Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Desikan dan Kemasan terhadap Viabilitas dan Vigor Benih pada Beberapa

Komoditas

Tujuan ; mengetahui berbagai jenis kemasan dan desikan terhadap viabilitas dan vigor benih
setelah penyimpanan 4 minggu.
Metode ; jenis kemasan K1, K2, K3, dan desikan abu sekam padi
1. disisihkan benih kacang hasil uji desikan sebanyak 40 biji untuk UKDp

2. Sisa benih ditimbang dan digerus pada mortar untuk dilakukan uji kadar air benih.

Hasil Pengamatan ;
pengamatan yang baru dilakukan adalah melihat viabilitas dan kadar air dari kacang hijau dan
jagung.

-Kacang Hijau
Normal=33
Abnormal=7
Mati=0
Wo = 4,52 gr
W1 = 4,43 gr

-Jagung
Normal=11
Abnormal=25
Mati=4
Wo = 4,42 gr
W1 = 4,36 gr

Pembahasan;
Daya Kecambah Definisi perkecambahan menurut Copeland (1976) adalah aktivitas
berkembangnya biji menjadi tanaman muda. Di dalam peristiwa ini akan terjadi beberapa proses
yang mempengaruhi perkecambahan, yaitu : penyerapan air (imbibition), aktivitas enzim,
pertumbuhan embrio, pecahnya kulit biji, dan kemudian tanaman kecil. Lingkungan untuk
perkecambahan benih yaitu, kelembaban, temperature, osigen, dan cahaya. Kriteria untuk
kecambah normal diantaranya adalah:
a. Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang
berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan
mempunyai tunas pucuk yang baik
b. Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan
koleoptil
c. Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang
menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :
a. Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau
radikula patah atau tidak tumbuh.
b. Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau
kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula
tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah,
sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
c. Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih
abnormal ukurannya lebih kecil.

Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa
pengujian, yang digolongkan menjadi:
a. Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap
baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih
dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada
pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian
diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b. Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak
mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika
dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini
disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c. Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan
tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk,
warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer
yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman
yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut
berpotensi membawa penyakit dari induknya.

Kecambah normal pada benih jagung diantaranya :


- Perkembangan hipokotil , plumula, dan epikotil sempurna.
- Sistem perakaran yang baik.

Berdasarkan hasil pengamatan saat 7 hari setelah persemaian (HSP), diketahui benih
kacang hijau varietas virna memiliki DK 100%, hal ini sudah memenuhi kriteria standar benih
bermutu untuk komoditi kacang hijau yakni minimal DK sebesar 98%. Sementara itu, benih jagung
memiliki daya kecambah 90%, hal ini masih berada dibawa standarisasi mutu benih jagung manis
yakni DK sebesar 98%. Parameter JK, diketahui benih kacang hijau relatif lebih baik daripada
benih jagung karena jenis kecambah abnormal dan mati benih kacang hijau memiliki jumlah paling
sedikit daripada benih jagung dan jumlah kecambah normal lebih tertinggi daripada benih jagung.
Parameter selanjutnya adalah KA, standarisasi nilai KA benih bermutu menurut kementan yakni
<12%. KA benih kacang hijau sudah memenuhi standarisasi mutu benih yakni 11,4%, sedangkan
benih jagung memiliki KA >12% yakni sebesar 12,8% sehingga belum memenuhi standar benih
bermutu.
Daftar Pustaka

http://www.bsn.go.id/files/348256349/Litbang%202009/PPIS%2009/Bab%209.pdf Ai,N.S.,

Ballo,M. 2010. Peranan Air dalam Perkecambahan Biji. Jurnal Imiah Sains.10(2)pp. 190-195
ISSN. 1412-3770.

Technology. 4 edition. Kluwer Academic Publishers. London

Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed Sciences and Technology. Burger Publ. Co. Minnesota.

Firmansyah, I.U., Aqil, M. and Sinuseng, Y., 2006. Penanganan Pascapanen Jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Maros.

Pertanian, K. and PANGAN, D.J.T., 2016. Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Kacang Tanah dan Kacang
Hijau Tahun Anggaran 2016. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian PertanianTerhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kacang Hijau.

Savero, E., Soelistianto, F.A. and Hudiono, H., 2018. UJI KUALITAS KADAR AIR BENIH JAGUNG DENGAN
METODE KAPASITIF BERBASIS WEB. Jurnal Jartel: Jurnal Jaringan Telekomunikasi, 7(2), p.68.

Sektiwi, A.T., Aini, N. and Sebayang, H.T., 2013. Kajian Model Tanam dan Waktu Tanam dalam Sistem
Tumpangsari terhadap Pertumbuhan dan Produksi Benih Jagung. Jurnal Produksi Tanaman, 1(3).

Akhmadi, A. N., & Wijaya, I. (n.d.). Kadar Air Awal Benih dan Penggunaan Bahan Desikan pada
Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L. Merril). 3.
CABI. (n.d). Vigna radiata (mung bean). Dikutip dari https://cabi.org/isc/datasheet40616

Lesilolo, M. K., Patty, J., & Tetty, N. (2012). Penggunaan Desikan Abu dan Lama Simpan
Terhadap Kualitas Benih Jagung (Zea mays L.) pada Penyimpanan Ruang Terbuka.
Agrologia, Vol. 1, No. 1.

Sudah cukup baik

Hasil :
Ulangan 1
Berat Abu gosok
Wo : 1,37
W1 : 1,36

Kacang Hijau
Wo = 4,55 gr
W1 = 4,59 gr

Ulangan 2
Berat abu gosok
Wo = 1,40 gr
W1= 1,40 gr

Kacang Hijau
Wo = 4,65 gr
W1 = 4,67 gr

Pembahasan

Kacang huijau termasuk kedalam golongan serealia. Kacang hijau memiliki nama latin Vigna radiata,
berikut klasifikasinya :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Vigna

Spsesies : Vigna radaiata


Desikan merupakan bahan yang bisa menyerap uap air, contoh dari bahan desikan adalah silika
gel, adu gosok dan lainnya. Uji atau penambahan desikan pada benih diharapkan dapat menjaga kadar
air benih agar tidak terpengaruhi uap pada lingkungan sekitar benih (Akhmadi & Wijaya). Hasil dari
penambahan desikan abu ini memberikan pengaruh nyata, massa benih kacang hijau yang disimpan.
Pada sampel A terjadi penurunan massa abu gosok yang asalnya 1,,37 gr menjadi 1,36 gr serta terjadi
penaikkan massa benih dari 4,55 gr mejadi 4,59 gr. Sampel B, massa abu gosok tetap 1,40 gr dan massa
benih terjadi kenaikan dari 4,65 gr menjadi 4,67 gr. Selama pemyimpanan kadar air benih merupakan
salah satu faktor yang penting karena berpengaruh terhadap vigor dan viabilitas benih. Selain itu faktor
yang harus diperhatikan adalah suhu, kelambaban, cahaya, dan lainnya oleh karena itu faktor lingkungan
harus dikontrol sedemikian rupa agar benih tidah berkecambah dan kualitas benih tidak terdegradasi
(Lesilolo, dkk., 2012).

Benih hasil uji desikan awal digunakan kembali untuk pengujian daya kecambah dan uji kadar
air. Pada masing-masing sampel diambil 40 benih untuk dilakukan UKDp dan sisanya digunakan untuk uji
kadar air, sampel A 1,38 gr dan sampel B 2,15 gr.

Desikan merupakan senyawa kimia yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap
air,dan dapat digunakan untuk pengeringan atau mempertahankan kelembaban yang rendah jika
disimpan bersama dengan benih (Mulyanto, 2010). Desikan merupakan senyawa kimia yang
mempunyai kemampuan untuk unntuk menyerap air, dan dapat dijadikan untuk pengering atau
mempertahakan kelembaban yang rendah jika disimpan bersama dengan benih (Mulyanto,2010).

Abu sekam padi merupakan bahan desikan yang dapat digunakan untuk mempertahankan daya tumbuh
benih dalam penyimpanan karena kemampuannya menyerap kelembaban udara di sekitar benih. Kelembaban udara
yang tingggi mengakibatkan kandungan air benih meningkat menyebabkan laju respirasi juga meningkat, dan terjadi
penggunaan cadangan makanan secara besar-besaran sehingga benih cepat kehilangan daya tumbuh.

Desikan adalah bahan atau zat yang digunakan untuk penyerapan air yang dikandung sesuatu zat oleh zat
lain. Zat-zat yang digunakan untuk penyerapan air disebut zat pengering atau desikan (Shadily, 1977).
Pada penyimpanan benih kedele meng- gunakan abu sekam padi sebagai bahan desikan, untuk
mempertahankan daya tumbuh benih kedele dalam penyimpanan. Pada prinsipnya benih bersifat
higroskopis artinya kadar air benih selalu melakukan keseimbangan dengan kelembaban udara relative di
sekitarnya. Penggunaan wadah yang berpori atau berlubang akan memudahkan udara luar dan uap air
masuk, sehingga kadar air benih semakin tinggi dan laju respirasi meningkat. Peningkatan laju

respirasi berarti peningkatan laju kemunduran benih sehingga daya tumbuh benih cepat turun. Oleh
karena itu pemilihan bahan pengemas yang tidak berpori atau kedap udara, dan penggunaan bahan
desikan penyerap air dianjurkan untuk penyimpanan benih kedele (Harnowo, 1996).

Naito (1999) menyebutkan bahwa abu sekam padi bersifat tidak beracun, tetapi memiliki pengaruh
mematikan terhadap hama gudang benih, dan belum sepenuhnya diketahui penyebabnya. Sekam padi
merupakan bahan berligno-selulosa namun mengandung silika (SiO2) yang tinggi. Kandungan kimia
sekam padi terdiri atas 50% selulosa, 25-30% lignin, dan 15-20% silika. Sekam padi sebagai bahan baku
untuk menghasilkan abu sekam padi dari pem- bakaran sekam padi pada suhu 400°-500°C akan menjadi
silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 1.000°C akan menjadi silika kristalin (Bakri, 2008).
Bahan aktif yang dikandung abu sekam padi adalah silika, sewaktu sekam padi dibakar menjadi abu
memiliki komposisi yang mirip seperti tanah “diatomaceous”. Tanah “diatomaceous” telah banyak
digunakan di bidang industri cat, dan di bidang pertanian untuk serbuk pestisida serta abu gosok. Salah
satu produknya digunakan untuk pengendalian hama gudang biji-bijian dan hasilnya sangat efektif.
Kemungkinan kandungan silika yang tinggi dari abu sekam padi memiliki pengaruh yang mematikan.
Abu sekam padi juga mengandung banyak partikel menyerupai jarum yang berasal dari permukaan luar
kulit biji padi. Partikel ini dapat merusak kulit hama gudang, dan mendorong reaksi yang mengakibatkan
kematian hama gudang.

Anda mungkin juga menyukai