Anda di halaman 1dari 17

BENIH

ORTODOKS DAN
REKALSITRAN
Oleh Kelompok 6
ANGGOTA KELOMPOK
1. Illel Febriani 2210213050
2. Khayla Arditha Maharani 2210212047
3. M Rakha Arbain 2210213086
4. Della Mulia Putri 2210213055
5. Farel Antony 2210213013
PENGERTIAN

A. Ortodoks
Ortodoks adalah benih yang pada masak panen /
fisiologi memiliki kandungan kadar air yang relatif
rendah . Biji kelompok ortodoks dicirikan oleh sifatnya
yang bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan .
Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan
yang berarti dengan penurunan kadar air hingga di
bawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa disimpan dalam
kadar air yang rendah .
CIRI-CIRI BENIH ORTODOKS

(a) mengering ketika masak.


(b) dapat dikeringkan kurang dari 5% tanpa kerusakan.
(c) dapat disimpan pada suhu -18 0C.
(d) daya simpannya lama.
(e) umumnya tidak dorman.
PERTUMBUHAN BENIH
ORTODOKS
Benih ortodoks mengalami pertumbuhan mulai dari kecambah hingga
pertumbuhan semai. Bentuk tumbuhan lengkap dari benih ortodoks hanya
sampai bibit berukuran kecil. Pertumbuhan pada tingkat bibit memerlukan
beberapa perlakuan yang meliputi jenis media tumbuh, tingkat naungan,
pemberian hara secara makro maupun mikro, dan penambahan
mikroorganisme yang mempercepat, memperkuat serta menyehatkan
pertumbuhan bibit.
PENGUJIAN BENIH
ORTODOKS
Pengujian benih ortodoks dikenal dengan nama uji vigor. Pada uji ini,
pengujian meliputi pengukuran besaran nilai daya berkecambah,
kemampuan pertahanan hidup, kapasitas pertumbuhan di suatu lahan dan
kemampuan bertahan hidup pada kondisi suboptimum. Pada benih
ortodoks yang kualitasnya telah menurun diadakan perlakuan invigorasi.
Tujuan invigorasi adalah meningkatkan kembali kualitas dari benih ortodok
di antaranya dengan priming osmotik.
CONTOH BENIH
ORTODOKS
Benih ortodoks adalah benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang
relatif lama dengan kadar air dapat diturunkan sampai di bawah 10%, dan
dapat disimpan pada suhu dan kelembaban yang rendah. Contoh benih
ortodoks meliputi padi, kopi, cabe, tomat, terung, pepaya, bawang merah, sawi,
sengon, akasia, dan beberapa jenis tanaman hutan seperti Weru, Pilang, Saga,
Kemiri, Johar, Ganitri, Gmelina, Lamtoro, dan Mindi
PENGERTIAN
B. Rekalsitran
Rekalsitran adalah benih yang sangat peka terhadap
pengeringan dan akan mengalami kemunduran pada
kadar air dan suhu yang rendah . Pada saat masa
panen / fisiologi memiliki kandungan air yang relatif
tinggi . Biji tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain hanya
mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-90 %).
Penurunan kadar air bada biji tipe ini akan berakibat
penurunan viabilitas biji hingga kematian , sehingga biji
tipe ini tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah .
CIRI-CIRI BENIH REKALSITRAN

(a) tidak mengering ketika masak,


(b) peka pengeringan,
(c) peka suhu rendah,
(d) mudah terserang cendawan,
(e) daya simpannya singkat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SENSITIVITAS
TERHADAP PENGERINGAN BENIH REKALSITRAN

1 Pengeringan pemasakan dan toleransi pengeringan

Toleransi terhadap pengeringan meningkat selama


perkembangan benih di pohon induk (Wirawan, 1992). Tidak
seperti benih ortodok, pengeringan pemasakan ke kadar air
yang rendah tidak terjadi pada benih rekalsitran. Benih
rekalsitan segar mempunyai kadar air yang tinggi, sebagai
contoh 36% untuk benih tanaman karet.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SENSITIVITAS
TERHADAP PENGERINGAN BENIH REKALSITRAN

2 Toleransi pengeringan embrio 3 Pengaruh metode pengeringan

Pengeringan embrio yang dieksisi atau Beberapa peneliti melaporkan


embrio axes dapat dipertimbangkan bahwa pengeringan yang cepat
dapat mematikan benih
sebagai praktik potensial untuk
rekalsitran dari pada
konservasi in-vitro embrio benih
pengeringan yang berjalan
rekalsitran, karena embrio lebih mampu lambat
tahan pada kadar air rendah daripada
benih secara keseluruhan
DAYA SIMPAN BENIH REKALSITRAN PADA
KONDISI PENYIMPANAN LEMBAB
Hingga saat ini, tidak ada metode yang sesuai untuk mempertahankan viabilitas
benih rekalsitran dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh benih-benih
rekalsitran sangat sensitif terhadap pengeringan dan tidak mampu disimpan pada
suhu di bawah 0° C karena benih-benih tersebut akan mengalami kerusakan dan
kematian disebabkan oleh pembentukan es pada kondisi kadar air tinggi. Beberapa
benih rekalsitran juga mengalami kerusakan akibat luka pembekuan pada suhu
10°-15° C atau suhu di bawahnya. Daya simpan benih rekalsitran sangat singkat,
terutama untuk jenis-jenis yang beradaptasi pada lingkungan hutan tropis
PERTUMBUHAN BENIH
REKALSITRAN
Benih rekalsitran akan mengalami penuaan dan deteriorasi atau kemunduran
benih selama dalam penyimpanan, sehingga daya berkecambahnya akan
menurun. Syarat mutu fisiologis benih rekalsitran yaitu daya berkecambah
antara 60-100% Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
benih rekalsitran yaitu karakteristik dan sifat.
PENGUJIAN BENIH
REKALSITRAN
Pengujian benih rekalsitran merupakan langkah penting dalam mengevaluasi kualitas benih
tersebut. Berikut adalah beberapa metode pengujian mutu benih rekalsitran yang dapat
dilakukan di laboratorium:

Pengujian daya berkecambah: Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui


kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang. Benih rekalsitran yang ekstrim
dapat memerlukan waktu beberapa hari hingga beberapa bulan untuk pengujian
daya berkecambahnya
Pengujian viabilitas: Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
benih untuk tetap hidup. Benih rekalsitran cenderung cepat rusak jika kadar
airnya rendah, oleh karena itu pengujian viabilitas menjadi penting untuk menilai
kualitas benih tersebut
CONTOH BENIH
REKALSITRAN
beberapa contoh benih rekalsitran yang dapat ditemukan di daerah tropis antara
lain:
Tanaman kehutanan seperti damar, tengkawang, dan kayu hitam
Tanaman buah-buahan seperti durian, rambutan, duku/langsat, nangka, mangga,
alpukat, manggis, dan kecapi/katapi
Tanaman perkebunan seperti kakao, kopi, teh, kelapa, karet, cengkeh, kelapa
sawit, dan kayu manis
DAFTAR PUSTAKA
Chin, H.F., Aziz, M., Ang, B,B. & Hamzah, G. (1981). The Effect of moisture content and suhue on ultra structure and
viability of seeds of Hevea brasiliensis. Seed Science and Technology, 411-422.

Farrant, J.M., Berjak, P. & Pammenter, N. W. (1985). The effect of drying rate on viability retention of recalcitrant
propagules of Avicennia mariana.
South Africa Jurnal of Botany, 51, 432-438.
Normah, M.N., Chin, H.F. & Hor, Y.L. (1986). Desiccation and cryopreservation of embryo axes of Hevea brasiliensis.
Pertanika, 9, 299-303.
Nurhasybi, Sudrajat, D.J. & Jam'an, D.F. (2003). Kajian komprehensif benih tanaman hutan: jenis-jenis
Dipteocarpaceae. Publikasi Khusus Vol. 3
No. 4 Des 2003. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan, Badan penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.
Syamsuwida, D., dkk. (2016). Mindawati, N., dkk., ed. Karakteristik Benih Tanaman Hutan Berwatak Ortodok
(PDF). Bogor: PT Penerbit IPB Press. ISBN 978-602-440-002-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-
09-12. Diakses tanggal 2021-09-12. Yuniarti, N., dkk. (2016). Mindawati, N., dkk., ed. Teknologi Perbenihan 10
Jenis Tanaman Hutan Andalan (PDF). Bogor: PT Penerbit IPB Press. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal
2021-09-12. Diakses tanggal 2021-09-12.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai