Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

GOLDEN RICE: HASIL REKAYASA GENETIKA

Makalah disusun untuk memenuhi mata kuliah Dasar-Dasar Bioteknologi

Dosen Pengampu:
Ir. Y. Ulung Anggraito, M.Si.

Disusun oleh:
Putri Indrawati (4411415034)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk dunia dikejutkan dengan padi varietas baru sebagai hasil temuan
mutakhir dalam bidang bioteknologi tanaman pangan, yaitu Golden Rice (padi
emas). Nama “Golden Rice” diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna
kuning menyerupai emas. Produksi Golden Rice menggunakan metode rekayasa
genetika karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu mensintesis
karotenoid. Ide tersebut dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap fenomena
banyaknya anak-anak yang menderita kekurangan vitamin A, terutama di Asia
dan Afrika. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan dan
memperburuk penderita diare, sakit pernafasan, dan cacar air. Namun demikian,
pemberian vitamin A secara oral memiliki kendala, terutama kurangnya
infrastruktur yang menunjang. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sebuah
alternatif terhadap pemerataan konsumsi vitamin A (Suudi, 2016). Beras adalah
tanaman pangan pokok bagi lebih dari separuh populasi dunia, menyumbang 30-
72% dari asupan energi di negara-negara Asia, sehingga menjadikannya tanaman
yang sempurna untuk menargetkan defisiensi vitamin A (Datta et al., 2004).
Namun demikian, Golden Rice masih menjadi kontroversi hingga saat ini.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah “Golden Rice telah lama terdengar, tapi
kenapa belum terlihat kebermanfaatannya secara luas hingga saat ini?” (Potrykus,
2017). Untuk menambah pemahaman tentang Golden Rice, maka makalah ini
disusun. Pembahasan ini merupakan peninjauan ulang terhadap berbagai jurnal
dan artikel terkait Golden Rice sebagai hasil rekayasa genetika.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan Golden Rice?
2. Bagaimana rekayasa genetika pada Golden Rice?
3. Apa saja kontroversi Golden Rice?
4. Bagaimana masa depan Golden Rice?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Golden Rice


Golden Rice diinisiasi oleh Rockefeller pada tahun 1982. Peter Bramley
pada 1990-an mengemukakan bahwa gen phytoene desaturase tunggal (CrtI
bakteri) dapat digunakan untuk memproduksi lycopene dari phytoene pada tomat
hasil rekayasa genetik. Lycopene kemudian disiklisasi ke beta-karoten oleh
siklase endogen dalam Golden Rice. Pada saat publikasi, beras emas dianggap
sebagai terobosan signifikan dalam bioteknologi, karena para peneliti telah
merekayasa seluruh jalur biosintesis (Romer et al., 2000).
Uji coba lapangan pertama dari kultivar Golden Rice dilakukan oleh Pusat
Pertanian Universitas Negeri Louisiana pada tahun 2004. Percobaan lebih lanjut
telah dilakukan di Filipina, Taiwan, dan di Bangladesh pada tahun 2015.
Pengujian lapangan menunjukkan nilai gizi yang akurat dan memungkinkan untuk
dilakuakn tes pemberian makan. Hasil awal dari uji lapangan menunjukkan
Golden Rice yang tumbuh di lapangan menghasilkan 4 hingga 5 kali lebih banyak
beta-karoten daripada Golden Rice yang ditanam di bawah kondisi rumah kaca
(Golden Rice Project).
Pada tahun 2005, sebuah tim peneliti Syngenta memproduksi Golden Rice
2, yaitu penggabungan gen phytoene synthase dari jagung dengan Crt1 dari
Golden Rice asli. GR2 menghasilkan 23 kali lebih banyak karotenoid daripada
GR1 (Paine et al., 2005). Gambar berikut menunjukkan perkembangan dari beras
yang biasa berwarna putih dengan GR1 maupun GR2 (Golden Rice Project).

Gambar 1. Tampilan beras putih, GR1, dan GR2 (Sumber: Golden Rice Project)
2.2 Rekayasa Genetika pada Golden Rice
Peneliti Eropa melaporkan bahwa di dalam Golden Rice terdapatprekusor
untuk bioseintesis karotenoid, termasuk beta-karoten, yaitu geranyl-geranyl
diphosphate (GGDP). Secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene karena
terjadi penghambatan fungsi dari enzim phytoene synthase (Phy). Namun
demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut dapat dihilangkan dengan cara
mengintroduksi gen Phy dari tanaman daffodil dengan menggunakan promoter
spesifik untuk endosperma. Selain Phy dan Crtl, tanaman daffodil juga memiliki
satu enzim yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-karoten yaitu
lycopene cyclase (Lyc). Secara ringkas, rekayasa jalur biosintesa beta-
karotenpada Golden Rice sebagai berikut:

Gambar 2. Jalur biosintesa beta-koroten


Hal yang sama disampaikan oleh Prof. Ingo Potrykus & Peter Beyer
bahwa memproduksi padi dilakukan melalui asosiasi 3 gen pada biosintesis
karoten, yaitu Psy (sintase phytoene) dari daffodil (Narcissus pseudonarcissus),
Crtl dari bakteri tanah Erwina uredovora, dan Lcy. Penyisipan Lcy (Lycopene)
dianggap perlu dilakukan, tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan hal tersebut
sudah diproduksi dalam endosperm padi (Mathur, 2018).
Gen Psy dan Crt1 yang berubah menjadi nuklir genom beras dan
ditempatkan dibawah kontrol promoter yang spesifik pada endosperm, sehingga
beta-karoten hanya diekspresikan dalam endosperm. Eksogen Lyc gen memiliki
urutan peptide transit terpasang sehingga ditargetkan ke plastid, dimana terjadi
pembentukan geranylgeranyl-PP. Gen Crt1 merupakan inklusi penting untuk
menyelesaikan jalur ini, karena dapat mengkatalisis beberapa langkah dalam
sintesis karotenoid. Analisis terakhir menunjukkan enzim endogen pada tanaman
dalam proses lycopene dengan beta-karoten di endosperm memberikan warna
kuning pada beras, yang kemudian disebut sebagai GR1 (Golden Rice Project).
Eksperimen dengan gen Psy dari berbagai sumber mengidentifikasikan gen
jagung dan beras sebagai gen yang paling efisien dalam biji padi (Paine et al.,
2005). Hal ini menyebabkan generasi kedua dari Golden Rice, sering disebut
sebagai GR2 mampu mengakumulasi hingga 37 μg / g karotenoid, dimana 31 μg /
g adalah β-karoten, dibandingkan dengan generasi pertama, di mana hanya 1,6 βg
/ g diperoleh (Al-Babili dan Beyer, 2005).

Gambar 3. Konstruksi gen digunakan untuk menghasilkan Golden Rice. RB,


urutan perbatasan kanan T-DNA; Glu, promotor glutelin spesifik endosperm;
tpSSU, pea ribulosa bis-fosfat karboksilase kecil subunit transit peptida untuk
lokalisasi kloroplas; nos, terminator nopalin sintase; Psy, gen phytoene synthase
dari Narcissus pseudonarcissus (GR1) atau Zea mays (GR2); Ubi1, promotor
polyubiquitin jagung; Pmi, gen isomerase phosphomannose dari E. coli untuk
seleksi positif (GR2); LB, T-DNA meninggalkan urutan perbatasan (Golden Rice
Project).

2.3 KontroversiGolden Rice


Sifat Golden Rice melibatkan rekayasa multigen jalur metabolisme yang
dapat mempengaruhi berbagai fungsitanaman. Mengubah lokasi beta-karoten
dapat mempengaruhi sensitivitas tanaman terhadap sinar matahari (Golden Rice
Project). Salah satu dari dampaknya adalah variasi sifat yang disilangkan. Tang et
al., (2012) menyebutkan bahwa anak-anak yang diberi makanan seimbang dengan
energi 20% dari lemak menunjukkan bahwa Golden Rice bekerja pada anak-anak
yang tidak membutuhkan lemak. International Rice Research Institute (IRRI)
belum menentukan apakah konsumsi harian Golden Rice dapat meningkatkan
status vitamin A pada anak-anak yang kekurangan vitamin A dan sifat tersebut
tidak akan dirilis kecuali telah ada sebuah studi terencana yang mengemukakan
bahwa Golden Rice aman dan berkhasiat (IRRI).
Terdapat kekhawatiran bahwa beta-karoten dalam butir padi tidak akan
bertahan selama periode penyimpanan karena karotenoid dapat rusak
akibatoksigen, cahaya, dan panas (Pe´nicaud et al. 2011). Sebagaimana Hansen
(2013) menyatakan bahwa tidak ada studi yang telah dilakukan mengenai kadar
karoten dalam beras yang telah disimpan di ruang penyimpanan suhu selama satu
atau dua bulan. Selain itu, pertanyaan muncul mengenai pembukaan jalur
metabolisme untuk karoten di endosperm apakah dapat mengurangi aliran
senyawa menjadi nutrisi lain. Hal tersebut cukup masuk akal, tetapi tidak jelas
apakah uji coba yang direncanakan akan dilakukan sedemikian kompleks. Sebuah
penelitian yang berfokus pada pemberian vitamin Aakan menyesatkan kecuali
tingkat nutrisi lain juga dinilai (Stone dan Glover et al., 2016).
Golden Rice dikenalkan sebagai alat yang ampuh untuk mengurangi
kekurangan vitamin A. Namun, para peneliti India melaporkan bahwa gen yang
diperlukan untuk memproduksinya memiliki efek yang tidak diinginkan. Ketika
mereka memperkenalkan DNA rekayasa, varietas padi India unggul dan unggul
secara agronomis menjadi pucat dan kerdil, berbunga ditunda dan akarnya tumbuh
tidak normal. Hasil panen dikurangi sehingga tidak cocok untuk budidaya
(Bollinedi et al., 2017).

2.4 Masa Depan Golden Rice


Bertentangan dengan klaim bahwa jutaan anakdi seluruh dunia sekarat
karena oposisi Greenpeace untuk Golden Rice, strain baru tidak siap dan
diperkirakan tidak akan siap beberapa tahun mendatang. Golden Rice terbukti
sangat sulit untuk ditanam. Ke depan, bahkan jika Golden Rice dibesarkan
kecepatan secara agronomis, disetujui, dirilis, dan diadopsi petani, tujuan yang
dinyatakan menyelamatkan jutaan jiwa, atau bahkan memiliki dampak kesehatan
masyarakat yang signifikan, juga disikat oleh kondisi spesifik Filipina (Stone dan
Glover et al., 2016).

BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan


Golden Rice dimulai dari tahun 1982 oleh Rockefeller hingga pada tahun 2004
dihasilkan GR1 yang mengandung beta-karoten. Kemudian, pada tahun 2005 tim
Syngenta memproduksi GD2 dengan kandungan karotenoid 23 kali lebih banyak
daripada GD1. Rekayasa Genetika pada Golden Rice adalah dengan mengasosiasikan
gen Phy, Crt1, dan Lyc pada biosintesis karoten dengan promoter yang spesifik pada
endosperm sehingga beta-karoten diekspresikan di endosperm. Hal tersebut
menyebabkan beras berwarna kuning, disebut dengan GD1. Sedangkan GR2
mengekspresikan beta-karoten yang lebih tinggi daripada GR1 dengan memanfaatkan
gen Phy dari jagung. Namun demikian, timbul kontroversi Golden Rice sebagai hasil
rekayasa multigen jalur metabolisme, yaitu memengaruhi sensitivitas tanaman terhadap
sinar matahari, belum ada studi mengenai kemampuan GR yang aman dan berkhasiat
untuk meningkatkan status vitamin A, kekhawatiran terbentuknya nutrisi lain akibat
pembukaan jalur metabolisme dan tidak cocok untuk dibudidayakan. Beberapa tahun
ke depan, Golden Rice diperkirakan belum siap untuk memberikan manfaat kepada
penduduk dunia sebagai solusi terhadap pemerataan konsumsi vitamin A.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Babili S, dan Beyer P. 2005. Golden Rice – five years on the road – five years to go?
TRENDS in Plant Science, 10: 565-573.
Bollinedi H, Prabhu KV, Singh NK, Mishra S, Khurana JP, Singh AK. 2017. Molecular
and functional characterization of gr2-r1 event based backcross derived lines of
golden rice in the genetic background of a mega rice variety swarna. PloS one,
12(1): e0169600.
Datta, S.K. 2004. Rice biotechnology: A need for developing countries. AgBioForum
7(1–2): 31–35.
Golden Rice Project. How The Science Behind Golden Rice. Online.
http://www.goldenrice.org/Content2-How/how1_sci.php (diakses tanggal 28 April
2018).
Hansen M. 2013. Golden Rice myths. Online.
http://gmwatch.org/index.php/news/archive/2013/15023-golden-ricemyths
(diakses tanggal 28 April 2018).
IRRI. Is Golden Rice safe? Online. http://irri.org/golden-rice/faqs/is-golden-rice-safe
(diakses tanggal 28 April 2018).
Mathur R. 2018. Genetic engineering and biosafety in the use of genetically modified
foods. International Journal of Advanced Scientific Research and Management, 1:
76-82.
Paine JA, Shipton CA, Chaggar S, Howells RM, Kennedy MJ, Vernon G, Wright SY,
Hinchliffe E, Adams JL, Silverstone AL, Drake R. 2005. A new version of
Golden Rice with increased provitamin A content. Nature Biotechnology, 23: 482-
487.
Pe´nicaud C, Achir N, Dhuique-Mayer C, Dornier M, Bohuon M. 2011. Degradation of
b-carotene during fruit and vegetable processing or storage: Reaction mechanisms
and kinetic aspects: A review. Fruits, 66: 417–440.
Potrykus I. 2017. The GMO-corp potential for more, and more nutritious food is
blocked by justified regulation. Journal of Innovation & Knowledge, 2(2017): 90-
96.
Romer S, Fraser PD, Kiano JW, Shipton CA, Misawa N, Schuch W, Bramley PM.
2000. Elevation of provitamin A content of transgenic tomato plants. Nature
Biotechnology. 18 (6): 666–669.
Stone GD, dan Glover D. 2016. Disembedding grain: Golden Rice, the Green
Revolution, and heirlooms seeds in the Philippines. Agriculture and Human
Values, DOI 10.1007/s10460-016-9696-1
Suudi M. 2016. Golden Rice: Dulu Kini dan Nanti. Online.
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/seputar-p2biotek/455-golden-rice-dulu-
kini-dan-nanti (diakses tanggal 28 April 2018).
Tang G, Hu Y, Yin S, Wang Y, Dallal G, Grusak M, Russell R. 2012. β-Carotene in
Golden Rice is as good as β-carotene in oil at providing vitamin A to children.
The American Journal of Clinical Nutrition, 96(3): 658-664.

Anda mungkin juga menyukai