TESIS
OLEH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
TESIS
Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
TESIS
PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN BENTUK ADJEKTIVA BAHASA
JEPANG : SUATU KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-
sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT., karena atas rahmat dan
hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “Pembentukan dan
Perubahan Adjektiva Bahasa Jepang : Suatu Kajian Morfologi Generatif”. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapat magister pada Program Studi Magister
Sumatera Utara. Penulis juga tidak lupa mengucapkan salawat dan salam pada
berbagai pihak. Oleh karena, selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.Si sebagai Pembimbing I dan Pak Drs. Yuddi Adrian
Studi Magister, Program Studi Linguistik beliau telah banyak memberikan pelajaran
yang berharga. Beliau dengan penuh ketelitian dan perhatian memberikan bimbingan,
masukan dan motivasi yang sangat berharga demi perbaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu sangat diharapkan saran dan masukan yang konstruksi sehingga tulisan ini
lebih baik.
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
segala doa, perhatian, bimbingan, arahan, serta dorongan yang telah diberikan kepada
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K). selaku Rektor
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
3. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan Dr. Nurlela, M.Hum. selaku Ketua dan
4. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama dan Bapak Drs.
penulis dalam penyelesaian tesis ini serta memberikan dorongan dan motivasi.
5. Dr. Dwi Widayati, M.Hum.selaku Dosen dan Penguji yang telah memberikan
ilmu dan bertukar pikiran dalam berdiskusi dalam perkuliahan dan penyelesaian
tesis ini.
7. Kedua Orang tua penulis Bapak S.Silalahi dan ibu Nuzuliani yang telah
8. Keluraga Besar Silalahi dan Haloho, serta H. Rahmad dan Hj. Aisyah, serta
paman dan tante yang selalu memberi dukungan lahir dan batin.
Terutama Rizky “Keni” Kanya Lubis, Riko Pohan, Anggi Cito Sartika dan
Veryani Guniesti (sahabat perjuangan), Kak Lia, Kak Yuna, Kak Mutia, Dian
Nst , dan teman-teman lain yang tidak sempat disebut. Thank You All...
10. Dan ucapan spesial penulis tujukan kepada Teta Farisna yang telah banyak
membantu.
Semoga Allah SWT memberikan kemurahan rezeki, membalas segala doa dan
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga
tesis ini dapat meberikan kontribusi dalam kajian sastra, khususnya yang
Penulis,
NIM. 09709016
Halaman
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI ………………………………...…………………………… i
ABSTRAK
ABSTRACT……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………...…………………………………….. 1
1.2 BatasanMasalah ………………………………………………… 14
1.3 Rumusan Masalah …..………………………………………….. 14
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian …..…………………………….. 15
1.4.1 Tujuan Penelitian ……………………………..……………. 15
1.4.2 Manfaat Penelitian …………………….…………………… 16
1.4.2.1 Manfaat Teoritis …………………………………….. 16
1.4.2.2 Manfaat Praktis ……………………………………… 16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 17
2.1 Morfologi ……………………………………………………….. 17
2.1.1 Pengertian Morfologi ……………………………………… 17
2.1.2 Morfem Bahasa Jepang (Keitaisou) ……………………….. 18
2.1.3 Kata Bahasa Jepang (Tango) ……………………………… 24
2.1.4 Teori Morfologi Generatif ………………………………… 32
2.2 Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Jepang (Gokeisei) …... 43
2.2.1 Afiksasi (Setsuji) ………………………………….............. 45
2.2.2 Reduplikasi (Juufuku) ……………………………………… 54
2.2.3 Pemajemukan/Kata Majemuk (Fukugo) …………………… 57
2.3 Perubahan Bentuk Kata Dalam Bahasa Jepang (Katsuyoukei) … 61
2.4 Adjektiva Bahasa jepang (Keiyoushi) ………………………...… 65
2.4.1 Pengertian Adjektiva Bahasa Jepang (Keiyoushi)……......... 65
2.4.2 Fungsi Adjektiva Bahasa Jepang (Keiyoushi) ……………... 68
2.4.3 Jenis-jenis Adjektiva Bahasa Jepang (Keiyoushi) …………. 70
2.4.3.1 Adjektiva Golongan I/Adjektiva-I (i-keiyoushi) ……. 70
2.4.3.2 Adjektiva Golongan II/Adjektiva-na/-da
(na-keiyoushi) ……………………………………………….. 73
2.5 Penelitian Terdahulu ……………………………………………. 76
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………….. 78
3.1 Metode Penelitian ……………………………………………….. 78
3.2 Data dan Sumber Data …………………………………………... 78
3.3 Instrumen Penelitian …………………………………………….. 79
3.4 Tahap Penelitian ………………………………………………… 80
3.5 Tekhnik Analisis Data …………………………………………... 80
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN …………………………….. 84
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang memiliki akal budi dan juga makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain, dan untuk dapat
menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain.
dalam setiap kata dari sebuah bahasa mempunyai makna dan arti tersendiri. Apabila
suatu kata ditambah dengan bentuk satuan bahasa lain seperti morfem, kata, dan
kalimat lain akan membentuk makna dan arti lainnya. Aturan-aturan dalam
penggunaan bahasa perlu dipelajari dan dipahami, sehingga dikatakan bahwa bahasa
sebagai ilmu yang spesifik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara lisan atau
tulisan dan termasuk dalam kebudayaan berdasarkan struktur dan bahasa yang dikaji
secara metode ilmiah. Dalam linguistik, yang dikaji bisa berupa kalimat, kosakata,
atau bunyi ujaran bahkan sampai pada bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana
Indonesia dalam hal keragaman tata bahasanya yaitu dimana kalimat dalam bahasa
ini :
watashi wa = 私は = saya) S
I am studying Japanese
S V O
Kuroi neko = 黒い猫 = kucing hitam ( kuroi = 黒い= hitam) dan ( neko
= 猫= kucing)
tata bahasanya dengan mempelajari ilmu linguistik bahasa Jepang. Lingusitik dalam
bahasa Jepang disebut dengan istilah genggogaku (言語学) atau disebut juga dengan
学 ) dan lain-lain. Selain itu, ada juga yang disebut dengan morfofonemik.
Morfofonemik adalah gabungan dua cabang linguistik, yaitu morfologi dan fonologi.
Kajian morfologi merupakan kajian yang meneliti suatu bahasa dari bagian
perubahan bentuk bahasa pada fungsi dan arti kata, serta mengidentifikasikan satuan-
satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Menurut Bauer (1983:33) dalam
Ba’dulu dan Herman (2005:2), morfologi membahas struktur internal bentuk kata.
(yang kebanyakan merupakan morf yang berwujud akar kata atau afiks), dan
态 論). Morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan
proses pembentukannya. Objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata (go/tango) dan
morfem (keitaiso). Batasan dan ruang lingkup morfologi dalam bahasa Jepang yaitu
kata (tango), morfem (keitaiso) dan jenisnya, alomorf (ikeitai), pembentukan kata
Objek utama yang dipelajari dalam kajian morfologi adalah morfem dan kata.
Morfem adalah satuan-satuan bahasa terkecil yang bermakna. Morfem bersifat abriter,
yang berarti hubungan antara bunyi dari suatu morfem dengan maknanya sama sekali
bersifat konvensional, bukan berakar pada objek yang mewakilinya. Morfem dapat
membentuk suatu kata. Kata adalah satuan morfermis atau bentuk bebas dalam
tuturan. Bentuk bebas secara morfermis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri,
artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat
dipisahkan dari bentuk-bentuk bebas lainnya. Dalam morfologi, kata itu sebagai
satuan yang dianalisis sebagai satu morfen atau lebih. Menurut O’Grady dan
Dobrovolsky (1989:91) bahwa kata bukanlah satuan bahasa terkecil yang bermakna,
(TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks.
Dalam teori morfologi generatif secara umum terdapat dua pandangan. Kelompok
pertama dipelopori oleh Halle yang berpijak pada asumsi bahwa yang menjadi dasar
kedua dipelopori oleh Aronoff yang memakai kata dan bukan morfem sebagai
Dalam suatu pembentukan kata, teori yang dipergunakan adalah teori morfologi
generatif. Adapun pembentukan kata menurut morfologi generatif terdiri dari empat
komponen, yaitu (1) Daftar Morfem (2) kaidah pembentukan kata (3) saringan
dalam sistem bahasa. Pembentukan kata lazimnya diuraikan daripada sudut prosesnya.
morfem yaitu perubahan morfem dasar menjadi bentuk turunan melalui proses
morfologis tertentu.
Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi perlu memahami zat apa yang
dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif;
yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar.
Misalnya, akhiran –SA (– さ ) yang dapat direkatkan dengan kata sifat. Contohnya
kata : yasashii (優しい = ramah) untuk membentuk kata benda yasashisa (優しさ=
keramahan) dilekatkan akhiran -SA (–さ). Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan
oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata
tersebut. Sama halnya, alasan ketentuan pencampuran zat-zat kimia hanya diketahui
oleh ahli farmasi, sedangkan pengguna obat boleh saja langsung menggunakan obat
Pembentukan kata dapat dikatakan juga suatu proses morfermis atau proses
gokeisei. Dalam pembentukan kata dalam bahasa Jepang terdapat dua unsur penting
antara lain dilihat bedasarkan bentuknya, yaitu bentuk bebas dan bentuk terikat, serta
berdasarkan isi, yaitu akar kata dan afiksasi atau dari segi gramatikalnya.
Pembentukan kata bahasa Jepang memiliki 3 pokok bahasan utama yaitu pada
dan 4. toujigo. Kata yang terbentuk dari penggabungan morfem isi (naiyou-keitaiso)
awalan (settouji) + morfem atau morfem + akhiran (setsubiji). Awalan O-, GO-, SU-,
kelas kata adjektiva (keiyoushi) memiliki suatu fenomena kebahasaan dalam proses
pembentukan katanya. Hal ini dapat dilihat dari contoh pembentukan kelas kata
kelas kata nomina (meishi) yang jika ditambahkan sufiks/akhiran –PPOI yang
memiliki makna ’menjadi seperti’ yang berfungsi sebagai sufiks pembentuk kata sifat
akan mengubah kelas kata nomina (meishi) menjadi pembentukan kelas kelas kata
pengimbuhan :
Uraian diatas sebagai salah satu contoh dari suatu masalah fenomena kebahasan
pada proses pembentukan kata bahasa Jepang (gokeisei) khususnya pada kelas kata
adjektiva (keiyoushi). Bagaimana dalam suatu proses pembentukan kata dalam bahasa
Jepang memiliki suatu aturan tertentu. Masalah pembentukan kata yang kompleks
dalam bahasa Jepang dan akibat yang ditimbulkannya menjadi suatu masalah
menarik untuk dibahas sebagai suatu kajian mendasar dalam kajian linguistik
khususnya morfologi bahasa jepang. Selain itu, juga sebagai suatu ilmu pengantar
dalam mempelajari morfologi adjektiva bahasa jepang bagi para pelajar bahasa
jepang khususnya dari Indonesia. Untuk lebih jelasnya mengenai aturan dalam proses
pembentukan kata dalam bahas Jepang (gokesei) dan akibat yang ditimbulkan dalam
Morfem dan Kata merupakan satuan bahasa yang dapat mengalami perubahan
bentuk atau mengalami konjugasi. Perubahan suatu bentuk kata dalam bahasa Jepang
disebut dengan katsuyoukei. Dalam bahasa Jepang, terdapat kelas kata yang dapat
mengalami perubahan bentuk kata (katsuyoukei) yang disebut dengan istilah yougen.
Yougen terdiri dari verba (doushi), kopula (jodoushi), dan adjektiva (keiyoushi).
Makna dari yougen tersebut ditentukan pula oleh bentuknya, apakah bentuk lampau,
atau bentuk akan dan sebagainya. Karena ada kata tertentu yang tidak atau hanya
digunakan dalam bentuk tertentu, misalnya verba suru dalam frase : shiroi hada o
shite iru (memutihkan kulit), dimana selalu digunakan dalam bentuk TE IRU.
Sedangkan kata yang tidak mengalami perubahan bentuk kata disebut taigen.
Dalam bahasa Jepang perubahan bentuk kata yaitu terjadi pada kelas kata
(katsuyou). Dalam hal ini akan dibahas perubahan bentuk kata atau konjugasi
yang mengutip pendapat Hirai Masao (1989:150) bahwa di dalam bentuk konjugasi
Kelas kata yang akan diteliti yaitu kelas kata sifat/adjektiva bahasa Jepang
keadaan, sifat sesuatu yang berkaitan dengan orang, benda atau suatu hal. Dalam
bentuk prenomina (sebagai pewatas) berakhiran dengan suara /i/ (い) dan /na/ (な)
atau /da/ (だ). Adjektiva (Keiyoushi) dalam bahasa Jepang berdasarkan silabel yang
mengakhiri katanya terbagi atas yang berakhiran huruf /-i/ disebut dengan adjektiva-i
(na-keiyoushi) atau yang berakhiran /-da/ (だ) yang disebut dengan keiyoudoushi).
Adjektiva-i (i-keiyoushi) sering disebut juga keiyoushi yaitu kelas kata yang
menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan
nagai (panjang), hayai (cepat), omoi (berat), akai (merah) dan sebagainya. Kanjou
keiyoushi, yaitu kelompok i-keiyoushi yang menyatakan perasaan atau emosi secara
subjektif. Misalnya : ureshii (senang), kanashii (sedih), kowai (takut) dan sebagainya.
pewatas yaitu seperti pada contoh wakai hito = “orang muda”, takai yama = “gunung
yang tinggi”, sabishii mura = “kampung yang sepi”, dll. Sama seperti halnya dalam
bahasa Inggris dalam kata young, high, lonely, dll. Namun secara morfologis, apalagi
ketika adjektiva bahasa Jepang berfungsi sebagai predikat berbeda dengan bahasa
keadaan, dan sifat orang, benda atau suatu hal. Na-keiyoushi sering disebut juga
keiyoudoushi (yang termasuk jenis jiritsugo) yaitu kelas kata yang dengan sendirinya
jenis yougen), dan bentuk shuushikei-nya berakhir dengan (だ) da atau desu (です).
Oleh karena perubahannya mirip dengan verba (doushi) sedangkan artinya mirip
dengan adjektiva (keiyoushi), maka kelas kata ini diberi nama keiyoudoushi.
genkina hito = “orang yang sehat”, rippana yama = “gunung yang megah”.
Sedangkan dalam bentuk bentuk akhir (shuushikei) diikuti bentuk kopula da, desu,
mengalami perubahan bentuk dalam i-keiyoushi yaitu akhiran atau silabel /i/ (い),
/na/ (な) atau /da/ (だ). Proses perubahan bentuk pada adjektiva bahasa Jepang
memiliki aturan tertentu yang sedikit berbeda dengan kelas kata lain seperti kelas kata
verba.
dengan jenis perubahan verba (doushi), tetapi tidak ada perubahan ke dalam bentuk
bentuk keadaan perintah (meireikei). Ini merupakan hal yang wajar, sebab makna
adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang, yaitu kata yang berfungsi untuk
menunjukkan keadaan, sifat, atau perasaan yang diakhiri dengan silabel /i/ (い) dan
Dalam proses perubahan kata bukan hanya makna atau arti dalam kalimat
yang berubah, tetapi juga merubah fungsi, maksud dan tujuan. Aturan dalam proses
perubahan bentuk kata memiliki formula tersendiri dan fenomena kebahasaan dalam
kata-kata tertentu. Seperti pada contoh adjektiva-i (i-keiyoushi) pada kata ”ii’ (baik,
bagus) yang memiliki pengecualian yang cukup merepotkan. kata ’ii’ dapat berubah
bentuk menjadi ”yokute” (baik, bagus) dalam fungsinya sebagai bentuk sambung
dalam sebuah kalimat. Perubahan bentuk yang terjadi secara drastis dari ’’ii”
banyak menjadi permasalahan bagi orang yang sedang belajar bahasa Jepang.
perubahan bentuk kata bahasa Jepang (katsuyoukei) telah dilakukan oleh Masao
(1989:152) yang membahas berbagai bentuk proses perubahan untuk kedua jenis ini
bentuk kamus (jishokei) contohnya dalam i-keiyoushi yaitu pada kata chisai (kecil)
tidak akan mengalami perubahan bentuk dasar, dan contohnya dalam na-keiyoushi
kemungkinan (mizenkei) pada i-keiyoushi misalnya dalam kata chisai (kecil) akan
(katsuyoukei) dengan penambahan morfem karou yang mengubah makna kata chisai
menjadi chisa karou (kemungkinan kecil) dan hal ini juga terdapat dalam perubahan
rentaikei (yang diikuti oleh nomina), kateikei ( bentuk pengandaian ), dan renyoukei
yang dapat dibagi lagi atas bentuk waktu lampau, diikuti oleh kata lain, bentuk
menyangkal atau bentuk negatif, bentuk alasan atau sebab-akibat, dan dalam bentuk
halus atau bentuk sopan. Maka dengan demikian, seperti halnya dalam kelas kata lain
seperti kelas verba bahasa Jepang, adjektiva pun mengalami pembentukan kata
mengenai akibat yang ditimbulkan dari proses perubahan bentuk katanya dan
perubahan fungsi yang terjadi pada adjektiva (keiyoushi), maupun posisi adjektiva
dalam kalimat. Orang yang baru belajar bahasa Jepang akan sedikit kesulitan dalam
memahami secara jelas proses perubahan bentuk kata dan fungsi serta akibat yang
ditimbulkan dari perubahan bentuk kata tersebut. Hal ini dapat menjadi suatu ide
pemecahan masalah bagi para pelajar bahasa Jepang yang kesulitan dalam memahami
secara keseluruhan kajian proses perubahan bentuk kata, maupun kajian linguistik
bentuk (katsuyoukei) yang dialami oleh adjektiva (keiyoushi) dan permasalahan yang
timbul dalam proses pembentukan dari suatu kelas kata adjektiva dan perubahan
bentuk yang terjadi pada adjektiva tersebut yang akan sangat mempengaruhi setiap isi
dari makna dan kandungan kata atau kalimat tersebut, serta perubahan fungsi akibat
yang ditimbulkan dari proses pembentukan kata (gokeisei) dan perubahan bentuk kata
(katsuyoukei) tersebut.
pembentukan kata dan perubahan bentuk katanya serta akibat yang ditimbulkan
akibat perubahan yang terjadi khususnya pada adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa
Jepang. Permasalahan yang telah diuraikan tersebut akan penulis analisis secara lebih
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar
penelitian lebih fokus, perlu dibuat batasan masalah. Dalam analisis ini, penulis
hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan pada pembentukan kata (gokeisei)
(keiyoushi). Kelas kata sifat/ adjektiva (keiyoushi) ini diambil sebagai bahasan
penelitian karena kata sifat yang merupakan jenis kata yang dapat berdiri sendiri
sebagai sebuah kata dan memiliki pembentukan kata maupun dapat terjadi perubahan
bentuk katanya sehingga sangat menarik untuk diteliti dalam hal fenomena
(katsuyoukei) pada kata sifat atau adjektiva bahasa Jepang (keiyoushi) tersebut baik
akibat yang ditimbulkan dari pembentukan kata maupun perubahan bentuk katanya
yang terjadi. Hal ini menjadi pokok bahasan yang diteliti dalam penelitian ini.
bahasa Jepang.
2. Dapat menjadi sumber data bagi penelitian yang berhubungan dengan bidang
bahasa Jepang.
2. Dapat menjadi sumber data dan pengetahuan khususnya bagi para pembelajar
bahasa Jepang.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi
bahasa pada fungsi dan arti kata, serta mengidentifikasikan satuan-satuan dasar
doktrin keterkaitan tataran pada suatu fokus analisis yang dinyatakan oleh Katamba
(1993: 3-16). Dengan demikian analisis morfologis yang dikaitkan dengan aspek-
aspek linguistik lain seperti fonologi, sintaksis dan semantik akan memungkinkan
structure"
Istilah morfologi dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan keitairon dan
morfem disebut keitaiso. Morfem ( keitaiso ) merupakan satuan bahasa terkecil yang
memiliki makna dan tidak dapat dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih
to naru’ (morfologi adalah satu bidang ilmu yang meneliti pembentukan kata).
Karena itu tentu saja selalu terkait dengan kata dan terutama sekali dengan morfem).
Batasan dan ruang lingkup morfologi dalam bahasa Jepang yaitu kata (tango),
Salah satu objek yang dipelajari dalam morfologi yaitu morfem. Menurut
Akmajian dkk (1984:58) dalam Ba’dulu dan Herman (2005:7) menyatakan bahwa
morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak
dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna atau yang dapat
dikenal.
Sutedi (2003:41) bahwa morfem ( keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang
memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi dalam satuan makna yang lebih kecil
lagi dan juga menegaskan akan morfem bahasa Jepang dengan mengatakan bahwa
salah satu keistimewaan morfem bahasa Jepang, yaitu lebih banyak morfem
satuan bahasa terkecil yang masih mempunyai makna. Satuan bahasa terkecil disini
proses fonemis).
adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya relatif stabil dan maknanya tidak dapat
dibagi atas bagian bernakna yang lebih kecil. Dalam bahasa Jepang juga demikian.
Misalnya kata ’daigaku’ (universitas) yang terdiri dari dua satuan yaitu ’dai’
dan ’gaku’. Kedua satuan tersebut tidak dapat dipecahkan lagi menjadi satuan yang
lebih kecil yang mengandung makna dan arti. Satuan terkecil dari ’dai’ yang secara
leksikal bermakna’besar’ dan kata ’gaku’ yang secara leksikal bermakna ’belajar atau
ilmu’ yang masing-masing merupakan satu morfem, sehingga kata ’daigaku’ terdiri
Klasifikasi Morfem
1. Morfem Bebas, yang terdiri dari kata penuh dan kata fungsi.
2. Morfem Terikat, yang terdiri atas afiks (pengimubahan) dan pangkal terkat,
Pada contoh (1) diatas terdapat kata “hako” (kotak) yang merupakan kata
yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Sedangkan pada contoh (2) terdapat
kata “haribako” (kotak jarum) yang merupakan kata yang berasal dari penggabungan
kata “hari” (jarum) yang merupakan morfem bebas yang juga dapat berdiri sendiri
serta mempunyai arti sendiri, dan kata “hako” (kotak). Kata “hako” 『ハコ』
yang mengalir keluar dari dan setelah mulut terbuka sampai tertutup lagi. Tetapi pada
bagian (bako) 『バコ』harus ada morfem lain sebelumnya, dan itu dimunculkan
pengucapannya dapat berdiri sendiri, dan tidak dapat dikacaukan, morfem terbagi
atas 2 bentuk bahagian yang besar yaitu : (1) Morfem bebas (Jiyuukeitai, 自由形
態): morfem yang pengucapannya dapat berdiri sendiri. Dan (2) Morfem terikat
Hal ini juga dikemukakan oleh Koizumi (1993:93) yang membagi morfem
tunggal(berdiri sendiri).
cara mengikatnya dengan morfem lain tanpa dapat dilafalkan secara tunggal
(berdiri sendiri).
dua yaitu :
1. Akar kata (gokan, 語幹) : morfem yang memiliki arti yang terpisah (satu per
morfem bebas dan morfem terikat, morfem bahasa Jepang juga dibagi menjadi dua,
yaitu morfem isi dan morfem fungsi. Morfem isi (naiyoukeitaiso,内容形態素) adalah
morfem yang menunjukkan makna aslinya, seperti nomina, adverbia dan akar kata
(gokan) dari verba atau adjektiva, sedangkan morfem fungsi (kinoukeitaiso, 機能形
dari verba atau adjektiva, kopula dan morfem pengekpresi kala (jiseikeitiso, 時制形
態素).
Dari kedua tipe diatas, selanjutnya dapat dibagi jenisnya menurut konsfigurasi
bahasa Jepang :
ロ .イ]
(c) morfem terikat + morfem terikat : kaite (書いて) = menulis (kai – te)
[カイ.テ]
(d) morfem bebas + morfem bebas : yamamichi ( 山道) = jalan gunung (yama
Pada bagian (a) pada kata “yama” (ヤマ) yang berarti ‘gunung’ merupakan
penjelasan mengenai morfem bebas. Morfem ini dapat berdiri sendiri dan memiliki
arti sendiri. Pada bagian (b) pada kata “shiro” 『 白 』 dari shiroi 「白 い 」 yaitu
merupakan morfem bebas karena dapat digunakan berdiri sendiri, Pada kata shiro
morfem yang mendahuluinya. Jadi /i/ (イ) ini disebut morfem terikat.
kerja bantu kata sambung /te/ 「 テ 」 dan /ta/ 「 タ 」 dan tidak pernah muncul
pengucapan yang pemisahannya hanya dengan kata /kai/「カイ」, serta tidak ada
pada bagian akar kata, dan /kai/「カイ」 ini merupakan morfem terikat. Pada kata
「 テ 」 /te/ dan 「 タ 」 /ta/ adalah elemen yang ditambahkan pada bentuk kata
Pada bagian (d) morfem bebas dari kata dan disebut kata majemuk yang
mengikat morfem bebas yang setara. Masing-masing morfem bebas itu berdiri sendiri
dan memiliki arti tersendiri bergabung dan membentuk kata dan arti yang baru. Pada
majemuk kebanyakan dibentuk akibat dari penggabungan dari dua atau lebih dari
huruf kanji. Huruf kanji juga dapat dikatakan satu morfem bebas yang berdiri sendiri
mengubah makna dan atau kategori kata yang dilekatinya. Misalnya, morfem [す-,
su- (telanjang)] dilekatkan pada kata benda (nomina) [あし, ashi (kaki)] menjadi [す
infleksional tidak membuat suatu kata baru yang berbeda, seperti yang dilakukan oleh
menunjukkan kalimat bukan lampau biasanya ditandai dengan morfem [-る, -ru]
Konsep morfem tidak dikenal oleh para tata bahasawan tradisional, yang
selalu ada dalam tata bahasa tradisional adalah satuan lingual yang disebut kata. Apa
yang disebut kata ini, adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form).
mengenai kata. Banyak ahli linguistik meneliti mengenai kata dan didefenisikan
kata adalah satuan atau bentuk bebas dalam tuturan yang dapat berdiri sendiri, artinya
tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat dipisahkan
dari bentuk - bentuk bebas lainnya di depannya dan dibelakangnya dalam tuturan.
Selain itu Keraf (1984:53) menyatakan adanya perubahan pemakaian kata makna
untuk pengertian dari kata dan menggantinya dengan ide. Dia mengatakan bahwa
kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas
satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu
atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata
belajar terdiri dari tiga suku yaitu be, la, dan jar. Suku /be/ terdiri dan dua fonem,
suku /la/ terdiri dari dua fonem. Dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar
terdiri dari tujuh fonem yaitu / b,e,l,a,j,a,r /. Jadi yang dimaksud dengan kata adalah
satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain setiap satuan bebas merupakan
kata.
Kata dalam bahasa Jepang disebut dengan go atau tango. Iwabuchi Tadasu
dengan istilah go. Dia menyebutkan bahwa tsuki, hashira, omoshiroi, rippada, sono,
mettani, shikashi, rareru, dan sebagainya disebut go( 語) atau tango ( 単語).
kecil akan menjadi hana-ga-saku, bagian-bagian kalimat ini tidak dapat dibagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Kalaupun dibagi-bagi lagi akan menjadi
mempunyai arti apapun. Go memiliki arti tertentu, diucapkan sekaligus, dan memiliki
arti tertentu. Di dalam sebuah kalimat go secara langsung dapat membentuk sebuah
kalimat (bunsestsu).
(1994:7) Pengelompokan kelas kata sebuah bahasa pada umumnya dibedakan atas
berdasarkan distribusi kata secara sintaksis dan frasal. Dalam hal ini kata-kata
tersebut masih berada dalam keadaan sebagai morfem bebas atau kata yang
berdasarkan distribusinya secara sintaksis dan frasal sebagai berikut : father, man,
boy, sick, good, and, or, because, go, sing dan sebagainya. Kedua yaitu klasifikasi
fuzokugo. Jiritsugo yaitu kata (go) yang dapat berdiri sendiri dan dapat menunjukkan
arti tertentu. Yang termasuk ke dalam jiritsugo yaitu kelas kata verba (doushi),
(go) yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki arti tertentu. Yang termasuk
kedalam fuzokugo yaitu partikel (joushi), dan kopula (jodoushi). Perbedaan antara
jiritsugo dengan fuzokugo yaitu jiritsugo dengan sendirinya dapat membentuk sebuah
kalimat (bunsetsu) walaupun tanpa dibantu tango yang lainnya, sedangkan fuzokugo
jiritsugo.
Berdasarkan asal usulnya, kata dalam bahasa Jepang terdiri dari wago,
kango, dan gairaigo. Selain itu terdapat juga konshugo yang merupakan kata-kata yang
terdiri dari gabungan beberapa kata dari asal yang berbeda. Secara
harfiah, wago adalah kosakata asli Jepang yang telah ada sebelum masuknya pengaruh
bahasa China ke dalam bahasa Jepang, namun dikatakan juga bahwa ada beberapa
kata wago yang merupakan kosakata yang diserap dari bahasa China. Kango adalah
kosakata yang digunakan dalam bahasa Jepang yang berasal dari China.
Walaupun kango memiliki kesamaan dengan gairaigo sebagai kosakata yang diserap
dari bahasa asing, namun karena wago yang diserap dari bahasa China memiliki
menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi, (2004:104) adalah kata-kata yang berasal dari
bahasa asing (gaikokugo) yang lalu dipakai sebagai bahasa nasional (kokugo).
yaitu tanjungo dan gouseigo. Tanjungo adalah kata yang terdiri dari morfem yang
berbentuk kata tunggal, sehingga secara struktural tidak dapat diuraikan lagi,
contohnya yama, inu dan lain-lain. Sedangkan gouseigo adalah kata yang terdiri dari
contohnya yamamichi (jalan setapak di pegunungan) yang terdiri dari yama (gunung)
dan michi (jalan). Gouseigo itu sendiri dibagi lagi menjadi dua macam yaitu :
unsur mengandung arti dan dapat berdiri sendiri sehingga secara struktural
2. Haseigo, adalah kata yang terdiri dari dua unsur yaitu unsur dasar dan unsur
infiks. Unsur yang menjadi kata dasar dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti,
sedangkan unsur infiks bila berdiri sendiri tidak memiliki arti. Karena itu unsur
Pengklasifikasian atau pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi
bunrui ( 品詞分類). Hinshi berarti jenis kata (word class, atau part of speech),
secara gramatikal Menurut Situmorang (2007:8) pembagian kelas kata bahasa Jepang
1. Verba (doushi, 動詞) yaitu kata yang bermakna gerakan, dapat berdiri sendiri,
sebuah kalimat.
keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan
keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan
4. Nomina (meishi, 名詞), yaitu kata nama, tidak mengalami perubahan bentuk,
dapat berdiri sendiri dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat.
perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri , tidak menjadi subjek, tidak menjadi
menerangkan fukushi.
perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, objek, predikat
perubahan bentuk sama seperti doushi, tidak dapat berdiri sendiri, ada yang
mempunyai arti sendiri dan ada yang menambah makna pada kata lain.
9. Partikel (joushi, 助詞), yaitu kata bantu, tidak mengalami perubahan bentuk,
tidak dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan
dan ada juga yang berfungsi memberikan arti pada kata lain.
10. Interjeksi (kandoushi, 感動詞), yaitu kata gerakan perasaan, tidak mengalami
perubahan bentuk, dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat, tidak menjadi
keterangan, tidak menjadi subjek, predikat, dan tidak pula menjadi penyambung
kata atau kalimat. Serta berfungsi untuk mengutarakan rasa terkejut, kaget,
Istilah kata (go, 語) atau (tango, 単語) dalam bahasa Jepang terdiri dari
Misalnya kata orang(hito, 人), makan (taberu, 食べる ), tidur (neru, 寝る)
dan lain lain. Dengan lain kata dasar adalah kata yang mempunyai satu arti dan dapat
Kata turunan yaitu kata kata yang sudah mengalami perubahan bentuk,
penambahan imbuhan dan proses perubahan ucap. Kata turunan ini dalam bahasa
Kata majemuk yaitu kata kata yang mengalami proses pembentukan kata
majemuk, dalam bahasa jepang kata majemuk ini jumlahnya sangat banyak dan
Kata benda majemuk yaitu kata benda yang terbentuk dari gabungan dua
buah unsur kata yang membentuk satu kata benda majemuk. Kata majemuk ini
Kata kerja majemuk atau verba majemuk ini sangat bervariasi , merupakan
gabungan dua buah unsur yang membentuk verba majemuk , secara garis besar verba
a. V + V b. N + V c. A + V d. Adv+V e. Imbuhan +V
Kata sifat atau adjektiva dalam bahasa Jepang terbagi menjadi dua golongan
yaitu : kata sifat I atau adjektiva-I (i-keiyoushi) yang berakhiran /-i/ seperti
atararashii, takai dan lain lain, dan kata sifat golongan II atau adjektiva-na (na-
keiyoushi) yang berakhira /na/ atau /da/, seperti kirei da, shizuka da da lain lain.
supaya jangkauan pembicaraan tidak terbatas dan tidak hanya bersifat deskriptif
tradisional. Untuk itu perlu suatu model teoretis yang lebih mutakhir (seperti
Perhatian para linguis terhadap teori morfologi generatif mulai berkat ajakan
morfologi terutama proses pembentukan kata yang ditinjau dari teori transformasi.
Dardjowijojo (1988:32) mencatat bahwa orang yang pertama kali menaruh minat
yang serius terhadap morfologi generatif adalah Morris Halle dalam papernya yang
Linguists di Bologna tahun 1972. Tahun berikutnya karya tersebut diterbitkan dengan
dampak yang sangat kuat dan diikuti oleh ahli-ahli lain seperti Siegel pada tahun
1974, Botha pada tahun 1974, Boas pada tahun 1974, Lipka pada tahun 1975 dalam
bentuk artikel dan oleh Aronoff pada tahun 1976, serta Scalise pada tahun 1984
dipelopori oleh Halle yang berpijak pada asumsi bahwa yang menjadi dasar dari
tahun 1973 adalah bahwa secara normal penutur bahasa di samping memiliki
pengetahuan tentang kata juga paham tentang komposisi dan struktur kata tersebut.
Dengan kata lain penutur asli dari suatu bahasa mempunyai kemampuan untuk
mengenal kata-kata dalam bahasanya, bagaimana kata itu terbentuk dan sekaligus
bisa membedakan bahwa suatu kata tidak ada dalam bahasanya. Misalnya, penutur
bahwa look dan careful adalah bahasa Inggris sedangkan lihat dan hati-hati bukan
bahasa Inggris. Ini segera bisa menunjukkan bahwa careful dibentuk dari
dipahami penutur suatu bahasa. Menurut model teoretis Halle morfologi terdiri dari
atas:
disingkat KPK
4. Dictionary atau kamus. Ini ditambahkan oleh Halle dua tahun kemudian
sebagai tempat menyimpan morfem yang telah lolos dari KPK dan Saringan.
Dalam komponen DM bisa diketemukan dua macam anggota yakni akar kata
dan berbagai macam afiks baik yang bersifat infleksional maupun derivasional yang
relevan.
tersebut diatur. Dalam kaitan ini tugas KPK membentuk kata dari morfem-morfem
yang berasal dari DM. KPK bersama-sama dengan DM menentukan kata yang bena-
benar kata atau bentuk potensial dalam bahasa yakni satuan lingual yang belum ada
dalam realitas tetapi mungkin akan ada karena memenuhi persyaratan. Dengan kata
lain KPK bisa menghasilkan bentuk-bentuk yang memang merupakan kata serta
bentuk-bentuk lain yang sebenarnya memenuhi segala persyaratan untuk menjadi kata
sehingga kata-kata yang aktual saja boleh lewat saringan. Terdapat tiga jenis
semantik, misalnya kata recital dalam bahasa Inggris yang tidak merujuk pada apa
saja yang di "recite", tetapi hanya merujuk pada suatu pertunjukan konser oleh
seorang pemain tunggal dan transmission hanya merujuk pada proses pemindahan
gigi pada mobil, (2) ideosinkrasi fonologis yang berujud ketidaklaziman fonologis
dan (3) ideosinkrasi leksikal yakni keanehan yang menyangkut fakta dalam bahasa di
mana suatu bentuk yang seharusnya ada tetapi nyatanya tidak terdapat dalam bahasa
bersangkutan seperti misalnya bahasa Inggris mengenal kata arrival tetapi tidak
sedangkan bentuk yang tidak berterima tertahan di saringan, Walaupun Halle tidak
menganggap kamus sebagai komponen morfologi namun dari uraiannya nampak jelas
kamus ini merupakan unit yang sama penting dengan ketiga komponen sebelumnya.
Model Teori Morfologi Generatif Morris Halle dalam Ba’dulu & Herman (2005 :31)
Model diatas terdiri atas empat komponen, yaitu : (1) Daftar Morfem (DM),
(2) Kaidah Pembentukan Kata (KPK), (3) Filter, dan (4) Kamus. Cara Kerja model
Halle dapat digambarkan sebagai berikut yang dikutip oleh scalise (1984:31) dalam
1. friend
2. boy
hood
3. recite [+penyim-
al pangan]
4. ignore X [-LI]
ation
5. mountain
al
1) Kata friend masuk kamus sebagaimana adanya, yaitu melewati KPK dan filter
tanpa mengalami perubahan. Kata itu harus dicantumkan dalam DM, karena
2) Kata boyhood tidak terdapat dalam DM ; yang ditemukan adalah boy dan
hood. Kedua unsur ini digabungkan oleh KPK ; dan hasilnya, yaitu boyhood,
masuk ke dalam kamus tanpa memperoleh sesuatu ciri idiosingkretis; kata itu
bersifat regular dari segi sintaksis dan semantis. Perubahan ciri [-abstrak] dari
pangkal boy menjadi [+abstrak] dalam output dilakukan oleh KPK, menurut
Halle.
3) Kata recital dibentuk secara regular oleh KPK, seperti boyhood, sebelum kata
4) Kata ignoration dibentuk oleh KPK, tetapi diblokir oleh filter, yang
memberinya ciri [-LI]; kata ini dipandang sebagai suatu kata yang ‘mungkin’
5) Kata mountainal tidak dibentuk oleh KPK, karena –al hanya dapat
dirangkaikan dengan verba menurut kaidah, bukan dengan nomina. Kata ini
sebagai berikut:
Kelompok yang kedua dipelopori oleh Aronoff yang memakai kata dan bukan
(1988:33).Untuk kepentingan ilmu itu sendiri (dalam hal ini linguistik pada umumnya
dan morfologi pada khususnya) berbagai konsep dan model teoretis muthakhir
tersebut perlu diujicobakan atau diaplikasikan pada studi kasus dalam berbagai
bahasa sehingga keunggulan dan kelemahan teori tersebut bisa diidentifikasi serta
Aronoff pada tahun 1976 dalam tulisannya yang berjudul Word Formation
dalam pembentukan kata didasarkan pada kata bukan morfem. Penolakan konsep
Halle tentang morfem sebagai dasar pembentukan kata didasarkan pada dengan
argumentasi bahwa morfem tidak memiliki makna tetap, dan dalam hal tertentu
menurunkan kata yang bermakna dari dasar yang bermakna. Oleh karena itu hanya
kata yang dapat dijadikan unit dasar dalam pembentukan kata. Meskipun demikian
istilah 'kata' sebagai dasar ini harus diartikan sebagai leksem sehingga teori Aronoff
morphology.
Sebuah kata baru dibentuk dengan menerapkan kaidah beraturan pada kata
tunggal yang telah ada. Kata baru dan kata yang sudah ada merupakan anggota dari
katagori leksikal utama. Hipotesis yang dikemukakan Aronoff tersebut bertitik tolak
dari sejumlah syarat seperti: (1) sesuai dengan namanya, kata dasarnya haruslah kata
(bukan yang lebih kecil dari kata), (2) kata dasar tersebut haruslah kata-kata yang
benar-benar ada dan kata yang potensial tidak dapat menjadi dasar KPK, (3) KPK
hanya berlaku untuk kata tunggal dalam arti bahwa kata dasar ini bukan berwujud
frase ataupun bentuk terikat, (4) Input dan output dari KPK haruslah menjadi anggota
katagori leksikal yang utama. Dengan demikian kata dalam konteks ini merupakan
dalam bahasa. Walaupun demikian Aronoff (1976:43) memiliki mekanisme lain yang
disebut blocking yang mencegah munculnya suatu kata karena sudah ada kata lain
yang mewakilinya.
kata lain melalui KPK. Tetapi kenyataannya cukup banyak contoh dalam bahasa
(Inggris) pada penambahan afiks mensyaratkan adanya perubahan ujud kata dasar
(seperti nominate dan evacuate + -ee menjadi nominee dan evacuee setelah melalui
proses pemenggalan ate) yang perlu ditampung melalui suatu aturan. Dalam kaitan
dinamakan Adjustment Rules yang menangani alternasi akibat faktor-faktor lain yang
termasuk dalam komponen leksikal. Kaidah penyesuaian ini terdiri atas (1) aturan
pemenggalan (truncation rule) dengan cara menghilangkan sebuah morfem yang ada
dalam kata dasar ditambah afiks dan (2) aturan alomorfi (allomorphic rules) dengan
menyesuaikan bentuk morfem atau kelas morfem dalam lingkungan di mana morfem
tersebut berada.
Model Aronoff tersebut di atas yang dikutip oleh Scallise (1984:68) dalam
Komponen Leksikal
Kamus
KPK
Kaidah
Penyesuaian
Output
Baik Halle maupun Aronoff tidak menangani masalah pembentukan kata yang terdiri
dari dua kata atau lebih (compounding). Di samping itu mengenai isi dan kodrat dari
elemen yang ada dalam DM, baik Halle maupun Aronoff mengabaikan bentuk dasar
yang statusnya bukanlah kata (seperti kata prakatagorial juang, temu dan anjur dalam
bahasa Indonesia) maupun afiks dan akan memiliki status sebagai kata hanya setelah
Inggris ini bertumpu pada perpaduan konsep dan model teoretis Halle di tahun 1973
Menurut Halle dalam Scalise (1984:43) studi morfologi generatif terdiri dari
empat komponen yang terpisah yaitu (1) daftar morfem (list of morphemes) (2)
kaidah pembentukan kata (word formation rules) (3) saringan (filter) dan (4) kamus
(dictionary). Komponen pertama adalah DM yang terdiri dari dua macam anggota
yaitu morfem dan bermacam-macam afiks, baik yang derivasional maupun yang
infleksional. Butir leksikal dalam DM tidak cukup diberikan dalam bentuk urutan
yang relevan. Contohnya dalam bahasa Inggris ditemukan morfem write yang harus
dijelaskan sebagai kata verbal, tidak berasal dari bahasa Latin dan konjugasinya
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa kata-kata yang telah dibentuk
dengan kaidah Struktur Asal (SA), proses asimilasi dan Struktur Lahir (SL). Selain
itu kata-kata yang potensial ada yang diberi idiosinkresi baik idiosinkresi fonologi,
leksikal maupun semantik. Kata-kata tersebut dibentuk dan (akan) dipakai oleh
masyarakat pemakai bahasa sebagai alat komunikasi. Jadi bentuk bunyi apapun yang
digunakan manusia sebagai pengguna bahasa itulah kenyataan bahasa. Hal lain yang
menunjukkan perbedaan antara morfologi generatif dan struktural dapat dilihat pada
Berdasarkan uraian di atas, teori struktural tidak digunakan pada penelitian ini
pembentukan kata pada saat ini. Hal ini sesuai dengan tujuan morfologi yang
dikatakan oleh Katamba bahwa salah satu tujuan morfologi tidak hanya memahami
dan membentuk kata yang ada (real) dalam bahasa mereka tetapi juga membentuk
kata-kata potensial yang belum digunakan pada saat mereka berujar. Berdasarkan
temuan data dalam penelitian ini, proses pembentukan katanya dibatasi hanya dengan
dua fonem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya, disebut morfofonologi atau
atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses
fonem terjadi oleh pengaruh lingkungan yang dimasuki oleh tiap morfem. Menurut
lingkungannya ini, yaitu yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem,
yang biasa terjadi dan yang pada umumnya ditujukan untuk memperlancar
pengucapan dikarenakan : (1) asimilasi, (2) disimilasi, (3) elipsis, (4) metatesis, dan
(5) sandi.
lagi atas asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Asimilasi progresif ini terjadi jika
bahasa Turki /gitti/ ‘ia pergi’ berasal dari /git/ + /di/. Bunyi /t/ mempengaruhi bunyi
/d/ sehingga bunyi itu cenderung menyerupakan diri dan terjadi asimilasi bunyi total.
Sedangkan asimilasi regresif terjadi bila bunyi yang mengalami perubahan dan
akan menjauhi persamaan dengan fonem sekitarnya. Dengan kata lain terjadi kelainan
bunyi demi kepentingan kelancaran ucapan. Misalnya, pada kata belajar. Proses ber
+ ajar belajar menunjukkan kelainan itu. Hal ini terjadi karena bunyi /r/ yang
Elipsis yaitu perubahan morfofonemik yang terjadi bila dua bunyi yang sama
dalam proses pembentukan kata, salah satu bunyi itu tanggal atau hilang. Misalnya,
pada kata bekerja. Proses ber + kerja bekerja. Terjadi penghilangan bunyi /r/ demi
kelancaran pengucapan.
sinkronis jarang terjasi dalam suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata
sintesis dua fonem vocal atau lebih menjadi satu fonem vocal. Misalnya, pada kata
bhineka diturunkan dari bhina + ika bhineka. Bunyi vokal /a/ bertemu /i/ dan
yang secara normal menjadi kata yang beraturan. Pembentukan kata-kata secara
produktif tersebut menggunakan satu atau beberapa proses morfologis. O’Grady dan
morfem yang ada. Derivasi adalah suatu proses, pembentukan suatu kata baru dari
suatu pangkal, biasanya melalui penambahan suatu afiks. Derivasi juga merupakan
suatu proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru (menghasilkan kata-
kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda), dalam pembentukan derivasi
yang mencakup penggabungan dua kata (dengan atau tanpa afiks) untuk
kata dalam bahasa Jepang, dan hal ini tergantung bentuk katanya, ada juga yang dapat
dilihat dengan memegang strukturnya, dan ada juga yang tidak terlalu rumit yaitu
dapat dengan menebak susunannya saja. Penentuan struktur secara sintaksis lebih
mudah bagi bahasa yang memiliki banyak perubahan bentuk kata, tetapi bagi bahasa
yang miskin akan perubahan kata, maka harus dilihat dari awal sampai akhir urutan
pembentukan kata. Jadi pembentukan kata tergantung juga sifat dari sebuah bahasa.
dapat dikatakan juga dengan proses morfemis. Proses morfermis adalah cara
yang lain. Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah
gokeisei. Proses pembentukan kata pada umumnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu
proses yang paling umum dalam bahasa. Proses afiksasi terjadi apabila sebuah
morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan
lurus. Berdasarkan posisi morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut, proses
afiksasi dapat dibedakan atas (1) pembubuhan depan (awalan atau prefiks), (2)
pembubuhan tengah (sisipan atau infiks), (3) pembubuhan akhir (akhiran atau infiks),
morfemis atau pengimbuhan afiks (afiksasi) yang terpenting adalah afiksasi, yaitu
pengimbuhan afiks yang terbagi atas : prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks yaitu
pengimbuhan yang diletakkan di sebelah kiri kata dalam proses yang disebut dengan
afiksasi, misalnya pengimbuhan kata { men--} yang ada dalam kata : mendapat,
mencuri, mencuci, mengubah dan sebagainya. Contoh lain adalah pengimbuhan kata
jepang yang disebut setsuji yang memegang peranan penting. Setsuji menurut Matsuka
Takahashi dan Takubo Yukinori (1995: 62) yaitu adalah suatu unsur yang menyusun
kata (kata jadian), yang merupakan tambahan pada kata dasar (jadian kata dasar) yang
di belakang kata dasar disebut setsubigo". Sedangkan menurut Tokieda Seiki (1955:
583) pengertian Setsuji adalah kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal yang
berdiri sendiri, biasanya digabungkan dengan kata lain dan dilafalkan dalam satu
Setsuji adalah salah satu unsur susunan kata. Biasanya ditambahkan pada kata
lain (kata dasar/goki), tidak berdiri sendiri serta unsur yang membentuk satu kata
dengan diucapkan pada sambungannya. Tambahan lagi menurut Iori dkk (2000:
396) Setsuji adalah kata atau bagian yang membentuk inti kata yang melekat pada kata
dasar (goki) dan merupakan bentuk yang menyatakan arti secara tata bahasa dan lain-
Afiksasi (setsuji) terbagi atas prefiks (settouji), sufiks (setsubiji) dan infiks
(secchuuji). Namun dalam bahasa Jepang afiksasi yang paling dominan adalah prefiks
(settouji) dan sufiks (setsubiji). Dalam bahasa Jepang prefiks disebut dengan settouji
(接頭辞). Prefiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan atau yang dimbuhkan di depan
keluarga), dan lain-lain. Dalam bahasa Jepang sufiks disebut dengan setsubiji (接尾
辞). Sufiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan yang diimbuhkan di sebelah kanan
kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi, misal pemberian akhiran /-an/ pada
kata : tuntutan, makanan, minuman dan sebagainya Contoh dalam bahasa Jepang
di dalam kata itu, misalnya (patuk - pelatuk, tali- temali, gigi - gerigi). Koizumi
(1993:95) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang infiks disebut dengan (secchuuji).
Infiks dalam bahasa Jepang secara umum kurang terlihat. Namu terlihat pada infiks /-
e-/) dalam contoh kata berikut ini : (miru =見る= melihat) (mieru =見える =
sebagian di sebelah kiri dan sebagian yang lain di sebelah kanan kata, misal
konfiks.
Menurut Sugimoto dan Masashi (1994:35), jika dilihat dari segi jenis kata,
1) Setsuji yang berasal dari bahasa Jepang (Wago), yaitu : O(お): (O Sara = お
2) Setsuji yang berasal dari bahasa Cina (Kango), yaitu : FU(不): (Fumei = 不
3) Setsuji yang berasal dari bahasa Asing (Gairaigo), yaitu : MAN (マン) : (Eigyo-
mi (未).
婚 = belum menikah) .
4) Afiks (sufiks) yang menyatakan “orang / pelaku” yaitu : jin (~人)、sha (~者)、
5) Afiks (sufiks) yang menyatakan “gaya / ala ” yaitu : shiki (~式)、fuu (~風)
kaum wanita)
7) Afiks (sufiks) yang menyatakan “sedang, waktu / masa,” yaitu : chuu (~中)、ji
(~時)、dai (~代)
供っぽい = kekanak-kanakan)
10) Afiks (sufiks) yang menyatakan “jamak” yaitu : tachi (~たち)、domo (~ども)、
tinggi).
11) Afiks (sufiks) yang lain, yang termasuk di dalamnya antara lain : teki (~的)
seperti”
seperti wanita).
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam proses pembentukan kata, setsuji
memegang peranan penting. Tetapi suatu kata juga dapat dibentuk dengan cara
menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa
disebut dengan kata kajian (haseigo). Proses pembentukannya bisa dalam formula :
‘settouji + morfem’ atau ‘morfem + setsubiji’. Awalan (O-, GO-, SU-, MA-, KA-,
SUQ-) dapat digolongkan ke dalam settouji, sedangkan akhiran (sa, mi, teki, suru)
Fungsi settouji O- dan GO- yaitu sebagai penghalus dan digunakan hanya
untuk orang lain. Fungsi settouji SU- untuk menyatakan arti (asli/polos) sehingga
pada kosakata (sude = tangan kosong) yang berasal dari kata (te = tangan) berubah
(kemurnian atau ketulusan), settouji KA- untuk menyatakan arti (sangat), dan KO-
yang menyatakan arti (agak/sedikit). Contoh kata yang merupakan hasil dari
takasa (ketinggian)
amami (manisnya)
undousuru (berolahraga)
keizaiteki (ekonomis)
Akhiran -SA dan -MI digunakan untuk mengubah adjektiva menjadi nomina,
tetapi tidak semua adjektiva bisa diikuti oleh (-SA) dan (-MI). Begitu pula dengan -
SURU merupakan verba istimewa dalam bahasa Jepang, karena bisa berfungsi
sebagai verba transitif dan juga sebagai verba intransitif. Tidak semua nomina bisa
diikuti oeh -SURU, melainkan terbatas pada nomina yang menyatakan arti suatu
perbuatan atau nomina verba saja. Akhiran -TEKI digunakan untuk mengubah
nomina menjadi adjektiva atau adverbia. Misalnya kata keizaiteki yang berasal dari
Seperti dalam bahasa Indonesia, bahasa jepang juga memiliki kata ulang yang
merupakan hasil reduplikasi dari fonem , suku kata. Stem, akar kata , kata majemuk
dll. Reduplikasi adalah perulangan morfem dasar baik secara utuh atau sebagiannya
bahasa Jepang yaitu kata majemuk yang berasal dari pengulangan kata tunggal yang
sama yang berfungsi untuk memperkuat arti, bentuk jamak pengulangan aksi dan
akaaka (merah). Sedangkan dalam kamus linguistik reduplikasi yaitu proses dari
hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal, misalnya :
ieie (rumah-rumah).
bentuk satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi
fonem maupun tidak. Tambahan lagi menurut Chaer (2003:182), mengatakan bahwa
secara umum, reduplikasi merupakan proses morfermis yang mengulang kata dasar,
bahasa Jepang reduplikasi selain disebut dengan istilah juufuku juga disebut dengan
jougo dan choujo. Jougo adalah kata yang dibentuk dengan mengulang satuan atau
unit morfem yang berupa kata atau satu bagian dari kata tersebut.
rumah).
menghirup).
3) Onkoutai Jougo(音交替的畳語)
(wakawakashii = kemuda-mudaan).
proses ulangan. Koizumi (1993:108) juga membagi kata ulang (juufuku) yang berasal
1. Gitaigo (擬態語)
bendanya atau bunyi bahasa yang timbul dengan melihat keadaan bendanya.
2. Giongo (擬音語)
Giongo ( 擬音語 ), yaitu bunyi bahasa atau suara yang menyerupai suara
Komposisi yang disebut juga dengan istilah kata majemuk dalam bahasa
Jepang disebut dengan fukugo. Kata majemuk (fukugo) yaitu penggabungan dua buah
Jepang adalah merupakan penggabungan beberapa morfem yang terbagi atas berbagai
variasi. Defenisi yang lain dari kata majemuk (fukugougo atau disebut juga
gouseigo) yaitu kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa ‘morfem
「テ+ガミ」
ボン踊り「ボン+オドリ」
yoku) 仲良く「ナカ+ヨク」
入り口 「イリ+グチ」
し「ヒキ+ダシ」
+ mono) 若者「ワカ+モノ」
売り「ヤス+ウリ」
jiro) 色白「イロ+ジロ」
gure) 日暮れ「ヒ+グレ」
+ oki) 早起き「ハヤ+オキ」
+ gao) 丸顔「マル+ガオ」
うち傷 「ウチ+キズ」
本棚「ホン+ダナ」
Verba (doushi) + Verba (doushi) (urikai = jual beli) (uri + kai) 売り買
い「ウリ+カイ」
terbentuk dari penggabungan beberapa buah morfem isi. Beberpa contohnya yang
本棚 「ホン+ダナ」
京行き「トウキョ+イキ」
niku) 焼肉「ヤキ+ニク」
し「カシ+ダシ」
dan ‘toujigo’. Karikomi merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis) dari
a) Contoh Karikomi/Shouryaku :
b) Contoh Toujigo
dengan jenis perubahan verba, tetapi tidak ada perubahan ke dalam bentuk bentuk
perintah (meireikei). Ini hal yang wajar karena adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa
Jepang, yaitu kata yang berfungsi untuk menunjukkan keadaan, keinginan, sifat, atau
perasaan, maupun permintaan yang diakhiri dengan huruf /i/ dan /na/ atau /da/.
Dimana dalam bentuk meireikei merupakan sebagai bentuk perintah atau menyuruh
yaitu fonem /i/ (い), sedangkan pada na-keiyoushi yang disebut juga keiyoushi-da,
(bunsetsu) walaupun tanpa bantuan kelas kata lain. Setiap kata yang termasuk i-
keiyoushi selalu diakhiri silabel /i/ ( い ) dalam bentuk kamusnya, dapat menjadi
predikat, dan dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain dalam suatu
kalimat. Kelas kata ini mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
leksikalnya benci, dan ’kirei’ yang makna leksikalnya cantik atau bersih atau indah,
berakhiran silabel /i/ (い). Tetapi kata-kata tersebut termasuk dalam na-keiyoushi
karena dalam bentuk kamusnya berakhiran silabel /na/ (な) yaitu yuumei-na, kirai-na,
dan kirei-na.
Dalam bahasa Jepang perubahan bentuk kata yaitu terjadi pada kelas kata
(katsuyou). Dalam penelitian ini akan dibahas perubahan bentuk kata atau konjugasi
1. Mizenkei (未然形)
atau belum dilakukan atau belum terjadi sampai sekarang. Bentuk ini diikuti fonem
/u/. Misalnya pada bentuk i-keiyoushi pada kata mijikai miijikarou. Pada bentuk
2. Ren’youkei (連用形)
karena bentuk ini pun dapat diikuti yougen. Bentuk ini diikuti ’ta’, ’aru’, tau ’naru’.
Misalnya pada bentuk i-keiyoushi pada kata chiisai chisaku naru, chisakatta. Pada
bentuk na-keiyoushi pada kata kirai na kirai datta, kirai de aru, kirai ni naru.
3. Shuushikei (終止形)
sewaktu mengakhiri ujaran. Pada bentuk i-keiyoushi akan tetap berakhiran /i/ (い),
sedangkan pada bentuk na-keiyoushi akan berakhiran /da/ (だ). Misalnya pada bentuk
i-keiyoushi pada kata mazui mazui. Pada bentuk na-keiyoushi pada kata yuumei na
yuumei da.
Rentaikei yaitu bentuk yang diikuti taigen seperti kata toki. Bentuk dasar
ataupun bentuk kamus pada adjektiva (keiyoushi) nya diikuti kata ’toki’. Misalnya
pada bentuk i-keiyoushi pada kata takai takai toki. Pada bentuk na-keiyoushi pada
5. Kateikei (仮定形)
diikuti oleh ’ba’. Pada bentuk i-keiyoushi akan menggunakan bentuk ’kereba’
pada bentuk i-keiyoushi pada kata muzukashii muzukashiikereba. Pada bentuk na-
6. Meireikei (命令形)
perintah. Dalam adjektiva tidak banyak mengalami perubahan bentuk dan biasanya
tetap ada dalam bentuk asalnya atau bentuk kamusnya. Seperti telah disampaikan
diatas bahwa adjektiva sendiri sudah merupakan suatu kelas kata yang menyatakan
keadaan atau keinginan seseorang. Namun kelas kata lain seperti dalam kelas kata
verba terdapat perubahan bentuk meireikei, contohnya seperti : (ike = 行け= pergi),
atau mengungkapkan perasaan (psikis), perasaan yang dimiliki manusia, keadaan, dan
kesan penilaian terhadap sifat sesuatu yang berkaitan dengan orang, benda atau suatu
hal, serta keadaan makhluk hidup dan manusia. Menurut Kitahara dalam Sudjianto
dan Ahmad Dahidi (2004:154). Adjektiva (keiyoushi) adalah kelas kata yang
menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dan keiyoushi dengan sendirinya dapat
merupakan salah satu jenis kata. Kesan dan pertimbangan terhadap semua yang tidak
bersifat watak dan keadaan suatu peristiwa, keadaan seseorang, dan lain-lain.
Menunjukkan perasaan emosi, rasa, dan lain-lain yang dimiliki oleh seseorang
dengan bahasa yang mengaplikasikan kata sifat dan termasuk pada kata yang dapat
menjadi predikat.
Menurut Situmorang (2007:28) jika dilihat dari huruf kanjinya, kata Keiyoushi
形 = yang dibaca Kei yang berarti bentuk, rupa, corak atau potongan.
容 = yang dibaca You yang berarti lukisan, perumpamaan, kiasan atau ibarat.
3) Adjektiva dapat diberikan kata keterangan untuk mengingkari sesuatu hal dengan
kata ingkar tidak yang biasanya dipakai untuk bentuk negatif /-nai/. Kata
keterangan yang mengikuti adjektiva dalam bentuk ingkar yang memiliki arti
sakit
dengan akhiran /i/ (い) dan /na/ (な). Adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang ada
dua macam golongan yaitu adjektiva I yang berakhiran huruf-i atau /i/ (い) disebut
Adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang merupakan kelas kata yang dapat berdiri
sendiri dan memiliki makna sendiri. Adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang merupakan
kelas kata yang dapat mengalami perubahan bentuk (katsuyoukei) yang disebut
merupakan kelas kata yang sangat fleksibel dalam pembentukan kata adjektiva itu
sendiri.
(keiyoushi) dalam bahasa Jepang hampir sama dengan perubahan verba, hanya saja
dalam keiyoushi tidak ada perubahan dalam bentuk meireikei (perintah). Hal ini di
karenakan makna adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang merupakan kata yang
berfungsi untuk menunjukkan keadaan, sifat, atau perasaan yang diakhiri dengan
dan penempatan posisi dalam kalimat pada tata bahasanya yang kebanyakan sama
nomina (meishi).
Menurut Arakawa (1989:39), bahwa fungsi utama kata sifat atau adjektiva
(keiyoushi) dalam bahasa Jepang adalah sebagai atributif dan predikatif. Oleh karena
fungsinya sebagai atributif maupun predikatif dalam kalimat maka pelekatan dan
penggunaannya pun memiliki aturan tertentu dalam tata bahasa Jepang. Pemakaian
kata sifat bahasa Jepang diletakkan di depan kata benda (Hukum MD). Bahasa Jepang
yang juga menggunakan Hukum MD, seperti Bahasa Inggris. Jadi hal ini kebalikan
Contoh : 1. Kata sifat atau adjektiva golongan I : 赤いりんご akai ringo (apel
indah)
Berikut beberapa fungsi serta penggunaan kata sifat dalam bahasa Jepang :
Dalam hal ini, kata sifat berfungsi untuk menerangkan sifat/keadaan dari kata
benda. Untuk kata adjektiva-i (i-keiyoushi), langsung digabungkan dengan kata benda
yang dimaksud tanpa mengalami prubahan bentuk kamusnya atau perubahan bentuk
Adjektiva-I + nomina
Jika akan menggunakan dua atau lebih kata sifat dalam sebuah frase yang
menerangkan kata benda, maka bentuk yang digunakan adalah bentuk asli (tidak
mengalami konjugasi).
2. Fungsi Predikatif
digunakan sebagai predikat, berfungsi seperti kata kerja. Pada fungsi predikatif,
menjelaskan kata kerja, kata sifat dan kata keterangan. Untuk adjektiva-i (i-
Kitahara (1995:82) bahwa adjektiva-i (i-keiyoushi) sering disebut juga keiyoushi yaitu
kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya menjadi
Setiap kata yang termasuk i-keiyoushi selalu diakhiri /i/ (い). Dalam bentuk
kamusnya, adjektiva-i (i-keiyoushi) dapat menjadi predikat, dan juga dapat menjadi
kata keterangan yang menerangkan kata lain dalam sebuah kalimat. Adjektiva-i (i-
keiyoushi) selalu diakhiri hiragana /i/ (い) seperti /ii/, /ai/, /oi/, /ui/. Akhiran /i/ (い)
Ini adalah okurigana yaitu bagian yang akan berubah-ubah pada saat terjadi konjugasi
beberapa adjektiva-na (na-keiyoushi) yang diakhiri /i/ (い) seperti misalnya yumei
(mimpi), kirai (benci), dan kirei (cantik, indah, bersih). Contohnya pada kata kirei na
diakhiri 「い」 biasanya ditulis dengan kanji jadi dapat dilihat bahwa itu bukan
「麗」, maka dapat diketahui bahwa itu tidak mungkin merupakan adjektiva-i. Ini
konjugasi tanpa mempengaruhi kanjinya, walaupun berakhiran /i/ (い) tapi tidak
1. Ciri-ciri i-keiyoushi
2. Jenis-jenis i-keiyoushi
secara objektif. Misalnya : takai (tinggi; mahal), nagai (panjang), hayai (cepat),
kelas kata sifat golongan II. Iwabuchi (1989:96) menyatakan bahwa na-keiyoushi
sering disebut juga keiyoudoushi (yang termasuk jenis jiritsugo) yaitu kelas kata yang
bentuknya (termasuk jenis yougen), dan bentuk shuushikei-nya berakhir dengan (だ)
sedangkan artinya mirip dengan adjektiva (keiyoushi), maka kelas kata ini diberi
nama keiyoudoushi.
dulu sebelum bendanya. Lalu, /na/「な」 dapat dianggap seperti "yang" pada bahasa
Indonesia: yang berfungsi menghubungkan benda dan sifatnya. Hanya saja, dalam
tanpa ada perubahan arti, pada bahasa Jepang adjektiva-na selalu membutuhkan /na/
「な」. Sedangkan dalam terjemahan bahasa Indonesia kata "yang" dapat diabaikan.
bahwa "suatu nomina" bersifat "suatu adjektiva" dengan menggunakan partikel topik
keadaan benda. Namun, karena tidak mungkin "suatu adjektiva" menjadi "suatu
tidak mungkin kata ’shizuka na hito’ (静か な 人 = Orang yang pendiam) menjadi
seseorang mungkin saja bersifat pendiam, tapi mengatakan bahwa sifat pendiam
sendirinya dapat membentuk sebuah kalimat (bunsetsu), dapat berubah bentuk dan
menerangkan atau menjelaskan bentuk dari kata sifat. Seperti : (taihen = 大変な =
(amari = あまり= tidak begitu) yang diikuti pola kalimat negatif), (tabun = たぶん=
mungkin).
2. Jenis-jenis na-keiyoushi
zannen da (menyesal), yukai da (senang), fushig ida (aneh), suki da (suka), kirai
terdahulu yang telah ditulis dan diteliti oleh para peneliti linguistik umum maupun
peneliti dan pembelajar ilmu bahasa Jepang yang memiliki relevansi dalam kajian
Hirai Masao (1989), Shimizu (2000), Kitahara (1995), Hamzon Situmorang (2007),
Sutedi Dedi (2003), Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2004), dan Adriana Hasibuan
Para peneliti di atas banyak menuangkan ide, pendapat maupun teori yang
menjadi acuan dalam penelitian ini. Peneliti mengambil beberapa penelitian terdahulu
yang menjadi acuan dasar munculnya suatu masalah fenomena kebahasaan yang
Jepang yang diteliti khususnya bagi para pembelajar bahasa Jepang dari Indonesia.
bahasan baru mengenai pembentukan kata dan perubahan bentuk kata pada adjektiva
bahasa Jepang.
Penelitian ini menjelaskan proses morfologis kelas kata verba (doushi) dalam
bahasa Jepang. Peneliti menguraikan proses morfologis kelas kata verba mulai dari
2. Afiks (suffiks) Bahasa Jepang yang Menyatakan “Orang” oleh Renariah (2005)
3. Afiksasi Bahasa Bali :Sebuah kajian morfologi Generatif’ oleh I Wayan Simpen
(2008)
morfologi generatif.
4. Analisis Makna Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam Kalimat Bahasa
Penelitian ini membahas secara spesifik salah satu jenis adjektiva-i (i-
keiyoushi) yaitu kata chisaii, komakai, dan kuwashii yang memiliki kesamaan makna
pada penggunaannya dalam kalimat. Setelah itu peneliti meninjau kajian makna dari
METODE PENELITIAN
dibutuhkan metode sebagai penunjang untuk mencapai tujuan. Metode adalah suatu
hasilnya akan dituliskan dalam bentuk deksriptif atau penjabaran secara terperinci.
Penelitian ini berupa library research (studi kepustakaan) dan data yang digunakan
berupa buku-buku dan literatur yang menunjang penelitian ini. Oleh karena itu,
Sumber data penelitian ini sebagai data primernya adalah buku Minna no
Nihonggo I & II, Advanced Vocabulary Book for Levels 1 & 2, 500 Essential
Japanese Expression A Guide to Correct Usage of Key Sentence Patterns, dan buku-
berdasarkan kelengkapan dan keabsahan yang valid sebagai buku pelajaran bahasa
berupa data tertulis yang mengandung unsur adjektiva maupun kata yang membentuk
buku dan referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selain itu penulis
memperoleh sumber informasi dari berbagai macam artikel baik dari majalah, jurnal,
situs-situs atau website dari internet, serta literatur-literatur lainnya yang menunjang
Instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri, yaitu dengan membaca buku
pembelajaran bahasa Jepang dimulai dari tingkat dasar, menengah dan atas. Setelah
itu penulis mengambil data dari sumber data yang berhubungan dengan penelitian ini
yaitu mengenai pembentukan kata dan perubahan bentuk kata (katsuyoukei) dalam
membaca tabel tersebut untuk mengarahkan peneliti mengambil kesimpulan dari hasil
analisis penelitian ini. Kemudian peneliti membuat tabel hasi analisis datanya. Hal ini
dilakukan guna mengarahkan peneliti untuk mengambil data yang valid dan tidak
mengumpulkan dan mengklasifikasikan morfem, kata dan kalimat yang terdapat kelas
kata adjektiva dalam bahasa Jepang. Tahap berikutnya adalah proses merangkum dan
menyusun data-data dalam satuan-satuan untuk dikelompokkan dalam setiap bab dan
anak bab. Dan yang terakhir berupa penarikan kesimpulan berdasarkan data-data
yang telah diteliti, lalu dari kesimpulan yang ada dapat diberikan saran-saran yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bahasa Jepang. Jadi tahapan dalam
Tekhnik yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan tekhnik
pengumpulan Data morfem ( DM) dan tekhnik kaidah pembentukan kata (KPK).
Kemudian data yang dianalisis diuraikan sesuai dengan daftar morfem kemudian
morfologi generatif. Pada perubahan bentuk kata, tekhnis yang digunakan hanya
Analisis data yang dilakukan dalam proses pembentukan kata yang pertama
adalah menggolongkan data yang ditemukan baik berupa morfem, kata, klausa dan
kalimat dalam bentuk Daftar Morfem (DM). Semua morfem yang ditemukan dalam
utama, yaitu kata pangkal (Kp) dan afiks. Kata Pangkal (Kp) dalam penelitian ini
merupakan kata yang terdapat dalam bentuk kamus (jishokei). Kata pangkal dapat
dibagi lebih lanjut ke dalam dua kelas, yaitu kata pangkal bebas (bases) yang
merupakan bentuk morfem bebas (jiyuukeitaiso) dari akar kata bahasa Jepang (gokan)
dan kata pangkal terikat (stem) yang merupakan morfem terikat (ketsugoukeitaiso)
dari akhiran penanda pada verba dan adjektiva (gobi). Semua Kp dikelompokkan ke
dalam kategori-kategori leksikal seperti nomina pangkal (Np), verba pangkal (Vp),
adjektiva pangkal (Adjp), adverbia pangkal (Advp), dan numeralia pangkal (Nump).
Apabila ada kata pangkal yang tidak digolongkan ke dalam kategori-kategori tersebut,
maka kata pangkal tersebut diberikan nama kategori umum, yaitu Kp.
sufiks –ppoi kepada nomina pangkal (Np) yang dinyatakan dengan ’X’ dengan
makna ”sifat ’X’ yang menjadi seperti atau seolah-olah”. Berikut contoh analisis
asal yang berterima dan yang tidak berterima. Stuktur asal yang berterima akan
melewati filter atau saringan dan memperoleh Struktur Lahir (SL) dan langsung
masuk ke dalam kamus. Sedangkan struktur asal (SA) yang tidak berterima belum
fonologis (IF) dan Ideosinkrasi leksikal (IL). Berikut contoh analisis data pada
Struktur asal (SA) yang belum berterima dan menyaring ideosinkrasi leksikal terlebih
dahulu.
SL : akippoi
Setelah memperoleh struktur lahir (SL), maka semua kata, baik kata pangkal
(Kp), maupun kata turunan yang dibentuk melalui KPK, dan telah melalui filter atau
semua kata disertai dengan artinya serta ciri-ciri yang semestinya. Hal ini diperlukan
dalam pemilihan dan pemakaian kata dalam kalimat, sehingga dapat diketahui
bahasa Jepang terdapat ciri-ciri seperti dapat berdiri sendiri, menunjukkan sifat dan
keadaan, mempunyai perubahan bentuk, dapat menjadi predikat, dan terbagi atas dua
golongan yaitu adjektiva yang berakhiran /-i/ yang disebut i-keiyoushi dan adjektiva
+ Adj
+ berdiri sendiri
Bahasa Jepang berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki afiksasi konfiks
dalam proses afiksasi katanya, yaitu pada adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang tidak
memiliki konfiks.
kata dasar (prefiks). Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan
Dalam bahasa Jepang prefiks (settouji) /KO-/ (小) yaitu menyatakan arti
morfem
Contoh:
1) あのひとは小うるさいばあさんです。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Saringan :
SL : kourusai
Kamus :
berisik)
Contoh:
2) 彼の部屋はちょっと小汚いでしょね。EJJE.WEBLIO.JP
KPK :
汚い 「コ+キタナ+イ」 小汚い
Saringan :
SL : kogitanai
Analisis kata :
Prefiks KO- merupakan salah satu jenis prefiks yang dapat melekat dengan kelas kata
adjektiva. Pada contoh kalimat diatas, pada pelekatan prefiks KO- pada kata ’urusai’
yang merupakan kelas kata adjektiva-i (i-keiyoushi) dan tidak merubah jenis kelas
katanya, namun pada kalimat (1) pada kata urusai perubahan pengucapan vokal /u/
pada kata urusai setelah mendapat prefiks KO- tidak berubah. Kalimat (2) pada kata
kitanai, setelah mendapat prefiks KO- tidak merubah kelas kata adjektiva-nya.
Pelekatan prefiks KO- pada kata kitanai dimana konsonan /k/ nya berubah menjadi /g/.
Hal ini merupakan kekhususan bahasa Jepang dalam hal perubahan bunyi.
morfem.
Contoh:
3) 不満足なひどく省略された会話。EJJE.WEBLIO.JP
KPK :
満足な → 不 - + - 満足 → 不満足な
Saringan :
SL : fumanzoku na
Kamus :
Analisis kata :
Prefiks /FU-/ (不) merupakan prefiks yang berasal dari bahasa cina (kango), dimana
prefiks /FU-/ (不) ini tidak merubah bentuk kata maupun silabel bunyi yang akan
mengikutinya. Pada kalimat (3) pada kata manzoku na, setelah mendapat prefiks /FU-
/ tidak merubah kelas kata adjektiva-nya. Prefiks /FU-/ (不) tidak merubah jenis
kelas katany akan tetapi memiliki fungsi membentuk sebuah ”negasi” pada katanya.
sifatnya. Makna dari awalan /–MA/ ini yaitu ’menjadi seperti’. Formula
Contoh:
4) 西の空が真っ赤ですよ。EJJE.WEBLIO.JP
KPK :
/akai/ /ma-/ + /aka-/ + /-i/ akhiran /i/ dihilangkan, diganti akhiran /na/
/akai/ /ma-/ + /aka-/ + /-i/ /ma-/ + /aka-/ + /-na/ vokal depan /a/
/akai/ /ma-/ + /aka-/ + /-i/ /ma-/ + /aka-/ + /-na/ /ma-/ + /kka-/ + /-na/
/makka na/
赤 い→ 赤 - →まっ - + -赤 → 真っ 赤な
赤 い 「マッ+アカ」 真っ 赤な
Saringan :
SL : makka na
Kamus :
5) 母は私に真っ白いドレスを作ってくれた。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
/shiroi/ /ma-/ + /shiro-/ + /-i/ konsonan depan /s/ pada kata ’shiroi’
menguat
白 い→白 - →まっ - + - 白 → 真っ 白い
白 い 「マッ+シロイ」 真っ 白い
Saringan :
SL : masshiroi
Kamus :
Contoh:
6) 彼は日に焼けて真っ黒になった。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
/na/
黒 い→黒 - →まっ - + -黒 → 真っ 黒な
黒い「マッ+クロ」 真っ 黒な
Saringan :
SL : makkuro na
Kamus :
Contoh:
7) カラスのように真っ黒い。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
/kuroi/ /ma-/ + /kuro-/ + /-i/ konsonan depan /k/ pada kata ’kuroi’
menguat
黒 い→ まっ - + - 黒い → 真っ 黒い
黒 い 「マッ+クロイ」 真っ 黒い
Saringan :
SL : makkuroi
Kamus :
Analisis kata :
Pada adjektiva bahasa Jepang terdapat beberapa awalan (settouji) seperti /MA-/ (真
っ ) adjektiva yang mendapat prefiks /MA-/ (真っ ) ini kebanyakan hanya adjektiva-i
(i-keiyoushi). Formulanya yaitu settouji + morfem. Misalnya pada kalimat (4) pada
dimana setelah mendapat prefiks /MA-/ (真っ ) maka vokal /a/ nya melemah dan
konsonan /k/ setelahnya menguat dan mendapat penekanan dan pada awalan /MA–/
terdapat pelemahan vokal depan dan penekanan konsonan depan sesuai dengan kata
yang diikutinya. Pada kalimat (4) akhiran /i/ nya dihilangkan dan berubah menjadi
akhiran /na/ yang mengakibatkan perubahan menjadi kelas kata adjektiva-na (na-
keiyoushi). Namun pada kalimat (5) pada kata masshiro dari kata shiroi yang juga
depan /s/ nya menguat dan mendapat penekanan. Namun tidak terjadi perubahan
jenis kelas katanya dan tetap merupakan kelas kata adjektiva-i (i-keiyoushi). Namun
pada kalimat (6) dan kalimat (7) yang sama-sama berasal dari kata kuroi (hitam) yang
merupakan adjektiva-i (i-keiyoushi), dimana pada kalimat (6) kata kuroi setelah
mendapat prefiks /MA-/ (真っ ) berubah menjadi makkuro na dan berubah menjadi
adjektiva-na (na-keiyoushi). Akhiran /i/ nya hilang dan berubah menjadi akhiran /na/.
Pada kalimat (7) kata kuroi setelah mendapat prefiks /MA-/ (真っ ) menjadi makkuroi
dimana tidak merubah kelas katanya yaitu tetap menjadi adjektiva-i (i-keiyoushi). Hal
ini merupakan salah satu keunikan dan kekhususan tersendiri dalam bahasa jepang.
Dalam bahasa Jepang settouji /KA-/ (か) mempunyai makna untuk menyatakan
arti (sangat). yaitu suatu penegasan atau penekanan terhadap sesuatu hal. Formulanya
4) か細い腕にもかかわらず、彼はよくやった 。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
細い 「カ+ホソイ」 か細い
Saringan :
SL : kabosoi
Kamus :
5) か黒い声 。EJJE.WEBLIO.JP
Kaguroi koe
DM :
KPK :
黒い 「カ+クロイ」 か黒い
Saringan :
SL : kaguroi
Kamus :
Analisis kata :
Pelekatan settouji /KA—/ (か) pada adjektiva-i (i-keiyoushi) ini tidak mengalami
penghilangan akhiran /i/ nya, akan tetapi akibatnya akan terdapat perubahan bunyi
Biasanya akan terjadi perubahan bunyi dari kosonan depannya. Misalnya pada
kalimat (8) apabila konsonan depan katanya pada konsonan /h/ akan berubah
menjadi /b/, dan pada kalimat (9) konsonan depan /k/ nya berubah menjadi /g/.
Prefiks /OO-/ (大) mempunyai arti ‘besar dan sangat’. Formulanya yaitu :
8) 彼は本当に大馬鹿な人です。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
SL : oobaka na
Kamus :
Analisis kata :
Prefiks/awalan (Settouji ) /–OO/ (大) merupakan prefiks yang berasal dari bahasa
Cina (kango) namun dibaca dengan onyoumi (cara baca ala jepang). Prefiks /–OO/
(大) yaitu prefiks adjektiva yang dapat melekat pada bentuk kelas kata lainnya seperti
nomina (meishi) dan verba (doushi). Pada kalimat (10) diatas terdapat kata “baka na”
prefiks /–OO/ (大) menjadi “oobaka na” tidak berubah kelas katanya, maupun
perubahan pengucapan bunyi. Hal ini merupakan kekhasan prefiks yang berasal dari
Prefiks /–DAI/ (大) mempunyai arti ‘besar dan sangat’. Formulanya yaitu : prefiks
10) 彼は必ず来るから、大丈夫ですよ。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
丈夫な→ 大- + - 丈夫な→大丈夫な
Saringan :
SL : daijoubu na
aman, selamat)
Analisis kata :
Prefiks/awalan (Settouji ) /DAI--/ (大) merupakan prefiks yang berasal dari bahasa
cina (kango). Prefiks /DAI--/ (大) sama dengan /OO--/ (大) yaitu prefiks adjektiva
yang dapat melekat pada bentuk kelas kata lainnya seperti nomina (meishi), adjektiva
(keiyoushi) dan verba (doushi). Pada kalimat (11) pada kata joubu na apabila
ditambahkan prefiks /DAI--/ (大) menjadi daijoubu na dan tidak merubah jenis kelas
katanya.
Prefiks /–USU / (薄) mempunyai arti ‘tipis, agak, sedikit’. Formulanya yaitu : prefiks
EJJE.WEBLIO.JP
Buah ceri yang asam berwarna merah pucat dengan jus berwarna atau
hampir berwarna.
KPK :
赤い → 薄- + -赤い→ 薄赤い
赤い 「ウス+アカイ」 薄赤い
Saringan :
SL : usuakai
Kamus :
10) 薄汚い上着。EJJE.WEBLIO.JP
Usugitanai uwagi
DM :
KPK :
汚い → 薄- + - 汚い→ 薄汚い
Saringan :
SL : usugitanai
Kamus :
kotor)
Analisis kata :
Prefiks / USU– / (薄) merupakan prefiks yang berasal dari kelas kata adjektiva yaitu
dari kata ‘usui’ (tipis). Pada kalimat (12) pada kata akai setelah mendapat prefiks /
USU–/ (薄) menjadi usuakai, dan tidak merubah keseluruhan arti atau maknanya,
malah bahkan memperkuat maksud dari artinya. Akhiran /i/ nya pun tidak
dihilangkan dan tetap dipakai Pada kalimat (13) pada kata kitanai setelah mendapat
pengucapan dari /k/ menjadi /g/. Ini merupakan kekhususan pada bahasa Jepang.
Dimana pada bahasa Jepang vokal /depan /a, i, u, e, o/ pada sebuah kata biasanya
depan seperti /k/,/s/, /t/, /h/, /f/ dapat berubah menjadi konsonan depan /g/, /z/, /j/, /d/,
/p/, /b/. Hal ini pun terdapat pada kalimat (13) d iatas.
yaitu : prefiks /ASA–/ (浅) + morfem isi. Perhatikan contoh berikut ini :
12) 浅黒い肌の民族。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
黒い → 浅- + -黒い→ 浅黒い
Saringan :
SL : asaguroi
Kamus :
gelap)
Analisis kata :
Prefiks / ASA –/ (浅) merupakan prefiks yang berasal dari kelas kata adjektiva yaitu
dari kata ‘asai’ (dangkal). Pada kalimat (14) pada kata kuroi yang merupakan
tidak merubah jenis kelas katanya, akan tetapi hanya mendapat penekanan maksud
dari prefiks /ASA–/ (浅). Namun kata asaguroi ini dapat digolongkan menjadi kata
majemuk.
Prefiks /URA–/ (うら) mempunyai makna “apa yang ada di dalam hati”. Formulanya
DM :
KPK :
/uraganshii/
SL : uraganashii
Kamus :
Contoh:
15) 一生で一番うら恥ずかしいことです。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Saringan :
SL : urahazukashii
Kamus :
mendalam)
Analisis Kata :
Prefiks /URA–/ (うら) merupakan prefiks yang mengungkapkan keadaan yang ada di
dalam hati seseorang. Pada kalimat (15) pada kata kanashii ketika mendapat prefiks
konsonan depan /k/ menjadi /g/ . Pada kalimat (15) tidak terjadi perubahan jenis
Prefiks /TE–/ (手) menyatakan ‘sesuatu hal yang sangat atau menguatkan sesuatu
15) 彼は正当に手厳しい。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
Saringan :
SL : tekibishii
Kamus :
Contoh:
16) 手強い相手。EJJE.WEBLIO.JP
Tezuyoi aite.
DM :
強い 「テ+ツヨイ」「テ+ヅヨイ」 手強い
Saringan :
SL : tezuyoi
Kamus :
sekali)
Analisis Kata :
Pada kalimat (17) pada kata kibishii yang merupakan jenis kelas kata adjektiva-I (i-
keiyoushi) setelah mendapat prefiks /TE–/ (手) menjadi kata tekibishii yang tetap
diikutinya. Begitu pula pada kalimat (18) pada kata tsuyoi yang merupakan jenis
adjektiva-i (i-keiyoushi) yang mendapat prefiks /TE–/ (手) terbentuk menjadi tezuyoi
dan tetap merupakan jenis adjektiva-i (i-keiyoushi). Hanya saja pada kalimat (18)
perubahan bunyi konsonan depan terjadi, yaitu dari /ts/ menjadi /z/ setelah mendapat
prefiks /TE–/ (手). Hal ini merupakan kekhususan yang terjadi pada bahasa Jepang.
Prefiks /DO–/ (ど) menyatakan “sesuatu yang hebat”. Formulanya yaitu : Prefiks
17) そのどぎつい光は目に悪い。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Saringan :
SL : dogitsui
Kamus :
menyulitkan)
Contoh:
18) あのパーティーはどえらいパーティーだった。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Saringan :
SL : doerai
Kamus :
(erai = hebat, pandai, luar biasa) (do + erai) (doerai = sangat hebat)
Pada kalimat (19) pada kata kitsui yang merupakan adjektiva-I (i-keiyoushi) setelah
adjektiva-I (i-keiyoushi). prefiks /DO–/ (ど) hanya menguatkan maksud dari kata
yang diikutinya. Namun terjadi perubahan bunyi konsonan depan /k/ pada kata kitsui
menjadi /g/ menjadi gitsui akibat pelekatan prefiks /DO–/ (ど) tersebut. Pada kalimat
(20) pada kata erai yang merupakan jenis adjektiva-I (i-keiyoushi) yang mendapat
pelekatan prefiks /DO–/ (ど) yang membentuk kata doerai yang merupakan jenis
adjektiva-I (i-keiyoushi) dan tidak terjadi perubahan jenis kelas katanya. Pada kata
erai tidak terjadi perubahan bunyi vokal depannya. Hal ini hanya terjadi pada
19) 床にはどす黒く血がたまっていた。EJJE.WEBLIO.JP
KPK :
黒い 「ドス+クロイ「ドス+グロイ」 どす黒い
Saringan :
SL : dosuguroi
menghitam)
Analisis Kata :
Pada kalimat (21) terdapat kata dosuguroku yang berasal dari kata dosuguroi. Kata
dosuguroku pada bentuk /ku/ nya merupakan fungsi penerang kata benda/nomina.
Akhiran /i/ nya diganti dengan bentuk sambung /ku/. Kata dosuguroi yang
merupakan jenis adjektiva-I (i-keiyoushi ) berasal dari pembentukan kata kuroi yang
(どす) . Konsonan depan /k/ pada kata kuroi berubah menjadi /g/ menjadi guroi
Prefiks /WARU–/ (悪) menyatakan “sesuatu yang buruk atau jelek”. Formulanya
21) あの政治家は悪賢い。EJJE.WEBLIO.JP
/warugashikoi/
賢い 「ワル+カシコイ」「ワル+ガシコイ」 悪賢い
Saringan :
SL : warugashikoi
Analisis Kata :
Pada kalimat (22) terdapat kata warugashikoi yang merupakan hasil pembentukan
dari kata kashikoi yang merupakan jenis adjektiva-I (i-keiyoushi) dan pelekatan
prefiks /WARU–/ (悪) yang merupakan prefiks adjektiva yang menyatakan ‘sesuatu
yang buruk atau jelek’. Konsonan i depan /k/ pada kata kashikoi setelah mendapat
22) 彼に面会するのはたやすい。EJJE.WEBLIO.JP
KPK :
Saringan :
SL : tayasui
Kamus :
Pada kalimat (23) kata tayasui yang merupakan adjektiva-I (i-keiyoushi) terbentuk
dari kata yasui yang merupakan adjektiva-i (i-keiyoushi) dengan penambahan prefiks
/TA–/ (た) tidak merubah jenis kelas katanya, akan tetapi lebih untuk menyatakan
23) その子の行く末が空恐ろしい。EJJE.WEBLIO.JP
Saya merasa sangat cemas (ketakutan) dengan masa depan anak itu.
DM :
Saringan :
SL : soraosoroshii
Kamus :
yang sia-sia)
Analisis Kata :
Prefiks SORA–/ (空) merupakan prefiks yang menyatakan keadaan. Pada kalimat (24)
pada kata soraosoroshii yang terbentuk dari prefiks /SORA–/ ( 空 ) dengan kata
Contoh:
24) 生暖かい風が吹いてきた。EJJE.WEBLIO.JP
KPK :
暖かい「ナマ+アタタカイ」 生暖かい
SL : namaatatakai
Kamus :
Analisis Kata:
Pada kalimat (25) terdapat kata namaatatakai yang merupakan pembentukan yang
berasal dari prefiks /NAMA–/ (生) dengan kata atatakai yang merupakan adjektiva-I
mengikutinya, akan tetapi lebih sebagai prefiks yang menegaskan kata yang
mengikutinya.
morfem. Contoh:
25) 彼の物柔らかな話し方はとても説得力に富む。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
柔らかな「モノ+ヤワラカナ」 物柔らかな
Saringan :
SL : monoyawaraka na
lembut)
Contoh:
26) 彼は物静かな人で、良家の出だった。EJJE.WEBLIO.JP
Dia orang yang terkesan tenang, dan berasal dari keluarga baik-baik.
KPK :
静かな「モノ+シズカナ」 物静かな
SL : monoshizuka na
Kamus :
tenang)
Contoh:
EJJE.WEBLIO.JP
kanjirareru.
Ketika pertama kalinya jalan-jalan keluar negeri, saya merasa semua yang saya
KPK :
珍しい「モノ+メズラシイ」 物珍しい
Saringan :
SL : monomezurashii
aneh)
Analisis Kata :
Pada kalimat (27) terdapat kata monoyawaraka na yang berasal dari pembentukan
kata pada prefiks /MONO–/ ( 物 ) yang melekat pada kata yawaraka na yang
katanya dan pelekatan prefiks /MONO–/ (物) juga tidak merubah maknanya secara
total. Prefiks /MONO–/ (物) hanya sebagai penegasan suatu hal keadaan pada kata
yang mengikutinya. Begitu pula pada kalimat (28) pada kata monoshizuka na yang
terjadi akibat pembentukan yang berasal dari prefiks /MONO–/ (物) dengan kata
(29) kata monomezurashii yang berasal dari pembentukan yang terjadi antara prefiks
/MONO–/ (物) dengan kata mezurashii yang merupakan jenis adjektiva-i (i-keiyoushi)
a) Nomina (Meishi)
DM :
KPK :
Makna : sifat atau keadaan ’X’ yang menjadi seperti atau seolah-olah
色 → 色 + -っぽい → 色っぽい
色 「イロ+ッポイ」 色っぽい
Saringan :
SL : iroppoi
Kamus :
Analisis kata :
(meishi) menjadi kelas kata adjektiva (keiyoushi). Pada kalimat (29) terdapat kata iro
b) Verba (Doushi)
1&2, hal 94
Apakah karena mudah bosan, apapun yang dilakukan tidak pernah berlangsung
DM :
KPK :
Makna : sifat atau keadaan ’X’ yang menjadi seperti atau seolah-olah
Saringan :
SL : akippoi
Kamus :
(akiru = bosan, lelah) (aki + ppoi) (akippoi = mudah bosan, cepat lelah)
Akippoi yaitu ”sesuatu sifat yang menjadi seperti ’mudah bosan terhadap
sesuatu hal’”.
Analisis kata :
menjadi kelas kata adjektiva (keiyoushi). Silabel atau akhiran /-ru/ pada penanda kata
Pada kalimat (30) kata akiru (bosan. lelah) yang merupakan kelas kata kerja (verba)
c) Adjektiva (Keiyoushi)
atau ”seolah-olah” yang mempertegas bentuk sifat dari katanya. Formulanya yaitu :
31) 彼は安っぽいものを売る人です。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
安い → 安- → 安- + -っぽい → 安っぽい
安い 「ヤス+ッポイ」 安っぽい
Saringan :
SL : yasuppoi
Analisis kata :
adjektiva-i (i-keiyoushi). Pada adjektiva-i (i-keiyoushi) akhiran atau silabel /-i/ nya
(31) yaitu yasui yang merupakan kelas kata adjektiva-i (i-keiyoushi) dimana setelah
a) Nomina (Meishi)
Contoh:
32) 彼女はとても女らしい。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
Makna : sifat atau keadaan ’X’ yang menjadi seperti atau seolah-olah
女 「オンナ+ラシイ」 女らしい
Saringan :
SL : onnarashii
kewanita-wanitaan’”
Analisis kata :
adjetkiva-i (i-keiyoushi). Dimana pada kalimat (32) diatas yang merubah kelas kata
(32) berasal dari pembentukan kata onna yang merupakan kelas kata nomina yang
b) Adjektiva-na (na-keiyoushi)
Contoh:
33) 彼女は馬鹿らしい質問をされていらいらした。EJJE.WEBLIO.JP
Daftar
Morfem Adj-na Adj-pb Adj-pt Suf Adj-i
(DM)
KPK :
Makna : sifat atau keadaan ’X’ yang menjadi seperti atau kelihatan seperti”
馬鹿な「バカ+ラシイ」 馬鹿らしい
Saringan :
SL : bakarashii
bodoh)
Analisis Kata :
Pada kata bakarashii pada kalimat (33) berasal dari kata baka na (bodoh, konyol)
c) Adjektiva-i (i-keiyoushi)
Contoh:
34) 彼は寂しいらしいです。EJJE.WEBLIO.JP
Daftar
Morfem Adj-i Adj-pb Adj-pt Suf Adj-i
(DM)
KPK :
Makna : sifat atau keadaan ’X’ yang menjadi seperti atau kelihatan seperti”
Saringan :
SL : kibishiirashii
kelihatan disiplin)
Contoh:
35) その照明は本当に眩しいらしいです。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
KPK :
Makna : sifat atau keadaan ’X’ yang menjadi seperti atau kelihatan seperti”
Saringan :
SL : mabushiirashii
Kamus :
menyilaukan)
Analisis kata :
い)juga befungsi membentuk kelas kata adjektiva. Pada contoh kalimat (34) dan
(35) diatas dimana keduanya merupakan jenis kelas kata adjektiva-i (i-keiyoushi)
memperkuat maksud.
い).
Kata kerja atau verba (doushi) yang mendapat penambahan sufiks /-SHII/ (-し
(berharap), dan lainnya. Kata kerja golongan I dengan akhiran /-u/, misalnya :
Contoh:
KPK :
/konomu/ /kono-/ + /-mu/ /kono-/ + /-ma/ akhiran vokal /u/ menjadi /a/
/konomashii/
好む「コノ+マ+シイ」 好ましい
Saringan :
SL : konomashii
Contoh:
DM :
KPK :
/a/
/hohoemashii/
ほほえむ「ホホエ+マ+シイ」 ほほえましい
Saringan :
SL : hohoemashii
Kamus :
menyenangkan)
Contoh:
hujan.
KPK :
/nozomu/ /nozo-/ + /-mu/ /nozo-/ + /-ma/ akhiran vokal /u/ menjadi /a/
望む「ノゾ+マ+シイ」 望ましい
Saringan :
SL : nozomashii
Contoh:
DM :
KPK :
煩う「ワズラ+ワ+シイ」煩わしい
Saringan :
SL : wazurawashii
Kamus :
rumit)
Contoh:
1&2, hal 91
Katanya disuruh minum obat ini, tetapi benar atau tidaknya saya masih curiga.
KPK :
/utagau/ /utaga-/ + /-u/ /utaga-/ + /-wa/ akhiran vokal /u/ menjadi /a/
疑う → 疑う - → 疑わ - + -しい → 疑わしい
疑う「ウタガワ+シイ」 疑わしい
Saringan :
SL : utagawashii
ragu-ragu)
Contoh:
DM :
KPK :
/sawagu/ /sawa-/ + /-gu/ /sawa-/ + /-ga/ akhiran vokal /u/ menjadi /a/
騒ぐ「サワガ+シイ」騒がしい
Saringan :
SL : sawagashii
Kamus :
Contoh:
90
Karena ada murid yang namanya sama dalam kelas, jadi bingung.
KPK :
dihilangkan dan menjadi /rawa/, ini merupakan salah satu kekhususan dalam
bahasa Jepang
紛れる「マギラワ+シイ」紛らわしい
Saringan :
Kamus :
(magirawashii = bingung)
Contoh:
Pada bulan 12 (desember) karena ada banyak hal yang dilakukan, setiap
DM :
KPK :
慌てる「アワタダ+シイ」 慌ただしい
Saringan :
SL : awatadashii
Kamus :
buru)
Analisis kata :
Pembentukan kelas kata adjektiva yang berasal dari kelas kata lain disebut keiyoushi
teki. Dalam hal ini ditunjukkan pada kalimat (38), (39) (40) dan (41). Sufiks/
(doushi) menjadi kelas kata adjektiva (keiyoush). Kelas kata verba yang terbagi atas
golongan I, II dan III dapat berubah menjadi kelas kata adjektiva hanya dengan
い) pada kelas kata verba akan mengakibatkan vokal terakhir pangkal kata dari
verba-nya berubah menjadi /a/. Untuk verba golongan I, akhiran vokal belakangnya
diganti menjadi vokal /a/ kemudian ditambahkan akhiran /–SHII/ (-しい). Untuk
verba golongan II, RU nya dihilangkan, sehingga akar kata-nya saja berubah menjadi
/a/ kemudian ditambah akhiran /–SHII/ (-しい). Jadi setiap kata yang mendapat
(-ましい).
a) Adjektiva-i (i-keiyoushi)
Contoh:
1) 何という浅ましいことをしたのだろう。EJJE.WEBLIO.JP
KPK :
Makna : sifat atau keadaan ’X’ menjadi sesuatu atau keadaan sesuatu”
浅い 「アサ+イ+マシイ」「アサ+マシイ」 浅ましい
Saringan :
SL : asamashii
kedudukan)
asamashii yaitu ”sesuatu sifat atau keadaan yang’’keji, tercela, hina, rendah ”.
kata dasar (infiks). Pada sisipan bahasa Jepang hanya terdapat pada kelas kata verba
(doushi). Pada adjektiva bahasa Jepang terdapat beberapa contoh sisipan seperti :
見る「ミ+エ+ル」 見える
煮る「ニ+エ+ル」 煮える
聞く「キコ+エ+ル」 聞こえる
Melihat contoh di atas dapat dianalisis bahwa pada bentuk sisipan bahasa
Jepang disisipkan fonem /e/ kemudian diikuti akhiran dalam bentuk kamus /ru/. Pada
bentuks (a) dan (b) karena merupakan kata kerja golongan II yang memiliki akhiran
saja. Akan tetapi pada bentuk (c) pada kata kiku yang merupakan kata kerja golongan
I bentuk akhiran pada morfem terikat /ku/ berubah bunyi menjadi /ko/. Kemudian
ditambahkan sisipan /e/ dan akhiran dalam bentuk kamus /ru/ sehinggga kata kiku
yang merupakan kata kerja golongan I setelah mendapat sisipan /e/ menjadi kikoeru
dan memiliki akhiran bentuk kamus /ru/ seperti kata kerja golongan II.
onomatope juga merupakan unsur yang mengalami proses ulangan. Dalam bahasa
(-) yaitu sebagai penanda bentuk kata ulang misalnya : makan-makan, jalan-jalan, dan
utuh digunakan tanda /々/ sebagai penanda bentuk kata ulangnya. Akan tetapi dapat
juga dengan tetap menuliskan ulang secara utuh katanya. Kozumi (1993: 108-109)
membagi reduplikasi menjadi dua, yaitu : reduplikasi dasar dan reduplikasi afiks.
Reduplikasi yang terjadi akibat proses afiksasi khususnya pada kelas kata
adjektiva bahasa Jepang tidak terlalu rumit dalam proses pembentukan katanya.
Reduplikasi atau pengulangan kata yang dapat membentuk adjektiva dengan proses
(-しい) berfungsi untuk membentuk sebuah kelas kata adjektiva-i (i-keiyoushi) yang
memiliki arti ”menjadi sangat, menjadi seperti, kelihatan seperti”. Pengulangan kelas
SHII/ (-しい).
Reduplikasi verba dengan penambahan sufiks /-SHII/ (-しい) yang dapat membentuk
1) 近所で何か事件があったらしく、朝から騒々しい。AVB-LVL-1&2, hal-
92
sudah ribut(berisik).
KPK :
騒「『ソウ+ソウ』+シイ」「『ソウ+ゾウ』+シイ」 騒騒し
い atau 騒々しい
Saringan :
SL : souzoushii
Contoh:
2) 初めて会った人に「秋ちゃん」だなんて、馴れ馴れしい 。AVB-LVL-
1&2, hal-92
DM :
KPK :
しい
Saringan :
SL : narenareshii
Kamus :
tamah)
Contoh:
3) 彼女の習ったばかりの英語でたどたどしく あいさつした。AVB-LVL-
1&2, hal-92
Dia memberi salam dengan terbata-bata dengan bahasa Inggris yang baru saja
dipelajarinya.
DM :
KPK :
Saringan :
SL : tadotadoshii
Kamus :
bata, terhuyung-huyung)
Contoh:
4) 山の朝の空気は本当にすがすがしい。AVB-LVL-1&2, hal-92
DM :
Daftar
Morfem V Vpb - V-Red Suf Adj-i
(DM)
すが「『スガ+スガ』+シイ」 すがすがしい
Saringan :
SL : sugasugashii
Kamus :
segar, nyaman)
dengan cara menambahkan sufiks /-SHII/ (-しい), hampir sama dengan pengulangan
ini :
DM :
KPK :
Saringan :
SL : omoomoshii
Kamus :
bermartabat)
Contoh:
6) 人の悪口を軽々しく言うな。AVB-LVL-1&2, hal-92
DM :
軽 い 「『カル+カル』+シイ」『カル+ガル』+シイ」 軽軽し
い 軽 々しい
Saringan :
SL : karugarushii
Kamus :
7) 白々しいお世辞はやめてください。AVB-LVL-1&2, hal-92
DM :
KPK :
白「『シラ+ジラ』+シイ」白白しい 白々しい
SL : shirajirashii
Kamus :
Contoh:
8) 新人社員は見ていて初々しい。AVB-LVL-1&2, hal-92
DM:
Saringan :
SL : uiuishii
Kamus :
(uii = pertama, baru) [ (ui + ui) + shii ] (uiuishii = tidak berdosa. polos)
Contoh:
9) まだしつこく馬鹿馬鹿しい話を聞かせようってんなら、犬をけかしかけ
るぞ!。EJJE.WEBLIO.JP
kekashikakeruzo!
DM :
KPK :
/baka na/ /baka/ + /-na/ akhiran /-na/ atau /-da/ nya dihilangkan
鹿々しい
SL : bakabakashii
Kamus :
Analisis kata :
Pada contoh kata yowayowashii dan araarashii keduanya merupakan adjektiva-i (i-
keiyoushi) yang terjadi akibat pembentukan kata dengan reduplikasi afiksasi dengan
penambahan sufiks /-SHII/ ( しい). Pada kalimat kata yowayowashii berasal dari
pengulangan kata yowai. Akhiran /i/ pada kata yowai dihilangkan kemudian
ditambahkan sufiks /-SHII/ (しい). Pada contoh kata bakabakashii yang terbentuk
dari kata baka na yang merupakan jenis adjektiva-na (na-keiyoushi), akhiran /na/ atau
/da/ nya dihilangkan kemudian kata baka diulang setelah itu ditambahkan sufiks /-
SHII/ (しい). Hal ini mengakibatkan perubahan jenis kata pada kata bakabakashii
membentuk adjektiva-i (i-keiyoushi) hampir sama dengan pengulangan kata pada kata
kerja maupun kata sifat yaitu pengulangan morfem bebas ditambah sufiks /-SHII/ (-し
い). Contoh:
LVL-1&2, hal-92
dengan saya.
DM :
しい
Saringan :
SL : yosoyososhii
Kamus :
dingin)
Keiyoushi)
menggunakan garis penghubung (-) yaitu sebagai penanda bentuk kata ulang
penanda bentuk kata ulangnya. Akan tetapi dapat juga dengan tetap menuliskan ulang
Pada bentuk reduplikasi bahasa Jepang seperti tanda (々) ini memang lebih banyak
dipakai bila dibandingkan dengan mengulang katanya secara utuh. Tanda (々) ini
dinilai lebih praktis dan menghemat penulisan. Misalnya : 様々な atau さまざま
1) いろいろな意見。EJJE.WEBLIO.JP
Iroiro na iken
Bermacam-macam pendapat
DM :
Saringan :
SL : iroiro na
Kamus :
Contoh:
2) 様々な 風景。EJJE.WEBLIO.JP
Samazama na keshiki
KPK :
menjadi /z/
zama/ } + /-na/
/samazama na/
ざまな
Saringan :
SL : samazama na
Kamus :
macam)
Contoh:
3) 一生に食事したが、別々に払った。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Saringan :
SL : betsubetsu na
Kamus :
masing,sendiri-sendiri)
terpisah-pisah’ ”
satu kata baru. Dalam bahasa Jepang, menurut Koizumi (1993:109) adalah
Contoh:
1) 粘り強い性格なので、面倒でも完成するまでやめない。AVB-LVL-1&2,
hal 94
Karena sifatnya yang gigih, meskipun merepotkan, tidak akan berhenti sampai
berhasil.
DM :
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Hasil Pembentukan Kata
Kamus Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
「粘り+強い」「ネバリ+ツヨイ」 粘り強い
Saringan :
SL : nebaritsuyoi
Kamus :
(nebaritsuyoi = gigih)
Contoh:
2) 面倒な仕事でも少しずつ根気強くやれば、いつかは終わる。AVB-LVL-
1&2, hal 95
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Hasil Pembentukan Kata
Kamus Bentuk Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
KPK :
/konki-/ + /-tsuyo/ + /-i/ konsonan depan /ts/ pada kata tsuyoi berubah
menjadi /z/
「根気+強い」「コンキ+ツヨイ」「コンキ+ズヨイ」 根気強
Saringan :
SL : konkizuyoi
Contoh:
3) 名高い画家。EJJE.WEBLIO.JP
Nadakai gaka.
DM :
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Hasil Pembentukan Kata
Kamus Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
KPK :
/na-/ + /-taka/ + /-i/ konsonan depan /t/ pada kata takai berubah menjadi /d/
「名+高い」「ナ+タカイ」「ナ+ダカイ」 名高い
Saringan :
SL : nadakai
Kamus :
terkenal)
Contoh:
4) 彼は機嫌が取り難い。EJJE.WEBLIO.JP
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Hasil Pembentukan Kata
Kamus Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
KPK :
“torimasu” dihilangkan
Saringan :
SL : torinikui
Contoh:
5) 私は彼に会うのが待ち遠しい。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Hasil Pembentukan
Kamus Kamus Kata
(Jishokei) (Jishokei) (Gokeisei)
KPK :
nya dihilangkan
/machi-/ + /-masu/ + /-tooshi/ + /-i/ konsonan depan /t/ pada kata “tooshii’
「マチ+ドオシイ」 待ち遠しい
Saringan :
SL : machidooshii
Kamus :
6) 本の筋は、単に信じ難い。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Hasil Pembentukan Kata
Kamus Bentuk Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
KPK :
/shinji-/ + /-ru/ + /-kata/ + /-i/ akhiran /-ru/ pada kata “shinjiru” dihilangkan
/shinji-/ + /-kata/ + /-i/ konsonan depan /k/ pada kata “katai’ berubah
menjadi /g/
/-i/ /shinjigatai/
Saringan :
SL : shinjigatai
Kamus :
Contoh:
7) 細長い机。EJJE.WEBLIO.JP
Hosonagai tsukue.
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Hasil Pembentukan Kata
Kamus Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
KPK :
/hoso-/ + /-i/ + /naga-/ + /-i/ akhiran /-i/ pada kata “hosoi” dihilangkan
細長い
Saringan :
SL : hosonagai
memanjang)
Contoh:
1) 小柄で色白な愛嬌のある顔をしていた。EJJE.WEBLIO.JP
Dia punya wajah yang mungil dengan (kulit) putih bersih mempesona.
DM :
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Hasil Pembentukan Kata
Kamus Bentuk Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
/iro-/ + /-shiroi/ + /-na/ /iro-/ + /-shiro/ + /-i/ + /-na/ pada kata “shiroi”
/iro-/ + /-shiroi/ + /-na/ /iro-/ + /-shiro/ + /-i/ + /-na/ konsonan depan /sh/
「色 + 白」「イロ+シロ+ナ」「イロ+ジロ+ナ」 色白な
Saringan :
SL : irojiro na
Kamus :
(iro = warna) + (shiroi = putih) (iro + jiro) (irojiro = putih bersih, adil)
Contoh:
2) 猫はとてもきれい好きな動物だ。EJJE.WEBLIO.JP
DM :
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Hasil Pembentukan Kata
Kamus Bentuk Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
KPK :
/kirei-/ + /-suki/+ /-na/ konsonan depan /s/ pada kata “suki” berubah menjadi
/z/
れい好きな
Saringan :
SL : kireizuki na
Kamus :
kebersihan)
Contoh:
LVL-1&2, hal 95
Karena dikatakan kapanpun ingin selalu menang untuk itu perlu sikap pantang
Kata Pangkal (Kp) dalam Bentuk Kata Pangkal (Kp) dalam Hasil Pembentukan Kata
Kamus Bentuk Kamus (Gokeisei)
(Jishokei) (Jishokei)
KPK :
/kachi-/ + /-masu/ + /-ki/ + /-na/ bentuk penanda verba pada akhiran /masu/
dihilangkan
Saringan :
Kamus :
Perubahan bentuk kata disebut juga konjugasi. Konjugasi dalam bahasa jepang
morfem terikat pada adjektiva bahasa Jepang (keiyoushi). Morfem terikat (結合形態
atas : Penggabungan antara morfem bebas sebagai kata dasarnya ditambah dengan
imbuhan/afiks sebagai morfem terikatnya. Afiks adalah bentuk terikat yang bila
ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya Morfem terikat
dengan pembentukan antara morfem bebas + morfem terikat ini yaitu morfem yang
fungsinya dalam kalimat. Begitu pula dengan adjektiva (keiyoushi) yang memiliki
fungsi dalam suatu kalimat utuh. Berikut ini adalah fungsi adjektiva dalam kalimat.
kemungkinan kecil).
lain-lain.
atau bentuk dasar kata itu sendiri. Dalam perubahan bentuk kamus ini, adjektiva-nya
tidak mengalami perubahan bentuk kata dasarnya. Jadi dapat dikatakan bentuk kamus
(jishoukei) suatu adjektiva bahasa Jepang akan tetap menjadi kata dasar pada kata
Dalam i-keiyoushi perubahan dalam bentuk kamus tidak ada. Silabelnya tetap
berakhiran /i/ (い) yang juga merupakan bentuk dasarnya. Contohnya, kata’takai’(高
日本は物価が高い。MNN-I, hal-164
高い い 「タカ+イ」 高い い
b. na-keiyoushi
Dalam na-keiyoushi pun sama dengan i-keiyoushi, yaitu dalam bentuk kamus
私は相撲が好きだ。MNN-I, hal-166
Perubahan dalam bentuk mizenkei, yaitu perubahan bentuk kata sifat yang
mencakup kemungkinan dan juga menyatakan bahwa aktivitas atau tindakannya belum
a. i-keiyoushi
Dalam i-keiyoushi, perubahan yang terjadi adalah silabel /i/ (い) berubah
menjadi silabel /karou/. Contohnya, kata ’oo-i’ yang makna leksikalnya ’besar,
Contoh:
今日は多かろう、雨が降りそうだ。EJJE.WEBLIO.JP
b. na-keiyoushi
Dalam na-keiyoushi, perubahan yang terjadi adalah silabel /na/ (な) menjadi
silabel /darou/ (だろう). Contohnya, kata ’kirei-na’ yang makna leksikalnya ’cantik’
このスタイルはきれいだろう。EJJE.WEBLIO.JP
/kirei na/ /kirei-/ + /-na/ akhiran /na/ atau /da/ nya dihilangkan
きれいな 「キレイ+ダロウ」きれいだろう
akhir kalimat.
perubahan jika terdapat diakhir kalimat, hanya cukup ditambahkan akhiran /-desu/
(です) atau dalam bentuk bahasa biasa/sehari yang berakhiran /-da/ (だ) jika terdapat
dalam suatu kalimat. Contohnya, kata’naga-i’ yang makna leksikalnya ’panjang’, jika
diletakkan dalam akhir suatu kalimat maka cukup ditambahkan akhiran /-desu/ atau
仕事は忙しいですか。MNN-II, hal 53
bentuk /-da/
忙し い 「イソガシ+イ+デス」忙しいですatau 忙しいだ
b. na-keiyoushi
Dalam na-keiyoushi silabel /na/ tidak digunakan atau hilang dalam suatu akhir
kalimat dan ditambahkan akhiran-desu (です) atau akhiran-da (だ), contohnya kirai-
na yang makna leksikalnya benci berubah menjadi ’kirai desu’ atau ’kirai da’. Tapi
leksikalnya ’perlu’ dalam bentuk biasa akan tetap ’hitsuyou-da’, tapi dalam bentuk
a. パーチイーの準備に10にんは必要です。MNN-II, hal-138
/hitsuyou na/ /hitsuyou-/ + /-na/ akhiran /na/ atau /da/ nya dihilangkan
必要な 「ヒツヨウ+デス」必要です
pengandaian. menyatakan makna pengandaian, dan merupakan perubahan bentuk kata yang diikuti
/--ba/.
a. i-keiyoushi
忙しい 「イソガシ+ケレバ」忙しければ
b. na-keiyoushi
ひまな 「ヒマ+ナラバ」ひまなら
Perubahan dalam bentuk rentaikei, yaitu perubahan bentuk kata sifat yang
a. i-keiyoushi
Dalam i-keiyoushi silabel /i/ (い) tidak mengalami perubahan bentuk, hanya
すばらしい夢ですね。MNN-II, hal 11
Dalam na-keiyoushi silabel /na/ (な) tidak hilang setelah diikuti oleh nomina
(meishi). Tetapi silabel /da/ (だ) tidak termasuk, yang ada hanya silabel /na/ (な).
Contoh:
きれいな 「キレイ+ナ」
Renyoukei yaitu menyatakan kemajuan atau kelanjutan suatu aktivitas yang sudah terjadi.
Perubahan dalam bentuk renyoukei yang memiliki berbagai perubahan bentuk yaitu :
a. i-keiyoushi
silabel /katta/ (かった). Contohnya, kata ’atsu-i’ yang makna leksikalnya ’panas’
b. na-keiyoushi
Dalam na-keiyoushi mengalami perubahan bentuk dari silabel /na/ (な) atau
楽しかったけど、大変でした。MNN-II, hal-99
/taihen na/ /taihen-/ + /-na/ akhiran /na/ atau /da/ nya dihilangkan
a. i-keiyoushi
menjadi silabel /ku/ (く)yang biasanya diikuti kata lain. Contohnya, ’aka-i’ yang
makna leksikalnya ’merah’ berubah menjadi ’aka-ku’. Jika digunakan dalam kalimat
atau kata biasanya diikuti kata lain, seperti : akaku natte (menjadi merah). Contoh:
白ワインに赤ワインをいれると、ワインは赤く なってしまいます。
(MNN-II, hal-83)
Shiro wain ni aka wain wo ireru to, wain wa akaku natte shimaimashita.
Kalau dimasukkan anggur (wine) merah ke dalam anggur (wine) putih, anggur
赤い 「アカ+ク+ナッテ」赤くなって
b. na-keiyoushi
silabel /da/ (だ) hilang dan menjadi silabel /ni/ (に) yang termasuk dalam partikel
(joudoushi). Jika digunakan dalam kalimat maka akan diikuti dengan kata lain.
menjadi ’taisetsu-ni’. Jika digunakan dalam kalimat atau kata biasanya diikuti kata
lain. Contoh:
Mari kita gunakan air dan listrik dengan hati-hati (berharga, penting).
berharga)
/taisetsu na/ /taisetsu-/ + /-na/ akhiran /na/ atau /da/ nya dihilangkan
大切な 「タイセツ+ニ」大切に
a. i-keiyoushi
Dalam i-keiyoushi mengalami perubahan bentuk dari silabel /i/ (い) berubah
面白い 「オモシロ+クナイ」面白くない
b. na-keiyoushi
Dalam na-keiyoushi mengalami perubahan bentuk dari silabel /na/ atau silabel
/da/ berubah menjadi silabel /dewa-nai/ (ではない) atau /ja-nai/ (じゃない) yaitu
スポーツはあまり好きじゃないんです。(MNN-II, hal.2)
/suki na/ /suki-/ + /-na/ akhiran /na/ atau /da/ nya dihilangkan
好きな 「スキ+ジャナイ」好きじゃない
a. i-keiyoushi
Dalam i-keiyoushi mengalami perubahan bentuk dari silabel /i/ (い) berubah
問題が難しくて、わかりません。MNN-II, hal-122
難しい 「ムズカシ+クテ」難しくて
Dalam na-keiyoushi mengalami perubahan bentuk dari silabel /na/ (な) atau
silabel /da/ (だ) menjadi silabel /de/ (で). Contohnya, kata ’kirei-na’ yang makan
Contoh:
135)
Disitu, tinggal seorang putri yang baik hati, dan sangat cantik
/kirei na/ /kirei-/ + /-na/ akhiran /na/ atau /da/ nya dihilangkan
きれいな 「キレイ+デ」きれいで
a. i-keiyoushi
Dalam i-keiyoushi mengalami perubahan bentuk dari silabel /i/ (い) berubah
menjadi silabel /u/ (う) ditambah dengan kata ’gozaimasu’ (ございます) sebagai
bentuk halus. Contohnya, kata ’oo-i’ yang makna leksikalnya ’banyak’ berubah
ざいます). Contoh:
見るべきところも 多うございます。
b. na-keiyoushi
Dalam na-keiyoushi mengalami perubahan bentuk dari silabel /na/ (な) atau
silabel /da/ (だ) berubah menjadi silabel /de/ (で). Kemudian jika silabel /de/ (で)
ditambah dengan kata ’gozaimasu’ (ございます) akan menjadi suatu pola bentuk
マイ-さんは上手でございます。
/jouzu na/ /jouzu-/ + /-na/ akhiran /na/ atau /da/ nya dihilangkan
gozaimasu/
上手な 「ジョウズ+デ+ゴザイマス」上手でございます
Jepang
Hasil temuan penelitian yang diperoleh dari proses pembentukan kata pada
prefiks (settouji) bahasa Jepang, dan untuk memudahkan pemahaman pembaca, maka
dibuatlah tabel. Tabel 4.3.1.1.2. Proses Afiksasi dengan Pelekatan Sufiks pada
keiyoushi) dibuatlah sebuah tabel hasil. Tabel 4.3.1.2.1. Hasil proses pembentukan
adjektiva dengan proses pemajemukan (fukugo) dengan membuat sebuah tabel hasil.
Jepang
病気な (byouki-da = sakit) berdasarkan pola bentuk positif dan bentuk negatif,
bentuk sekarang dan bentuk lampau, serta bentuk biasa dan bentuk formal/sopan
atau ‘yoi’ yang makna leksikalnya ‘baik, bagus’. Dalam bahasa Jepang kata ‘ii’ atau
‘yoi’ khusus pada kata ini sedikit berbeda dibandingkan adjektiva lainnya. Berikut
adalah Tabel 4.3.2.b Pembentukan dan perubahan bentuk pada kata いい(ii = baik,
bagus) atau 良い(yoi = baik, bagus) yang merupakan kelas kata adjektiva-i (i-
keiyoushi).
Adjektiva-i (i-keiyoushi)
(い形容詞)
Bentuk Sekarang Bentuk Lampau
(非過去) (過去)
Bentuk Biasa Ii yokatta
(普通) (baik, bagus) (baik, bagus)
(いい) (よかった)
yokunai yokunakatta
(tidak baik, tidak bagus) (tidak baik, tidak bagus)
(よくない) (よくなかった)
Bentuk ii desu yokatta desu
Formal/Sopan (baik, bagus) (baik, bagus)
(丁寧) (いいです) (よかったです)
keiyoushi) dengan menggunakan contoh kata : kuroi (hitam), dan adjektiva-na (na-
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang ada. Penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
bentuk menyatakan kemajuan atau kelanjutan suatu aktivitas yang sudah terjadi),
bahasa Jepang hampir sama dengan jenis perubahan verba (doushi), tetapi
tidak ada perubahan ke dalam bentuk bentuk perintah (meireikei). Hal ini
yaitu
tidak dapat merubah jenis kelas katanya. Prefiksasi pada adjektiva-i (i-
/k/ berubah menjadi /g/, /s/ menjadi /j/ dan /ts/ menjadi /z/, /h/ menjadi /p/,
/f/ dan /b/ , /t/ menjadi /d/. Namun pada vokal depan seperti /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/ pada katanya tidak mengalami perubahan bunyi. Hal inilah yang
b. Sufiks bahasa Jepang yang dapat membentuk kelas kata adjektiva-i (i-
RASHII/ dapat merubah kelas kata lain seperti verba dan nomina menjadi
penggabungan dengan jenis kelas kata lainnya seperti dengan kelas kata
5.2.Saran
1) Penelitian dalam kajian pembentukan kata (gokeisei) dan perubahan bentuk kata
kajian ilmu morfologi bahasa Jepang harus lebih sering dilakukan oleh para
peneliti yang mempelajari bahasa Jepang yang berasal dari Indonesia yang
akan menjadi sumber informasi maupun ilmu pengetahuan bagi para pelajar
2) Bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui bahasa Jepang, maka perlu untuk
mempelajari kajian ilmu morfologi bahasa Jepang. Kajian pembentukan kata dan
perubahan bentuk kata khususnya kelas kata adjektiva bahasa Jepang perlu untuk
dipelajari sebagai salah satu dasar dari mempelajari ilmu bahasa Jepang.
Daulay, Lelita Sari. 2009. Analisis In On Koutai Bahasa Jepang ditinjau dari segi
Morfofonemik. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara
Hasibuan, Adriana. 2003. Analisis Morfologi Verba Bahasa Jepang. Thesis. Medan :
Universitas Sumatera Utara
Iori, Isao. 2000. Nihonggo Bunpou Hando Bukku. Tokyo : Suriee Neeto Waaku
Koizumi, Masatoshi. 1993. Object agreement phrases and the split VP hypothesis. In
Papers on Case and Agreement I: MIT working papers in linguistics 18, 99-
148.
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
Matsuoka, Takashi dan Takubo Yukinori. 1993. Kiso Nihongo Bunpou. Tokyo:
Kuroshio Shuppan
Matsuoka, Takashi dan Takubo Yukinori. 1999. Kiso Nihongo Bunpou. Tokyo:
Kuroshio Shuppan
Nomoto, Kikuo. 1988. Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa
Indonesia. Tokyo : Kokuritsu Kokugo Kekyusho
Renariah. 2005. Afik (suffik) bahasa Jepang yang menyatakan “orang”. Jawa Barat :
Jurnal Media Komunikasi
Saputra, Arif Eko. 2004. Analisis Konstraktif Afiksasi Jepang dan Bahasa Indonesia
Ditinjau dari Segi Morfologi, Skripsi. Medan : USU
Simpen, I Wayan. 2008. Afiksasi Bahasa Bali :Sebuah kajian morfologi Generatif’.
Bali : Universitas Udayana
Sudjianto, dan Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta :
Kesaint Blanc
Tanaka, Yone. 2002. Minna no Nihonggo (Shokyuu I). Surabaya : Pustaka Lintas
Budaya. Seri A Network
Tomomatsu, Etsuko, dkk. 1996. Donna Toki Dou Tsukau Nihonggo Hyogen Bunkei
500 : 500 Essential Japanese Expression : A Guide to Correct Usage of Key
Sentence Patterns. Tokyo : ALC
Ueda, Masanobu. On the Scientific Nature of Generative Grammar (N. Chomsky, The
Generative Enterprise Revised: Discussions with R. Huybregts, H. van
Riemsdijk, N. Fukui and M. Zushi, With a New Foreword by N. Chomsky).
23:2 (2006), 593-606
Vance, Timothy J. 1993. Prefiks dan Sufiks dalam Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint
Blanc
Klarifikasi Istilah :
3 拍形容詞
●●○型の形容詞 ( あか い ・ あこ う ・ あか かった となる類。 他の活用形
は こちらを参照 )
あかい【赤い】 ・ あかい【明い】 ・ あさい【浅い】 ・ あつい【厚
い】 ・ あまい【甘い】 ・ あらい【荒い・粗い】 ・ うすい【薄
い】 ・ うとい【疎い】 ・ おそい【遅い】 ・ おもい【重い】 ・ かた
い【堅い・硬い】 ・ かたい【難い】 ・ かるい【軽い】 ・ きつい ・
くどい ・ くぼき【窪き】 ・ くらい【暗い】 ・ さくい ・ すごい【凄
い】 ・ すぼき【窄き】 ・ つらい【辛い】 ・ とおい【遠い】 ・ まる
い【丸い・円い】
●○○型の形容詞 ( し ろい ・ し ろ う ・ し ろ かった となる類。 他の活用
形は こちらを参照 )
あおい【青い】 ・ あしい【悪しい】 ・ あつい【暑い・熱い】 ・ い
しい【美しい】 ・ いたい【痛い・甚い】 ・ うまい【美い・旨い】 ・
うまい【上手い】 ・ えらい【偉い】 ・ おおい【多い】 ・ おしい
【惜しい】(※●●○とも) ・ かゆい【痒い】 ・ からい【辛い・苛い・
酷い】 ・ きよい【清い】 ・ くさい【臭い】 ・ くろい【黒い】 ・ け
しき【怪しき】 ・ ごとし【如し】 ・ こわい【恐い・強い】 ・ さむ
い【寒い】 ・ しぶい【渋い】 ・ しろい【白い】 ・ せまい【狭
い】 ・ たかい【高い】 ・ たけき【猛き】 ・ ちかい【近い】 ・ つよ
い【強い】 ・ ながい【長い・永い】 ・ にがい【苦い】 ・ にくい
【憎い】 ・ にぶい【鈍い】 ・ ぬるい【温い】 ・ はやい【早い・速
い】 ・ ひくい【低い】 ・ ひろい【広い】 ・ ふかい【深い】 ・ ふと
い【太い】 ・ ふるい【古い】 ・ ほしい【欲しい】 ・ ほそい【細
い】 ・ むごい【惨い・酷い】 ・ もろい【脆い】 ・ やすい【安い・
易い】 ・ ゆるい【緩い】 ・ よわい【弱い】 ・ わかい【若い】 ・ わ
るい【悪い】
4 拍形容詞
●●●○型の形容詞 ( とうと い ・ とうと う ・ とうと かった となる類。 他
の活用形は こちらを参照 )
あかるい【明るい】 ・ あやうい【危うい】 ・ あやしい【怪しい】 ・
いやしい【賤しい】 ・ おもたい【重たい】 ・ かなしい【悲しい】 ・
けむたい【煙たい】 ・ とうとい【尊い】 ・ ねむたい【眠たい】 ・
むなしい【空しい】(※●●○○とも) ・ やさしい【優しい】(※●●○○と
も) ・ よろしい【宜しい】 ・ わびしい【侘しい】