Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ILMU ALAMIAH DASAR GOLDEN RICE

OLEH: Maryana Ramadhani Hakim 104274216 2010/C JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011

GOLDEN RICE
Golden rice atau yang biasa disebut dengan padi emas yang ditemukan pada tahun 2000 oleh seorang ilmuan Ingo Potrykus dari ETH Zurich dan Peter Beyer dari Universitas Freiburg. Padi tersebut merupakan hasil rekayasa genetik di bidang bioteknologi tanaman pangan. Ide rekayasa padi yang mengandung beta-karoten pada awalnya muncul ketika para ahli biotek menemukan sebuah fenomena banyaknya anakanak yang mengalami kekurangan vitamin A di benua Asia dan Afrika.

Gambar 1. Perbedaan tanaman padi biasa dengan golden rice Varitas baru tersebut tidak bisa dihasilkan dengan persilangan biasa (breeding), tetapi melalui teknik DNA rekombinan atau rekayasa genetik. Ide rekayasa padi yang mengandung beta-karoten. Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan kebutaan dan bisa memperburuk penderita diare, sakit pernafasan dan penyakit cacar air. Selain itu, pemberian vitamin A secara oral menjadi hal yang problematik karena kurangnya infrastruktur yang menunjang. Maka sebuah alternatif sangat dibutuhkan untuk memeratakan konsumsi vitamin A khususnya pada anak-anak. Salah satu terobosan yang bisa dilakukan adalah merekayasa padi agar bisa menghasilkan beta-karoten (provitamin A) pada biji (endosperma)-nya. PROSES REKAYASA GOLDEN RICE Rekayasa padi golden rice memang baru terdengar saat keberhasilan tersebut termuat dalam jurnal Science pada tahun 2000. Namun sebenarnya sekitar sepuluh tahun

sebelumnya, ilmuwan Jepang telah mengawali mengisolasi gen yang menjadi jalur biosintesa karotenoid dari bakteri fitopatogenik Erwinia uredovora . Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa gen CrtI mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Beberapa tahun berselang, ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam biji padi terdapat bahan dasar (prekusor) untuk biosintesa karotenoid, termasuk beta-karoten, yaitu geranyl geranyl diphosphate (GGDP) . Namun secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi penghambatan fungsi dari enzim phytoene synthase (PHY) dalam mengubah GGDP menjadi phytoene. Meskipun demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan dengan cara mengintroduksi gen phy dari tanaman daffodil (bunga narsis/ bakung) dengan menggunakan promoter spesifik untuk endosperma . Selain phy dan CrtI, masih ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-karoten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal dari tanaman daffodil. Secara ringkas, rekayasa jalur biosintesa beta-karoten pada golden rice bisa dilihat pada skema berikut:

Transformasi dengan menggunakan Agrobacterium menunjukkan bahwa modifikasi jalur biosintesa beta karoten berhasil dilakukan. Hal ini terbukti berdasarkan hasil analisa fotometrik dengan menggunakan HPLC (high-performance liquid chromatography) yang menunjukkan adanya karotenoid, termasuk beta-karoten, pada

golden rice yaitu 1.6 mikrog/g . Keberhasilan ini dilanjutkan dengan uji coba pada varietas yang berbeda seperti indica (IR 64) dan japonica (Taipei 309). IR 64 dan Taipei 309 dipilih karena kedua varitas tersebut paling banyak digemari di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara dan China. Namun demikian, hasil yang dicapai masih kurang memuaskan karena kandungan karotenoid pada varitas IR 64 dan Taipei 309 tersebut masih tergolong rendah yaitu berturut-turut 0.4 mikrog/g dan 1.2 mikrog/g.

KONTROVERSI MASYARAKAT Kehadiran padi emas tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat dunia. Sebagian masyarakat tidak menyetujui budidaya padi emas karena adanya kekhawatiran akan terjadinya perubahan lingkungan atau ekosistem. Mereka takut padi emas yang ditanam dapat menularkan sifat mutasinya ke tanaman alami lain. Hal ini mungkin terjadi bila padi emas ditanam bersama padi jenis lain dalam satu lahan yang berdekatan sehingga polen (benang sari) padi emas dapat membuahi padi lain. Hal lain yang ditakutkan adalah apabila sifat yang diciptakan oleh ilmuwan ternyata bisa berubah dan melenceng jauh dari yang diharapkan. Masyarakat juga takut mengkonsumsi padi emas karena takut akan membahayakan kesehatan. Sumber : www.wikipedia.com Http: biotektanaman.files.wordpress.com

KOMENTAR : Kemajuan teknologi di bidang tanaman saat ini sungguh sangat mencengangkan karena sudah banyak produk-produk instan yang dapat langsung dipergunakan. Termasuk golden rice,beras yang kaya vitamin A diperuntukkan bagi masyarakat yang kekurangan ,karena dengan mengkonsumsi golden rice mereka sudah mendapatkan kandungan beta karotena dalam tubuh yang mana di dalam tubuh manusia, betakarotena akan diubah menjadi vitamin A. Dengan mengonsumsi beras golden rice, masyarakat juga bisa memenuhi kebutuhan mereka akan daging, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Apalagi bahan makanan yang mengandung vitamin A ini biasanya

harganya sangat mahal sehingga ini sangat membantu bagi kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

KESIMPULAN : Berkembangnya teknologi di bidang pangan yaitu golden rice sangat bermanfaat. Dengan mengkonsumsi beras tersebut kebutuhan pangan lengkap seperti sayur mayur,daging , dan buah-buahan dapat terlengkapi dalam satu panganan saja yaitu golden rice, karena kandungan beta karotin di dalamnya dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai