Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOTEKNLOGI

PERTANIAN

Disusun oleh:

ADITYA ABDURRAHMAN TUAH (2013201026)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TOMPOTIKA

LUWUK BANGAI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Bioteknlogi Pertanian ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bpk.
Drs. Muh. Syahir,Apt,M.Si, pada mata kuliah Bioteknologi Pertanian. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Drs. Muh. Syahir,Apt,M.Si, selaku
dosen pengampu mata kuliah Bioteknologi Pertanian yang telah me ofmberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
Aditya Abdurrahman Tuah

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana aplikasi bioteknologi pertaian................................................................

2.2 Lima (5) Contoh Produk Bioteknologi Trasgenik (GMO) bidang pertanian dan
jelaskan kegunnaannnya..................................................................................................

2.3 Contoh Proses Transformasi Genetik Tanaman Menggunakan Bakteri: :


Agrobacterium tumefaciens.............................................................................................

2.4 Pengembbangan (biofertillizer dan biopesticide)....................................................

2.5 Teknik transgennik pada tanaman serta produknya..............................................

2.6 Teknik kultur jarinngan pad tanaman serta produknya........................................

2.7 Manfaat dan keterbatasan metode biotekologi pada pertanian.............................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................

3.2 Saran............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara definisi, istilah bioteknologi mempunyai pengertian penerapan prinsip-
prinsip biologi , biokimia, dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan memanfaatkan
agensia jasad hidup dan komponen-komponenya untuk menghasilkan barang dan jasa.

Prinsip-prisip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi


tanaman, hewan, dan produk makanan. Bioteknologi yang menggunakan teknologi yang
masih sederhana ini disebut bioteknologi konvensional atau tradisional. Penerapan
bioteknologi konvensional ini sering diterapkan dalam pembuatan produk-produk
makanan. Seiring dengan perkembangan dan penemuan dibidang molekuler maka
teknologi yang digunakan dalam bioteknologi pada saat ini semakin canggih.
Bioteknologi yang menggunakan teknologi canggih ini disebut bioteknologi modern.
Salah satu nya adalah bioteknologi dalam bidang pertanian dan bioteknologi kehutanan.
Maka makalah ini akan di bahas secara khusus tentang prinsip-prinsip ilmiah( biologi
molekuler) dan perekayasaan (rekayasa genetik) yang diterapkan didalam usaha pertanian
dan bioteknologi dibidang kehutanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan bioteknologi?
2. Bagaimana aplikasi bioteknologi di bidang pertanian?
3. Apa saja contoh produk bioteknologi trasgenik (GMO) bidang pertanian?
4. Bagaimana proses transformasi genetik tanaman menggunakan bakteri: :
Agrobacterium tumefaciens
5. Bagaimana pengembbangan tbiofertillizer dan biopesticide)?
6. Bagaimana teknik transgennik pada tanaman serta produknya?
7. Bagaimana teknik kultur jaringan pada tanaman serta produknya?
8. Apa manfaat dan keterbatasan metode biotekologi pada pertanian?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah adalah untuk;
1. Mengetahui apa yang dimaksud bioteknlogi dalam bidang pertanian
2. Mengetahui bagaimana penerapan bioteknologi
3. Mengetahui apa saja contoh dan bagaimana proses produk bioteknologi
4. Mengenal beberapa teknik dan manfaat bioteknologi pada pertanian
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Aplikasi Bioteknologi Pertaian


Bioteknologi pertanian merupakan salah satu cabang ilmu yang penting dalam
pengembangan bioteknologi yang diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan bagi
manusia. Aplikasi bioteknologi dalam bidang pertanian telah membantu dalam percepatan
produksi benih, perbaikan sifat-sifat tanaman, serta perakitan jenis tanaman baru melalui
rekayasa genetika dan kultur jaringan. Aplikasi bioteknologi pertanian juga telah
membantu dalam menciptakan pertanian yang berkesinambungan, dengan cara
mengurangi ketergantungan pertanian terhadap bahan kimia, misalnya dengan pembuatan
pupuk hayati. Selain itu, masih banyak lagi aplikasi bioteknologi pertanian lainnya, dan
semuanya dipelajari dalam ilmu bioteknologi pertanian.

Aplikasi bioteknologi dalam bidang pertanian dapat membantu dalam percepatan


produksi benih, perbaikan sifat-sifat tanaman, hingga menghasilkan jenis tanaman baru.
Semua itu bisa dihasilkan dengan cara rekayasa genetika dan kultur jaringan. Rekayasa
genetika adalah suatu usaha memanipulasi suatu gen organisme untuk tujuan tertentu,
dengan cara menghilangkan atau menambahkan suatu gen sehingga menghasilkan
organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan. Organisme yang telah direkayasa
genetikanya sering disebut dengan Genetic Modified Organism (GMO).

2.2 Lima (5) Contoh Produk Bioteknologi Trasgenik (GMO) bidang pertanian dan
jelaskan kegunnaannnya
Contoh bioteknologi dalam bidang pertanian yang berupa tanaman GMO yang ada
di sekitar kita diantaranya adalah:
1. Jagung manis. Jagung manis yang kita konsumsi saat ini merupakan jagung hasil
rekayasa genetika. Pada jagung manis gula yang terkandung direkayasa untuk
tidak diubah menjadi pati sehingga tetap manis dan berair.
2. Pepaya California, pepaya ini juga merupakan hasil rekayasa genetika oleh
seorang profesor dari IPB, yang memiliki kelebihan rasa lebih manis dan cepat
berbuah.
3. Golden rice, pada tanaman padi ini disisipkan gen penghasil betakaroten dari
tanaman wortel, sehingga padi ini memiliki kelebihan selain mengandung
karbohidrat juga memiliki kandungan vitamin A.
4. Kapas yang resisten terhadap Bt toksin, pada tanaman kapas ini telah disisipkan
gen Bt toksin sehingga aman dari hama.
5. Kedelai impor yang menjadi bahan baku dari tempe dan tahu, kedelai ini telah
disisipkan dengan gen EPSPS sehingga kedelai impor ini tahan terhadap herbisida
berbahan glifosfat. Selain itu kelebihan lainnya adalah harganya lebih murah
karena selalu tersedia di pasaran.

2.3 Contoh Proses Transformasi Genetik Tanaman Menggunakan Bakteri: :


Agrobacterium tumefaciens
Transformasi genetik adalah proses introduksi gen dari satu organisme ke
organisme lain yang memungkinkan untuk memunculkan sifat harapan tanpa mengubah
sifat lain. Penggunaan Agrobacterium tumefaciens sebagai vektor transformasi memiliki
keunggulan karena tidak membutuhkan peralatan khusus serta efisiensi transformasi dan
salinan tunggal dari gen yang ditransformasi relatif tinggi. Pada proses ini merupakan
transformasi komparatif pada beberapa tanaman yang memiliki karakter berbeda, yaitu
manggis sebagai tanaman apomiksis, tembakau sebagai tanaman model, anggrek sebagai
perwakilan dari kelas monokotil, dan kopi sebagai perwakilan dari kelas dikotil.

Transformasi dilakukan dengan metode yang sama dan dilanjutkan dengan


regenerasi pada media seleksi yang mengandung antibiotik. Konfirmasi sisipan gen hasil
transformasi dilakukan dengan teknik Polimerase Chain Reaction (PCR). Hasil
konfirmasi dari sampel tanaman yang mampu tumbuh pada media seleksi menunjukkan
hanya tembakau yang positif tersisipi oleh gen yang ditransfomasi. Hal ini menunjukkan
bahwa tanaman hasil transformasi yang mampu hidup di media seleksi belum merupakan
jaminan tersisip oleh gen yang diintroduksi sebelum dilakukan pengujian molekuler.
Beberapa optimasi dalam sterilisasi, teknik infeksi, peningkatan jumlah eksplan yang
ditransformasi dan jumlah sampel yang diuji perlu dilakukan untuk peningkatan efisiensi
transformasi.

2.4 Pengembangan (biofertillizer dan biopesticide)


 Biofertilizer
Pengkayaan hayati tanah dapat dilakukan dengan menambah jenis dan
populasi organisme tanah melalui aplikasi biofertilizer yang merupakan jenis
pupuk dengan kandungan organisme hidup yang mampu memperbaiki kesuburan
tanah. Jumlah dan jenis organisme dalam biofertilzer dapat berasal dari organisme
tunggal ataupun beberapa jenis (konsorsia). Agar organisme hidup ini dapat aktif
maka diperlukan energi dan hara. Selain itu organisme ini juga dapat berinteraksi
secara positif ataupun negatif di antara organisme natif yang ada dalam subsistem
tersebut. Dalam jangka panjang, aplikasi pupuk organik dengan dikombinasi
pupuk buatan merupakan langkah terbaik dalam meningkatkan C-organik dan N-
tanah serta bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Pada prinsipnya kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh sifat fisika tanah
yang juga dapat diperankan oleh makrofauna/mesofauna tanah, seperti cacing
tanah, rayap, uret, dan lain-lain. Makrofauna dan mesofauna tanah ini juga dapat
didayagunakan sebagai organisme untuk biofertilizer tanah.  Subowo el al (2002)
mendapatkan bahwa aplikasi cacing tanah endogaesis Pheretima hupiensis dewasa
pada Ultisol Banten dapat menurunkan kepadatan tanah lapisan olah dan
meningkatkan produksi kedele. Aplikasi cacing tanah selain dalam bentuk cacing
dewasa pada prinsipnya juga dapat dilakukan melalui kokon hasil reproduksi
cacing tanah dewasa.

Dalam aplikasi biofertilizer hendaknya diperhatikan faktor-faktor yang


menjadi pembatas kesuburan tanah. Pilihan jenis organisme yang diharapkan
dapat memperbaiki kesuburan tanah mampu tumbuh dan berkembang di lapangan.
Agar aktivitas organisme dari biofertilizer dapat berperanan aktif hendaknya juga
disediakan hara dan energi untuk mendukung kehidupannya.
Pada prinsipnya kandungan organisme fungsional dalam biofertilizer
adalah dari jenis-jenis organisme tanah (makroorganisme maupun
mikroorganisme) yang memiliki fungsi dapat memperbaiki kesuburan tanah, baik
untuk meningkatkan ketersediaan hara ataupun perbaikan sifat fisik tanah dan
ketahanan tanaman. Organisme tanah yang merupakan sel hidup, memiliki
sensitivitas terhadap lingkungan/habitat sangat tinggi, sehingga aplikasi di
lapangan sering kali tidak mampu memberikan respon sesuai yang diharapkan.
Demikian pula dengan tingginya diversitas sumberdaya tanah juga menambah
gangguan terhadap keberhasilan aplikasi biofertilizer di Indonesia. Pilihan
biofertilizer dapat berisikan organisme tunggal ataupun organisme
majemuk/konsorsia.

Dalam proses produksi biofertilizer tunggal relatif lebih mudah, namun


potensi memperbaiki kesuburan tanah dan cakupan target di lapangan lebih
sempit. Sebaliknya biofertilizer majemuk (konsorsia) memiliki kemampuan
memperbaiki kesuburan tanah lebih luas namun proses produksinya relatif lebih
sulit. Antar individu organisme fungsional yang terkandung didalamnya harus
tidak bersifat antagonis. Untuk itu dalam proses produksi biofertilizer majemuk,
uji kompatibilitas di antara organisme fungsional target harus dilakukan sebelum
digabungkan dalam produk pupuk hayati. Selain itu uji kompatibilitas hendaknya
juga dilakukan terhadap organisme natif yang ada di lapangan, agar nilai
fungsional organisme target dapat lebih optimal dan bernilai guna. Demikian pula
dengan media/karier yang digunakan perlu mempertimbangkan kondisi daya
dukung tanah yang akan dipupuk, baik populasi organisme eksisting maupun sifat
fisik dan kimia tanahnya. Apabila daya dukung kurang memadai dapat dilakukan
pengkayaan dengan pemupukan maupun ameliorasi.

 Biopesticide
Biopesticide merupakan salah satu komponen dalam pengelolaan hama
dan penyakit. Biopestisida didefinisikan sebagai bahan yang berasal dari mahluk
hidup (tanaman, hewan atau mikroorganisme) yang berkhasiat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan atau mematikan hama atau organisme penyebab
penyakit. Schumann and D’Arcy (2012) mendefinisikan biopestisida sebagai
senyawa organik dan mikrobia antagonis yang menghambat atau membunuh hama
dan penyakit tanaman. Biopestisida memiliki senyawa organik yang mudah
terdegradasi di alam. Namun di Indonesia jarang dijumpai tanaman yang
berkhasiat menghambat atau mematikan hama dan penyakit tanaman. Penggunaan
biopestisida kurang disukai petani karena efektivitasnya relatif tidak secepat
pestisida kimia. Biopestisida cocok untuk pencegahan sebelum terjadi serangan
hama dan penyakit (preventif bukan kuratif) pada tanaman.

Beberapa tanaman mengandung senyawa tertentu yang dapat


dimanfaatkan sebagai antimikrobia, seperti cengkeh, mimba, lengkuas, bawang
merah, dan lerak. Beberapa mikroba diketahui berperan antagonistik terhadap
patogen seperti Trichoderma spp., Pseudomonas fluorescens, dan Bacillus spp.
Efektivitas dari masing-masing bahan nabati dan hayati sebagai biopestisida
bergantung kepada jenis penyakit sasaran dan faktor lingkungan.

Dalam pengembangan bioinsektisida terdapat 10 faktor yang menjadi


pertimbangan, yaitu ketersediaan bahan baku, efektivitas bahan nabati yang
memenuhi syarat teknologi aplikasi, industri pestisida nabati, distribusi,
transportasi, dan kemasan, sumber daya manusia, kelembagaan, kontribusi dalam
PHT, daya saing, sosial, budaya, dan ekonomi. Pengembangan biopestisida
hendaknya mengarah pada tiga aspek, yaitu teknologi, kelembagaan, dan
agribisnis. Faktor pertama dan kedua sudah banyak diketahui dari hasil-hasil
penelitian di dalam negeri. Faktor sumber daya manusia dapat diatasi dengan
melatih petani atau kelompok tani agar mempunyai keterampilan memperbanyak
biopestisida. Faktor kelembagaan harus berasal dari pemerintah. Apabila faktor
kelembagaan sudah terbangun, maka faktor-faktor lain akan mengikutinya.
Pemerintah hendaknya bisa memberi wadah pengembangan bisnis biopestisida
bersama-sama program lain (seperti program PHT yang sudah berjalan) oleh
petani dengan pendampingan.

Penerapan biopestisida di tingkat petani belum meluas seperti yang


diharapkan, hanya beberapa petani yang telah menggunakan.

2.5 Teknik Transgennik Pada Tanaman Serta Produknya


Proses pembuatan organisme transgenik diawali dengan mengambil DNA dari
spesies lain atau biasa disebut sebagai transgen. DNA spesies lain kemudian dimasukkan
ke dalam kromosom inangnya melalui membran sel. Proses tersebut dilakukan dengan
berbagai metode yang tidak merusak sel.

Sederhananya, proses tersebut adalah transplantasi suatu gen atau DNA dari satu
spesies ke spesies lainnya. DNA spesies lain kemudian akan memasukin inti sel inangnya.
DNA asing dapat disisipkan secara acak pada kromatid atau disisipkan ke lokus kromatid
tertentu. Setelah proses tersebut berhasil, inang akan menjadi organisme trangenik yang
telah direkayasa genomnya.

Organisme transgenik kemudian akan mewariskan transgen atau DNA spesies lain
di dalamnya secara stabil ke dalam gametnya. Gamet tersebut kemudian dapat
dikawinkan dengan sesama gamet transgenik untuk kemudian menghasilkan organisme
transgenik yang homozigot.

Biasanya, pembuatan organisme transgenik bertujuan untuk mempelajari genetika,


membuat tanaman pangan yang tahan terhadap hama, atau menaikkan mutu tanaman.

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam


sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah
busuk. Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi
secara massal dan dipasarkan di dunia. Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat
resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.
Sejak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi,
telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang “Bollgard”. Selain itu,
tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara,
termasuk Indonesia, dengan merek “Roundup Ready”.

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah


diproduksi oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan
merek “Flavr Savr”. Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau
dan belum matang kemudian disemprot dengan gas etilen untuk membuat buah matang
dan berwarna merah. Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa. Tujuan
pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan
menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat
penjualan. Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun karena
alasan kesehatan dan penjualannya mengalami kerugian. Produk tersebut tidak banyak
terjual karena harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.
Jenis tanaman transgenik genik lainnya berupa padi, jagung, kapas, kentang, tembakau,
ubi jalar, kanola, pepaya, melon, prem (plum), gandum.

2.6 Teknik Kultur Jarinngan Pada Tanaman Serta Produknya


Teknik kultur jaringan merupakan suatu cara untuk mengisolasi bagian dari
tanaman yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut
dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Prinsip utamanya adalah perbanyakan
tanaman menggunakan media buatan dan dilakukan di tempat steril.

Perbanyakan bibit secara cepat adalah salah satu dari penerapan teknik kultur
jaringan yang telah dilakukan untuk beberapa jenis tanaman. Tujuannya adalah
memproduksi bibit secara massal dalam waktu singkat. Contohnya untuk memperbanyak
tanaman vegetatif seperti kentang, pisang, dan strawberry.

Berikut ini terdapat beberapa tahapan dalam kultur jaringan:


1. Pembuatan Media
Media merupakan faktor penentu dalam kultur jaringan. Media yang sudah jadi
biasanya ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Serta harus
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
2. Inisiasi
Inisiasi merupakan kegiatan pengambilan potongan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah segala kegiatan dalam kultur jaringan yang dilakukan di tempat
steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi
juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur
jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi
Merupakan kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam bagian
jaringan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan (potongan
jaringan tanaman yang akan dikembangbiakkan).

Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5. Aklimatisasi
Ini merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
tempat sementara. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap.

2.7 Manfaat dan keterbatasan metode biotekologi pada pertanian


Manfaat bioteknologi dalam bidang pertanian bioteknologi terbukti dapat
meningkatkan tampilan buah dan sayur, memperpanjang waktu makanan untuk di
simpan, meningkatkan kandungan nutrisi tanaman dan membuat tanaman tahan terhadap
penyakit dan hama.

Hasil dari rekayasa genetika yang saat ini banyak diminati masyarakat seperti
pepaya, jagung serta kedelai. Dengan teknologi rekayasa genetika tanaman, sayuran serta
buah-buahan menjadi lebih segar, lebih awet, lebih higienis serta lebih enak rasanya.

Ini karena rekayasa genetika yang dibuat telah membuat virus-virus yang ada di
dalam tanaman maupun sayuran menjadi mati dan tidak mampu menyebar sehingga
dengan adanya rekayasa genetika suatu saat nanti para petani tidak perlu menyemprotkan
pembasmi hama dan virus ke tanaman mereka dikarenakan tanaman dan buah-buahan
yang mereka tanam berasal dari bibit-bibit unggul yang tahan terhadap segala hama, virus
maupun cuaca yang tidak menentu. Hal inilah yang membedakan kualitas produk dari
setiap negara berbeda-beda.

Adapun Keterbatasan bioteknlogi yaitu, disamping memberikan banyak manfaat,


bioteknologi pertanian juga memiliki beberapa kelemahan, kelemahan-kelemahan itu
diantaranya adalah:
1. Terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari tanaman
transgenik ke tanaman lain.
2. Adanya efek kompensasi.
3. Muncul hama target yang tahan terhadap insektisida.
4. Muncunya efek samping terhadap hama nontarget.
5. Biaya untuk memuatnya relatif tinggi. Sehingga sulit dikembangkan oleh
negara berkembang disebabkan oleh mahalnya biaya untuk melakukan
kegiatan bioteknologi, bioteknologi modern membutuhkan alat – alat
teknologi yang cangih dengan biaya yag mahal, sedangkan negara
berkembang belum dapat memenuhi biaya yang mahal tersebut.
6. Membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam perakitannya
diperlukan orang-orang yang memiliki keahlian khusus.

Selain itu, dampak lainnya misalnya sangat terasa dalam produk pertanian
transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki
produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan adanya bioteknologi pertanian maka perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan
dengan teknik modifikasi genetik melalui rekayasa genetika untuk memperoleh Varietas
unggul, produksi tinggi, tahan hama, patogen, dan herbisida. Perkembangan Biologi
Molekuler memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan ilmu pemuliaan ilmu
tanaman (plant breeding). Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis
melalui pemuliaan tanaman konvensional telah memberikan kontribusi yang sangat besar
dalam penyediaan pangan dunia.

3.2 Saram
Diharapkan dengan adanya bioteknologi pertanian mampu memotivasi dan
meningkatkan semangat para petani untuk menyuplai stok sandang yang tak terbatas bagi
negara Indonesia. Dengan bantuan bioteknlogi yang membuat hasil-hasil tanaman menjadi
unggul terutama tahan terhadap hama. Perhatian pemerintah pun diharapkan tidak lepas dari
sektor pertanian baik kontrol dan pengawasan tetap dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/41488276/Makalah_bioteknologi_pertanian

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=bagaimana+aplikasi+bioteknologi+di+bidang+pertanian+&btnG=
#d=gs_qabs&t=1681483684761&u=%23p%3D-8UbCoDwivIJ

https://agribisnis.uma.ac.id/2023/04/10/aplikasi-bioteknologi-dalam-dunia-pertanian/
#:~:text=Aplikasi%20bioteknologi%20dalam%20bidang%20pertanian,rekayasa%20genetika
%20dan%20kultur%20jaringan.

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44255

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
media.neliti.com/media/publications/132599-ID-prospek-dan-tantangan-pengembangan-
biofe.pdf&ved=2ahUKEwjM24PW0an-
AhWJyDgGHSoRDCIQFnoECB0QAQ&usg=AOvVaw2LcJiDbEJGaKhfgCrsi56P

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/skola/read/
2022/11/25/150000069/organisme-transgenik--pengertian-dan-proses-pembuatannya

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik

https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/jabar/berita/d-6229028/mengenal-
teknik-kultur-jaringan-manfaat-dan-contohnya/amp

http://sps.unas.ac.id/manfaat-bioteknologi-pertanian-dalam-mensejahterakan-petani-
di-indonesia/#:~:text=Dalam%20bidang%20pertanian%20bioteknologi%20terbukti,tahan
%20terhadap%20penyakit%20dan%20hama.

https://www.academia.edu/41488276/Makalah_bioteknologi_pertanian

Anda mungkin juga menyukai