TEKNOLOGI BIOPROSES
Pembuatan Tempe
Asisten :
1. Illovine Hadassa Enggar 6. Frans Rivaldo Siahaan
2. Rizqy Mulia Kusuma 7. Azizah Syarifah Azzahra
3. Alya Dewi Pritania 8. Tiara Kasih
4. Muhammad Luthfi Alfayyadh 9. Antika Sari
5. Syarul R 10. Sonia Putri Lestari
Nama : Rifqi Arya Pramana
NIM : 03031382025117
Shift/Kelompok : Senin (9.40-13.00) WIB/ V
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.5. Hipotesis
1) Kadar air akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin lama
proses perendaman kedelai (Suparno dkk, 2020).
2) Semakin lama waktu fermentasi tempe maka tempe yang dihasilkan
akan membusuk, karena metabolisme akan terus berlangsung (Sine dan
Soetarto, 2020).
3) Suhu dingin pada penyimpanan tempe akan merubah warna tempe
menjadi kecoklatan (Purwanto dan Rudi, 2018).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penjelasan Umum Mengenai Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dengan cara
memfermentasikan biji kedelai atau bahan lain dengan berbagai jenis
kapang Rhizopus hypospora, Rh. Oryzae, Rh stolonifer (jamur roti), tempe
mengandung 10 mg zat besi dalam 100 gram tempe (Diah dkk, 2019).
Tempe kedelai merupakan tempe yang terbuat dari bahan dasar kedelai.
Tempe kedelai sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas, karena
sebagian besar pembuatan tempe di Indonesia menggunakan bahan dasar
kedelai. Tempe kedelai ini memiliki ciri-cirinya yaitu miselium berwarna
putih dan kompak, bentuknya yang padat serta memiliki bau yang khas.
Tempe kacang merah merupakan jenis tempe yang berbahan dasar kacang
merah. Meskipun belum banyak yang mengetahui bahwa kacang merah
bisa dijadikan sebagai bahan dasar tempe, tempe kacang merah memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Kandungan gizi yang terdapat pada tempe
kacang merah diantaranya, zat besi, kaya akan serat, vitamin B serta
kalsium yang terkandung didalam tempe tersebut.
Tempe merupakan sumber protein nabati yang mengandung zat
besi dalam bentuk non-heme. Proses fermentasi aktivitas enzim jamur
Rhizopus hypospora pada tempe dapat meningkatkan kelarutan besi pada
kedelai mentah dari 24,3% menjadi 40,5% pada tempe (Pinasti dkk.,
2020). Tempe kedelai merupakan produk yang diolah dari biji kedelai
kupas yang telah direbus dan kemudian dilakukan dengan proses
fermentasi dengan kapang Rhizopus sp. dan menghasilkan produk dengan
bentuk padatan kompak berwarna putih. Tempe difermentasi dengan jenis
kapang Rhizopus sp, terutama dari spesies oligosporus. Selama proses
fermentasi, kedelai berubah menjadi tempe dan terjadi perubahan lainnya
seperti fisik, biokimia, maupun mikrobiologi yang sangat menguntungkan
dari segi gizi dan serta kesehatan. Adanya enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh kapang tempe menyebabkan kandungan protein, lemak,
dan karbohidrat.
3
4
menjadi suatu hal yang utama. Hal tersebut dikarenakan hampir 90% hasil
produksi kacang kedelai yang ada di Indonesia dimanfaatkan dalam
pangan oleh masyarakat Indonesia. Kacang kedelai (Glycine max (L.)
Merrill dianggap sebagai protein dari nabati dengan harga terjangkau.
Tingkat konsentrasi protein untuk kacang kedelai adalah 40%. Kacang
kedelai juga mempunyai kandungan letichin di dalamnya yang mempunyai
kegunaan sebagai penghancur lemak yang menumpuk dan juga
mengurangi risiko penyakit darah tinggi (Krisnawati, 2017).
Protein yang terkandung di dalam kedelai kuning dapat
bermacam-macam dari 31-48% dan mempunyai lemak yang terkandung di
dalamnya dengan tingkat konsentrasi 11-21%. Kulit kedelai juga
mempunyai zat antosianin yang mempunyai kegunaan sebagai pencegah
plak di dalam aliran darah. Vitamin yang terdapat pada kacang kedelai
adalah niasin, asam pantotenat, biotin, tiamin, riboflavin, inositol, dan
asam askorbat.. Kandungan dari vitamin A dan D yang terdapat pada
kacang kedelai hanya sedikit. Kacang kedelai mengandung vitamin yang
berguna bagi tubuh juga mempunyai kandungan fosfor dan zat besi dengan
konsentrasi rendah namun dapat memberikan energi untuk tubuh manusia
Kedelai zaman sekarang bukan hanya digunakan sebagai sumber protein,
namun juga digunakan sebagai pencegah penyakit degeneratif seperti
penuaan di usia muda.
2.3. Kandungan yang Ada Pada Tempe
Tempe adalah makanan yang telah ada sejak zaman dulu. Tempe
awalnya dibuat dengan menggunakan kedelai hitam yang mempunyai
banyak asam amino glutamat. Masyarakat pada umumnya lebih sering
memakai kacang kedelai kuning. Hal tersebut disebabkan oleh warna
kacang kedelai kuning yang lebih menarik jika dibandingkan tempe
dengan bahan kacang kedelai hitam (Alnapi, 2017). Vitamin dan nutrisi
yang terkandung pada tempe juga bervariasi. Tempe mengandung vitamin
B6, B12, C, dan D. Nutrisi yang juga terdapat dalam tempe adalah protein,
lemak, dan karbohidrat. Tempe memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan kacang kedelai. Tempe mengandung enzim-enzim
8
bisa menetralkan bau yang tidak sedap dari kedelai yang diakibatkan oleh
aktivitas enzim lipoksigenase. Tahap pengolahan kedelai untuk dijadikan
tempe akan menambah tingkat konsentrasi zat fosfor. Hal tersebut
diakibatkan karena adanya aktivitas enzim fitase yang berasal dari jenis
Rhizopus oligosporus yang mempunyai kemampuan untuk menghidrolisis
zat asam fitat menjadi inositol dan fosfat yang bebas. Tempe mempunyai
kandungan antibakteri yang bisa mencegah aflatoksin sering menempel di
bagian atas tempe. Tempe banyak mengandung fitokimia yang bisa
memberikan efek baik untuk tubuh dan membantu tubuh untuk menjadi
sehat. Isoflavon adalah kandungan pada tempe dan merupakan satu dari
banyak zat fitokimia yang bersumber dari kacang kedelai (Bukhari, 2022).
Selain jamur dan bakteri yang sudah dipelajari keterlibatannya
dalam fermentasi tempe, terdapat kemungkinan bahwa khamir dapat
tumbuh selama fermentasi tempe. beberapa jenis khamir telah ditemukan
terdapat dalam tempe yang dipasarkan dan selama perendaman kedelai
untuk pembuatan tempe. Salah satu jenis khamir yang ditemukan dalam
fermentasi tempe adalah Saccharomyces cerevisiae. Oleh karena itu pada
penelitian ini kultur Saccharomyces cerevisiae akan ditambahkan sebagai
perlakuan dalam pembuatan tempe. Pemilihan jenis Saccharomyces
cerevisiae sebagai perlakuan penambahan inokulum dalam pembuatan
tempe dengan pertimbangan karena khamir ini mampu memproduksi beta-
glukan dikenal sebagai biological defense modifier. Kekebalan tubuh
sebagai anti infeksi terhadap mikroorganisme yang meliputi bakteri, fungi,
virus dan parasit sebagai antisitotoksik, anti-mutagenik, dan
antitumorogenik. Beta-glukan ini memiliki berbagai aktivitas biologis
sebagai antitumor, antioksidan, antikolesterol, anti penuaan dini, dan
peningkat sistem imun. Penambahan khamir dalam fermentasi tempe,
selain dapat meningkatkan kualitas nutrisi dan flavor tempe (Kustyawati
dkk, 2017) diharapkan juga mampu menghasilkan tempe mengandung
beta-glukan, sehingga tempe yang dihasilkan memiliki keunggulan.
2.4. Bahan Baku Tempe Dan Pengelompokkan Tempe
10
yang terbuat dari biji kecipir ini cukup umum apabila ditemukan di pasar.
Masyarakat di Jawa Timur sangat sering mengonsumsi tempe ini dan
menjadikan tempe dari biji kecipir sebagai makanan lokal (Santosa dkk,
2019).
2.4.4 Tempe Kacang Hijau
Tempe kacang hijau diproduksi dengan kacang hijau yang difermentasi.
Penggunaan kacang hijau untuk jenis tempe kacang hijau memproduksi bahan
pangan yang banyak mengandung protein dan antioksidan. Tempe kacang hijau
merupakan bahan pangan fungsional. Bahan pangan fungsional adalah makanan
yang apabila dikonsumsi akan memberikan efek yang baik pada tubuh dan akan
mengenyangkan karena kebutuhan nutrisi terpenuhi. Satu dari banyak efek baik
yang diberikan oleh tempe kacang hijau pada tubuh manusia adalah mencegah
adanya zat radikal bebas pemicu zat kanker. Kacang hijau mempunyai banyak
manfaat untuk kesehatan karena memiliki kandungan karbohidrat sebanyak 62,5
gram, protein 22,2 gram, dan lemak 1,5 gram. Vitamin yang terdapat pada kacang
hijau adalah vitamin A 9 IU, vitamin B1 150-400 IU, dan mineral seperti zat besi
dan kalsium (Faizah dan Gazali 2022). kacang hijau dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan tempe. Tempe kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan
suatu makanan yang apabila dimakan tidak hanya mengenyangkan.
Tetapi juga akan berdampak positif bagi tubuh manusia karena
dapat merendam radikal bebas. Selain memanfaatkan kacang hijau sebagai
bahan baku pembuatan tempe, kacang merah juga dapat dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan tempe. Tempe kacang merah (Phaseolus vulgaris
L.) adalah bahan makanan yang baik untuk menurunkan kolestrol dan juga
dapat membantu mencegah penyakit jantung.
2.3.5. Tempe Biji Saga
Biji saga mempunyai protein dengan kadar 48,2% di dalam
kandungannya sehingga cocok apabila diolah menjadi tempe. Parameter
yang dilihat adalah kadar air, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu di
dalam tempe yang diproduksi dan harus sesuai dengan standar kualitas
tempe. Biji saga memiliki kulit biji yang keras. Biji saga sebaiknya
direndam pada larutan H2SO4 selama 15-18 menit saat sebelum diolah.
12
Biji saga harus dicuci bersih dengan air mengalir setelah tahap
perendaman agar H2SO4 tidak masuk ke dalam tahap pengolahan
(Hidayat dan Wahyuni, 2013). Biji saga yang banyak ditambahkan pada
tempe akan menambah konsentrasi abu dan konsentrasi tempe yang mana
biji saga mempunyai kandungan protein dengan tingkat konsentrasi yang
tinggi.
2.5. Pemanfaatan Pada Tempe dan Nutrisi yang Terkandung
Tempe mempunyai banyak sekali manfaat jika ditinjau dari segi
kesehatan seperti sumber protein, kalsium, vitamin, dan lainnya seperti
berikut.
2.2.1. Sumber Protein
Protein mempunyai kegunaan untuk mempertahankan jaringan
pada otot dan memproduksi enzim proteolitik yang dapat menguraikan
rantai protein supaya bisa diserap dengan mudah oleh tubuh. Nutrisi yang
terdapat pada tempe memiliki kualitas yang lebih bagus apabila
dibandingkan dengan kedelai. Hal tersebut karena tingkat konsentrasi
protein yang homogen di dalam air akan menyebabkan aktivitas enzim
proteolitik menjadi sangat lebih cepat. Enzim proteolitik dapat
menguraikan rantai panjang protein menjadi zat yang dapat dicerna dengan
mudah oleh tubuh. Nutrisi yang terdapat pada tempe seperti karbohidrat,
lemak, serat, kalsium, fosfor, zat besi, asam pantotenat, piridoksin, dan
vitamin B12 lebih banyak daripada dalam daging. Hal tersebut
menyebabkan tempe cukup sering menjadi sumber protein bagi orang
yang tidak terlalu suka makan daging.
2.2.2. Tinggi Kalsium
Tempe juga mempunyai kalsium dengan kadar yang tinggi. Tempe
dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan bisa
menjadi pengganti susu yang baik. Kalsium yang terdapat pada empat
potong tempe sama dengan satu gelas susu sapi. Tempe yang disajikan
seberat 100 gram mempunyai kalsium yang lebih tinggi dibandingkan 100
gram susu. Tempe mempunyai 155 mg kalsium pada setiap 100 gram dan
susu hanya mempunyai 125 mg kalsium pada setiap 100 gram. Tempe
13
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
18
Jamur : Jamur
tumbuh tidak
terlalu banyak.
Kacang
1. Plastik 2 Tekstur :
Tanah
Tidak menyatu.
Aroma : Bau
kacang rebus.
Jamur : Tidak
terlalu
menutupi
kacang.
4
Tekstur :
Menyatu.
Aroma : Bau
kacang rebus.
Jamur :
Menutupi
kacang.
6
Tekstur : Padat
Aroma : Bau
kacang rebus.
20
Jamur :
Tumbuh tipis.
Tekstur :
4
Sedikit padat.
Aroma :
Kacang rebus.
Jamur :
Hampir di
seluruh bagian
kacang.
6 Tekstur : Padat
dan mudah
pecah.
Aroma :
Kacang rebus.
21
Jamur : Jamur
tumbuh banyak dan
tidak ada bintik
hitam.
Kacang
1. Plastik 3 Tekstur : Padat
Kedelai
sempurna.
Aroma : Aroma dan
rasa tempe pada
umumnya.
Jamur : Jamur
tumbuh banyak dan
tidak ada bintik
hitam.
6 Tekstur : Padat.
Aroma : Aroma dan
rasa tempe pada
umumnya.
Jamur : Jamur
tumbuh banyak dan
tidak ada bintik
hitam.
9 Tekstur : Padat.
Aroma : Aroma
tempe pada
umumnya dan rasa
sedikit asam.
24
Jamur : Jamur
tumbuh tidak terlalu
banyak.
Tekstur : Setengah
9 padat dengan
adanya endapan
ragi.
Aroma : Aroma
khas tempe.
25
Jamur : Tidak
ada bintik hitam.
Tekstur : Tempe
belum sepenuhnya
6
jadi.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
Jamur : Tidak
ada bintik hitam.
Tekstur : Tempe
belum sepenuhnya
9
jadi.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
26
6 belum sepenuhnya
jadi.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
9 sudah mulai
melekat.
Aroma : Bau
kacang kedelai.
27
28
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Kadar air akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin lama
proses perendaman pada kedelai.
2) Semakin lama waktu fermentasi tempe maka tempe yang dihasilkan akan
membusuk, karena metabolisme akan terus berlangsung.
3) Suhu yang terlalu rendah pada penyimpanan tempe akan merubah warna
tempe menjadi kecoklatan.
4) Proses pembuatan tempe dilakukan secara aerob, oleh karena itu kantong
plastik harus dilubangi agar udara dapat masuk
5) Kulit kacang dilepaskan terlebih dahulu agar ragi tempe lebih mudah
menyerap ke dalam tempe
5.2. Saran
1) Daun pisang yang akan digunakan dilap kering terlebih dahulu agar air
yang ada tidak menambah kadar air pada kedelai.
2) Kondisi ruang rempat penyimpanan tempe harus diperhatikan, karena suhu
menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembuatan tempe.
3) Proses pembuatan tempe dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan dan
kesterilan alat maupun bahan baku yang digunakan.
29
DAFTAR PUSTAKA
’
LEMBAR PRETEST
HASIL CEK PLAGIARISM