Anda di halaman 1dari 10

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS


Dosen : Ina Rosdiana Lesmanawati, MSi
Mata Kuliah : Bioteknologi

Disusun oleh :

DIANA YULIANTI
(1410160010)
T-IPA-BIOLOGI A/Semester VI

JURUSAN IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi? Jelaskan!
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari
makhluk hidup (enzim,alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa.Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari
pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain,
seperti biokimia, komputer, biologi
molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika,

dan

lain

sebagainya.Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang


menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan
jasa.

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak


ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah
pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke19, pemuliaan

tanaman untuk

menghasilkan varietas-varietas

baru

di

bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan.Di bidang medis,


penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan
penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang
terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan
terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur.Dengan alat ini,
produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.

2. Saat ini dikenal dengan istilah Bioteknologi Konvensional dan Bioteknologi


Modern. Apa yang dimaksud dengan istilah-istilah tersebut? Jelaskan dan apa
bedanya antara kedua istilah tersebut? Berikan contohnya!

Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang menggunakan


mikroorganisme sebagai alat untuk menghasilkan produk dan jasa,
misalnya jamur dan bakteri yang menghasilkan enzim-enzim tertentu
untuk

melakukan

metabolisme

sehingga

diperoleh

produk

yang

diinginkan.

Bioteknologi modern adalah bioteknologi yang menggunakan teknik


rekayasa genetika, seperti DNA rekombinan. DNA rekombinan yaitu
pemutusan dan penyambungan DNA, dengan cara kultur jaringan,
kloning, dan fusi sel.
Perbedaannya yaitu:
o

Bioteknologi Konvensional atau tradisional ini menggunakan

teknik dan peralatan yang sederhana. Sedangkan Bioteknologi Modern


menggunakan teknik yang rumit, bioteknologi modern sangat ditentukan

oleh perkembangan ilmu-ilmu lain diantaranya Mikrobiologi, Biologi Sel,


Biologi Molekuler, Biokimia dan Genetika.
o

Bioteknologi Konvensional biayanya relatif murah, teknologi

relatif sederhana, pengaruh jangka panjang biasanya sudah diketahui.


Sedangkan Bioteknologi Modern biaya relatif mahal, memerlukan
teknologi canggih, pengaruh jangka panjang belum diketahui.

Contohnya :

Bioteknologi Konvensional : Yoghurt, keju, mentega, kecap,

tempe, tahu, sosis, tape, roti, tauco, oncom, nata de coco, probiotik,
minuman beralkohol, dan acar.
o

Bioteknologi Modern : Interferon, Insulin, Vaksin, Penicillin,

Hormon pertumbuhan, Beta endorfin, Ternak unggul hasil dari manipulasi


sehingga menghasilkan daging dan susu yang unggul pula, Jagung dan
kapas setelah gennya dimanipulasi dapat resisten terhadap serangan
penyakit gen tertentu.

BERAS EMAS(Golden Rice)


A. Latar Belakang Pembuatan Produk
Beras emas berawal dari sebuah keprihatinan. Di negara berkembang di
Amerika Latin, Asia dan Afrika, jutaan anak-anak terancam buta karena
kekurangan vitamin A. Vitamin A, banyak terkandung dalam buah-buahan dan
sayuran yang berwarna merah, kuning dan oranye. Misalnya pepaya, tomat, dan
wortel. Masyarakat miskin tidak mampu mengonsumsi buah dan sayuran tersebut
secara rutin, demi memenuhi kebutuhan vitamin A. Maka muncullah pertanyaan,
bagaimana caranya menciptakan produk pangan massal, yang kaya vitamin A?
Sebenarnya produk pangan massal itu sudah ada cukup banyak.

Jagung, beras, gandum, sorgum dan ubi jalar, secara alami ada yang berwarna
kuning, oranye, dan merah. Ini adalah produk pangan massal dengan kandungan
beta karotin tinggi, yang merupakan perkusor dari vitamin A. Namun Ingo
Potrykus seorang pakar bioteknologi tumbuhan dari Institute of Plant Sciences,
Zurich, Swiss, punya ide lain. Ia ingin memasukkan gen pembawa beta karotin ke
dalam tanaman padi, hingga beras yang dihasilkan kaya akan vitamin A.
Hasil rekayasa genetika padi Golden Rice dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
Science pada tahun 2000. Tahun 2005, Ingo Potrykus kembali mengumumkan
penyempurnaan temuannya, yang kemudian diberi nama padi Golden Rice 2.
Sejak publikasi tentang Golden Rice di jurnal Science, reaksi para penentangnya
sangat keras.Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Green Peace, paling
lantang mengritisi padi Golden Rice. Padi Golden Rice, mereka kategorikan
sebagai padi transgenik, yang akan merusak sumber plasma nutfah alami,
sementara manfaat langsungnya bagi kesehatan konsumen belum teruji dengan
baik.

B. Tujuan Pembuatan Produk


Dengan mengkonsumsi beras emas, maka kebutuhan akan daging, sayursayuran, dan buah-buahan bisa dikurangi. Apalagi bahan makanan yang
mengandung vitamin A ini biasanya harganya sangat mahal.
C. Prosedur Pembuatan
Rekayasa padi golden rice memang baru terdengar saat keberhasilan tersebut
termuat dalam jurnal Science pada tahun 2000.Namun sebenarnya sekitar sepuluh
tahun sebelumnya, ilmuwan Jepang telah mengawali mengisolasi gen yang
menyandi jalur biosintesa karotenoid dari bakteri fitopatogenik Erwinia uredovora

[2]. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa gen CrtI mengkode enzim phytoene
desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadilycopene.
Beberapa tahun berselang, ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam biji
padi terdapat bahan dasar (prekusor) untuk biosintesa karotenoid, termasuk betakaroten, yaitu geranyl geranyl diphosphate (GGDP) [3].Namun secara alami biji
padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi penghambatan fungsi dari enzim
phytoene synthase (PHY) dalam mengubah GGDP menjadi phytoene.
Meskipun demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan
dengan cara mengintroduksi gen phy dari tanaman daffodil (bunga narsis/ bakung)
dengan menggunakan promoter spesifik untuk endosperma [3]. Selain phy dan
CrtI, masih ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene
menjadi beta-karoten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal dari
tanaman daffodil. Secara ringkas, rekayasa jalur biosintesa beta-karoten pada
golden rice bisa dilihat pada skema berikut:
Transformasi dengan menggunakan Agrobacterium menunjukkan bahwa
modifikasi jalur biosintesa beta karoten berhasil dilakukan. Hal ini terbukti
berdasarkan hasil analisa fotometrik dengan menggunakan HPLC (highperformance liquid chromatography) yang menunjukkan adanya karotenoid,
termasuk beta-karoten, pada golden rice yaitu 1.6 mikrog/g [1]. Keberhasilan ini
dilanjutkan dengan uji coba pada varietas yang berbeda seperti indica (IR 64) dan
japonica (Taipei 309). IR 64 dan Taipei 309 dipilih karena kedua varitas tersebut
paling banyak digemari di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara dan China.
Namun demikian, hasil yang dicapai masih kurang memuaskan karena kandungan
karotenoid pada varitas IR 64 dan Taipei 309 tersebut masih tergolong rendah
yaitu berturut-turut 0.4 mikrog/g dan 1.2 mikrog/g [4].
Golden Rice 2
Penelitian peningkatan kandungan beta-karoten pada golden rice terus
dilakukan selama kurang lebih lima tahun. Fokus riset masih bertumpu pada

tingkat efisiensi ke-3 jenis gen yang telah diintroduksikan yaitu psy, crtI dan lyc.
Sehingga pada akhirnya para ahli tersebut merumuskan hipotesa bahwa gen psylah yang paling berperan dalam jalur biosintesa karotenoid tersebut.
Untuk menguji kebenaran hipotesa, mereka mengisolasi dan menguji
efisiensi gen psy dari berbagai tanaman seperti Arabidopsis, wortel, paprika,
jagung, tomat, bahkan padi sendiri. Pengujian awal dilakukan dengan cara
overeskpresi gen-gen psy pada callus jagung. Callus dipilih karena sifat
integrasinya yang stabil terhadap gen yang ditransformasikan (transgene) [6].
Seleksi efisiensi dilakukan berdasar jumlah karotenoid yang diproduksi
dan warna callus (intensitas warna) yang menunjukkan tingkat efisiensi transgene.
Gen psy dari jagung menunjukkan tingkat efisiensi paling tinggi dibanding
dengan psy dari tanaman lainnya. Berdasar pada hasil tersebut, maka transfromasi
pada padi lakukan dengan menyisipkan gen psy dari jagung bersama dengan gen
crtI. Hasil yang dicapai bisa dibilang memuaskan karena kandungan karotenoid
pada biji "Golden rice 2" mencapai 37 mikrog/g [7], yang berarti 23 kali lipat
dibanding golden rice generasi pertama. Dari total karotenoid tersebut, 31
mikrog/g-nya adalah beta-karoten. Penampakan biji golden rice generasi pertama
dan golden rice 2.

D. Hasil
Kandungan beta-karotena ini menyebabkan warna berasnya tampak
kuning-jingga
emas).Berasnya

sehingga

kultivarnya

mengandung

dinamakan

beta-karotena

golden
(pro

rice
vitamin

(beras
A).

E. Kesimpulan
Golden rice adalah kultivar atau varietas padi transgenik hasil rekayasa
genetika

yang

berasnya

mengandung

beta-karotena

(pro

vitamin

A).Kandungan beta-karotena ini menyebabkan warna berasnya tampak


kuning-jingga sehingga kultivarnya dinamakan golden rice (beras emas).
Pada tipe liar (normal), endosperma padi tidak menghasilkan beta-karotena
dan akan berwarna putih hingga putih kusam. Di dalam tubuh manusia, betakarotena akan diubah menjadi vitamin A.Pembuatan beras emas dengan
melalui

pemanfaatan

bakteri

Erwina

uredovora

dan

Agrobacterium

tumefaciens.Sisi positif beras emas diharapkan dapat mengatasi defisiensi


vitamin A, yang mengancam kebutaan pada sekitar 400 juta penduduk di

negara sedang berkembang dan negara terbelakang.Hanya saja, bahan pangan


yang dihasilkan melalui teknologi rekayasa genetika ini masih menuai pro dan
kontra.Demikian pula padi emas ini belum sepenuhnya diterima masyarakat
dunia. Sebagian masyarakat tidak menyetujui budidaya padi emas karena
adanya kekhawatiran akan terjadinya perubahan lingkungan atau ekosistem.
Mereka takut padi emas yang ditanam dapat menularkan sifat mutasinya ke
tanaman alami lain.
Hal ini mungkin terjadi bila padi emas ditanam bersama padi jenis lain
dalam satu lahan yang berdekatan sehingga polen (benang sari) padi emas
dapat membuahi padi lain. Hal lain yang ditakutkan adalah apabila sifat yang
diciptakan oleh ilmuwan ternyata bisa berubah dan melenceng jauh dari yang
diharapkan. Masyarakat juga takut mengkonsumsi padi emas karena takut
akan membahayakan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/news/umum/455-Golden
%20Rice-%20Dulu,%20Kini,%20dan%20Nanti?
PHPSESSID=f408637ae15659c70ef23734503a4bb8
http://budidayatanamanpertanian.blogspot.com/2012/01/golden-riceberas-emas.html

http://rafi1701.blogdetik.com/2012/11/07/beras-emas-goldenrice/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik
http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2010/12/24/berastransgenik-vs-beras-organik-286705.html

Anda mungkin juga menyukai