Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TUGAS FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN MIPA

INSEMINASI BUATAN

oleh :

KELOMPOK 2

1. Arvina 20227270170
2. Riksa Suci Imaniah 20227270099
3. Agni Ratri 20227270055
4. Runi Kumalasari 20227270109
5. Tiara Putri Kusuma 20227270037
6. Nirwansyah Mokodongan 20227270110

UNIVERSITAS INDRAPRASTA
FAKULTAS PASCASARJANA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Tuhan Semesta Alam, pemilik segala ilmu pengetahuan.
Dengan izin, limpahan rahmat, dan kasih sayang-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah sebagai tugas mata kuliah Filsafat dan Sejarah Pemikiran MIPA yang membahas
tentang inseminasi buatan. Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Virgana, M.A. selaku dosen mata kuliah Filsafat dan Sejarah Pemikiran
MIPA.
2. Mama dan Papa yang selalu mendoakan penulis di mana pun dan kapan pun.
3. Teman-teman Kelompok 2 dalam mata kuliah Filsafat dan Sejarah Pemikiran MIPA.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah.
Penulis berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan referensi bagi
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini tak luput dari kekurangan dan
keterbatasan sehingga masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harap demi meningkatkan kemampuan penyusunan makalah di
masa yang akan datang.

Bogor, 23 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Inseminasi buatan Pada Manusia................................................................................4
1. Prosedur Inseminasi Buatan....................................................................................5
2. Komplikasi Inseminasi Buatan...............................................................................6
3. Tujuan dan Indikasi Inseminasi Buatan.....................................................................6
4. Indikasi Inseminasi Buatan.....................................................................................7
B. Inseminasi Buatan Pada Hewan..................................................................................7
1. Manfaat Inseminasi Buatan...................................................................................11
2. Kerugian Inseminasi Buatan.................................................................................12

BAB III PENUTUP............................................................................................................14


A. Kesimpulan................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Inseminasi Buatan Pada Manusia
................................................................................................................................................
6
Gambar 2. Proses Inseminasi Buatan Pada Hewan.............................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi reproduksi yang dapat
meningkatkan mutu genetik dan menghindari terjadinya inbreeding serta penyakit
penularan (Hafez, 2000a dan Juhani, 2009). Inseminasi buatan dapat meningkatkan
efisiensi reproduksi (Hafez, 2000a).
Pada manusia, inseminasi buatan atau inseminasi artifisial (bahasa Inggris:
artificial insemination, AI) adalah pemasukan secara sengaja sel sperma ke dalam
rahim atau serviks seorang wanita dengan tujuan memperoleh kehamilan melalui
inseminasi (fertilisasi in vivo) dengan cara selain hubungan seksual. Metode ini
merupakan salah satu cara penanganan fertilitas pada manusia. Selain itu, termasuk
suatu praktik umum dalam pemuliaan hewan seperti sapi perah dan babi. Teknologi
reproduksi inseminasi buatan sudah lama diperkenalkan dan diterapkan pada
peternakan di Indonesia (Wulan et al., 2005).
Inseminasi buatan dapat menggunakan teknik-teknik peternakan, donasi sperma,
dan teknologi reproduksi berbantuan. Teknik-teknik inseminasi buatan yang tersedia
meliputi inseminasi intraservikal (ICI) dan inseminasi intrauterin (IUI). Inseminasi
buatan utamanya diharapkan oleh para wanita yang ingin melahirkan anak mereka
sendiri. Mereka mungkin saja berada dalam hubungan heteroseksual namun pasangan
prianya mengalami infertilitas, dalam hubungan lesbian, atau adalah wanita lajang. ICI
dianggap sebagai teknik inseminasi paling mudah dan paling umum serta mungkin
saja digunakan di rumah untuk inseminasi diri sendiri tanpa bantuan praktisi medis.
Dibandingkan dengan inseminasi alami (yaitu inseminasi dengan hubungan seksual),
inseminasi buatan dipandang lebih mahal dan lebih berbahaya, serta memerlukan
bantuan profesional.
Terdapat hukum di sejumlah negara yang membatasi serta mengatur siapa saja
yang dapat menyumbangkan sperma dan siapa saja yang dapat menerima inseminasi
buatan, juga konsekuensi-konsekuensi dari inseminasi tersebut.
Berhasilnya suatu program inseminasi buatan pada ternak tergantung pada
kualitas dan kuantitas semen yang diejakulasikan seekor pejantan, kesanggupan untuk

1
mempertahankan kualitas, dan memperbanyak volume semen sehingga lebih banyak
betina akseptor yang bisa diinseminasi. Inseminasi buatan adalah suatu cara untuk
memasukkan semen beku (sperma beku) yang telah dicairkan dan telah diproses
terlebih dahulu yang berasal dari organ reproduksi ternak yang disaluran ke organ
reproduksi betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
insemination gun. Inseminasi buatan merupakan cara paling berhasil dan dapat
diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia (Solihati dan Kune, 2009).
Penggunaan teknik inseminasi buatan berkaitan erat dengan kualitas semen.
Kualitas semen dipengaruhi oleh faktor internal (umur, bangsa dan genetik) dan faktor
eksternal (pakan, lingkungan dan pengencer yang digunakan). Semen yang umum
digunakan untuk melakukan inseminasi yaitu semen beku dan semen cair namun
semen beku memiliki daya simpan yang lebih lama dibandingkan dengan semen cair
(Wijayanti dan Simanjuntak, 2006).
Untuk menghasilkan semen beku yang berkualitas tinggi dibutuhkan bahan
pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses
pendinginan, pembekuan, maupun pada saat pencairan (thawing) (Aboagla dan
Terada, 2004a). Bahan pengencer semen beku harus mengandung sumber nutrisi,
bahan penyangga (buffer), bahan anti cekaman dingin (cold shock), antibiotik, dan
krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa selama proses pembekuan dan
thawing. Sumber nutrisi yang paling banyak digunakan adalah karbohidrat terutama
fruktosa yang paling mudah dimetabolisasi oleh spermatozoa (Toelihere, 1993).
Buffer atau penyangga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotik dan juga berfungsi
menetralisir asam laktat yang dihasilkan dari sisa metabolisme spermatozoa, buffer
yang umum digunakan adalah tris (hydroxymethyl) aminomethan yang mempunyai
kemampuan sebagai penyangga yang baik dengan toksisitas yang rendah dalam
konsentrasi yang tinggi (Steinbach dan Foote, 1967). Bahan anti cekaman dingin atau
cold shock yang umum ditambahkan adalah kuning telur atau ekstrak kacang kedelai
(Aboagla dan Terada, 2004b), yang dapat melindungi spermatozoa pada saat
perubahan suhu dari suhu ruang (28oC) pada saat pengolahan ke suhu ekuilibrasi
(5oC).
Masalah utama yang sering dihadapi pada bahan pengencer yaitu belum adanya
informasi yang cukup untuk bahan pengencer yang mudah diperoleh secara cepat,

2
mudah dan murah namun mampu mempertahankan kualitas spermatozoa lebih lama.
Setiap bahan pengencer yang baik harus dapat memperlihatkan kemampuannya
dalam memperkecil tingkat penurunan kualitas spermatozoa sehingga pada akhirnya
dapat memperpanjang lama waktu penyimpanannya pasca pengenceran (Solehati dan
Kune, 2009).
Teknologi pengenceran semen di Indonesia banyak menggunakan tris kuning
telur dengan kuning telur sebagai bahan utama, karena bahan ini relatif lebih murah
dan mudah didapatkan. Aboagla dan Terada, (2004b), kuning telur adalah bahan anti
cold shock sehingga mampu menekan kematian spermatozoa pada saat proses
pembekuan, maka dari itu kualitas telur dari penyimpanan dan komposisi kimia juga
harus diperhatikan karena hal tersebut berkorelasi dengan kualitas semen yang akan
dibekukan.

B. Rumusan Masalah
Inseminasi buatan adalah teknik reproduksi bantuan yang bertujuan untuk
membantu sperma mencapai rahim/saluran indung telur dengan cara memasukkan
sperma langsung ke dalam rahim/saluran indung telur pada masa ovulasi wanita,
melalui kateter kecil, sehingga membantu terjadinya pembuahan yang berujung
dengan kehamilan. Berdasarkan hal itu, maka makalah ini membahas tentang :
1. Bagaimana inseminasi buatan pada manusia ?
2. Bagamana inseminasi buatan pada hewan ?
3. Apa keuntungan dan kelemahan inseminasi buatan ?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana prosedur,
proses, kelemahann kelebihan dan keberhasilan dari inseminasi buatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Inseminasi buatan Pada Manusia


Dari semua bioteknologi reproduksi, inseminasi buatan adalah teknik
bioteknologi yang telah memberikan dampak yang paling besar pada produksi ternak.
Inseminasi buatan dapat dianggap telah digunakan secara luas dan telah memberikan
kontribusi yang paling signifikan terhadap peningkatan genetik di seluruh dunia.
Inseminasi buatan adalah salah satu prosedur medis untuk mengatasi masalah
kesuburan (infertilitas). Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan
suami–istri untuk mencapai konsepsi/kehamilan setelah satu tahun melakukan
senggama teratur tanpa kontrasepsi atau ketidakmampuan untuk hamil sampai
melahirkan bayi yang mampu hidup. Infertilitas dapat terjadi akibat adanya gangguan
pada kedua pasangan (40%), atau pada pasangan wanitanya saja (25-30%), ataupun
pada pasangan prianya saja (20%).
Sedangkan pada infertilitas yang tidak dapat dijelaskan 10-15%. Saat ini,
insidensi infertilitas telah meningkat dalam 20 tahun terakhir, terutama di negara
berkembang. Menurut data WHO, sekitar 50-80 juta pasangan suami–istri dari seluruh
dunia mempunyai masalah infertilitas. Dewasa ini, telah banyak kemajuan yang
dicapai dalam penanganan infertilitas. Salah satunya dengan Assisted Reproduction
Technology (ART). Beberapa teknik konsepsi (associated conception) dapat digunakan
untuk meningkatkan probabilitas kehamilan jika cara konvensional tidak berhasil
setelah dicoba dalam kurun waktu minimal 1 tahun. Salah satunya adalah teknik
inseminasi buatan yang belakangan ini cukup banyak dilakukan oleh pasangan suami
istri.
Inseminasi buatan adalah teknik reproduksi bantuan yang bertujuan untuk
membantu sperma mencapai rahim/saluran indung telur dengan cara memasukkan
sperma langsung ke dalam rahim/saluran indung telur pada masa ovulasi wanita,
melalui kateter kecil, sehingga membantu terjadinya pembuahan yang berujung dengan
kehamilan. Sekitar 2 minggu sesudah dilakukan inseminasi, maka akan dilakukan tes
kehamilan untuk mengetahui keberhasilan inseminasi. Inseminasi buatan bertujuan
untuk meningkatkan jumlah sperma yang dapat mencapai saluran indung telur (tuba

4
falopi) sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Inseminasi buatan dilakukan dengan
cara menempatkan sperma langsung ke dalam rahim pada saat pelepasan sel
telur (ovulasi) menggunakan kateter kecil. Umumnya, inseminasi buatan tidak
memakan waktu lama. Keberhasilan inseminasi buatan dapat meningkat jika dilakukan
tidak hanya satu kali (siklus). Meski begitu, keberhasilan prosedur ini juga tergantung
pada usia, penyebab infertilitas, dan penggunaan obat kesuburan.
Angka keberhasilan inseminasi intra uterine (IIU) berkisar antara 8-12% per
siklus. Sebuah penelitian melaporkan bahwa angka kehamilan pada IIU per pasien
adalah 10-20%, dimana angka terendah adalah 5%. Menurut penelitian lain, tingkat
keberhasilan kehamilan menggunakan terapi inseminasi buatan dapat mencapai 37,9 %.
Hal tersebut persentasenya sudah cukup  besar dan banyak wanita yang berhasil hamil
dengan teknik inseminasi tersebut. Namun, hal ini tidak sama antara satu wanita dengan
yang lainnya. Keberhasilan kehamilan dengan teknik inseminasi buatan bervariasi
tergantung kepada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya antara
lain; usia pasien, jenis masalah kesuburan yang dimiliki pasien, kualitas sperma yang
digunakan, penggunaan obat kesuburan, dan faktor lainnya. Di samping itu, agar
program hamil tersebut berhasil, pasien perlu mengiimbangi dengan menerapkan pola
hidup sehat dan mengonsumsi makanan bergizi yang dapat meningkatkan kesuburan.

1. Prosedur Inseminasi Buatan


Terdapat dua tipe dari inseminasi buatan, antara lain:
 ICI: Jenis inseminasi ini dilakukan dengan memasukkan sperma ke dalam
serviks.
 IUI: Prosedur memasukkan sperma melewati leher rahim dan langsung ke
dalam rahim.
Prosedur inseminasi buatan pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, namun
sebagian wanita dapat merasakan kram sesaat setelah prosedur dilakukan.
Sesudah pelaksanaan inseminasi buatan, pasien dapat langsung pulang ke rumah
dan melakukan aktivitas seperti biasa. Pada beberapa kasus, pasien mungkin
mengalami keluarnya bercak darah atau flek dari vagina selama 1–2 hari setelah
tindakan dilakukan. Tahap berikutnya adalah melihat hasil inseminasi dengan tes
kehamilan 2 minggu setelah pelaksanaan inseminasi. Jika belum berhasil hamil,

5
dokter dapat menyarankan inseminasi buatan ulang. Apabila langkah ini masih
belum berhasil untuk mencapai kehamilan, dokter mungkin akan menganjurkan
tindakan lain, yaitu proses bayi tabung.

Gambar 1. Proses Inseminasi Buatan Pada Manusia

2. Komplikasi Inseminasi Buatan


Inseminasi buatan pada umumnya merupakan prosedur yang tidak rumit
dan aman. Namun, beberapa risiko komplikasi mungkin dapat terjadi, salah
satunya adalah infeksi. Selain itu, pemakaian kateter dalam rahim saat inseminasi
buatan juga dapat menimbulkan iritasi/perdarahan kecil pada vagina. Meski
demikian, perdarahan ini tidak berpengaruh pada peluang untuk hamil.

3. Tujuan Inseminasi Buatan


Inseminasi buatan dilakukan dengan tujuan untuk membantu sperma
mencapai rahim/saluran indung telur dengan cara memasukkan sperma langsung
ke dalam rahim/saluran indung telur pada masa ovulasi wanita, melalui kateter
kecil, sehingga membantu terjadinya pembuahan yang berujung dengan
kehamilan. Sekitar 2 minggu sesudah dilakukan inseminasi, maka akan dilakukan
tes kehamilan untuk mengetahui keberhasilan inseminasi. Inseminasi buatan
bertujuan untuk meningkatkan jumlah sperma yang dapat mencapai saluran
indung telur (tuba falopi) sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan.

6
4. Indikasi Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi-kondisi berikut
ini:
 Memiliki masalah infertilitas, baik yang diketahui penyebabnya atau yang
tidak diketahui,
 Memiliki lendir serviks terlalu kental yang menghalangi jalannya sperma,
 Memiliki masalah ejakulasi atau ereksi,
 Memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan
intim secara langsung.

B. Inseminasi Buatan Pada Hewan


Inseminasi buatan diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada permulaan
tahun 1950-an oleh Profesor B. Seit dari Denmark di Fakultas Kedokteran Hewan dan
Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Dalam rangka Rencana Kesejahteraan
Istimewa (RKI) pada tahun-tahun berikutnya didirikanlah stasiun inseminasi buatan di
daerah-daerah terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Fakultas Kedokteran Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan dapat
dikatakan berfungsi sebagai pusat inseminasi buatan yang melayani peternak di daerah
Bogor dan sekitarnya. aktivitas dan pelayanan inseminasi buatan oleh stasiun-stasiun
inseminasi tersebut bersifat hilang timbul dan mengurangi, kalau tidak menghilangkan
kepercayaan rakyat terhadap keuntungan-keuntungan inseminasi buatan.
Kegiatan inseminasi buatan di Jawa Tengah mulai dilaksanakan pada tahun
1953 dan dilaksanakan oleh dua balai yaitu Balai Pembenihan Ternak di Mirit
kabupaten Kebumen. Balai satu lagi ada si Sidomulyo, kecamatan Ungaran, kabupaten
Semarang. Tujuan kegiatan inseminasi buatan yang dilaksanakan oleh Balai
Pembenihan Ternak Mirit adalah intensifikasi Ongolisasi dengan menggunakan
pejantan Sumba Ongole (SO). Sedangkan kegiatan di Ungaran adalah menciptakan
suatu tipe ternak serbaguna terutama peningkatan produksi susu dengan menggunakan
pejantan Frisian Holstein (FH). Ternyata Balai Pembenihan Ternak Mirit tidak
berhasil menjalankan fungsinya, sama seperti Balai Pembenihan ternak di daerah-
daerah lainnya di Indonesia. Yang tetap bertahan hanyalah Balai Pembenihan Ternak

7
Ungaran yang pada tahun 1970 berubah nama menjadi Balai Inseminasi buatan
Ungaran.
Balai inseminasi buatan yang tertua di Indonesia dan masih bertahan sampai
sekarang adalah Balai Inseminasi Buatan Ungaran, Jawa Tengah. Berdirinya Balai
inseminasi buatan Ungaran ini menjadi cikal bakal perkembangan inseminasi buatan
sampai ke daerah-daerah di Indonesia. Pada awalnya kegiatan pelayanan inseminasi
buatan hanya berkisar di sekitar Ungaran, tetapi lambat laun perkembangan inseminasi
buatan meliputi daerah-daerah di sepanjang jalur susu Semarang-Solo dan Tegal.
Perkembangan inseminasi buatan yang pesat ini didukung oleh penggunaan semen
beku, sehingga inseminasi buatan di Jawa Tengah tidak terbatas pada sapi perah tetapi
juga sapi potong. Selanjutnya pada tahun 1969, inseminasi buatan mulai
diperkenalkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Fakultas Kedokteran Hewan IPB
melalui Departemen Fisiopatologi reproduksi telah mengintrodusir inseminasi buatan
di daerah Pengalengan Bandung Selatan dengan “calf show” yang pertama kali dalam
sejarah perkembangan inseminasi buatan di Indonesia.
Pemasukan semen beku ke Indonesia pada permulaan tahun 1973 telah
membantu menggalakkan inseminasi buatan. Semen beku telah digunakan dalam
inseminasi buatan pada sapi perah maupun sapi potong. Dalam usaha mengintrodusir
penggunaan semen beku dalam inseminasi buatan dan menyebarluaskan bibit-bibit
unggul sapi potong ke daerah Indonesia Timur maka dilaksanakan kursus inseminasi
buatan dan didirikan pusat inseminasi buatan di Sulawesi Selatan (Ujung Pandang)
dan NTT (Kupang). Kemudian diperkenalkan pula inseminasi buatan di Sulawesi
Tenggara, bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Direktorat Bina Produksi,
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, teknik inseminasi buatan telah
diterapkan di 13 Propinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,
Sulawesi selatan dan Kalimantan Selatan.
Gairah masyarakat akan inseminasi buatan telah berkembang pesat, untuk itu
dalam memenuhi permintaan terutama penyediaan semen beku maka pemerintah
mendirikan satu pusat inseminasi buatan di Lembang Jawa Barat dan Balai Inseminasi
Buatan di Wonocolo Surabaya sebagai sentra pengembangan bioteknologi inseminasi
buatan di Jawa Timur dengan salah satu kegiatannya adalah memproduksi semen cair

8
untuk melayani inseminasi di Surabaya, Malang, Pasuruan dan Sidoarjo. Tahun 1975
kegiatan produksi semen beku, dan tahun 1982 produksi semen beku dipindahkan ke
Singosari dan selanjutnya berkembang menjadi inseminasi buatan Singosari dan sentra
inseminasi buatan Jawa Timur hanya sebagai regulator pelaksanaan inseminasi buatan
di Jawa Timur.
Hasil inseminasi buatan di Jawa yang dilaksanakan sejak 1972-1974 kemudian
dilakukan survei evaluasi kegiatan inseminasi buatan sapi tersebut oleh Direktorat
Jenderal Peternakan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan
Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran Bandung. Hasilnya adalah persentase
konsepsi yang dicapai selama 2 tahun terakhir khususnya dengan semen beku eks
impor masih sangat rendah yaitu 21,30-38,92% untuk inseminasi pertama
dibandingkan dengan 60-70% di negara-negara maju. Hasil tersebut menyimpulkan
bahwa titik berat ketidakberesan tidak terletak pada kualitas semen pejantan, tidak
juga pada keterampilan peternak atau inseminator, melainkan sebagian besar terletak
pada ketidaksuburan ternak-ternak betina itu sendiri.
Ketidaksuburan sapi-sapi betina tersebut belum banyak diteliti, tetapi besar
kemungkinan besar disebabkan oleh kekurangan makanan yang menyolok, kelainan
fisiologik anatomik dan kelainan patologik saluran kelamin betina dan merajalelanya
penyakit kelamin menular. Perkembangan inseminasi buatan saat sekarang tersebar di
seluruh Indonesia, hal ini dikarenakan masyarakat telah menyadari arti dan manfaat
inseminasi buatan untuk meningkatkan produktivitas ternaknya. Menyadari arti
penting inseminasi buatan tersebut maka hampir setiap daerah propinsi di Indonesia
melalui Dinas Peternakan/Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mendirikan Balai
inseminasi buatan atau UPT inseminasi buatan.
Sedangkan untuk inseminasi buatan, hingga 2013 Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian membangun delapan unit
Pos Inseminasi buatan atau pos untuk melakukan sistem kawin suntik bagi ternak sapi
dan kerbau di Kaltim. Delapan unit pos itu tersebar di delapan kabupaten dan kota di
Kaltim, yakni Kabupaten Berau, Bulungan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Paser,
Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, dan Samarinda.
Tujuan dilakukan inseminasi buatan adalah untuk memperbaiki mutu genetika
ternak, bahkan tidak mengharuskan pejantan unggul dibawa ke tempat yang

9
dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya. Tujuan lainnya adalah untuk
mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam waktu
lebih lama, meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur, serta untuk
mencegah penularan penyakit kelamin.
Keuntungan penerapan inseminasi buatan adalah untuk menghemat biaya
pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik,
mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding). Melalui penerapan
inseminasi buatan dengan peralatan dan teknologi yang baik, maka sperma (semen)
dapat disimpan dalam jangka waktu lama, bahkan semen beku masih dapat dipakai
untuk beberapa tahun kemudian meski pejantan telah mati. Teknik inseminasi buatan
mungkin hanya ditujukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan saja seperti yang
dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani sebagai penemunya, apabila tidak dikenal
manfaatnya sebagai alat untuk mengendalikan penyakit dan untuk menaikkan mutu
genetik ternak. Inseminasi buatan banyak dimanfaatkan untuk mencegah dan
memberantas penyakit kelamin menular, seperti yang pernah dilakukan di Amerika
serikat pada akhir abad ke-19. Inseminasi buatan juga digunakan Bangsa Rusia untuk
menaikkan mutu ternak secara upgrading, tetapi pada masa sekarang dan akan datang
tampak bahwa inseminasi buatan merupakan teknik yang dianggap berhasil dalam
bidang pemuliaan ternak. Metode-metode praktis telah dilakukan, dan pelayanan
untuk menaikkan mutu sapi menguntungkan bagi para peternak. Peternak atau
peternakan kecil dengan jumlah sapi betina yang sedikit dapat meningkatkan mutu
ternaknya menggunakan semen pejantan. Berdayanya pembuahan yang sangat tinggi
dan mutu genetik yang luar biasa dan juga peternak mau membayar lebih tinggi hanya
untuk mendapatkan inseminasi yang memuaskan tentunya dengan harapan anak yang
didapatkan berkualitas super, akan tetapi teknik inseminasi buatan ini mempunyai
manfaat maupun kerugiannya, meskipun manfaat yang didapatkan jauh lebih besar
daripada kerugian yang ditimbulkannya.

10
Gambar 2. Proses Inseminasi Buatan Pada Hewan

1. Manfaat Inseminasi Buatan


Beberapa manfaat yang dapat dirasakan dalam penerapan inseminasi buatan ini
adalah:
1. Inseminasi buatan sangat mempertinggi penggunaan pejantan-pejantan unggul.
Daya guna seekor pejantan yang secara genetik unggul dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
2. Bagi peternak-peternak kecil seperti umum ditemukan di indonesia,
penggunaan inseminasi buatan sangat menghemat biaya disamping dapat
menghindari bahaya dan menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang
belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan.
3. Pejantan-pejantan yang digunakan dalam inseminasi buatan telah dilakukan
seleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina dengan
pejantan unggul dengan lebih banyak betina yang dilayaninya dan dari
turunan-turunan hasil perkawinan ini dapat lebih cepat diseleksi dan
dipertahankan pejantan-pejantan unggul dan mengeliminir pejantan-pejantan
jelek.
4. Penularan penyakit dapat dicegah melalui inseminasi buatan, dengan hanya
menggunakan pejantan-pejantan yang sehat atau bebas dari penyakit,

11
menghindari kontak kontak kelamin pada waktu perkawinan, dan membubuhi
antinseminasi buataniotika ke dalam semen sebelum dipakai.
5. Inseminasi buatan merupakan cara terbaik mencegah penyebaran penyakit
veneral dan penyakit menular lainnya seperti brucellosis, vibriosis,
leptospirosis dan trichomoniasis.
6. Karena hanya semen dengan fertilitas tinggi yang diberikan pada peternak,
maka calving intervalnya dapat diperpendek dan dapat menurunkan kasus
repeat breeder (kawin berulang bagi betina).
7. Keuntungan lainnya adalah memungkinkan perkawinan antara ternak yang
sangat berbeda ukurannya, misalnya sapi Bali dapat dikawinkan dengan semen
sapi Brangus, Simental maupun Limousin. Inseminasi buatan juga dapat
memperpanjang waktu pemakaian pejantan-pejantan yang secara fisik tidak
sanggup berkopulasi secara normal. Inseminasi buatan dapat menstimulir
interese yang lebih tinggi dalam beternak dan praktik manajemen yang lebih
baik. Inseminasi buatan juga sangat berguna untuk digunakan pada betina-
betina yang berada dalam keadaan estrus dan berovulasi tetapi tidak mau
berdiri untuk dinaiki pejantan.

2. Kerugian Inseminasi Buatan


Selain manfaat dari inseminasi buatan ini sangat banyak terutama dalam
meningkatkan mutu hasil ternak, akan tetapi harus juga diperhatikan kerugian-
kerugian yang diakibatkan oleh teknik inseminasi buatan ini. Kerugian-
kerugiannya adalah :
1. Pelaksana yang terlatih baik dan terampil diperlukan dalam mengawasi atau
melaksanakan penampungan, penilaian, pengenceran, pembekuan dan
pengangkutan semen dan inseminasi pada ternak betina untuk mencegah
penyebaran penyakit-penyakit kelamin menular yang dapat menjangkiti
kelompok-kelompok ternak.
2. Kemungkinan besar inseminasi buatan dapat menjadi alat penyebar
abnormalitas genetik seperti pada sapi, diantaranya cystic ovary, konformasi
tubuh yang buruk terutama pada kaki-kakinya, dan kekurangan libido. Belum
banyak penelitian tentang meningkatnya kejadian cystic ovary pada sapi

12
perah yang sebagian besar disebabkan oleh penggunaan inseminasi buatan
secara meluas.
3. Apabila persediaan pejantan unggul sangat terbatas, peternak tidak dapat
memilih pejantan yang dikehendaki untuk mengikuti program peternakan
yang diingininya. dengan penggunaan seekor pejantan secara terus-menerus,
kemungkinan besar akan terjadi “inbreeding” yang merugikan.
4. Inseminasi buatan masih diragukan manfaatnya dalam mengatasi semua
infeksi atau abnormalitas saluran kelamin betina, kalaupun ada, jarang
terjadi.
5. Inseminasi intrauterine pada sapi yang bunting dapat menyebabkan abortus.
6. Inseminasi buatan tidak dapat digunakan dengan baik pada semua jenis
hewan. pada beberapa spesies masih harus dilakukan penelitian sebelum
inseminasi buatan dapat dipakai secara praktis.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan, antara lain:
1. Inseminasi buatan pada manusia dilakukan dengan tujuan untuk membantu
sperma mencapai rahim/saluran indung telur dengan cara memasukkan sperma
langsung ke dalam rahim/saluran indung telur pada masa ovulasi wanita, melalui
kateter kecil, sehingga membantu terjadinya pembuahan yang berujung dengan
kehamilan.
2. Banyak faktor yang menyebabkan perlu di lakukan inseminasi buatan jika ingin
memiliki keturunan/anak.
3. Inseminasi buatan pada hewan dilakukan dengan tujuan untuk membantu sperma
mencapai rahim/saluran indung telur dengan cara memasukkan sperma langsung
ke dalam rahim/saluran indung telur pada masa ovulasi wanita, melalui kateter
kecil, sehingga membantu terjadinya pembuahan yang berujung dengan
kehamilan.

B. Saran
Saran dari penulis untuk arahan lebih lanjut, yaitu :
1. Bagi suami-istri banyak-banyak melakukan hal yang menyenangkan agar selalu
bahagia, banyak berdo’a kepada Tuhan agara semoga segera memperoleh
keturunan yang baik tanpa melalui inseminasi buatan.
2. Kalaupun suami-istri melakukan inseminasi buatan, harapan saya untuk pemerintah
agar bisa di cover oleh BPJS.
3. Pilih-pilih cara yang diperbolehkan dalam islam jangan sampai melakukan
inseminasi buatan ini melanggar aturan yang Allah perintahkan.
4. Bagi pengusaha ternak yang melakukan inseminasi buatan untuk hewan ternaknya,
diharapkan dan jangan lupa menjaga kebersihan dan kehalalan hewan ternak nya.
Jangan sampai melanggar hukum aturan agama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mozes R. Toelihere. Inseminasi Buatan Pada Ternak


Salisbury G.W., N.L. Vandemark dan R. Djanuar. Fisiologi dan Inseminasi Buatan Pada
Sapi.
https://biblembang.ditjenpkh.pertanian.go.id/read/256/perkembangan-inseminasi-buatan-
di-indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai