PANGAN
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi
Dosen :
Ayra Ulpiyana S.Si
Disusun oleh :
Angga Rangga M (3212171002)
Elzavira Sifa F (3212171011)
Iman Syahrul G (3212171013)
Nindi Tristiani (3212171004)
Siti Maryam N (3212171010)
Tomi Cahya M (3212171014)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasanya
sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Aplikasi Bioteknologi
Pada Bidang Pertanian dan Pangan untuk mata kuliah Bioteknologi ini, kami susun sedemikian
rupa dengan mencari dan menggabungkan sejumlah informasi yang kami dapatkan dari berbagai
sumber buku. Kami berharap dengan informasi yang kami sajikan ini dapat memberikan
penjelasan yang cukup.
Demikian yang dapat kami sampaikan kepada seluruh pembaca makalah ini. Jika ada
kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, kami terlebih dahulu memohon maaf dan kami
juga berharap semua pihak dapat memakluminya. Semoga semua pihak dapat menikmati dan
mengambil esensi dari makalah ini. Terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................1
1.3. Rumusan masalah.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Bioteknologi.........................................................................................................3
2.2 Aplikasi Bioteknologi Pada Bidang Industri Pertanian.........................................................4
2.3 Aplikasi Bioteknologi pada Industri Pangan.......................................................................10
2.4 Perkembangan Bioteknologi di Indonesia...........................................................................14
2.5 Dampak Positif dan Negatif dari Pemanfaatan Bioteknologi..............................................15
2.5.1 Dampak Positif Bioteknologi......................................................................................15
2.5.2 Dampak Negatif Bioteknologi....................................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada saat ini pertanian sedang mengalami banyak masalah dan tantangan pada abad ini,
seperti semakin berkurangnya areal pertanian, erosi tanah, berkurangnya sumber daya air,
pemanasan global, dan pertumbuhan penduduk. FAO memperkirakan bahwa produktivitas
pertanian harus dua kali lipat pada tahun 2025 untuk memenuhi meningkatnya permintaan
pangan akibat peningkatan populasi, dan untuk mengatasi penurunan sumber daya pertanian.
Jadi tantangan terbesar untuk pertanian adalah bagaimana menghasilkan lebih banyak pangan
dengan efisiensi yang lebih tinggi, namun dengan dampak lingkungan minimal. (Jong, S. 2009)
Perkembangan Bioteknologi yang sangat pesat beberapa tahun ini, yang bertujuan untuk
menghadapi tantangan yang muncul dan banyak dihadapi manusia. Perkembangan ini diharpkan
dapat menaikan angka produktifitas pertanian sehingga dapat menghasilkan hasil yang jauh lebih
baik dengan resiko yang minim dan dapat bertahan pada situasi iklim apapun, mengingat dampak
besar dari perubahan iklim terhadap produksi pertanian, sejumlah negara telah mengembangkan
program riset berbasis bioteknologi multidisiplin beberapa tahun belakangan. Program kegiatan
mencakup pemuliaan dan seleksi varietas tanaman baru untuk mengatasi perubahan iklim,
identifikasi dan manajemen terpadu hama dan penyakit utama, dan pemanfaatan agen mikroba
untuk pupuk hayati manufaktur dan biopestisida. (Agenda 21, Chapter 16. 1992)
Upaya peningkatan produksi pertanian pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha intensifikasi selama ini telah banyak dilakukan dan
dinilai cukup berhasil. Namun, upaya peningkatan produksi melalui intensifikasi tersebut belum
cukup untuk mengejar laju kebutuhan pangan yang terus meningkat. Tingginya peningkatan
kebutuhan pangan ini terutama disebabkan oleh tingginya angka peningkatan jumlah penduduk
dan pendapatan di Indonesia. Hal ini sering dianalogkan bahwa peningkatan produktivitas
pangan bertambah seperti deret hitung, sedangkan pertambahan jumlah kebutuhan pangan seperti
deret ukur. Untuk itu, upaya peningkatan produksi pangan perlu dilakukan melalui intensifikasi
maupun ekstensifikasi secara bersamaan (Pawiroharsono dan Chaidir. 2011)
1.2 Tujuan
1
5. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Bioteknologi
2
BAB II PEMBAHASAN
Bioteknologi adalah sebuah cabang ilmu yang telah mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup seperti bakteri, fungi, virus, dan lain-lain atau produk yang ada pada makhluk hidup
(enzim, alkohol) didalam proses produksinya yang akan menghasilkan barang dan jasa.
Perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu
terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika,
kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang
menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah
dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di
bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan
bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan
insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan
alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju.
Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa
genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.
Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik
maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di
bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain
yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti
sediakala.[4] Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur
jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap
hama maupun tekanan lingkungan.[5] Penerapan bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai
pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi
yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai
atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi
perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap
tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.
3
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu
organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme
tersebut.
Seleksi tanaman induk dan penyiapannya. Pada tahap ini, tanaman yang akan dijadikan
bibit harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan
penyakit.
Kultur aseptik. Tujuan utama dari tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang
bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru.
Perbanyakan/penggandaan propagule (kalus/tunas/embrio). Tahap ini bertujuan untuk
menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio,
serta memeliharanya dalam keadaan tertentu untuk dipersiapkan pada tahap selanjutnya.
Pengakaran. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman
yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-
vitro ke lingkungan luar.
4
Dengan adanya penerapan Kultur Jaringan ini diharap dapat mebantu petani dalam
pemenuhan bibit unggul, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kemakmuran petani di
Indonesia. Bioteknologi merupakan seperangkat teknik yang memanfaatkan organisme hidup
atau bagian dari organisme hidup, untuk menghasilkan atau memodifikasi produk, meningkatkan
kemampuan tumbuhan dan hewan, mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus
yang berguna bagi kehidupan manusia. Berikut beberapa produk bioteknologi modern yang telah
ada :
5
D. Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat dari mulai tanaman tingkat
rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan protoplas
dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh
menjadi tanaman hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk
menggabungkan sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat digabungkan secara seksual
ataupun aseksual. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari
spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau
antargenus dari satu famili (inter genus).
Karena di Indonesia sendiri, sektor yang paling dominan merupakan pertanian, jadi
tingginya angka tenaga kerja dan pendapatan wilayah yang berasal dari sektor tersebut, sehingga
memiliki pengaruh besar dalam perkembangan wilayah. Dengan begitu, diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan petani juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,
dengan adanya addvalue atau nilai tambah dari perkembangan bioteknologi.
Teknologi transgenik telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian seperti jagung,
kapas, tomat, padi, kedelai, dan papaya. Pada kedelai telah dimasukkan beberapa gen yang
menyebabkan variasi pada tanaman kedelai. Tanaman transgenik ini tidak perlu disemprot
dengan pestisida untuk menyingkirkan hama dan penyakit, sebab dengan sisipan gen tersebut
akan menghasilkan senyawa endotoksin (senyawa racun) sehingga tanaman transgenik dapat
membrantas hama dengan senyawa racun yang dikandungnya.
3. Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus
mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).
Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran
sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan
DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel
yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang
belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman
muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat
diamati. Berikut adalah beberapa contoh tanaman hasil transgenic.
7
Jenis tanaman Sifat yang telah Modifikasi Foto
dimodifikasi
Padi Mengandung provitamin Gen dari tumbuhan narsis,
A (beta-karotena) dalam jagung,
jumlah tinggi.[15] dan bakteri Erwinia disisipk
an pada kromosom padi.[15]
8
Kanola Menghasilkan minyak kan Gen FatB dari Umbellularia
ola yang californica ditransfer ke
mengandung asam dalam tanaman kanola untuk
laurat tinggi sehingga meningkatkan
lebih menguntungkan kandungan asam laurat.[20]
untuk kesehatan dan
secara ekonomi.[20] Selain
itu, kanola transgenik
yang disisipi gen
penyandi vitamin E juga
telah ditemukan.[16]
Pepaya Resisten terhadap virus Gen yang menyandikan
tertentu, selubung virus PRSV
contohnya Papaya ditransfer ke dalam
ringspot virus (PRSV).[21] tanaman pepaya.[21]
Melon Buah tidak cepat busuk.[22] Gen baru dari bakteriofag T3
diambil untuk mengurangi
pembentukan
hormon etilen (hormon yang
berperan dalam pematangan
buah) di melon.[22]
Bit gula Tahan terhadap Gen dari
herbisida glifosat dan gluf bakteri Agrobacterium galur
osinat.[23] CP4 dan
cendawan Streptomyces
viridochromogenes ditransfe
r ke dalam tanaman bit gula.
[23]
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat
unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.
Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal
dan dipasarkan di dunia. Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah
gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996, Monsanto, salah
satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik
dengan merek dagang "Bollgard". Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga
telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".
9
Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah diproduksi
oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".
Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kemudian
disemprot dengan gas etilen untuk membuat buah matang dan berwarna merah. Namun, rasa
tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa. Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut
adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama
transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan. Namun, penjualan Flavr Savr ditarik
dalam waktu kurang dari setahun karena alasan kesehatan dan penjualannya mengalami
kerugian. Produk tersebut tidak banyak terjual karena harganya dua kali lipat dari tomat biasa
namun rasa yang dihasilkan sama.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lai
mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian.
Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan
efisien. Dewasa ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi teah
mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber
energi, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa-masa yang
akan datang.
Penerapan bioteknologi pada makanan secara modern, diawali pada 1992. Saat itu sebuah
perusahaan Amerika, Calgene, mendapatkan izin untuk memasarkan OHMG yang disebut
Flavrsavr. OHMG ini adalah tomat yang dibuat lebih tahan hama dan tidak dapat membusuk.
Secara umum, penerapan bioteknologi modern pada makanan tidak dapat dipisahkan dengan
bioteknologi modern pada bidang pertanian. Produk-produk makanan yang dihasilkan dari
OHMG, seperti tanaman pertanian, hewan, atau mikroorganisme, disebut makanan hasil
modifikasi genetik.
OHMG lebih banyak dilakukan pada tanaman pertanian. Contohnya, jagung tahan lama,
kedelai tahan herbisida, kentang tahan virus, padi dengan zat dan vitamin yang ditingkatkan
(golden rice), gandum dengan protein yang tinggi bagi ternak, dan banyak hasil pertanian
lainnya. Perkembangan selanjutnya dari penerapan bioteknologi modern semakin beraneka
10
ragam. Sekarang, para ilmuwan dapat membuat makanan yang mengandung obat, pisang yang
menghasilkan vaksin hepatitis B, ikan yang lebih cepat dewasa, dan tanaman buah yang berbuah
lebih cepat.
Seperti sudah dijelaskan bahwa mikroorganisme tidak hanya dapat mengubah bahan
pangan, tapi justru dapat menjadi bahan pangan itu sendiri. Pembuatan Yoghurt yang
memanfaatkan Lactobacillus sp dapat kamu ikuti pada Lab Mini 5.1. Penerapan bioteknologi
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
Protein Sel Tunggal (PST). Istilah protein sel tunggal digunakan untuk menyatakan protein
mikroorganisme untuk membedakan dengan protein yang berasal dari hewan dan tumbuhan.
PST mengacu kepada sel mikroorganisme yang dikeringkan seperti bakteri, alga dan jamur
yang sebelumnya ditumbuhkan di dalam sistem biakan yang berskala besar. Meskipun
mikroorganisme ini ditumbuhkan untuk menghasilkan protein, tetapi juga mengandung
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan senyawa nitrogen bukan protein seperti asam
nukleat. Produksi PST pertama yang memberikan harapan berasal dari Jerman, diperoleh
dengan jalan menumbuhkan Saccharomyces cerevisae di dalam medium molase (limbah
pabrik gula) dan garam amonium. Hasil proses ini dikonsumsi oleh manusia sebagai
pengganti protein. Limbah pabrik bubur kayu berupa sulfit juga telah digunakan sebagai
bahan baku dengan memanfaatkan khamir Candida utilia untuk menghasilkan protein bagi
manusia dan hewan.
Mikoprotein. Mikoprotein merupakan produk makanan yang berasal dari miselium jamur
(tubuh jamur). Pada pembuatan mikoprotein ini, digunakan jasa jamur Fusarium
graminearum. Mikoprotein dihasilkan melalui fermentasi menggunakan glukosa sebagai
bahan baku dan zat hara lain serta gas amoniak dan garam amoniak.
11
Bioteknologi konvensional menggunakan peranan mikroorganisme (jamur dan bakteri) secara
langsung. Peranan mikroorganisme yang dimanfaatkan adalah proses fermentasi. Dengan orises
fermentasi tersebut duhasilkan produk yang dapat dimanfaatkan manusia terutama dalam bidang
pangan. Berikut beberapa contoh penggunaan bioteknologi dalam bidang pangan.
a. Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman hasil fermentasi susu menggunakan bakteri Lactobacillus
substilis atau Lactobacillus bulgaricus.Bakteri yang di manfaatkan mampu mendegradasi protein
dalam susu menjadi asam laktat. Proses degradasi ini disebut fermentasi asam laktat dan hasil
akhirnya dinamakan yoghurt. Yoghurt merupakan minuman hasil fermentasi susu oleh bakteri
Lactobacillus bulgaricus.
b. Keju
Keju merupakan contoh produk bioteknologi yang cukup terkenal. Keju dibuat dengan
bantuan bakteri pada susu. Bakteri tersebut dikenal sebagai bakteri asam laktat atau
Lactobacillus. Bakteri Lactobacillus mengubah laktosa menjadi asam laktat dan menyebabkan
susu menggumpal. Pada pembuatan keju, kondisi pH harus rendah. Kondisi pH yang rendah
membuat susu mengental. Akibatnya protein pada susu berubah menjadi semi solid yang disebut
curd . Proses ini dibantu dengan menambahkan enzim renin. Enzim renin dapat diekstrak dari
perut anak sapi. Namun, saat ini enzim renin dapat diproduksi dalam skala besar dengan
menggunakan teknik rekayasa genetika.
Keju merupakan produk bioteknologi yang dalam pembuatannya, melibatkan
mikroorganisme berupa bakteri Lactobacillus bulgaricus. Setelah susu berubah menjadi curd ,
garam ditambahkan. Garam ini selain untuk menambahkan rasa, berfungsi juga sebagai bahan
pengawet. Bakteri kemudian ditambahkan sesuai dengan tipe keju yang akan dibuat. Bakteri
yang ditambahkan ini disebut bakteri pematang. Bakteri pematang berguna memecah protein
dan lemak yang terdapat dalam keju. Beberapa jenis keju mempunyai karakteristik tertentu
dengan ditambahkan mikroba lain, seperti jamur. Contohnya terdapat pada keju biru, yang
mempunyai karakteristik berwarna biru karena ditambahkan jamur pada curd kejunya. Untuk
mempercepat produksi keju, dapat ditambahkan enzim bakteri selain bakteri pematang itu
sendiri.
c. Tempe
Tempe adalah makanan khas Indonesia. Tempe merupakan makanan yang terkenal di
Asia Tenggara dan juga merupakan salah satu contoh produk hasil bioteknologi. Tempe terbuat
dari kacang kedelai. Karena terbuat dari kacang kedelai yang merupakan sumber protein tinggi,
tempe juga merupakan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Tempe dibuat dari kacang
kedelai dengan dibantu oleh aktivitas jamur Rhizopus oryzae. Proses pembuatan tempe cukup
sederhana dan mudah dilakukan. Kacang kedelai dicuci bersih, lalu direbus hingga setengah
matang. Kemudian, kacang kedelai setengah matang direndam dalam air selama kurang lebih 12
jam (semalaman). Dengan direndamnya kacang kedelai, dapat menciptakan kondisi asam
sehingga mikroba yang biasanya membusukkan makanan dapat dicegah. Setelah direndam,
kacang kedelai kembali dicuci bersih dan direbus kembali hingga matang.
12
Jamur rhizopus oryzae merupakan mikroorganisme yang membantu dalam pembuatan
tempe. Jamur ini digunakan dalam bentuk ragi tempe. Kacang kedelai yang telah matang tersebut
lalu didinginkan dan setelah dingin ditambahkan ragi tempe. Ragi tempe adalah jamur Rhizopus
oryzae. Kacang kedelai yang telah dicampur dengan ragi tempe, lalu dibungkus oleh daun pisang
atau plastik yang dilubangi. Setelah dibungkus, lalu diperam (difermentasi) selama satu malam.
Akhirnya diperoleh tempe sebagai produk bioteknologi.
d. Tahu
Tahu juga merupakan salah satu contoh produk bioteknologi. Sebagai orang Indonesia,
Anda pasti telah mengenal makanan yang bernama tahu, bukan? Tahu, seperti juga tempe,
terbuat dari kacang kedelai. Tahu dibuat dengan cara mencuci kacang kedelai hingga bersih dan
merendamnya selama satu malam. Setelah lunak, kacang kedelai digiling menjadi seperti bubur,
lalu dididihkan. Setelah dididihkan, bubur kedelai disaring dan ditambahkan kultur bakteri yang
dapat menciptakan kondisi asam. Beberapa jenis bakteri yang sering digunakan dalam
pembuatan tahu ini adalah bakteri asam laktat. Bubur tahu yang telah ditambahkan bakteri asam
laktat ini lalu dicetak,dibumbui, dan diberi garam agar tahan lama.
e. Cuka
Bahan dasar pada proses pembuatan cuka adalah etanol yang dihasilkan oleh fermentasi
anaerob oleh ragi. Oleh bakteri asam asetat, seperti Acetobacter dan Gluconobacter, etanol akan
dioksidasi menjadi asam asetat.
f. Roti
Pembuatan roti juga memanfaatkan peristiwa fermentasi yang dibantu oleh yeast atau
khamir. Yeastmerupakan sejenis jamur yang ditambah pada adonan tepung danakan
menimbulkan proses fermentasi. Proses ini akan menghasilkangas karbondioksida dan alkohol.
Gas karbondioksida berperan dalammengembangkan roti, sedangkan alkohol akan berkontribusi
dalam menghasilkan aroma dan memberi rasa pada roti. Adonan akan tampak lebih
mengembang dan membesar pada saat adonan dimasukkan ke oven, karena gas akan
mengembang pada suhu tinggi.
g. Kecap
Kecap merupakan salah satu produk hasil bioteknologi yang terbuat dari kacang kedelai.
Pada tahap awal kedelai akan difermentasi dengan menggunakan jamur Aspergillus wentii.
Tahap selanjutnya kedelai yang sudah difermentasikan akan dikeringkan dan direndam di dalam
larutan garam. Pembuatan kecap dilakukan melalui proses perendaman kedelai dengan larutan
13
garam, sehingga pembuatan kecap dinamakan fermentasi garam. Jamur Aspergillus wentii akan
merombak protein menjadi asam-asam amino, komponen rasa, asam, dan aroma khas.
h. Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. Selanjutnya, susu
diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk
menghasilkan mentega yang siap dimakan.
i. Anggur
Atau juga populer disebut dalam bahasa Inggris: wine adalah minuman beralkohol yang
dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya hanya tumbuh di area 30 hingga 50
derajat lintang utara dan selatan. Minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah lain yang kadar
alkoholnya berkisar di antara 8% hingga 15% biasanya disebut sebagai wine buah (fruit wine).
Anggur dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur. Ada beberapa
jenis minuman anggur yaitu, Red Wine, White Wine, Rose Wine, Sparkling Wine, Sweet Wine,
dan Fortified Wine:
Red Wine adalah wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa jenis
anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah merlot,
cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir.
White Wine adalah wine yang dibuat dari anggur putih (white grape). Beberapa jenis
anggur hijau yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah
chardonnay, sauvignon blanc, semillon, riesling, dan chenin blanc.
Rose Wine adalah wine yang berwarna merah muda atau merah jambu yang dibuat
dari anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih singkat
dibandingkan dengan proses pembuatan Red Wine. Di daerah Champagne, kata Rose
Wine mengacu pada campuran antara White Wine dan Red Wine.
Sparkling Wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbon
dioksida di dalamnya. Sparkling Wine yang paling terkenal adalah Champagne dari
Prancis. Hanya Sparkling Wine yang dibuat dari anggur yang tumbuh di desa
Champagne dan diproduksi di desa Champagne yang boleh disebut dan diberi label
Champagne.
Sweet Wine adalah wine yang masih banyak mengandung gula sisa hasil fermentasi
(residual sugar) sehingga membuat rasanya menjadi manis.
Fortified Wine adalah wine yang mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan
dengan wine biasa (antara 15% hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah
hasil dari penambahan spirit pada proses pembuatannya.
14
Bioteknologi seperti Bioteknologi pertanian IPB, Bioteknologi kesehatan di UGM dan
Bioteknologi Industri di ITB Bandung. Tujuan pemerintah dalam program ini adalah untuk
meningkatkan penelitian di bidang bioteknologi dan memperluas jaringan bioteknologi di tingkat
nasional maupun internasional (Wahyono, 2001).
Tahun 1994, Indonesian Biotechnology Consortium (IBC) terbentuk dengan tujuan aktif
terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan bioteknologi secara bijak untuk kesejahteraan
manusia dan konservasi lingkungan (Retnoningrum, 2005). Pada tahun 1988, perhatian terhadap
bioteknologi semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan peran pemerintah dalam memberikan
bimbingan untuk perkembangan bioindustri dan adanya dukungan dari Research and
Development (R & D) (Sukara dan Loedin, 2014). Jaringan bioteknologi semakin berkembang
hingga pada tahun 1999, Lembaga Eijkman bekerja sama dengan PT. Biofarma mengembangkan
vaksin hepatitis B (Wahyono, 2001).
Pada tahun 2013, Indonesia (Kementerian Riset dan Teknologi) bekerja sama dengan
Jerman dalam rangka mengembangkan bioteknologi pembuatan obat (LIPI, 2013). Kemudian
pada tahun 2018, Indonesia menjadi Centre of Excellence pengembangan vaksin dan produk
bioteknologi negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam) yang
merupakan produsen vaksin di Negara Islam (Kementerian Kesehatan, 2018).
Perkembangan bioteknologi di Indonesia masih tergolong dalam kategori tertinggal jika
dibandingkan dengan negara lain. Minimnya dana penelitian menjadi fakor penyebab
ketertinggalan Indonesia dalam mengembangkan bioteknologi. Anggaran riset Indonesia
merupakan anggaran terendah di Asia tenggara yaitu 0.2% atau 17 triliun, sedangkan Singapura
dan Thailand telah menganggarkan dana riset sebesar 2.5%, sementara Malaysia menganggarkan
1.8% (LIPI, 2016). Dana riset sendiri 76% bersumber dari anggaran APBN dan sisanya dari
pihak swasta. Berbeda halnya dengan negara Asia yang lain seperti Singapura yang 80% dana
riset berasal dari pihak swasta atau industri sedangkan Korea selatan hanya sekitar 16% dana
yang berasal dari pemerintah dan sisanya dari pihak swasta dan industri (Antara News, 2019).
Keterlambatan perkembangan bioteknologi telah dibahas dalam Seminar Nasional
Bioteknologi III UGM, dan dalam kesempatan tersebut Prof. Dr. Ir. Siti Subandiyah. M.Agr.Sc
selaku ketua Pusat Studi Bioteknologi UGM menyatakan bahwa perkembangan bioteknologi di
dunia internasional telah menggunakan teknologi modern sedangkan perkembangannya di
Indonesia memprihatinkan karena keterbatasan fasilitas dan bahan-bahan yang masih harus
diimpor (UGM, 2015). Selain dana dan fasilitas, keterlambatan perkembangan bioteknologi juga
diakibatkan oleh adanya kontroversi di bidang agama, budaya dan etnis (Mahrus, 2014).
Indonesia merupakan negara yang telah memanfaatkan produk bioteknologi terutama
produk makanan dan obat-obatan. Pemanfaatan produk rekayasa di Indonesia telah diatur dan
harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat 7 peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang perdagangan produk rekayasa genetika yaitu;
1. UU No.7/1996 tentang pangan
2. UU No. 21/2004 tentang Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on
Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati atas Konvensi
Keanekaragaman Hayati)
15
3. PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan
4. PP No. 28/2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
5. PP No. 21/2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika
6. SKB 4 Menteri Th. 1999
7. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor: HK. 00.05.23.3541 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik
(Abbas, 1999).
Masyarakat muslim yang merupakan mayoritas di Indonesia tentu memerlukan pelabelan halal
bagi produk rekayasa genetika yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga
tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat untuk mengkonsumsinya.
Negara berkembang seperti Indonesia masih dibatasi oleh sumber daya manusia, sumber
daya keuangan, rendahnya investasi R & D, infrastruktur dan regulasi industri dan pasar
(Pabendon, 2013). Hal ini merupakan penyebab yang selalu menjadi daftar panjang
permasalahan yang dapat menghambat terealisasinya kemajuan bioteknologi. Sektor swasta
sangat terbatas yang terlibat dalam pendanaan penelitian di bidang ini dikarenakan investasi yang
terlalu tinggi.
16
Meningkatkan nilai guna dan manfaat dari berbagai jenis bahan pangan untuk memenuhi
kebutuhan manusia
Terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari tanaman transgenik ke
tanaman lain.
Adanya efek kompensasi.
Muncul hama target yang tahan terhadap insektisida.
Muncunya efek samping terhadap hama nontarget.
Biaya untuk memuatnya relatif tinggi.
Membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam perakitannya diperlukan orang-
orang yang memiliki keahlian khusus.
17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Bioteknologi adalah sebuah cabang ilmu yang telah mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup seperti bakteri, fungi, virus, dan lain-lain atau produk yang ada pada makhluk
hidup (enzim, alkohol) didalam proses produksinya yang akan menghasilkan barang dan
jasa.
2. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan mengaplikasikan bioteknologi baik pada
makanan maupun pertanian yang dilakukan secara konvensional dan modern.
3. Bioteknologi memadukan teknologi dengan bantuan makhluk hidup misalnya
mikroorganisme.
4. Bakteri dan jamur banyak digunakan dalam pengolahan makanan melalui proses
fermentasi seperti fermentasi asam laktat, fermentasi jamur, fermentasi alkohol, dan
fermentasi kadar garam tinggi.
5. Sedangkan bioteknologi yang menggunakan teknik rekayasa genetika memanfaatkan
plasmid bakteri untuk menyisipkan gen yang diinginkan.
6. Perkembangan bioteknologi di Indonesia termasuk terlambat karena keterbatasan
fasilitas dan bahan-bahan yang masih harus diimpor, kontroversi di bidang agama,
budaya dan etnis.
7. Bioteknologi memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana disebutkan pada point 2.5
diatas.
3.2 Saran
Sedikit saran dari penulis mengenai bioteknologi ini Indonesia sudah cukup baik dalam
pengaplikasian bioteknologi dalam bidang pertanian dan pangan terbukti dengan hadirnya varian
baru dari hasil pengaplikasian ini sehingga hal ini harus dipertahankan dan dikembangkan lagi
agar perubahan yang terjadi nantinya dapat lebih baik lagi. Namun dalam hal perkembangan
bioteknologi di Indonesia masih dalam tahap tertinggal dari negara lain yang memang
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti anggaran riset yang rendah, fasilitas dan bahan-bahan
yang masih di impor. Akan tetapi kami yakin SDM Indonesia bisa terus mengembangkan
bioteknologi modern ini agar dapat bersaing dengan negara lain dan dapat membentuk teknologi
yang canggih yang dapat mengatasi berbagai masalah seperti dampak dari pengaplikasian
bioteknologi ini baik itu dampak positif dan negative tentunya hal ini harus dibantu oleh
pemerintah dan juga pihak swasta yang terlibat. Terlepas dari semua itu penulis menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai makalah ini agar dapat diperbaiki
menjadi lebih baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, N. (2009). Perkembangan Teknologi di Bidang Produksi Pangan Dan Obat – Obatan
Serta Hak – Hak Konsumen. Jurnal Hukum. Vol. 3 No. 16, 423-438.
Antara News. (2019). Menristek Menjawab mengapa dana riset Indonesia rendah.
https//m.antaranews.com/berita/800767//menristek-menjawab-mengapa-dana-riset-
indonesia-rendah [diakses 3 Mei 2020]
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Indonesia Jadi Center of Excelent: Momentum Baru Bagi
Negara-Negara Islam Dalam Pengembangan Vaksin dan Produk Bioteknologi.
www.depkes.go.id/article/view/18051500002/indonesia-jadi-center-of-excelent-
momentum-baru-bagi-negera-negara-islam-dalam-pengembangan-vaksin-d.html.
LIPI. (2016). Anggaran Riset Indonesia Terendah di Asia Tenggara.
http://Lipi.go.id/Lipimedia/anggaran-riset-indonesia-terendah-di-asia-tenggara/16281
[diakses 3 Mei 2020]
Mahrus. (2014). Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi Masyarakat. Jurnal
Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2, 108-119.
Pabendon, M. B. (2013). Peran Penelitian Bioteknologi Menunjang Pertanian Bioindustri.
Seminar Nasional Serealia.
Retnoningrum, D. S., Kardena, E., & Noer. A. S. (2005). Indonesia Biotechnology Consortium:
Present and Future. Workshop on the Establishment of Biotechnology Information
Network Asia (BINASIA) Nodal in Indonesia. July 27-28, Jakarta.
Sukara, E & Loadin, S. (2004). Agricultural Biotechnology in Indonesia. R & D Center for
Biotechnology, The Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Bogor, Indonesia.
Wahyono, P. (2001). Bioteknologi, Sebuah Ilmu Masa Depan yang Menjanjikan.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/view/3167
19