakan,
frekuensi panen yang tinggi, peluang wirausaha yang tinggi baik buah dan
pembibitan, dengan harga jual jambu ini di tingkat petani sekitar.
Pada umumnya mencangkok biasa dilakukan dengan cara
melukai/menyayat hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau
ranting sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil. Selain cara diatas, ada tekhnik
lain mencangkok yaitu dengan tanpa melukai batang. Mencangkok dilakukan
dengan cara melilitkan kawat pada batang yang telah memiliki kriteria layak
untuk cangkokan kemudian dibalut dengan media yang kering.
Metode mencangkok tanpa menyayat (lilit kawat pada batang) akan
menghemat waktu dan hasil cangkokan lebih banyak apalagi bila permintaan
kebutuhan bibit meningkat. Penggunaan kawat yang dililitkan pada batang
tanaman, media tanam, zat pengatur tumbuh dapat dilakukan sebagai upaya untuk
mengatasi kendala yang muncul dalam mencangkok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu Cangkok.
2. Untuk mendapatkan pemahaman budidaya Tanaman Jambu Dengan
Cangkok.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tekhnik mencangkok yang tepat untuk pembentukan
akar pada tanaman jambu kristal.
2. Untuk mengetahui zat pengatur tumbuh dalam pembentukan akar pada
tanaman jambu kristal.
3. Untuk mengetahui media yang terbaik dalam mencangkok tanaman jambu
kristal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Jambu Biji


Jambu biji adalah tumbuhan dengan batang yang berkayu, mengelupas,
bercabang, dan berwarna cokelat, kulit batang licin. Daun berwarna hijau dan
tunggal, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata berhadapan, petulangan daun
menyirip berwarna hijau kekuningan. Bunganya termasuk bunga tunggal, terletak
di ketiak daun, bertangkai, kelopak bunga berbentuk corong. Pada mahkota bunga
berbentuk bulat telur, benang sari pipih berwarna putih atau putih kekuningan.
Berbentuk bulat seperti telur dan bijinya kecil-kecil, keras, dan dalam nya
berwarna merah pada jambu biji (Alvane 2009).

2.2 Botani tanaman jambu kristal


Jambu biji kristal (Psidium guajava L.) merupakan anggota dari keluarga
Myrtaceae. Genus Psidium mencakup sekitar 150 spesies, tetapi Psidium guajava
adalah buah yang paling banyak dari genus ini (Pommer dan Murakami 2009).

Gambar 1 Jambu kristal (Psidium guajava L.) (Pusat Penyuluhan Pertanian 2014)

Kedudukan tanaman jambu kristal dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan


sebagai berikut:
1) Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
2) Sub kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
3) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
4) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
5) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
6) Sub Kelas: Rosidae
7) Ordo: Myrtales
8) Famili : Mirtaceae
9) Genus : Psidium
10) Spesies : guajava L.
Jambu kristal memiliki kandungan biji kurang dari 3% dari bagian buah,
daging buahnya renyah, sepintas jambu kristal hampir tidak berbiji. Permukaan
buah ada tonjolan tidak merata. Bobot buah 250─500 gram per buah. Warna kulit
luar hijau muda, sedangkan daging buahnya putih. Tekstur daging buah renyah
saat hampir matang dan empuk saat puncak kematangan. Buah ini memiliki kadar
kemanisan pada kisaran 11─12o brik, serta mengandung banyak air. Pada
penyimpanan jangka panjang, jambu kristal bisa tahan simpan dengan busa jaring
dan penutup plastik hingga 1 bulan pada suhu 5─7oC (Wang 2011).

Jambu kristal mulai berbuah umur 7 bulan asal bibit cangkok dan mampu
memproduksi 5─7 buah per pohon dengan bobot 300 gram per buah. Pada umur 2
tahun, sekali berbuah jumlahnya 15─30 buah per pohon dengan produksi
mencapai 70─80 kg per pohon selama 6 bulan. Tanaman ini berbuah sepanjang
tahun. Panen raya dapat dilakukan 2 kali dalam 1 tahun yakni Desember-Maret
dan Juni-September. Namun, itu bukan patokan karena petani dapat mengatur
sendiri panen raya dengan mengatur pemangkasan. Perawatan intensif
menghasilkan umur ekonomis 10─20 tahun.
Menurut Chiu Wen Chi, ahli jambu kristal dari Misi Teknik Taiwan, sebuah
kerjasama diplomasi Indonesia dan Taiwan, jambu biji ini dikatakan kristal karena
warna daging buahnya yang bening keputihan dan secara kasat mata bentuk buah
yang berlekuk-lekuk tidak bulat rata sempurna menyerupai bentuk kristal (Wang
2011).

Gambar 2 Bentuk fisik jambu kristal (Psidium guajava L.)


2.3 Persyaratan Tumbuh Tanaman Jambu Biji

Jambu biji merupakan tanaman tropis dan dapat tumbuh di daerah sub tropis
dengan intensitas curah hujan yang sesuai antara 1000─2000 mm per tahun dan
merata sepanjang tahun. Dapat tumbuh berkembang dan berbuah optimal pada
suhu sekitar 22─28 oC di siang hari. Jambu biji dapat tumbuh pada semua jenis
tanah. Kondisi media perakaran yang disukai jambu biji adalah subur dan gembur
serta banyak mengandung N dan bahan organik. Tekstur tanah yang ideal adalah
liat dan sedikit pasir. Jambu biji dapat beradaptasi pada selang pH yang lebar
yaitu 4.5 sampai 8.2. Jambu biji menyebar dan tumbuh subur di daerah tropis
dengan ketinggian tempat antara 5─1200 m di atas permukaan laut (Tim
Biofarmaka IPB 2006).

2.4 Syarat tumbuh tanaman jambu kristal

1. Iklim
Jambu biji kristal termasuk tanaman yang dapat tumbuh baik pada
iklim hangat (tropis). Curah hujan yang dinginkan untuk penanaman jambu biji
kristal sekitar 1.000 hingga 3800 mm per tahun. Sedangkan suhu berada pada
kisaran 15 hingga 34 oC dan kelembaban udara antara 70 hingga 90%. Apabila
udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin
uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji kristal.
Ketinggian tempat yang cocok untuk penanaman jambu biji kristal adalah 50
hingga 1000 m dpl. Penanaman jambu biji kristal di ketinggian lebih dari 1000
dpl tidak disarankan. Semakin tinggi ketinggian tempat, suhu semakin rendah dan
awan cenderung makin rapat. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi lambat, bunga banyak yang gagal berkembang karena
pertumbuhan bunga tidak menentu, produksi buah otomatis berkurang (Wang
2011).
Unsur iklim lain yang memberikan peranan dalam kehidupan tanaman
jambu biji kristal adalah penyinaran matahari. Jambu kristal memerlukan sinar
matahari penuh untuk fotosintesis terutama pada saat pembentukan buah. Artinya,
lokasi penanaman yang tepat adalah lahan terbuka dengan penyinaran matahari
sepanjang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil.
Pada budidaya jambu biji kristal, angin berperan dalam penyerbukan, namun
angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan bunga. Waktu yang ideal
tanaman jambu kristal berbunga adalah pada saat bulan Juli-September (musim
kemarau), sedangkan bulan November-Februari (musim penghujan) merupakan
waktu ideal tanaman ini untuk menghasilkan buah (Hodijah 2013).
2. Tanah
Jambu kristal dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah bahkan tanah yang
bertekstur sedikit keras asalkan tanah bagian atas (top soil) cukup gembur untuk
meloloskan perakaran agar kuat mencengkeram tanah. Misalnya, jenis tanah
grumusol yang memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi dan mampu
memegang air. Jambu di kawasan itu akan cepat tumbuh subur dan mampu
menghasilkan buah berkualitas baik. Namun, akan lebih baik jika bagian tanah
yang dapat mencengkeram air berada hingga kedalaman 0.5─1 m, hal ini
dikarenakan perakaran menyebar pada kedalaman tersebut. Selain itu, lubang
tanam dibuat cukup luas dengan tujuan agar akar tanaman muda dapat
berkembang secara leluasa.
Daya adaptasi pohon juga cukup luas mulai dari pH tanah 4.5─8.2. Bila
kurang dari pH tersebut (tanah yang terlalu masam) maka dapat diatasi dengan
menambahkan kapur pertanian terlebih dahulu. Akan tetapi, idealnya penanaman
dilakukan pada pH tanah 6.5─7.5. Saat musim hujan usahakan air tidak
menggenangi lahan, bila perlu setiap pohon dibumbun. Tujuan ini diharapkan
perakaran mampu berkembang dengan baik. Jika mendapati kondisi lahan yang
tidak sesuai, misalnya kandungan bahan organik tanah sedikit, beberapa perlakuan
dapat dilakukan seperti menambahkan bahan organik berupa pupuk kandang lebih
banyak pada lubang tanam. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi
biasanya lebih gembur, sedikit basah (mudah memegang air), dan tidak pecah
pecah(Mariati,2013).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

NO GAMBAR KETERANGAN

Ini merupakan hasil pemisahan sabut kelapa


1 hingga menjadi seperti serbuk yang halus
yang disebut cocopeat

ini merupakan proses pembungkusan media


2
cocopeat ke dalam plastik

ini merupakan proses pencangkokan dengan


3
media cocopeat

Ikat lah media cocopeat seerat mungkin higga


4 tidak bergoyang dan membuat proses
pencangkoakn berjalan baik.
Alat & Bahan Mencangkok
 Pisau
 Gunting
 Cocopeat
 Tanah
 Tali rafia
 Tabung bambu / plastic bening / sabut kelapa atau ijuk untuk membalut

Cara Kerja
1. Pilihlah batang pohon Jambu Kristal yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu
mudah. Ukurannya disesuaikan.
2. Kikis batang tersebut dengan menggunakan pisau. Panjang luka keratan
kurang lebih 5-10 cm.
3. Kambium yang terdapat dibatang harus dibersihkan terlebih dahulu. Anda
bisa membersihkannya dengan cara mengeriknya. Bisa juga dilap
4. Tunggu hingga mengering terlebih dahulu. Sampai benar-benar kering.
5. Berikan zat perangsang tumbuh (ZPT), misalnya yang paling populer
adalah clonex, bawang ,merah dan putih dan pupuk andalan Anda pada
bagian batang yang sudah dikerat.
6. Ambil media cocopeat kemudian kepalkan dan balut pada bagian batang
tadi. Pastikan semua bagian batang yang sudah dikerat tertutup media
dengan sempurna.
7. Bungkus sayatan tersebut dengan menggunakan media pembalut yang
Anda gunakan. Bisa plastic bening, sabut kelapa dan sebagainya.
Kemudian ikat dengan tali rafia sampai kencang.
8. Sirami batang cangkokan tersebut bila tampak mulai mongering.
9. Kurang lebih selama 3 sampai 4 bulan dan akar sudah mulai tumbuh,
balutan plastiknya bisa Anda lepas dan cangkokan bisa ditanam pada
media yang baru.
10. Potong bagian daun dan ranting kecil, supaya tidak berpengaruh pada
pertumbuhan cangkokannya.
11. Buka bungkus cangkokannya dengan hati-hati.
12. Tanam batang cangkokan pada polybag terlebih dahulu sampai daun dan
rating bertumbuh.
13. Jika ranting dan daun udah tumbuh, batang cangkokan bisa ditanam pada
tanah.

3.1 Media Cocopeat


Persentase keberhasilan cangkok hidup adalah sebesar 83,33% yaitu
berjumlah 10 unit dari 12 unit. Indikator bahwa cangkok tersebut hidup adalah
pucuk cabang cangkok masih terdapat daun dan terlihat segar hingga akhir
pengamatan. Cangkok yang mati disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
lingkungan, genetik, dan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Komposisi cocopeat terdiri dari 75% karbohidrat dan 25% lignin.


Karbohidrat adalah golongan selulosa polisakarida yang sangat kompleks dan
hemiselulosa sedangkan lignin adalah polimer yang juga kompleks. Dengan
cadangan selulosa dan lignin yang dimiliki sangat tinggi, maka cocopeat dapat
menjadi sumber makanan dan tempat tumbuh berkembang biak yang baik bagi
mikroorganisme yang menguntungkan untuk tanaman.

Beberapa jenis mikroorganisme yang menguntungkan zona akar dapat


tumbuh dan berkembang biak dengan baik di media cocopeat ini
adalah rhizobacteria (PGPR) dan beberapa jenis mikroriza lainnya. Fungi
seperti Aspergillus nidulans menghasilkan enzim yang disebut selulase untuk
memecah selulosa hingga menjadi sumber asupan makanan dan energi untuk
semua mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman.

Cocopeat mempunyai kandungan kalium (K) dan fosfor (P) yang sangat
tinggi. Selain itu. Cocopeat juga mengandung unsur nitrogen (N), tembaga (Cu),
boron (B), klorin (Cl), besi (Fe), molibdenum (Mo), kalsium (Ca), mangan (Mn),
magnesium (Mg) dan seng (Zn). Dari macam-macam unsur hara yang terkandung
dalam cocopeat tersebut merupakan unsur hara yang paling dibutuhkan oleh
tanaman untuk menunjang pertumbuhannya. Cocopeat juga bersifat reuse, reuse
artinya dapat dipergunakan kembali untuk tanaman selanjutnya. Tapi dengan
catatan setelah panen cocopeat harus ditambahkan larutan enzim dan mencuci nya
untuk menghilangkan sisa garam dan sterilisasi yang terkandung didalamnya.
Kekurangan Cocopeat Karena kebanyakan pohon kelapa ditanam atau
tumbuh di pinggiran pantai, Maka cocopeat yang dihasilkan dari sabut kelapa nya
mengandung konsentrasi klorin dan natrium yang sangat tinggi sehingga bisa
meracuni tanaman yang menumbuhinya. Pengolahan sabut kelapa yang kurang
tepat untuk membuat cocopeat juga dapat meninggalnya zat tanin yang dapat
menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

3.2 Keuntungan dan Kerugian Mencangkok

A. Keuntungan Dari Mencangkok:


 Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan
tumbuhan yang ditanam dari biji. Tumbuhan yang dicangkok memiliki
sifat yang sama dengan induknya.
 Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok
akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan
kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.
 Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya
tinggi atau di pematang kolam ikan.
B. Kerugian Dari Mencangkok:
 Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
 Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar
tunggang.
 Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong
 Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang
saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa
dilakukan dengan cara ini.
C. Adapun keuntungan dari mencangkok jambu kristal adalah:
 Kita bisa mendapatkan tanaman lebih banyak yang berbuah lebih cepat
dari biasanya.
 Mutu buah hasil pencangkokan biasanya sama bahkan lebih baik daripada
tanaman induknya.
D. Sedangkan kekurangannya adalah :
 Pohon jambu kristal yang diperoleh dari hasil cangkokan hanya memiliki
akar serabut yang cenderung rapuh, hal ini kemudian akan menyebabkan
pohon jambu kristal lebih mudah roboh jika dibandingkan dengan tanaman
yang murni berasal dari perkembangbiakan dengan biji.
 Memiliki produksi yang lebih sedikit dan terbatas jika dibandingkan hasil
produksi yang dihasilkan oleh pohon indukannya.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pencangkokan jambu kristal menggunakan media cocopeat lebih baik
dalam kemunculan kalus, jumlah akar dan panjang akar. Kekurangan Cocopeat
Karena kebanyakan pohon kelapa ditanam atau tumbuh di pinggiran pantai, Maka
cocopeat yang dihasilkan dari sabut kelapa nya mengandung konsentrasi klorin
dan natrium yang sangat tinggi sehingga bisa meracuni tanaman yang
menumbuhinya.
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, R., MP Yufdi, dan MT Soemantri. 1989. Pengaruh Air Kelapa


Terhadap Pertumbuhan Setek Panili. Pemb Littri. 15 (2):79-83.
Anonimous. Perbanyakan Tanaman Jambu Non Biji. Balai Penelitian Tanaman
Buah Tropika. Jakarta.
Christiani. 2011. Perbanyakan Tanaman Melinjo Dengan Tekhnik Cangkok Di
Kebun Benih hortikulturan Tejomantri Wonorejo Polokarto Sukoharjo.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai