Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah yang membahas tentang "動詞の多義語(取る)”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah yang membahas tentang "動
詞の多義語(取る)”. dapat memberikan ilmu maupun inspirasi terhadap pembaca.    

                                                                                      Surabaya,  Januari 2017


    
                                                                                             
Penyusun

1
KATA PENGANTAR ………………………………………………................. 01
DAFTAR ISI ……………………………………………………….................... 02

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... . . 03


A. Latar Belakang …………………………………………............................... . . . 03

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………...................... . . 05


A. Pengertian Semantik…………………………………................................... . . . 05
B. Polisemi ……………………………………................................................... . . 06
C. perubahan makna.................……………………………................................. . . 07
D.Polisemi kata ....................................................................................................... 07

BAB III METODE PENELITIAN……….....………………………..................... 10

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………...................... 11


A. PEMBAHASAN …………………………………………............................... . 11
B. TEKNIK PENGOLAHAN DATA …………………….................................... 11

BAB V PENUTUPAN …………………………………………………………... 13


A. KESIMPULAN ………………………………………………………………. 13
B. SARAN ………………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA.…………….……................................................................ 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat
dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam.
Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata
dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata
maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan
bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini
erdinand de Saussure (dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian
makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda
linguistik.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi:


1. Maksud pembicara
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia
atau kelompok manusia
3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau
antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan
4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana,
2001:132).

Bloomfield (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna


adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur
penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin
(1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan
bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling
dimengerti.

3
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas
unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna merupakan
hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai
bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat
sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang
yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

BAB II

4
LANDASAN TEORI

a.Semantik
Ilmu linguistik juga mempunyai beberapa bidang kajian yang menyangkut
struktur-struktur dasar tertentu, salah satunya yaitu bidang kajian makna ( 意 味 論 )
yang mengkaji antara lain makna kata, relasi makna antar suku kata dengan kata
lainnya, makna frasa dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Pengertian makna
adalah 1) arti; 2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaan.

Menurut Parera (2004 : 46), secara umum teori makna dapat dibedakan atas:
1. Teori Referensial / Korespondensi
2. Teori Kontekstual
3. Teori Mentalisme / Konseptual
4. Teori Formalisme
Dari keempat teori tersebut yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas
adalah teori kontekstual. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata/simbol
ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks (Parera,2004:47).
Didukung juga oleh Chaer (1995:81), makna kontekstual mengandung 2 arti, yaitu:
pertama, makna penggunaan sebuah kata (gabungan kata) dalam konteks kalimat
tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu.
Menurut Chaer (1994:59), makna terbagi dua yaitu makna leksikal dan makna
gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut jisho teki imi (makna kamus)
atau goi teki imi (makna kata) adalah makna kata sesungguhnya sesuai dengan
referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya,
atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Sedangkan makna gramatikal
yang dalam bahasa Jepang disebut bunpou teki imi (makna kalimat) yaitu makna yang
muncul akibat proses gramatikalnya.

5
Kridalaksana (2008:216) mengemukakan dua pengertian tentang semantik :
(1) bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dan struktur makna
dalam suatu wicara;
(2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada
umumnya. Makna suatu kata mengalami perkembangan karena dipengaruhi oleh
konteks atau situasi dalam kalimatnya.

Dalam Kogo-Jiten dijelaskan pengertian semantik yaitu :


意味論というのは「語学」単語。形態素の意味との対応を歴史的変遷
や民族心理などの諸方面から考察する言語学の一分野 ;[哲]記号と
それが指示するものとの関系を取り扱う記号論 理学の一分野。
miron adalah 1[ ilmu semantik] . Cabang linguistik yang mengkaji transisi sejarah
dan psikologis dari suatu bangsa dengan pihak lain dengan makna morfem yang
berbeda ; 2) [ penjelasan ] . Cabang linguistik yang kajiannya berhubungan
dengan
logika.

b. Polisemi (多義語:tagigo)

polisemi ( 多 義 語 ) adalah dalam satu bunyi (kata) terdapat makna lebih dari satu.
Batasan seperti ini masih belum cukup, sebab dalam bahasa Jepang kata yang
merupakan satu bunyi dan memiliki makna lebih dari satu banyak sekali, serta
didalamnya ada yang termasuk ke dalam polisemi (多義語), ada juga yang termasuk ke
dalam homonim (同音異義語). Oleh karena itu, kedua hal tersebut perlu dibuat batasan
yang jelas. Kunihiro (1996:97) memberikan batasan tentang kedua istilah tersebut,
yaitu: polisemi (多義語) adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu, dan setiap
makna tersebut saling bertautan. Sedangkan homonim (同音異義語), adalah beberapa
kata yang bunyinya sama, tetapi maknanya berbeda dan di antara makna tersebut sama
sekali tidak memiliki tautan antara satu dengan yang lain.

c. Perubahan Makna

6
Perubahan makna tidak terjadi begitu saja, ada faktor yang melatarbelakangi atau
memotivasinya. Oleh karena itu, untuk mencari makna kata yang berpolisemi kita
harus melihat hubungan yang terdapat di antara kalimat-kalimat yang ada (Kawakami,
2003:172). Selanjutnya, untuk mendeskripsikan hubungan antara makna-makna yang
ditemukan, Momiyama, Honda, Kashino (dalam Sutedi, 2003:178) menganjurkan untuk
menggunakan tiga gaya bahasa, yaitu: metafora, metonimi, dan sinekdoke.

1. Metafora; merupakan penyamaan sesuatu dengan sesuatu lainnya karena


persamaan/kemiripannya.
2. Metonimi; merupakan pengumpamaan sesuatu dengan sesuatu lainnya karena
kedekatan atau adanya keterkaitan antara ruang atau waktu.
3. Sinekdoke; merupakan pengumpamaan sesuatu yang umum dengan yang
khusus atau sebaliknya.

Selanjutnya, Sutedi (2009:81) mengatakan bahwa ada tiga tahap yang dilalui
dalam menganalisa perluasan makna atau polisemi (多義語), yaitu: pengkelasifikasian,
menentukan makna dasar, dan mendeskripsikan hubungan antara makna-makna yang
didapat. Pengklasifikasian makna dan menentukan makna dasar bisa dilihat langsung
dari kamus, dan khusus untuk perihal menentukan makna dasar, maka kamus yang
digunakan adalah kamus yang memang menentukan mana yang makna dasar dan
mana yang makna perluasan. Tidak bisa kamus yang mencampurkan begitu saja,
antara makna dasar dan makna perluasan tanpa penjelasan.

d. Polisemi kata toru (取る)

Kata Toru dalam bahasa jepang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bisa
memiliki banyak makna. Verba Toru dalam bahasa jepang dapat ditulis dengan Kanji

取る、採る、撮る、捕る、執る。Kunihiro dan Momiyama (Sutedi,2008:145) menyatakan


bahwa dalam 多義語( Pilisemi)penggunaan huruf kanji yang berbeda tidak menjamin
perbedaan arti.yang dimaksud dengan tagigo adalah dalam satu bunyi terdapat beberapa
makna , setiap makna tersebut ada keterkaitanya (Sutedi,2008:145)

Dalam proses penerjemahan suatu kaliamat atau wacana terkadang kita tidak bisa
menerjemahkan kata dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia langsung dan apa

7
adanya ke dalam suatu kata . makna kata sering kali berbeda sesuai dengan kondisi serta
situasi.

Contohnya:

1. 人数分ありますから一つずつ取って下さい。

Karena jumlahnya cukup untik semua orang, masing masing silahkan mengambil satu.

2. 試験で90点を取りました。

Mendapatkan angka 90 dalam ujian.

Pada kalimat pertama, ketika subyek ada pada situasi mengambil / membawa suatu
dalam tangan kata toru dari bahasa jepang bisa dapat diterjemahkan menjadi mengambil
bahasa Indonesia.sedangkan pada kalimat kedua toru dimaknai dengan mendapat atau
bisa juga dengan memperoleh. Dari hal tersbut saya tarik sebuah hipotesis bahwa kata
toru , ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna lebih dari satu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna yang terkandung pada verba toru berdasarkan pada konteks kalimat?

2. Kata apa saja yang dapat saling menggantikan dengan verba toru sesuai dengan
makna yang memiliki verba toru tersebut?

3. Dalam situasi yang bagaimana verba toru dan kata pengganti tersebut dapat di
gunakan secara tepat dalam kalimat?

Dalam rumusan masalah diatas penulis memfokuskan tentang masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya meneliti kontruksi verba toru berdasarkan pada konteks
kalimatnya?
2. Menganalisis kata apa saja yang dapat menggantikan verba toru sesuai dengan
maknanya.
3. Menganalisis penggunaan verba toru dan kata penggantinya secara tepat dalam
kalimat.

C Tujuan dan Manfaat penelitian

8
Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui secara mendalam makna kata toru dalam bahasa jepang dan
bahasa Indonesia.
b. Untuk mengetahui apa saja yang dapat menggantikan verba toru dalam bahasa
jepang sesuai dengan makna yang dimilikinya.
c. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan verba toru dan kata penggantinya
dalam kalimat secara tepat.

Manfaat yang diharapkan akan diperolrh melalui penelitian ini adalah:

1. Dapat meningkatkan kemampuan bahasa jepang penulis.


2. Dapat memberikan referensi mengenai tata bahasa jepang bagi pembelajar
bahasa jepang lainnya.
3. Dapat memberikan referensi data atau data untuk penelitian selanjutnya.

BAB III

9
METODELOGI PENELITIAN

D. Metodelogi penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode analisis deskriptif


sebagaimana dikemukakan oleh Sutedi ( 2009; 48 ) bahwa penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan , suatu fenomena yang
terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara
aktual dan alisis dilakukan dengan interpretasi data berdasarkan teori-teori. Data yang
digunakan bukan angka dan bukan untuk mencari hasil hitungan angka-angka yang
kemudian dideskripsikan sehingga merupakan penelitian kualitatif deskriptif.

BAB IV

10
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

1. 人数分ありますから一つずつ取ってださい。 Karena jumlahnya cukup untuk


semua orang, masing masing silahkan mengambil satu.

Medan makna:
a. Suatu jumlah yang cukup dan rata.
人数分ありますから一つず
b. Ada suatu pergerakan( silahkan menggambil)
つ取ってださい。
c. Ada proses pengambilan.
d. Munculnya dari jumlah yang cukup dan masing masing
mengambil satu.

2. 試験で90点を取りました。 Mendapatkan angka 90 dalam ujian.

Medan makna:
a.Merupakan proses pendapatan nilai ujian.
試験で90点を取りました。 b.Dari sesuatu yang tidak tampak menjadi
tampak karena hasil ujian/ niali ujian.
c.Bukan merupakan pergerakan dari
dalam ke luar.

E. Teknik pengolahan data

Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan teknik komparansional


( perbandingan ) yaitu dengan cara mempaparkan terlebih dahulu makna kata
toru dalam bahasa jepang dan kata kata bahasa jepang yang dapat saling
menggantikan dengan kata toru . Melalui teknik ini akan diketahui penggunaan
kata toru dalam bahasa jepang dan kata penggantiya, kemudian menganalisis

11
dalam situasi dan kondisi bagaimana kata toru dan kata penggantinya dapat saling
menggantikan.

Langkah – langkah dalam penelitian ini antara lain adalah:

1. Mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti buku, kamus, internet, ,


dorama dan media lain yang mendukung.
2. Mengumpulkan contoh-contoh kalimat yang menggunakan kata.

BAB V

12
PENUTUP

KESIMPULAN

Kata 取る pada kalimat bahasa Jepang tidak hanya memiliki makna dasar
“  Mengambil, memegang,”, tapi juga mengalami perubahan makna.
Perubahan makna tidak terjadi begitu saja, ada faktor yang melatarbelakangi atau
memotivasinya. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, untuk
mengetahui makna pada kata 取る pada kalimat bahasa Jepang kita harus
melihat konteks kalimat, mencari makna dasar, serta melihat relasi makna/
hubungan yang ada pada kalimat tersebut.

SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih baik dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

13
Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.
Aslida dan Dyafyahya, Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika
Aditama.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Darjat. 2009. Ungkapan Akhir Kalimat pada Bahasa Jepang. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Djajasudarma, Fathimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Makna. Bandung: Refika
Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai