Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Pengaruh Perendaman Biji Dalam Air Terhadap Perkecambahan Cabai


(Capsicum frutescens)

Oleh :
Alya Rose Andini 17030204069
Pendidikan Biologi B 2017

JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji cabai
(Capsicum frutescens)?

B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air
terhadap perkecambahan biji cabai (Capsicum frutescens).

C. Hipotesis
Ha : Terdapat pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji cabai
(Capsicum frutescens).
H0 : Tidak Terdapat pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan
biji cabai (Capsicum frutescens).

D. Kajian Pustaka
Tanaman cabai meruapakan tanaman yang umum di Indonesia. Cabai termasuk
genus Capsium yang merupakan jenis sayuran buah yang memiliki 20 – 30 spesies. Cabai
khususnya cabai rawit dapat berumur panjang hingga 1 tahun, waktu panennya bisa pada
umur 4 hingga 5 bulan. Cabai memiliki banyak kandungan gizi seperti vitamin,
karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, zat besi, vitamin B1, vitamin C, dan air (Taghfir,
2017). Selain itu cabai juga mempunyai senyawa – senyawa alkaloid seperti capsaicin,
flavonoid, dan minyak esensial. (Yulianty dan H. Tripeni, 2007). Tanaman cabai
merupakan tanaman holikultural dimana bibitnya berasal dari biji yang banyak
dibudidayakan oleh petani cabai rawit. Perawatan yang dapat diberikan saat pertumbuhan
kecambah adalah dengan perlakuan – perlakuan invigorasi. Pada proses invirogasi
digunakan untuk menyeragamkan pertumbuhan kecambah dan meningkatkan laju
pertumbuhan kecambah. Hal – hal yang dilakukan dalam proses invirogasi adalah
pengendalian air dan bisa juga menambahkan zat pengatur tumbuh seperti penambahan air
kelapa muda, air kelapa muda selain mengandung mineral juga mengandung sitokinin,
auksin, fosfor, dan giberelin yang berfungsi untuk mempercepat proses pembelahan sel,
perkembangan embrio, serta memacu pertumbuhan tunas dan akar (Ernawati dkk, 2017).
Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan
pertumbuhan dari komponen kecambah. Definisi dari perkevambahan sendiri adalah jika
sudah dapat dilihat dari atribut perkecambahannya yakni pluma dan radikula. Jika
keduanya tumbuh dengan normal dalam jangka waktu tertentu maka hal tersebut sesuai
dengan ketentuan ISTA (International Seed Testing Association). Parameter yang
digunakan dapat berupa presentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap
struktur tumbuh embrio yang diamati yang diamati secara langsung. Secara tidak langsung
dengan hanya melihat gejala metabolism benih yang berkaitan dengan kehidupan benih
(Purnobasuki, 2011). Benih merupakan salah satu organ reproduksi generatif yang
dilengkapi dengan organisasi yang teratur rapid an memiliki cadangan makanan yang
cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya diproseuksi dengan teknik –
teknik tertentu sehingga dapat memenuhi persyatan sebagai bahan perbanyakan tanaman
(Sekarindhar dan F. Kerti, 2017).
Pada makhluk hidup multisesluler, pertumbuhan ditandai dengan pertambahan ukuran
sel (semakin besar dan panjang) dan juga pertambahan sel. Untuk makhluk hidup
uniseluler dapat ditandai dengan penambahan ukuran sel. Proses pertumbuhan tanaman
terdiri dari pembelahan sel, kemudian diikuti oleh pembesaran sel dan terakhir adalah
diferensiasi sel. Pertumbuhan hanya dapat terjadi pada lokasi tertentu pada sel atau
jaringan tumbuhan yakni pada jaringan meristem (Arimbawa, 2016). Ada beberapa tahap
yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan, ada pula hal atau faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal tersebut menjadikan
pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman dapat dikontrol oleh manusia. Proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman :
1. Pertumbuhan biji
Pada proses pertumbuhannya biji mengalami beberaoa tahap, yakni imbibisi
yang merupakan penyerapan air sampai ukuran bijinya bertambah dan menjadi lunak,
kemudian pada saat air masuk kedalam biji menyebabkan enzim – enzim aktif
sehingga mengahasilkan berbagai reaksi kimia. Kerja enzim tersebut antara lain
mengaktifkan metabolisme di dalam biji dengan mensitetis cadangan makanan
sebagai persediaan cadangan makanan pada saat perkecambahan berlangsung.
2. Perkecambahan
Perkecambahan merupakan peristiwa munculnya plantula (tanaman kecil) dari
dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Proses
perkecambahan yang terjadi pada biji meliputi proses fisika yang terjadi ketika biji
menyerap air (imbibisi) akibat dari potensial air rendah pada biji yang kering.
Kemudian ada proses kimia yang terjadi pada saat air masuk yang menyebabkan
aktifnya emrio, hal ini terjadi untuk melepaskan hormon giberelin. Hormone ini akan
mendorong aleuron untuk mensintesis dan mengeluarkan enzim. Enzim yang bekerja
dengan menghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam endosperm menjadi
glucose. Glukosa ini diperlukan untuk pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan perkecambahan. Terdapat faktor internal yakni faktor dari dalam tanaman
itu sendiri yang meliputi hormon dan zat pengatur tumbuh lainnya, dan ada juga faktor
eksternal seperti suhu, intensitas cahaya matahari, unsur hara dan air, curah hujan, tinggi
tempat, dan keadaan media tanam. Air sangat berpengaruh terhadap perkecambahan,
selain berfungsi dalam metabolism, air juga dapat berfungsi sebagai penentu kecepatan
reaksi turgor sel sebelum membelah atau membesar. Air juga bisa mempengaruhi kadar
hormone dalam tubuh (Salisbury, 1995). Penyerapan air oleh biji dipengaruhi oleh sifat
biji itu sendiri, terutama pada biji pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media
di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
bijinya, dan tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002 dalam
Anonim, 2011). Perkembangan biji tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke
dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar
30 sampai 55 persen. Biji mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia.
Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002
dalam Anonim, 2011). Sekitar 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan
fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi
pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh,
dimana akan terbentuk protoplasma baru.

E. Variabel Penelitian
Variabel manipulasi : Lama waktu perendaman biji cabai di dalam air (0 jam, 1 jam,
2 jam, 3 jam, dan 4 jam).
Variabel kontrol : Jenis biji kecambah cabai (Capsicum frutescens), media
tanam,jumlah biji kecambah yang ditanam, waktu
penyiraman, banyaknya intenstitas air, dan intensitas cahaya.
Variabel respon : kecepatan perkecambahan biji dilihat dari Indeks Kecepatan
Perkecambahan.
F. Definisi Operasional Variabel
Dalam percobaan ini yang digunakan variabel kontrol adalah jenis biji yakni cabai
rawit (Capsicum frutescens). Media tanam yang digunakan adalah kapas Media tanam
yang digunakan dibuat sama yaitu kapas yang telah dibasahi terlebih dahulu oleh air.
Jumlah media yang digunakan juga harus sama antara tempat penanaman satu dengan
yang lainnya. Selain itu tempat penanaman harus memiliki ukuran sama. Jumlah biji
kecambah yang ditanam sebanyak 50 biji pada setiap perlakuan, sehingga untuk total
seluruh praktimunya menjadi 250 biji. Waktu penyiraman dilakukan sehari sekali dengan
intensitas air yang sama. Air yang digunakan saat perendaman memiliki
volume yang sama sehingga PA (Potensial Air) lingkungan memiliki nilai
sama antara tempat penanaman satu dengan yang lainnya. Dengan hal
tersebut maka proses imbibisi air yang terjadi hanya dipengaruhi oleh
faktor lama perendaman biji. Saat penyiraman kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiates L.) dilakukan dalam waktu yang sama, apabila wadah satu dilakukan penyiraman
maka wadah yang lain mendapat perlakuan yang sama. Selain itu jumlah atau volume air
yang digunakan untuk proses penyiraman juga dibuat sama. Semua sampel tersebut
ditempatkan pada tempat yang terkena sinar matahari dengan intensitas yang sama. Untuk
variable manipulasi, digunakan adalah lama perendaman bijil yani selama 0 jam atau tida
derendam sama sekali, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Perendama dilakukan pada air yang
sama. Variabel respon pada percobaan ini adalah perkecambahan biji cabai (Capsicum
frutescens). Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) merupakan variabel respon yang
dipengaruhi oleh adanya variabel manipulasi yaitu perbedaan lama perendaman biji
kacang hijau (Phaseolus radiates L.) yang dapat diketahui melalui perhitungan rumus
yaitu :
x1 x2 x3 xn
IKP = + + +......+
1 2 3 n

G. Alat dan Bahan

Alat :
 Gelas plastik 5 buah
 Nampan 1 buah
 Kapas secukupnya
 Kresek Hitam secukupnya

Bahan :
 Biji cabai 250 biji
 Air suling secukupnya
H. Rancangan Percobaan

Biji Cabai

Biji Cabai yang sudah direndam

Gambar 1. Alur Percobaan

I. Langkah Kerja
1. Merendam biji cabai (Capsicum frutescens) selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan
tanpa direndam masing – masing 50 biji.
2. Menanam dalam waktu yang bersamaan pada gelas plastik yang telah dialasi dengan
kapas.
3. Mentup gelas plastik kemudian menyimpan di dalam kardus yang gelap dan
mengamati setiap hari berapa jumlah biji yang berkecambah selama 10 hari.
Dipisahkan biji yang sudah berkecambah dan dilakukan perhitungan.
4. Menghitung hari pertama pengamatan saat penanaman biji pada gelas plastik.
5. Membuat tabel prosentase perkecambahan dan menghitung indeks kecepatan
perkecambahan dari hasil pengamatan yang telah didapat.
jumlah. biji. yang .berkecambah
x100 %
6. Prosentase perkecambahan = jumlah. keseluruhan .biji
X1 X2 X3 Xn
+ + +.. .. .+
Indeks kecepatan perkecambahan (IKP) = 1 2 3 n
Xn = banyaknya biji yang berkecambah pada hari ke n.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengukuran Indeks Kecepatan Perkecambahan Biji Cabai (Capsicum frutescens)
Lama Hari Ke- % IKP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perendama
n
0 jam 0 0 0 0 1 5 14 6 3 0 58 4,8
1 jam 0 0 0 0 3 10 8 7 4 1 66 4,75
2 jam 0 0 0 0 3 12 13 6 2 1 78 5,77
3 jam 0 0 0 0 1 13 12 10 2 0 76 5,48
4 jam 0 0 0 0 2 7 10 7 1 1 56 4,065

Pengaruh Lama Perendama Terhadap IKP Biji Cabai (Capsicum frutescens)


7

6 5.77
5.48
5
54.8 4.75
4 4.07
4
Nilai ILKP

3
3
2
2
1
1

0
0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
Lama Perendaman
Gambar 2. Grafik Hubungan Waktu perendaman terhadap IKP

K. Analisis Data
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan data seperti tabel 1. dan juga
dapat digambarkan seperti grafik gambar 2. Berdasarkan hasil percobaan didapati bahwa
pada hari ke-1 hingga hari ke-4 dari penanaman masih belum ada cabai yang tumbuh
menjadi kecambah atau tidak terjadi perkecambahan pada semua perlakuan perendaman.
Setelah hari ke-5 dan seterusnya barulah ada beberapa perkecambahan yang terjadi.
Perkecambahan terjadi paling pesat pada hari ke-7 dimana percambahan yang muncul rata
– rata sebanyak 11 kecambah yang tumbuh. Namun setelah itu pada hari ke-8 terdapat
penurunan perkecambahan dengan rata – rata sebanyak 7 perkecambahan. Dan pada hari
ke-10 terdapat penurunan perkecambahan dimana hanya pada perendaman 1 jam, 2 jam,
dan 4 jam yang dapat tumbuh perkecambahan. Pada lama perendaman 0 jam dan 3 jam
tidak terjadi perkecambahan.
Prosentase perkecambahan yang didapatkan dari hasil percobaan adalah pada lama
perendaman 0 jam didapatakan 58%, 1 jam perendaman didapatkan 66%, 2 jam
perendaman didapatkan 78%, 3 jam perendaman didapatkan 76%, dan 4 jam perendaman
didapatkan 56%. Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) yang didapatkan secara berturut
– turut adalah 4,8; 4,75; 5,77; 5,48; 4,065.
L. Pembahasan
Benih memrupakan ovule yang dewasa, benih terbentuk satu atau lebih di dalam satu
ovary pada legume, namun benih tidak pernag terbentuk dari satu biji didalam ovary pada
tanaman yang termasuk subkelas monokotil. Terdapat 3 bagian pada biji yang sudah
matang yakni kulit benih, jaringan penyimpan cadangan makanan, dan embrio. Fungsi biji
adalah untuk reproduksi atau memperbanyak diri, oleh karena itu ada organ biji yang
dapat mengaktifkan pertumbuhan dan pembelahan sel, yaitu: poros embrio. Disebut poros
embrio karena pertumbuhannya dapat diaktifkan kedua arah yaitu untuk pertumbuhan akar
dan batang. Poros embrio merupakan bagian-bagian yang sangat kecil dibandingkan
dengan biji (Sekarindhar dan F. Kerti, 2017).
Pada percobaan “Pengaruh Lama Perendaman Biji Dalam Air Terhadap
Perkecambahan Cabai (Capsicum frutescens)” digunakan biji cabai
dengan karakteristik ukuran yang kecil, teksturnya tidak terlalu keras,
warnanya kuning, bentuknya bundar, biji cabai ini cenderung masuk
kedalam golongan biji lunak. Setiap biji atau benih tentu mengalami
fase dorman, dimana benih dorman merupakan benih yang sebenarnya hidup tetapi
tidak dapat berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat
untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji
terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), dan adanya bahan-
bahan penghambat perkecambahan lainnya. Namun yang membedakan yaitu cara
pemecahan dormansi setiap biji yang berbeda-beda. Terdapat biji yang harus mengalami
stratifikasi, atau hanya perlu direndam dalam air pada biji-biji yang memiliki kulit biji
yang lunak. (Naemah, 2012). Kacang hijau termasuk biji dengan kulit biji yang lunak,
sehingga pemecahan dormansi hanya perlu perendaman dalam air.
Perendaman biji dalam air memicu terjadi imbibisi, dimana imbibisi
merupakan salah satu proses difusi yang terjadi pada tanaman. Dengan
kata lain, imbibisi merupakan proses masuknya air pada ruang
interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Imbibisi
berlangsung jika potensial osmotik larutan disekitar benih lebih rendah
daripada tekanan osmotik di dalam sel benih. Peningkatan konsentrasi
zat-zat terlarut diluar benih dapat memperlambat kecepatan imbibisi
benih. Benih dapat mengalami kekeringan fisiologis, bahkan jika
konsentrasi larutan luar sel benih lebih tinggi, maka dapat terjadi
pergerakan air dalam benih mengalami plasmolisis (Mugnisjah, 1994).
Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji
tanaman tersebut. Proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan
air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman (Wachid, 2005).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
terdapat perbedaan nilai Indeks Kecepatan Pertumbuhan (IKP) yang
dipengaruhi oleh lama perendaman biji dalam air. Pada dasarnya tahap
pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses
penyerapan air oleh benih (imbibisi air), melunaknya kulit benih dan
hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-
kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih
tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang
melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat
adalah asimililasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah
meristematik untuk menghasilkan energi baru, pembentukan
komponen dan pertumbuhan sel baru. (Filter, 1991). Sehingga lama
perendaman air mempengaruhi proses imbibisi biji. Namun pada
percobaan kali ini didapati bahwa pada lama perendaman selama 3 jam
dan 4 jam, aktifitas perkecambahan menurun khususnya pada hari ke-
8. Pada hari ke-8 tetap terjadi perkecambahan tetapi tidak sebanyak
pada hari ke-7. proses imbibisi air sangat menentukan terjadinya proses
perkecambahan pada suatu biji. Namun hal yang perlu diperhatikan
yaitu banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya
kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji.
Kemudian pertumbuhan biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan
sistem yang cepat, lebih luas dan banyak menampung sumber air yang
diterima. (Bewley, 1992). Terlalu banyak air yang diserap biji Cabai
(Capsicum frutescens) juga mengakibatkan biji menjadi busuk dan tidak
dapat tumbuh. Perendaman biji selama 4 jam, masih berada pada batas
toleran biji terhadap proses imbibisi air sehingga diperoleh hasil yaitu
perlakuan tersebut memiliki nilai IKP terbesar.

M. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tentang “Pengaruh Lama Perendaman Biji
Dalam Air Terhadap Perkecambahan Cabai (Capsicum frutescens)” maka
dapat disimpulakn bahwa terdapat pengaruh lama perendaman biji terhadap
perkecambahan Cabai (Capsicum frutescens). Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti pemberian air, kondisi media tanam, dan juga kondisi biji.
Kurang maksimalnya faktor – faktor lingkungan tersebut dapat menghambat pertumbuhan
perkecambahan.

N. DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa, Ir. I Wayan Pasek. 2016. Dasar Argonomi. Program Studi Agroteknologi.
Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Denpasar
Bewley, D.J and Black, M. 1986. Seeds Physiology of Development and
Germination.
Second Printing. Plenum Press. New York. Pages 136-139.
Ernawati dkk. 2017. Respon Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Kadaluarsa Pada
Lama Peredaman Air Kelapa Muda Terhadap Viabilitas, Vigor,
dan Pertumbuhan
Bibit. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Jember.
Agritrop : Volume 15
(1).
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: UGM
Press
Mugnisjah. W.Q; Asep. S; S. Suwarto; Cecep. S; 1994. Panduan
Praktikum dan Penelitian
Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Naemah, Dina. 2012. Teknik Lama Perendaman terhadap Daya Kecambah Benih
Jelutung
(Dyera polyphylla Miq. Steenis). Penelitian Mandiri. Banjarbaru: Fakultas Kehutanan,
Universitas Lambung Mangkurat.
Purnobasuki, Hery. 2011. Perkecambahan. 23-05-2011. 16:27:58.
Taghfir, Dimas Bima. 2017. Kualitas Benih dan Pertumbuhan Bibit Cabai (Capsicum
frustescens L.) Pada Perlakuan Suhu dan Wadah Penyimpanan yang Berbeda.
Program
Studi Agroteknologi. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Dipenogoro.
Semarang.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing co,
California
Sekarindhar, Dyah Ayu dan F. Kerti, Ade Dwi. 2017. Struktur Benih dan Tipe
Perkecambahan. Laboratorium Agronomi. Fakultas Pertanian Peternakan. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wachid. M.2005. Optimalisasi Zat Gizi pada Proses Perkecambahan
Pembuatan Taoge :
Kajian Suhu dan Lama perendaman.
Yulianty dan H. Tripeni, Tundjung. 2007. Pengaturan Lama Perendaman
Benih Cabai
(Capsicum annuum L.) Dalam Fungisida Berbahan Aktif Benomyl untuk
Menekan
Perkembangan Penyakit Antraknosa. Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas Lampung.
J. Sains MIPA, Vol. 13, No 1.

O. Lampiran

Perhitungan :
Persentase Perkecambahan = Jumlah biji yang berkecambah x 100
Jumlah keseluruhan biji

1. Direndam dalam air selama 0 jam :


29
x 100 = 58 %
50
2. Direndam dalam air selama 1 jam :
33
x 100 = 66 %
50
3. Direndam dalam air selama 2 jam :
39
x 100 = 78 %
50
4. Direndam dalam air selama 3 jam :
38
x 100 = 76 %
50
5. Direndam dalam air selama 4 jam :
28
x 100 = 56 %
50

 Perhitungan Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP)


x1 x2 x3 xn
IKP = + + +......+
1 2 3 n
1. Direndam dalam air selama 0 jam :
0 0 1 5 14 6 3
IKP = 1 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + = 4,11

2. Direndam dalam air selama 1 jam :


0 0 3 10 8 7 4 3
IKP = 1 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 9 = 4,75

3. Direndam dalam air selama 2 jam :


0 0 3 12 15 6 2 1
IKP = 1 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = 5,77

4. Direndam dalam air selama 3 jam :


0 0 1 12 12 10 2
IKP = 1 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 = 5,48

5. Direndam dalam air selama 4 jam :


0 0 2 1 10 7 1 1
IKP = 1 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = 4,065

Anda mungkin juga menyukai