Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan dibumi di huni oleh manusia, hewan, juga tumbuhan.
Dalam kehidupan semua makhluk hidup memiliki kebutuhan masing-masing
dalam mempertahankan kehidupannya terkhusus dalam perolehan energi atau
ATP untuk tetap beraktivitas. Pada kehidupan suatu tumbuhan berawal dari
biji yang kemudian akan mengalami perkecambahan untuk mengahsilkan
tumbuhan baru. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi.
Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun
udara.
Salah satu ciri mahluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Kedua
aktifitas kehidupan ini tidak dapat dipisahkan karena prosesnya berjalan
bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan ukuran atau volume
serta jumlah sel secara irreversibel. Irreversibel maksudnya tidak dapat
kembali pada keadaan awal. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju
kedewasaan. Pertumbuhan pada tanaman terbagi dalam beberapa tahapan,
yaitu perkecambahan yang diikuti dengan pertumbuhan primer dan
pertumbuhan sekunder. Perkecambahan merupakan proses munculnya
tanaman kecil dari dalam biji. Untuk itu perlu diketahui bagaimana proses
perkecambahan itu terjadi beserta kondisi-kondisi pada kecambah yang
diberikan oleh faktor-faktor penyebab perkecambahan. Perkecambahan biji
pada tanaman dibedakan menjadi perkecambahan epigeal dan hipogeal.
Pertumbuhan adalah peristiwa bertambahnya ukuran (diantaranya
volume, massa, dan tinggi) pada mahluk hidup. Contohnya pertambahan
tinggi batang dan daun. Pertumbuhan ini bersifat irreversible (tidak dapat
balik). aSementara itu, perkembangan merupakan proses menuju keadaan
yang lebih dewasa. Dalam perkembangan terbentuk stuktur dan fungsi organ
yang semakin kompleksdan sempurna. Perkembangan bersifat kualitatif
sehingga tidak dapat di ukur. Proses perkembangaan dapat dicapai melalaui
diferensiasi. Diferensiasi adalah proses perubahan pada sel, jaringan, dan
organ untuk membentuk fungsi dan stuktur tertentu. Diferensiasi merupakan
awal terbentuknya organ-organ seperti akar batang dan daun. Pada praktikum
yang akan dilakukan akn diamati pertumbuhan pekecambahan setelah
dilakukannya pengasapan (karrikins) pada kacang hijau.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya
pengaruh pengasapan terhadap perkecambahan biji.
C. Manfaat Percobaan
Manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui pengaruh pengasapan (karrikins) terhadap perkecambahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan memperoleh nutrisi dari tanah dan atmosfir. Dengan


menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi, tumbuhan dapat menyusun
semua bahan organik yang diperlukannya dengan memodifikasi karbohidrat hasil
fotosintesisnya. Walau demikian, tumbuhan harus memperoleh berbagai mineral
dengan menggunakan sistem perakarannya. Karena tumbuhan bersifat sesil dan
autotrofik, maka: harus memperoleh nutrient yang diperlukan dari medium
dimana mereka tumbuh. Sekitar 80% berat tubuh organisme adalah air. Hal ini
berarti bahwa air sangat vital keberadaannya. Hampir semua reaksi kimia dalam
tubuh berlangsung dalam keadaan terlarut. Salah satu fungsi air itu adalah
pemanjangan dan pertumbuhan sel (Ismail, 2014).
Perkecambahan adalah suatu pengaktifan embrio yang mengakibatkan
terbukanya kulit benih dan munculnya tumbuhan muda. Beberapa hal penting
yang terjadi pada saat perkecambahan adalah imbibisi (penyerapan) air,
pengaktifan enzim, munculnya kecambah dan akhirnya terbentuklah anakan. Uji
perkecambahan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan benih untuk
berkecambah maksimum pada kondisi optimum. Pengujian perkecambahan dapat
dilakukan di laboratorium maupun di rumah kaca. Pengujian perkecambahan di
laboratorium dapat menggunakan media kertas dengan beberapa metode, di
antaranya UDK (Uji Diatas Kertas), UKD dp (Uji Kertas Digulung dengan posisi
didirikan) dan UAK (Uji Antar Kertas). Sedangkan pengujian di rumah
kaca/lapangan dapat menggunakan media tanah, pasir, fermikulit, dan serbuk
sabuk kelapa (Leksono, 2013).
Salah satu kriteria benih bermutu yang dapat diukur adalah persen
kecambah benih, keserempakan tumbuh dan kecepatan berkecambah. Hal ini
dipengaruhi oleh ukuran benih dan hal ini erat kaitannya dengan cadangan
makanan yang terdapat dalam benih terutama karbohidrat, protein dan lemak.
Berat dan ukuran benih sering bervariasi di dalam jenis yang sama, hal ini
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik terutama
sumber benih dan faktor lingkungan antara lain adalah asal tempat tumbuh, tehnik
silvikultur seperti jarak tanam, dan pemupukan. menyebutkan bahwa untuk jenis –
jenis tertentu, benih– benih yang mempunyai berat dan ukuran yang lebih besar
memiliki mutu fisik dan fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan benih –
benih yang mempunyai berat dan ukuran yang lebih kecil, sehingga menghasilkan
viabilitas benih dan vigoritas benih yang tinggi, persen tumbuh kecambah dan
bibit yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang berukuran yang lebih
kecil.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugeng (1975), menunjukkan bahwa
benih dengan berat dan ukuran yang lebih kecil dan sedang memberikan kualitas
kecambah maupun kualitas bibit yang lebih baik dibandingkan benih dengan berat
dan ukuran yang lebih besar. Carnita (1985), melaporkan bahwa benih dengan
ukuran dan berat yang lebih besar besar tidak menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap persen tumbuh dan kualitas kecambah maupun kualitas bibit
dibandingkan benih yang berukuran lebih kecil (Haryadi, 2006).
Faktor endogen yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih adalah
bahwa tiap-tiap benih dari berbagai jenis tanaman memiliki kandungan yang
berbeda-beda baik karbohidrat, lipid, hormon, dan bahkan ada beberapa benih
yang mengandung senyawa inhibitor. Jumlah karbohidrat sebagai cadangan
makanan yang dicerminkan dari ukuran benih, sering kali menjadi salah satu
faktor penentu terhadap kemampuan benih untuk berkecambah. Pada benih dari
tanaman tertentu, terdapatnya senyawa inhibitor juga dapat menghambat
perkecambahan atau bahkan menyebabkan benih mengalami dormansi, sehingga
perlu adanya perlakuan-perlakuan khusus untuk merangsang perkecambahan
benih tersebut. Sebaliknya dari segi faktor lingkungan (eksogen), seringkali
diperlukan syarat-syarat khusus untuk perkecambahan benih dan pertumbuhan
bibit. Pada umumnya faktor lingkungan yang sangat dominan untuk
perkecambahan dan pertumbuhan bibit terutama adalah kelembaban media tanam
dan intensitas cahaya (Irianto, 2012).
Di dalam tanaman terdapat hormon tumbuh yaitu senyawa organik yang
jumlahnya sedikit dan dapat merangsang ataupun menghambat berbagai proses
fisiologis tanaman. Di dalam tanaman senyawa ini jumlahnya hanya sedikit, maka
perlu penambahan hormon dari luar. Hormon sintetis yang ditambahkan dari luar
tanaman disebut zat pengatur tumbuh. Zat ini berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan, misalnya pertumbuhan akar, tunas, perkecambahan dan sebagainya.
Salah satu zat pengatur tumbuh adalah atonik, atonik merupakan zat perangsang
tumbuh karena senyawa yang dikandungnya berfungsi memacu pertumbuhan
tanaman. Zat yang dikandungnya adalah natrium orthophenol (0,2%), natrium
para nitrophenol (0,3%), natrium 5-nitroguaiacolat (0,1%), dan 2,4
dinitrophenolat (0,01%). Dormansi merupakan cara embrio biji mempertahankan
diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat
lambatnya proses perkecambahan. Perlakuan yang dapat digunakan untuk
memecahkan tipe dormansi fisik. adalah dengan teknik skarifikasi pada kulit
benih yaitu dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, atau pengikiran
dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya yang paling efektif
untuk mengatasi dormansi fisik. Selain itu dapat juga dengan cara perendaman
dengan air panas. Benih yang memiliki kulit keras biasanya mengalami dormansi
dengan tipe dormansi fisik, dengan adanya pembatasan struktural pada
perkecambahannya. Kulit yang keras merupakan penghalang terhadap masuknya
air dan gas ke dalam benih tersebut. Pada penelitian Duval dan NeSmith (2000)
mengatakan bahwa melukai benih atau membuang seluruh kulit benih yang
menghambat terjadinya pertukaran gas akan meningkatkan perkecambahan
dibandingkan biji tanpa dilukai (Purwanti, 2012).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jumat/29 Mei 2015
Waktu : 16:00 s.d 17.30 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Timur, FMIPA UNM.
B. Alat dan Bahan
1. Alat

Kaleng Aqua Gelas Rang


2. Bahan

Kacang hijau Sabuk kelapa Kapas

Air
C. Prosedur karja
Menyiapkan alat dan bahan

Membakar sabuk
kelapa didalam kaleng

Sementara itu, meletakkan kapas


pada gelas aqua yang telah Mengasapi biji
dibagi dua, kemudian kacang hijau selama
dilembabkan dengan 15 menit
menggunakan air

Meletakkan biji kacang hijau yang telah Mengamati pertumbuhan


diasapi sebagai ekperimen, dan biji kecambah selama 10 hari
kacang hijau yang tidak diasapi sebagai
kontrol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan pada Biji Kacang Hijau sebagai Kontrol
Hari 1 2 3 4 5
Ke-1 0,6 cm 0,6 cm 0,1 cm 0,6 cm 0,6 cm
Ke-2 1,5 cm 1,5 cm 1,0 cm 0,8 cm 1,0 cm
Ke-3 1,6 cm 1,7 cm 1,2 cm 1,6 cm 1,2 cm
Ke-4 1,9 cm 2,0 cm 1,7 cm 2,0 cm 1,4 cm
Ke-5 2,0 cm 2,1 cm - 2,2 cm 1,9 cm
Ke-6 2,5 cm 2,9 cm - 2,5 cm 2,1 cm
Ke-7 3,1 cm - - 2,6 cm 2,9 cm
Ke-8 4,0 cm - - 2,9 cm 3,4 cm
Ke-9 5,7 cm - - - 4,0 cm
Ke-10 6,3 cm - - - 5,1 cm

Tabel Pengamatan pada Biji Kacang Hijau sebagai Eksperimen (Telah diasapi)

Hari 1 2 3 4 5
Ke-1 1,1 cm 0,6 cm - 0,7 cm 0,4 cm
Ke-2 1,5 cm 2,0 cm - 2,0 cm 1,5 cm
Ke-3 1,7 cm 2,1 cm - 2,2 cm 1,7 cm
Ke-4 2,0 cm 2,5 cm - 2,6 cm 2,0 cm
Ke-5 2,1 cm 3,2 cm - 2,7 cm 2,1 cm
Ke-6 2,3 cm 4,1 cm 0,3 cm 3,8 cm 2,3 cm
Ke-7 2,3 cm 5,3 cm 1,0 cm 4,1 cm 2,7 cm

Ke-8 2,5 cm 7,5 cm 2,3 cm 4,4 cm 3,9 cm

Ke-9 2,8 cm 9,1 cm 3,9 cm 5,5 cm 4,4 cm


Ke-10 3,0 cm 10,9 cm 4,5 cm 6,3 cm 4,7 cm
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 10 hari
pada praktikum unit karrikins, di peroleh data bahwa kacang hijau yang telah
diasapi dan ditempatkan di tempat yang terang (dalam hal ini di sinari dengan
lampu) menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan perkecambahan pada
kacang hijau yang berfungsi sebgai control (tidak diasapi) dan kacang hijau
yang berfungsi sebagai eksperimen (diasapi). Namun pada kacang hijau yang
yang berfungsi sebagai eksperimen (diasapi) mengalami pertumbuhan yang
cepat apabila di bandingkan dengan kacang hijau yang tidak diasapi. Hal ini
di karenakan proses pengasapan pada biji dapat memicu hormone
pertumbuhan seperti giberelin dan auksin yang terdapat pada biji. Dimana,
kombinasi dari giberellin dan asap yang mengadung karrikin akan
mengefektifkan pematahan dormansi dalam biji. Namun, pada biji yang telah
di asapi terdapat pula beberapa biji yang proses pertumbuhannya lambat,
walaupun telah diasapi. Hal ini dikarenakan kurangnya konsentrasi karrikins
yang diterima oleh biji tersebut. Konsentrasi karrikins yang rendah tidak akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap pematahan dormansi biji..
Itulah yang menyebabkan keterlambatan pertumbuhan pada biji eksperimen.
Adanya percepatan dalam mematahkan dormansi sehingga proses
perkecambahan cepat terjadi, berdasarkan hasil pengamatan disebabkan
karena intensitas pengasapan yang cukup lama sehingga konsentrasi karrikins
akan besar.
Hasil data yang di dapatkan tersebut sesuai dengan teori Dinarto (2009)
yang menyatakan bahwa sekarang ia telah mengetahui bahwa asap
merupakan stimulan yang efektif yang dapat meningkatkan perkecambahan
sekitar 1.200 spesies dalam lebih dari 80 genera seluruh dunia. Para ilmuwan
dalam beberapa penelitiannya menemukan hasil yang positif, dimana
karrikins dapat dianggap sebagai pengatur tumbuh dengan dampak yang luas.
Hal tersebut ternyata sesuai dengan hasil praktikum yang kami dapatkan
karena ternyata perbandingan antara kacang hijau yang telah diasapi dengan
yang tidak diasapi (konrol), ternyata yang lebih dulu mengalami
perkecambahan adalah benih yang telah di asapi (karrikins) dan pada akhir
pengamatan benih yang telah diasapi juga memiliki perkecambahan lebih
pangjang dibandingkan kontrol. Benih kontrol atau benih yang tidak di asapi
sebanarnya mengalami perkecambahan, namun tidak sebaik yang diasapi.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa
kacang hijau yang yang berfungsi sebagai eksperimen (diasapi) mengalami
pertumbuhan yang cepat apabila di bandingkan dengan kacang hijau yang
tidak diasapi. Semakin tinggi konsentrasi karrikins yang diterima oleh biji
maka semakin cepat biji akan mengalami perkecamabahan. Namun
sebaliknya apabila konsentrasi karrikins rendah, maka tidak akan berpengaruh
secara signifikan terhadap masa dorman biji.
B. Saran
Untuk praktikan agar pada saat proses praktikum berlangsung di
harapkan tenang dan lebih teliti dalam proses praktikum agar praktikum dapat
berjalan sesuai yang diinginkan (berjalan dengan lancar dan aman).

DAFTAR PUSTAKA
Ismail, 2014. Fisiologi Tumbuhan. Makassar : Universitas Negeri Makassar.

Dinarto wahid. 2009. Pengaruh kadar air dan wadah simpan terhadap pengaruh
viabilitas benih kaang hijau dan populasi hama kumbang bubuk kacang
hijau allosobruchus hinensis L. Yogyakarta : Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.L.

Haryadi, Dwi dkk. 2006. Perkecambahan Benih Gmelina aborea Asal Kebun
Percobaan Cikampek dan Nagrak. Jurnal Nusa Sylva. 6(1):2.

Irianto. 2012. Fenofisiologi Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Duku. Jurnal


Pembangunan Manusia. 1(4):2.

Leksono, Budi dkk. 2013. Teknik Perlakuan Pendahuluan dan Metode


Perkecambahan Untuk Mempertahankan Viabilitas Becih Acacia
crassicarpa Hasil Pemulihan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea.
2(1):3

Purwanto, dkk. 2012. Perlukaan Benih dan Perendaman dengan Atonik pada
Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman Semangka non Biji.
Jurnal Agroteknologi. 2(2): 1-2.

LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan
1. Dapatkah kamu menyebutkan dua cara untuk melanjutkan pengamatan ini.
Jelaskan !
Jawab : Cara yang dapat saya lakukan terhadap perkecambahan biji yaitu
dengan cara menyimpan kecambah pada tempat yang gelap dan
membungkusnya dengan kain basah selain itu proses perkecambahan biji
dapat pula dilakukan dengan cara perendaman dengan air agar biji cepat
berkecambah.

Anda mungkin juga menyukai