Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI
Penyisipan Betakaroten dari Tanaman Wortel dalam Golden Rice (beras
emas) Melalui Rekayasa Genetik

Dosen pengampu mata kuliah:


Ika Qurrotul Afifah, M. Si.

Kelompok 7 (A):
Adeline Sekar Khasanah (20106030015)
Nurul Intan Ramadany (20106030016)
Riti Musytaghfirah Badrun (20106030018)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin segala puji dan syukur senantiasa dihanturkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada
kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penyisipan Betakaroten dari Tanaman Wortel dalam Golden Rice (beras
emas) Melalui Rekayasa Genetik” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam juga selalu tercurah kepada junjungan agung kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing kita dari alam yang penuh kegelapan menuju alam yang
terang-benderang dan semoga kita termasuk dalam golongan beliau hingga akhir
zaman.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ika Qurrotul Afifah, M.
Si. selaku Dosen penngampu pada mata kuliah Bioteknologi yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan semua, terima kasih atas segala bantuan nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 1 November 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
D. Landasan Teori 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita
sebagai mahluk individu dituntut untuk selalu mengembangkan potensi yang ada
agar bisa lebih bermanfaat di lingkungan masyarakat. Perkembangan ilmu
bioteknologi modern sudah dimulai sejak tahun 1928 dengan penemuan pertama
nya adalah antibiotic yang digunakan untuk penyakit kulit yang disebabkan oleh
bakteri. Sejak saat itu, manusia mulai menyadari akan pentingnya organisme
seperti tanaman, hewan, maupun mikroba dalam meningkatkan kualitas hidup.
Dengan semakin pesatnya pertambahan penduduk, hal tersebut ternyata
memiliki dampak terhadap kebutuhan pangan serta gizi yang kurang mencukupi.
Maka dari itu, diperlukan penerapan kemajuan teknologi dalam bidang
bioteknologi untuk memenuhi kebutuhan pangan serta gizi yang belum
mencukupi tersebut. Pada tahun 1999, dua ilmuwan asal Swiss mencetuskan
perkembangan bioteknologi Golden rice. Penemuan tersebut didasarkan atas
banyaknya kasus defisiensi vitamin A yang sangat marak pada saat itu.
Beras emas atau yang kerap disebut dengan Golden rice merupakan verietas
padi transgenik hasil dari produk rekayasa genetika yang berasnya mengandung
beta karoten (pro-vitamin A) dalam anggota endospermanya. Kandungan beta
karoten dalam padi tersebut mengakibatkan perubahan warna pada beras menjadi
kuning, hal tersebut yang menyebabkan produk dari rekayasa genetika ini disebut
sebagai Golden rice.
Nasi yang mengandung beta karoten (pro-vitamin A) akan sangat bermanfaat
dalam memenuhi kandungan gizi pangan masyarakat disamping nasi yang
menjadi makanan pokok bagi masyarakat di negara berkembang seperti
Indonesia. Namun, kandungan beta karoten hanya dapat ditemukan di jaringan
hijau seperti daun, sedangkan endosperma beras yang bias akita konsumsi sehari-
hari tidak mengandung nutrisi tersebut. Oleh karena itu, rekayasa genetika akan
memainkan peran yang sangat penting dalam menghasilkan keturunan baru yang
lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Golden rice?
2. Apa itu rekayasa genetika?
3. Bagaimana proses penyisipan betakaroten yang ada dalam tumbuhan
wortel ke dalam beras?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan serta kontroversi tentang Golden rice?
C. Tujuan
1. Memahami apa aitu Golden rice

1
2. Memahami apa itu rekayasa genetika
3. Memahami bagaimana proses penyisipan betakaroten terhadap beras
dengan rekayasa genetika
4. Memahami apa saja kelebihan dan kekurangan serta kontroversi yang ada
tentang penemuan Golden rice
D. Landasan Teori
1. Golden Rice
Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama
dilakukan namun menjadi sangat terdengar ketika muncul golden rice
dalam jurnal science pada tahun 2000. Namun sebenarnya sekitar sepuluh
tahun sebelumnya, ilmuwan jepang telah mengawali mengisolasi gen
yang menyandi jalur biosintesa karotenoid dari bakteri fitopatogenik
Erwina Uredovora. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa gen Crtl
mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk
mengubah phytoene menjadi lycopene (I Wayan, 2009).
Luasan lahan pertanian yang semakin sempit mengakibatkan
produksi perlahan harus ditingkatkan. Peningkatan ini tidak hanya berupa
peningkatan bobot panen namun juga nutrisi atau nilai tambah. Oleh
sebab itu dari suatu luasan yang sebelumnya hanya menghasilkan
karbohidrat diharapkan dapat ditambah dengan vitamin dan mineral. Hal
inilah yang mendorong para peneliti padi mengembangkan Golden Rice.
Pada awalnya penelitian dilakukan untuk meningkatkan kandungan
provitamin A berupa beta karoten, dan saat ini fokus penelitian tetap
dilakukan (I Wayan, 2009).
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan
berwarna kuning menyerupai emas. Rekayasa genetika merupakan
metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan
karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis
karotenoid. Pendekatan transgenik dapat dilakukan karena adanya
perkembangan teknologi transformasi dengan Agrobacterium dan
ketersediaan informasi molekuler biosintesis karotenoid yang lengkap
pada bakteri dan tanaman. Dengan adanya informasi tersebut terdapat
berbagai pilihan cDNA. Produksi prototype Golden Rice menggunakan
galur padi japonica (Taipe 309), teknik transformasi menggunakan
Agrobacterium dan beberapa gen penghasil beta karoten tanaman daffodil
hingga bakteri (Tran dan Pham, 2010).
Golden Rice adalah beras diperkaya dengan beta-karoten, sebuah
provitamin. Ini dikembangkan untuk membantu mencegah kekurangan
vitamin A dan konsekuensinya sering parah dan kadang-kadang
mematikan dalam padi-makan populasi di negara berkembang: di negara-
negara banyak orang yang terlalu miskin untuk dapat membeli makanan
yang seimbang dengan hijau, buah-buahan dan produk-produk hewani.
Sayangnya hanya realistis untuk berasumsi bahwa sebagian besar dari

2
populasi ini akan tetap miskin dan kekurangan gizi di masa mendatang
(Tran dan Pham, 2010).
Golden Rice adalah kultivar (varietas) padi transgenik hasil
rekayasa genetika yang berasnya mengandung beta-karotena (pro-vitamin
A) pada bagian endospermanya. Kandungan beta-karoten ini
menyebabkan warna berasnya tersebut tampak kuning-jingga sehingga
kultivarnya dinamakan ‘Golden Rice’ (“Beras Emas”). Pada tipe liar
(normal), endosperm padi tidak menghasilkan beta-karoten dan akan
berwarna putih hingga putih kusam. Di dalam tubuh manusia, beta-
karotena akan diubah menjadi vitamin A (Ming et al, 2004).
Kultivar padi ini dibuat untuk mengatasi defisiensi atau
kekurangan vitamin A yang masih tinggi prevalensinya pada anak-anak,
terutama di wilayah Asia dan Afrika. Nasi menjadi pangan pokok bagi
sebagian besar warga disana, dan kemiskinan sering kali tidak
memungkinkan penyediaan sayuran atau buah-bahan yang biasa menjadi
sumber provitamin-A dalam menu makanan sehari-hari (Sugianto, 2017).

2. Rekayasa Genetika
3. Proses Penyisipan Betakaroten dari Wortel ke Dalam Beras
Penyisipan gen pada suatu tanaman membutuhkan proses yang
sulit dan panjang. Untuk menyisipkan sebuah gen pada sel tumbuhan, kita
membutuhkan vektor tertentu. Vektor adalah organisme yang berfungsi
sebagai kendaraan pembawa materi genetik yang akan disisipkan. Sel
tumbuhan tidak memiliki plasmid seperti bakteri sehingga pilihan vektor
yang berpotensi untuk memasukkan gen ke dalam sel tanaman juga
terbatas.Sejauh ini, vektor terbaik untuk menyisipkan gen pada tanaman
adalah Agrobacterium tumefaciens. Hal ini karena bakteri tersebut
memiliki Ti-plasmid (Tumor Inducing Plasmid) yang dapat berintegrasi
ke dalam DNA tumbuhan.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyisipkan gen pada suatu sel
tanaman:
a. Ti-Plasmid yang terdapat pada bakteri Agrobacterium dikeluarkan dari sel
bakteri Agrobacterium kemudian dipotong dengan menggunakan enzim
endonuklease restriksi.
b. Isolasi DNA pengkode protein (gen) yang kita inginkan dari organisme
tertentu.
c. Sisipkan gen yang kita inginkan tersebut pada plasmid dan rekatkan dengan
enzim DNA ligase.
d. Masukkan kembali plasmid yang sudah disisipi gen ke dalam bakteri
Agrobacterium.

3
e. Plasmid yang sudah tersisipi gen akan terduplikasi pada bakteri
Agrobacterium
f. Selanjutnya, bakteri akan masuk ke dalam sel tanaman dan mentransfer gen.
g. Kemudian, sel tanaman akan membelah. Tiap-tiap sel anak akan
memperoleh gen baru dalam kromosom dari sel tanaman dan membentuk
sifat/karakteristik yang baru (yang sesuai dengan gen yang disisipkan).

Dari Gambar 4, dapat diamati bahwa bakteri yang telah terintegrasi


dengan Ti-plasmid akan dimasukkan ke dalam potongan kecil dari sel
tanaman/eksplan (misalnya potongan kecil dari daun). Metode untuk
memasukkan DNA plasmid yang terdapat pada sel bakteri ke dalam sel tanaman
ini disebut dengan transformasi. Disini, gen pengkode protein tertentu yang
sudah bergabung pada Ti Plasmid akan tersisip pada kromosom tanaman.

4. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan dari pembuatan beras emas (golden rice) adalah mampu
menyediakan rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam
100-200 gram beras sehingga dengan mengkomsumsi beras emas (golden
rice) ini dapat menyediakan kebutuhan vitamin A dan karbohidrat yang
diperlukan oleh tubuh. Mengatasi kekurangan vitamin A karena
mengandung beta karoten tinggi.
Kekurangan terhadap golden rice dalam hal kesehatan antara lain
karena ada kekhawatiran zat penyebab alergi (alergen) berupa protein
dapat ditransfer ke bahan pangan, terjadi resistensi antibiotik karena
penggunaan marker gene, dan terjadi outcrossing, yaitu tercampurnya
benih konvensional dengan benih hasil rekayasa genetika yang mungkin
secara tidak langsung menimbulkan dampak terhadap keamanan pangan.

4
Terhadap lingkungan dan perdagangan, pangan hasil rekayasa genetika
(PRG) dikhawatirkan merusak keanekaragaman hayati, menimbulkan
monopoli perdagangan karena yang memproduksi PRG (dalam hal ini
Golden rice) secara komersial adalah perusahaan multinasional,
menimbulkan masalah paten yang mengabaikan masyarakat pemilik
organisme yang digunakan di dalam proses rekayasa, serta pencemaran
ekosistem karena merugikan serangga nontarget misalnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai