Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Abinawanto, M.Si
Dr. Retno Lestari, M. Si.
Disusun oleh:
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Pemanfaatan Bioteknologi:
Manipulasi Genetik Untuk Peningkatan Kualitas Gizi Pada Beras”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi syarat nilai mata kuliah Bioteknologi. Selain itu, penyusunan makalah ini
salah satunya manipulasi genetik untuk meningkatkan kualitas gizi pada beras.
Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Abinawanto, M.Si.
dan Dr. Retno Lestari, M.Si. selaku dosen mata kuliah Bioteknologi yang telah memberikan
tugas makalah ini sehingga dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan pemanfaatan
bioteknologi. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan melakukan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca
temukan dalam makalah ini. Penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca jika
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI…………………………...……………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...………..3
BAB II ISI……………………………………………………...……………………………..6
2.1 Manipulasi Asam Amino dan Protein pada Beras……………………………..6
2.2 Manipulasi Lisin Pada Beras…………………………………………...
………..6
2.3 Manipulasi Treonin pada Beras…………………………………………...…….8
2.4 Manipulasi Triptofan…………………………………………...………………..9
2.5 Manipulasi Sistein dan Metionin…………………………………………..........9
2.6 Manipulasi Protein Lain…………………………………………...…………...10
2.7 Manipulasi Pati…………………………………………...…………..................10
2.8 Manipulasi Kandungan Mikronutrien………………………………………...10
2.9 Manipulasi β-Karoten…………………………………………...………….......11
2.10 Manipulasi Antosianin…………………………………………...…………....11
2.11 Manipulasi Asam Folat…………………………………………...…………...12
2.12 Manipulasi Zat Besi…………………………………………...
………….........12
2.13 Manipulasi Seng…………………………………………...…………..............13
2.14 Biofortifikasi Ganda Mikronutrien…………………………………………..14
2.15 Manipulasi Transporter…………………………………………...
…………..14
2.16 Menurunkan Kandungan Asam Fitat………………………………………..14
2.17 Strategi Pemulihan Konvensional dan Molekular untuk Peningkatan
Nutrien…………………………………………...…………......................................15
2.18 Biofortifikasi Agronomi…………………………………………...…………..16
BAB III KESIMPULAN…………………………………………...………….....................17
BAB IV DAFTAR ACUAN…………………………………………...…………................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Beras merupakan sumber karbohidrat utama, tapi jumlah fosfor, zat besi, protein,
vitamin, dan mineral yang lebih sedikit dibandingkan sumber karbohidrat lainnya, seperti
gandum dan jagung. Nutrisi dan mineral dari beras terletak pada lapisan kecoklatan pada
3
permukaan bulir/bijinya, sehingga terbukti bahwa brown rice merupakan jenis beras yang
paling bernutrisi di antara jenis lainnya. Selain itu, beras mengandung 80% asam lemak dan
sejumlah asam amino esensial yang mampu meningkatkan kesehatan rambut dan kulit,
penglihatan, fungsi hati dan paru-paru, serta sistem saraf dan otak. Brown rice memiliki
vitamin B kompleks, seperti riboflavin, niacin, dan thiamin yang bermanfaat untuk kulit dan
pembuluh darah. Bulir beras tersebut mengandung antioksidan dan senyawa tocopherol,
tocotrienol, serta oryzanol masing-masing memiliki fungsi antikanker juga mampu
menurunkan risiko stroke. Red rice memiliki kandungan senyawa tanin dan antosianin yang
bersifat antiinflamasi dan antibakteri. Secara keseluruhan, beragam jenis beras memiliki
kandungan mineral yang penting untuk metabolisme tubuh, seperti potassium, mangan, dan
tembaga. Hal tersebut terbukti terutama pada black dan red rice yang memiliki kandungan zat
besi dan zinc yang tinggi (Das dkk. 2020: 2).
Perubahan iklim menyebabkan penurunan kualitas gizi pada beras dan tanaman padi-
padian lainnya. Peningkatan jumlah karbon dioksida di atmosfer mengurangi jumlah protein
dan mikronutrien pada tanaman-tanaman tersebut. Penelitian yang dilakukan Smith &
Meyers (2019: 197) membuktikan bahwa beras yang ditumbuhkan di konsentrasi karbon
dioksida lebih tinggi mengalami penurunan kandungan vitamin B1 dan B2 sebanyak 17%,
15% vitamin B5, 30% vitamin B9, dan rata-rata penurunan 5% zinc, 8% zat besi, dan 10%
4
protein. Menurut Das dkk. (2020: 3), terdapat banyak faktor yang mampu memengaruhi
kandungan nutrisi beras, seperti cahaya matahari, jenis tanah dan kandungan nitrogen di
dalamnya, tingkat kematangan atau kedewasaan tanaman, pemberian pupuk, dan perlakuan
pasca-panen.
Perlakuan pasca-panen, yaitu penyimpangan, pemrosesan, pencucian, dan pemasakan
mampu mengurangi nutrisi yang terdapat pada beras. Dehidrasi dan penggilingan beras
setelah panen dapat menghilangkan lapisan luar beras yang mengandung banyak vitamin dan
mineral. Selain itu, pencucian beras sebelum dimasak dapat mengurangi 2–7% protein, 11–
26% riboflavin, 22–59% thiamin, 20–60% niacin, dan 20–41% potassium. Cara memasak
beras di India mampu mengurangi 50% kalsium dan fosfor, 10% protein, dan 75% zat besi.
Memasak beras dengan menambahkan sejumlah air terbukti mampu mengeliminasi
kandungan riboflavin, thiamin, dan niacin sebanyak 25%, sedangkan memasak nasi dengan
suhu panas mampu menghilangkan 50% kandungan niacin. Oleh karena itu, untuk
menanggulangi defisiensi mikronutrien maupun asam amino esensial, diperlukan peningkatan
kandungan nutrisi beras dengan bioteknologi (Das dkk. 2020: 3).
5
BAB II
ISI
6
meninmbulkan defisiensi nutrisi pada manusia dan hewan. Oleh karena itu, perlu peningkatan
kandungan lisin di dalam padi dengan pemanfaatan regulasi metabolisme lisin sehingga
mampu meningkatkan nilai gizi dan mencegah penyakit kekurangan nutrisi seperti
kwashiorkor (Yang dkk. 2021: 490). Produksi lisin melalui jalur aspartat yang mengarah pada
sintesis dua asam amino essensial lainnya yaitu metionin dan treonin (Das dkk. 2020: 4).
Biosintesis lisin pada tumbuhan tingkat tinggi melibatkan cabang metabolisme aspartat dan
dua enzim kunci seperti aspartat kinase (AK) dan dihydrodipicolinate synthase (DHDPS)
yang mengatur akumulasi lisin. Aspartase kinase (AK) memiliki dua isoenzim pada
tumbuhan yaitu isoenzim lisin dan isoenzim treonin, sedangkan DHDPS yang mengkatalisis
reaksis pertama dalam biositesis lisin dan mampu meningkatkan kadar lisin bebas. Selain itu,
DHDPS yang telah dikarterisasi pada tingkat molekular dan biokimia mampu menghambat
umpan balik oleh analog lisin (Yang dkk. 2021: 490).
Biofortifikasi melalui bioteknologi sebagai salah satu alternatif lain yang dapat
mengembangkan tanaman yang stabil dengan nilai gizi yang ditingkatkan untuk memenuhi
kebetuhan nutrisi. Proses biofortifikasi beras dengan lisin dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan yaitu:
(1) Meningkatkan akumulasi lisin
(2) Memanipulasi protein penyimpanan benih
(3) Protein kaya akan lisin diekspresikan secara berlebihan ke dalam biji.
7
Ekspresi enzim AK umpan balik (lys C) dari Eischrichia coli dan enzim DHDPS
(daA) dari Corynebacterium glutamicium mampu meningkatkan kandungan lisin hingga 5x
lipat pada biji kanola dan kedelai (Wong dkk. 2015: 236). Peningkatan kandungan lisin juga
dapat dilakukan dengan penambahan teknik yang diadaptasi mencakup pengenalan lisin pada
kodon alternatif saat proses translasi menggunakan rekombinan tRNA-lisin. Eskpresi
rekombinan tRNA dalam beras transgenik dapat meningkatkan kandungan lisisn secara
signifikan. Tanaman transgenik yang disipkan oleh HFL1 dan HFL2 memiliki kandungan
lisin lebih tinggi dibandingkan tanaman wild type. HFL 1 dan HFL2 menujukkan
peningkatan fitokimia pati yang berubah dan sedikit perubahan pada tinggi tanaman serta
warna bijih. Benih padi matang yang disisipkan HFL memiliki endosperma coklat tua melalui
pendekatan trankriptomok dan metabolomik dengan diteukan peningkatan serotonin (Das
dkk. 2020: 5).
Tanaman yang disisipkan gen protein kaya lisin (LRP) dari Psophorcarpus
tetragonolobus menggunakan promtor spesifik endosperm akan memiliki benih padi
transgenik dengan kandungan lisin 30% kebih banyak dibandingkan tanaman wild type.
Selain itu, benih transgenik memiliki peningkatan kadar asam amino dibandingan tanaman
wild type dan hibrida galur padi trasgenik dapat menujukkan peningkatan lisin. Rekayasa
genetika lainnya dengan menggunakan dua endogen protein histon kaya lisin yaitu RLRH1
dan RLRH2 dari beras yang diekspresikan berlebih ke dalam bijih pada untuk mencapai
biofortifikasi lisin. Tingkat lsin dalam benih padi transgenik meningkatk hingga 35% dan
asam amino lainnya tetap dalam kadar seimbang. Penggunaan tanaman bayam juga
diekspresikan, bayam memiliki albumin (Ama1) yang kaya akan asam amino essensial.
rekombinan AmA1 diekspresikan ke dalam beras dengan meningkatkan kadar protein secara
signifikan sebesar 1,06%-12,87% dan terjadi peningkatan asam amino lainnya seperto lisin,
valin dan treonin (Das dkk. 2020: 5–6).
8
(K).treonin (T) yaitu TKTKK 1 dan TKTKK2 dengan protein masing-masing memiliki
73,1% dan 83,5% lisin dan treonin.
Gen sintetik TKTKK1 dan TKTKK2 dapat mengkode protein dengan struktur serupa
yang membentuk alfa heliks diikuti kumparan melingkar. Namun, TKTKK1 dapat
menujukkan stabilitas yang lebih dan berkontribusi secara efisien dalam peningkatan
kuantitas protein. Ekspresi berlebih dari gen yang mengkode protein dengena presentase
treonin atau asam amino lain yang lebih tinggi mampu meningkatkan kadar treonin atau
asam amno lainnya. Pengkodean TKTKK ke dalam gen beras dan diekspresikan dapat
meningkatka protein kasar dan kandungan asam amino essensial. Ekspresi kedua gen ke
dalam genom padi menghasilkan biji padi mengalami peningkatan yang signifikan dengan
kandungan lisin menjadi 33,87%, treonin 21.21% total asam amino 19,43%, dan protein
kasar 20,45% dibandingkan tanaman kontrol atau wild type (Jiang dkk. 2016: 9–11; Das dkk.
2020: 5–6).
4. Manipulasi Triptofan
Triptofan termasuk ke dalam kelompok asam amino esensial. Sintesis triptofan pada
tumbuhan berupa respons umpan balik yang dikontrol oleh sintase antranilat yang
bertanggung jawab sebagai biosintesis. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa sintase
antranilat dapat menyebabkan penghambatan respon umpan balik oleh triptofan dalam
meningkatkan akumulasi triptofan. Studi ini menunjukkan cara untuk menggunakan sifat dari
sintase antranilat dalam meningkatkan tingkat triptofan pada tumbuhan. Pendekatan
pemuliaan mutasi telah digunakan untuk menghasilkan akumulasi triptofan pada beras
dengan penargetan gen mutagenesis yang dimediasi dari OASA2 yaitu sebuah subunit dari
sintase antranilat. Tanaman padi transgenik yang dihasilkan berhasil menyimpan OASA2
dengan mutasi S126F/L530D, Y367A/L530D, dan Y367A. Tanaman yang dihasilkan
memiliki tingkat triptofan 230 kali lipat lebih tinggi tanpa perubahan morfologi atau
perkembangan yang jelas pada tanaman (Das dkk. 2020: 7).
9
terdapat peningkatan kandungan protein total pada tanaman transgenik, analisis 7% dari total
protein butir beras transgenik menunjukkan perubahan yang sangat kecil dalam jumlah sulfur
total atau sulfur organik dibandingkan dengan butir beras yang tidak diubah. Kadar metionin
dan sistein mengalami peningkatan pada beras transgenik dengan E. coliserin
asetiltransferase isoform (EcSAT). Kandungan sistein, glutathione, metionin dan metionin
bebas meningkat masing-masing sebesar 2-8 kali lipat. Selain itu, galur padi transgenik
memiliki kandungan isoleusin, leusin, dan valin yang lebih tinggi 2 kali lipat yang
menunjukkan potensi perubahan metionin menjadi isoleusin sehingga meningkatkan nilai gizi
beras (Das dkk. 2020: 7).
7. Manipulasi Pati
Beras kaya akan pati adalah makanan utama sebagian besar penduduk dunia.
Kandungan amilosa yang tinggi dalam biji-bijian merupakan sumber pati resisten. Penelitian
telah menunjukkan bahwa pati resisten memiliki efek perlindungan terhadap kanker
kolorektal. Kandungan amilosa yang tinggi juga memiliki efek positif dalam bidang
kesehatan lainnya seperti perkembangan resistensi insulin non-reversibel, menekan total lipid
plasma, triasilgliserol dan konsentrasi kolesterol. Sebuah penelitian menghasilkan tanaman
padi indica transgenik dengan kandungan amilase tinggi (64,8%) dan ketahanan tinggi
melalui penghambatan ekspresi dua enzim percabangan pati bernama SBEI dan SBEIIb (Das
dkk. 2020: 8).
10
elemen penting untuk pertumbuhan organisme hidup karena merupakan kofaktor penting bagi
banyak enzim. Beras tidak dapat dianggap sebagai sumber mikronutrien yang tinggi. Selama
beberapa tahun terakhir, beberapa inisiatif diambil untuk meningkatkan beberapa
mikronutrien penting seperti vitamin A, zat besi, yodium dan folat dalam beras melalui
biofortifikasi. Beras yang diperkaya mikronutrien dikembangkan baik melalui pemuliaan
tanaman tradisional atau rekayasa genetika untuk memerangi orang-orang yang paling rentan
seperti wanita miskin sumber daya, bayi dan anak-anak dengan penyakit defisiensi.
Pendekatan rekayasa genetika telah diambil untuk meningkatkan mikronutrien esensial
terutama besi dan vitamin A dalam beras. Pendekatan transgenik meningkatkan kandungan
nutrisi dengan meningkatkan kemampuan penyerapan dan translokasi melalui modulasi
pengangkut ion yang berbeda (Das dkk. 2020: 8).
9. Manipulasi β-Karoten
Endosperma beras tidak mengandung β-karoten, sehingga kekurangan vitamin A
sering terjadi di negara-negara di mana beras merupakan makanan pokok dan memenuhi
sebagian besar kebutuhan nutrisi kesehatan manusia. Vitamin A atau β-karoten adalah
mikronutrien penting dalam makanan sehari-hari. Kekurangannya menyebabkan sejumlah
penyakit seperti rabun senja, xerophthalmia dan keratomalacia. Terdapat penelitian yang
merancang percobaan untuk menciptakan endosperma beras yang mampu mensintesis β-
karoten. Enzim spesifik pertama yang bertanggung jawab untuk sintesis β-karoten pada
tanaman adalah fitoena sintase. Astaxanthin merupakan keto karotenoid yang berwarna
merah dengan aktivitas antioksidan yang tinggi. Sebagian besar tumbuhan tingkat tinggi tidak
menghasilkan astaxanthin. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa bioengineering gen
jalur biosintetik astaxanthin dapat menghasilkan butiran beras yang diperkaya dengan
astaxanthin endospermik dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Berdasarkan
hasil penelitian Tian dkk. (2019) rekayasa metabolisme dapat meningkatkan biosintesis
karotenoid dalam endosperma beras. Selain itu, menunjukkan bahwa ekspresi tiga gen yang
disintesis secara kimia, yaitu, tHMG1, ZmPSY1, dan PaCRTI, sangat meningkatkan jumlah
karotenoid dalam endosperma beras dengan meningkatkan fluks melalui rute mevalonat (Das
dkk. 2020: 8–9).
11
Antosianin adalah salah satu jenis flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan yang
amat tinggi, pencegah penyakit kardiovaskular, meningkatkan daya penglihatan, anti
diabetes, anti inflamasi dan anti kanker.
Konsentrasi folat ditingkatkan dalam beras dengan mengekspresikan dua gen secara
berlebihan yang mengkodekan dua enzim biosintesis folat Arabidopsis thaliana di bawah
12
kendali promotor spesifik endosperma padi. Garis padi yang dimodifikasi secara genetik ini
mampu meningkatkan kandungan folat ∼100 kali lebih tinggi dibandingkan dengan beras
tipe liar, sehingga menghasilkan sekitar empat kali lipat konsentrasi lebih tinggi daripada
asupan harian yang direkomendasikan.
13
rontok dan berat badan, diare, lesi kulit dan mata, penyembuhan luka tertunda dan kelesuan
mental.
Beberapa tahun terakhir ini telah dilakukan upaya biofortifikasi seng untuk
mendapatkan beras yang tinggi seng. Beberapa keluarga gen kandidat diidentifikasi untuk
keterlibatan mereka dalam penyerapan seng dan besi seperti OsZIPs, OsIRTs, OsNASs, dan
OsNRAMPs. Overekspresi gen OsYSL2 menyebabkan peningkatan 4 kali lipat kandungan
besi dan seng dalam beras. Ekspresi gen keluarga NAS yang berlebihan meningkatkan
konsentrasi zat besi dan seng. Ditemukan bahwa overekspresi OsIRT dari beras dan MxIRT
dari apel menyebabkan peningkatan kandungan besi dan seng pada endosperma padi GM.
14
Akumulasi Cd dan As bersifat racun bagi tanaman. Pendekatan transgenik telah
digunakan untuk mengembangkan tanaman padi knockout menggunakan gen OsNramp5,
OsHMA2, dan OsCd1 untuk mengurangi tingkat Cd serta efek negatif pada beras. Penelitian
menunjukkan bahwa overekspresi OsHMA3 berhasil menghasilkan penurunan Cd yang
signifikan pada beras. Selain itu, overekspresi OsNIP1 dan OsNIP3 dalam beras juga
menunjukkan penurunan akumulasi As (arsenik) dalam biji-bijian.
15
masing-masing adalah ∼18–22 μg/g dan ∼24–35 μg/g. Sifat agronomi dipelajari dan
dimanipulasi menggunakan pemetaan QTL selama beberapa tahun. Gen yang bertanggung
jawab atas mikronutrien terutama zat besi, seng, dan kandungan mikronutrien penting lainnya
dalam beras dipetakan melalui QTL yang akan membantu program pemuliaan di masa depan.
Lima QTL telah dipetakan dalam kromosom yang berbeda untuk konsentrasi besi dan
seng dalam bulir beras merah. Penanda SNP dan SSR digunakan dalam MAS untuk
meningkatkan kandungan seng dan besi. Beberapa gen kandidat yang terkait dengan seng biji
beras (OsNRAMP, OsNAS, OsZIP, OsYSL, OsFER, dan OsZIFL) diidentifikasi terkait
dengan QTL ini. Selain itu, QTL untuk mineral lainnya juga ikut dipetakan. Populasi DH
beras lain juga turut digunakan (kultivar japonica Korea) untuk mengidentifikasi efek utama
QTL terkait dengan kandungan besi dan seng biji-bijian di mana gen kandidat juga turut
dianalisis.
Biji-bijian sereal adalah salah satu sumber protein utama untuk makanan manusia.
Oleh karena itu, kuantifikasi kandungan protein biji-bijian (GPC) sangat penting untuk
dilakukan. Prolamin dan glutelin adalah sub-divisi utama kandungan protein dalam beras.
Sejumlah besar QTL yang terkait dengan GPC telah diidentifikasi dan dipetakan dalam beras
giling. Semua kandungan asam amino (AAC) termasuk AAC esensial dan total
dikarakterisasi menggunakan populasi 190 galur inbrida rekombinan (RIL) dari persilangan
antara varietas padi Zhenshan97 dan Nanyangzhan. Baru-baru ini, QTL lain untuk GPC
dalam beras dipetakan di lebih dari satu kromosom seperti 1, 2, 6, 7, 10, dan 11. Tiga QTL
diidentifikasi yang mana bertanggung jawab atas kandungan protein biji-bijian (qGPC1.1)
dan dua lainnya untuk protein biji-bijian tunggal.
16
BAB III
KESIMPULAN
Nasi adalah sumber utama karbohidrat dan vitamin B. Namun, konsumsi nasi sebagai
makanan utama tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi di negara berkembang dan
sebagian besar masyarakat negara yang bergantung pada beras. Pola pertanian, proses pasca
panen, dan kondisi iklim memiliki pengaruh negatif yang cukup besar terhadap kualitas
nutrisi beras. Peningkatan nilai gizi beras diperlukan di negara-negara berkembang untuk
menghindari kekurangan gizi di era mendatang. Di era saat ini, para peneliti beras bersama
dengan ahli gizi beras bekerja sama untuk mengoptimalkan tingkat gizi beras dengan
mengadopsi metode bioteknologi atau pemuliaan untuk mendapatkan varietas baru yang lebih
baik bagi penduduk yang bergantung pada beras. Kemajuan terbaru dalam peningkatan gizi
beras melalui bioteknologi mungkin mampu memperbaiki kekurangan gizi yang dialami saat
ini. Gen terkait nilai gizi dan QTL memainkan peran penting dalam mengembangkan
genotipe yang dibutuhkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak upaya yang dilakukan dalam studi molekuler
tentang kandungan asam amino dan protein biji-bijian, nilai indeks glikemik, vitamin,
mineral dan pengangkutnya, asam fitat, senyawa fenolik dan flavonoid, serta kandungan seng
dan besi. Berdasarkan gagasan saat ini, diyakini bahwa beberapa transgen dari beras tidak
berbahaya bagi lingkungan. Namun, varietas padi yang baru dikembangkan ini harus tetap
menjalani pengujian nutrisi lengkap, manfaat, dan risiko lingkungan seperti dampak terhadap
kesehatan manusia, penilaian lingkungan, dan aksesibilitas publik. Selain itu, penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk pemrosesan varietas baru yang nutrisinya dapat lebih ditingkatkan
kembali untuk masa mendatang.
17
BAB IV
DAFTAR ACUAN
Das, P., S. Adak & A.L. Majumder. 2020. A review. Genetic manipulation for improved
nutrional quality in rice. Frontiers in Genetics 11(776): 1–19.
Jiang, S.Y., A. Ma, L. Xie & S. Ramachandran. 2016. Improving protein content and quality
by over-expressing artificially synthetic fusion proteins with high lysine and threonine
constituent in rice plant. Scientific Reports 6(34427): 1–14.
Smith, M. R., & Myers, S. S. 2019. Global health implications of nutrient changes in rice
under high atmospheric carbon dioxide. Geohealth 3: 190–200.
Wong, H.W., Q. Liu & S.S.M. Sun. 2015. Biofortification of rice with lysine using
endogenous histones. Plant Molecular Biology 87: 235–248.
Yang. Q.Q., W.H. Yu, H.Y. Wu, C.Q. Zhang, S. Sai-Ming & Q.Q. Liu. 2021. Lysine
biofortification in rice by modulating feedback inhibition of aspartate kinase and
dihydrodipicolinate synthase. Plant Biology Journal 19: pp.490–501.
18