HORMON GIBERALIN
Kelompok 3:
1. Siti Ramla S. Kahar
2. Nadia Apriani Abas
3. Nur Intan Safitri Datuela
Kelas/ Program Studi: A/ Biologi
Angkatan : 2015
Asisten : Melisnawati Angio, M. Sc
Nilai Paraf
1
PRAKTIKUM 1
A. JUDUL :
Hormon Giberelin
B. TUJUAN:
Mahasiswa dapat melihat pengaruh konsentrasi Giberalin terhadap
viabilitas perkecambahan Apel dan Belimbing Wuluh.
C. DASAR TEORI:
Perkecambahan adalah proses perubahan bentuk morfologi biji untuk menjadi
individu baru. Sedangkan menurut Hopkins and Huner (2009) perkecambahan
adalah tahapan awal pertumbuhan embio dan komponen biji yang ditandai dengan
pecahnya kulit biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal.
Pecahnya kulit biji dapat menyebabkan homon giberelin dalam jaringan tumbuhan
menjadi aktif sehingga terjadi penambahan volume sel yang disebabkan
masuknya air ke dalam sel.
2
and Huner (2009) dapat mempengaruhi perbanyakan bunga, buah, pembentukan
akar dan perpanjangan tunas.
3
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
- Cawan petri
- Gelas beaker
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Kapas
2. Bahan
- Biji Belimbing Wuluh
- Biji Apel
- Aquades
- Giberelin sintetik
4
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Larutan
Konsentrasi Giberelin sintetik
5
Masing-masing petridish diisi 5 biji sebanyak 12 cawan untuk
belimbing wuluh dan 12 untuk apel.
Mengamati viabilitas biji pada jam yang telah ditentukan yakni 0 jam,
12 jam, 24 jam 36 jam hingga 48 jam.
6
F. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan 12 jam
B. GA 1% B. GA 5% B. GA 10%
A. GA 1% A. GA 5% A. GA 10%
2. Pengamatan 24 jam
B. GA 1% B. GA 5% B. GA 10%
A. GA 1% A. GA 5% A. GA 10%
7
G. PEMBAHASAN
Biji apel dan belimbing wuluh diberikan perlakuan dengan pemberian tiga (3)
konsentrasi giberelin sintetik yang berbeda diantaranya dengan pengenceran 1%,
5% dan 10% yang bertujuan untuk melihat perbedaan viabilitas atau kemungkinan
hidup tanaman. Untuk menguji viabilitas biji apel dan belimbing wuluh masing-
masing diberi perlakuan yang sama dari 0, 12, 24, 36 hingga 48 jam. Dari hasil
pengamatan pada setiap jam yang telah ditentukan tidak terdapat perubahan atau
tidak terjadi proses perkecambahan.
Proses skarifikasi dapat dilakukan secara kimia maupun tidak. Secara kimia
dapat dilkaukan dengan perendaman biji pada larutan yang bersifat asam kuat
8
yang bertujuan untuk melunakkan biji, sedangkan skarifikasi yang tidak
menggunakan bahan kimia dapat berupa dengan melukai bagian biji yang namun
tidak melukai atau memotong bagian munculnya radikula pada biji. Pendapat ini
juga didukung oleh Mistian et al. (2012) dalam penelitiannya diperlukan
skarifikasi secara fisik untuk memacu perkecambahan biji. Dalam hal ini
Pengaplikasian skarifikasi dilakukan pada tanaman pinang (Areca catechu L.)
dengan mengupas bagian mesocarp dan menggosok sebagian endocarp benih
dengan ketas pasir untuk mempermudah imbibisi biji.
Tahap skarifikasi benih pada bagian pangkal menyebabkan benih lebih cepat
berkecambah dibanding skarifikasi pada bagian lainnya. Skarifikasi yang
dilakukan dekat dengan embrio mempermudah proses imbibisi yang merangsang
terjadinya hidrolisa dan pengaktifan enzim-enzim yang mendorong terjadinya
perkecambahan yang terjadi dekat dengan embrio sehingga lebih cepat
ditranslokasikan ke embrio yang menyebabkan benih lebih cepat berkecambah
dibanding benih yang diskarifikasi di bagian lain dan benih yang tidak mendapat
perlakuan skarifikasi (Mistian et al. 2012). Skarifikasi dalam percobaan viabilitas
perkecambahan biji apel dan belimbing wuluh tidak dilakukan. Sehingganya pada
lama waktu 48 jam belum menunjukan adanya pertumbuhan tanaman, hal ini
dimungkinkan proses imbibisi pada biji apel dan belimbing wuluh tidak efektif
yang ditandai dengan pengerutan pada biji apel bagian luar. Adapun faktor lain
yang mempengaruhi adalah pemilihan benih, suhu, air/kelembababn, serta lama
waktu yang dibutuhkan.
9
H. KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2011. Pengaruh Penyimpanan Biji pada Suhu Ruang, Dingin, dan Beku
Terhadap Viabilitas Biji Belimbing (averrhoa caramola L. ) Kultivar ‘Dewa
Baru’ Asal Kecamatan Cimanggis, Depok. Departemen Biologi: Depok
(Skripsi).
Hopkins, W.G., and Huner, N.P.A. 2008. Introduction of Plants Physiology: 4th
edition. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Postlethwait, J. H., dan Hopson, J.L. 2006. Modern Biology. United States of
America: American.
Mistian Dini., Meiriani., dan Purba, E. 2012. Respons Perkecambahan Benih
Pinang (Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi Dan Konsentrasi
Asam Giberelat (GA3). Jurnal Online Agroekoteknologi .Vol. 1 No.1: 15-
25.
Mukminin, L.H, Asna, P M A., dan Setiowati, F K. 2016. Pengaruh Pemberian
Giberelin dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Biji Anggrek Bulan
(Phalaenopsis sp.). Bioeksperimen. Vol. 2 No. 2: 91-95. ISSN: 2460-1365.
Nurfiana, R. 2017. Pengaruh Lama Waktu Skarifikasi Terhadap Perkecambahan
Biji Lamtoro Sebagai Pakan Ternak.Jurusan Ilmu Petrnakan. Universitas
Alauddin: Makasar (Skripsi).
Thomas, S G., Rieu, I., and Stebe, C. 2005. Gibberellin Metabolism and
Signaling. Vitamins and Hormones. Vol.72 No.1: 289 - 339. DOI:
10.1016/S0083-6729(05)72009-4.
11
Lampiran 1
12