Anda di halaman 1dari 75

1

NOMINALISASI DALAM BAHASA MELAYU DELI

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan oleh:

HARIATI SIMANULLANG
100702005

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Universitas Sumatera Utara


2

Universitas Sumatera Utara


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan

karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Judul skripsi ini “ Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli”. Bab I :

Pendahuluan, Bab II : Tinjauan Pustaka, Bab III : Metode Penelitian, Bab IV :

Pembahasan, Bab V : Kesimpulan dan Saran.

Judul ini dipilih karena penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang Nominalisasi dalam Bahasa Melayu Deli. Terwujud skripsi ini

bukanlah semata-mata jerih payah penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah

memberikan bantuan moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan maupun kelemahan yang ada

dalam skripsi ini. Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran

dan kritikan yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Februari 2015


Penulis,

Hariati Simanullang
Nim : 100702005

Universitas Sumatera Utara


4

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan

Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan berkah untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga selesai. Penulis juga menyadari bahwa

dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, dukungan,

bimbingan, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara. Bapak Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan

II, Pembantu Dekan III, serta seluruh staff dan pegawai dijajaran Fakultas

Ilmu Budaya.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra

Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta seluruh

staff dan jajaran pegawai yang di Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum, selaku Sekretaris jurusan Departemen

Sastra Daerah, Dosen Pembimbing Akademik dan sekaligus Dosen

Pembimbing skripsi II yang telah membimbing penuh kesabaran,

kebaikan, dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Baharuddin, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan juga meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran demi selesainya skripsi ini.

ii

Universitas Sumatera Utara


5

5. Ibu Drs. Rozana Mulyani, M. Hum dan Ibu Drs. Asriati Purba, M. Hum

selaku Dosen penguji yang telah menguji dan telah memberikan masukan

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yang teristimewa kepada Ayahanda Sondi Simanullang dan Ibunda

tercinta Kemseria Hasugian, yang telah banyak berkorban baik dalam

materi, tenaga dan pikiran. Serta telah banyak melimpahkan kasih sayang

dan doa kepada penulis sedari kecil sampai dengan sekarang sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana dari

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Saudara-saudaraku Yessi Simanullang, Edy Sandro Simanullang, Sucipto

Karso Wanry Simanullang, S.SI dan Royani lisma Simanullang, S.SI, yang

penuh dengan kesabaran dan kasih sayang selalu memberikan dorongan,

semangat, dan serta do‟a.

8. Kepada Masyarakat Desa Klambir Lima Kampung dan Bapak Kepala

Desa yang telah memberikan respon yang baik kepada penulis dalam

pengumpulan data di lapangan hingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Mahasiswa/I stambuk 2010 seperjuangan Desi Junita

Simanjuntak, Friska Tamba, Fani Sihombing, Elvy Ria Uli Saragih,

Cherly, dan yang tidak bisa kusebut satu persatu dan seluruh anak

IMSAD terima kasih penulis ucapkan atas bantuan dan dorongan serta doa

yang diberikan kepada penulis.

10. Kepada Juli Chandra Sitompul yang selalu mendukung dengan doa dan

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

iii

Universitas Sumatera Utara


6

11. Sahabatku Laura Angelita Sebayang, terimakasih telah membantu penulis

hingga selesainya skripsi ini.

12. Kepada Adinda Mia Stambuk 2013 terimakasih telah membantu

menemani diwaktu penelitian.

Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini, yang telah

membantu penulisan dan proses studi. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa

senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak

kepada penulis. Penulis menyadari akan keterbatasan penulis, maka hasil

penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan

masukan dari berbagai pihak diharapkan penulis guna penyempurnaannya.

Semoga penulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Februari 2015


Penulis,

Hariati Simanullang
Nim : 100702005

iv

Universitas Sumatera Utara


7

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ini adalah mengkaji proses pembentukan nomina dalam


bahasa Melayu Deli. Selain itu, pembahasan tentang nomina fungsi dan makna
yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juga dianalisis dalam penelitian
ini. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makna
dalam kajian morfologi berdasarkan bahasa Melayu Deli. Metode yang digunakan
dalam menganalisis data yaitu hasil data dari informan dan bahan yang berkaitan
dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
obyek/subyek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Teori
yang digunakan adalah teori nominalisasi berdasarkan kajian morfologi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui
proses-proses pembentukan nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukan nomina melalui
afiksasi, redupilikasi, dan komposisi.

Kata kunci : nominalisasi, nomina, afiksasi, reduplikasi, komposisi, fungsi


dan makna.

Universitas Sumatera Utara


8

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ni adalah mengkaji proses pembentuke nomina dalam


bahase Melayu Deli. Selain nun, pembahasan tentang nomina fungsi dan makne
yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juge dianalisis dalam penelitian
ni. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makne
dalam kajian morfologi berdasarke bahasa Melayu Deli. Metode yang digunake
dalam menganalisis date yaitu hasil date dari informan dan bahan yang berkaitan
dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunake dalam skripsi ni adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartike sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarke/melukiske keadean obyek/subyek
penelitian ( seuhang, lembage, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarke fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanye. Teori yang digunake
adalah teori nominalisasi berdasarke kajian morfologi. Hasil penelitian menunjuke
bahwe nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui proses-proses
pembentuke nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Simpulan penelitian ni menunjuke bahwe proses pembentuke nomina melalui
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi .

Kate kunci : nominalisasi, nomina, afiksasi, reduplikasi, komposisi, fungsi da


n makne.

vi

Universitas Sumatera Utara


‫‪9‬‬

‫ابسر‬
‫هاراي ‪ ١ ٢٠١٤,‬جود سكرفي ‪ :‬نوميناليساي دام هاسا مايو دي‬

‫ٔ اين اده ڠكج فر سيس مبنتوكن‬ ‫ا جق ڧ‬


‫ايت ‪,‬مباهسن تنتڠ‬ ‫نومينا دام د لب ‪.‬سا ٔ‬
‫دار‬ ‫ڠ ترب‬ ‫ك‬ ‫دا‬ ‫فوڠس‬
‫ل س س‬ ‫فر س س نوميناليساي لترس بوت لجوڬ دا‬
‫ٔ‬ ‫ا ‪ .‬ت ج‬ ‫ٔ‬ ‫ڧ‬ ‫دال‬
‫‪-‬‬ ‫ب‬ ‫ڠت‬ ‫ادله‬ ‫ف ل س‬
‫ك‬ ‫دا‬ ‫‪ ,‬ف ڠس‬ ‫ب‬
‫رف ل ڬ بردسرك‬ ‫دال كج ٔ‬
‫ڠ دڬ ك دال‬ ‫د‬ ‫‪.‬‬ ‫د‬
‫حس ل‬ ‫ٔ‬ ‫ڠا ل س س دات‬
‫ڠ‬ ‫دا ب ه‬ ‫ر‬ ‫دات دار ا‬
‫ڠ دتليي‪ .‬لمتود لدارل‬ ‫دڠ ب ه‬ ‫برك‬
‫ادله‬ ‫ا‬ ‫سكرفس‬ ‫دال‬ ‫ك‬ ‫دڬ‬
‫د‬ ‫دسكر ڧت ف‪.‬‬ ‫د‬
‫دسكر ڧت ف دافت دارت ك سب ڬا‬
‫ڠ‬ ‫س ه‬ ‫ف چ ه‬ ‫فر سد ر‬
‫دڠ‬ ‫دس د ك‬

‫‪vii‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫‪10‬‬

‫ك ٔدا ٔ‬ ‫ك سك‬ ‫ڠڬ برك ‪/‬‬


‫(‬ ‫ٔ‬ ‫ڧ‬ ‫س بچ‬ ‫ا بچ ‪/‬‬
‫شركت‪ ,‬دا‬ ‫سس راڠ‪ ,‬ل ب ڬ‪,‬‬
‫ا ٔ ‪ -‬ا ٔ ) فد س ٔت سكرڠ‬
‫ت ك‬ ‫فكتا‪ -‬لفكتا ل ڠ‬ ‫بردسرك‬
‫ڠ‬ ‫ت ر‬ ‫ادا ‪.‬‬ ‫سب ڬا‬
‫رف ل ڬ س‪.‬‬ ‫ادله ت ر‬ ‫دڬ ك‬
‫ج كك ب ا‬ ‫ٔ‬ ‫حس ل ڧ‬
‫رف ل ڬ س‬ ‫ل س س دام لكجىٔ‬
‫فر س س‬ ‫فر س س‪-‬‬ ‫ڠ‬
‫دڠ اف كس س ‪,‬‬ ‫ك‬ ‫ف ب‬
‫فر س س‬ ‫دا‬ ‫رد ف ك س ‪,‬‬
‫ترد ر دار ‪٢‬‬ ‫ك‬ ‫ف ب‬
‫داسر دا‬ ‫‪:‬‬ ‫ج س‪ ,‬لا ٔ‬
‫ل‬ ‫س‬ ‫‪.‬‬ ‫ت ر‬
‫ٔ اين لمنوجوككن لهوا لفر سيس لمبنتوكن لنومينا لميلييل‬ ‫ڧ‬
‫دال دلب ‪.‬ل‬ ‫ك‬ ‫دا‬ ‫فوڠس‬
‫اتللكونچي‪:‬لنوميناليساي‪,‬لنومينا‪,‬لافيكساي‪,‬لرد فلياي‪,‬لدا لماموكن‪.‬‬

‫‪viii‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................

KATA PENGANTAR…………………………………………………... i

UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................... ii

ABSTRAK……………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI…………………………………………………………. ..... vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

2.1 Kepustakaan yang Relevan ........................................................... 5

2.1.1 Pengertian Morfologi.......................................................... . 5

2.1.2 Proses Morfologi .................................................................. 7

2.1.3 Macam-macam Proses Morfologi………………………..... 12

2.1.4 Pengertian Nomina............................................................. .. 20

2.1.5 Nominalisasi........................................................................ . 22

2.2 Teori yang Digunakan.................................................................... 26

2.2.1 Nominalisasi......................................................................... 27

2.2.2 Pengertian Fungsi................................................................ 31

2.2.3 Pengertian Makna................................................................. 32

ix

Universitas Sumatera Utara


12

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………... 33

3.1 Metode Dasar ................................................................................. 33

3.2 Lokasi Sumber Data Penelitian ...................................................... 34

3.3 Instrumen Penelitian....................................................................... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 35

3.5 Metode Analisis Data ..................................................................... 35

BAB lV PEMBAHASAN.......................................................................... 36

4.1 Proses Pembentukan Nomina Secara (Nominalisasi) .................... 36

4.1.1 Proses Pembentukan Nomina dengan Afiksasi ................... 36

4.1.2 Proses Pembentukan Nomina dengan Reduplikasi ............. 42

4.1.3 Proses Pembentukan Nomina dengan Komposisi ............... 43

4.2 Fungsi Nomina ............................................................................... 44

4.3 Makna Nomina ............................................................................... 48

4.3.1 Makna Nomina dengan Afiksasi ......................................... 48

4.3.2 Makna Nomina dengan Reduplikasi ................................... 51

4.3.3 Makna Nomina dengan Komposisi ..................................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 53

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 53

5.3 Saran .............................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 55

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Informan

Lampiran 2. Peta Desa Klambir Lima Kampung

Lampiran 3. Surat Keterangan Dari Kepala Desa

Universitas Sumatera Utara


7

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ini adalah mengkaji proses pembentukan nomina dalam


bahasa Melayu Deli. Selain itu, pembahasan tentang nomina fungsi dan makna
yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juga dianalisis dalam penelitian
ini. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makna
dalam kajian morfologi berdasarkan bahasa Melayu Deli. Metode yang digunakan
dalam menganalisis data yaitu hasil data dari informan dan bahan yang berkaitan
dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
obyek/subyek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Teori
yang digunakan adalah teori nominalisasi berdasarkan kajian morfologi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui
proses-proses pembentukan nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukan nomina melalui
afiksasi, redupilikasi, dan komposisi.

Kata kunci : nominalisasi, nomina, afiksasi, reduplikasi, komposisi, fungsi


dan makna.

Universitas Sumatera Utara


8

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ni adalah mengkaji proses pembentuke nomina dalam


bahase Melayu Deli. Selain nun, pembahasan tentang nomina fungsi dan makne
yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juge dianalisis dalam penelitian
ni. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makne
dalam kajian morfologi berdasarke bahasa Melayu Deli. Metode yang digunake
dalam menganalisis date yaitu hasil date dari informan dan bahan yang berkaitan
dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunake dalam skripsi ni adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartike sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarke/melukiske keadean obyek/subyek
penelitian ( seuhang, lembage, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarke fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanye. Teori yang digunake
adalah teori nominalisasi berdasarke kajian morfologi. Hasil penelitian menunjuke
bahwe nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui proses-proses
pembentuke nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Simpulan penelitian ni menunjuke bahwe proses pembentuke nomina melalui
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi .

Kate kunci : nominalisasi, nomina, afiksasi, reduplikasi, komposisi, fungsi da


n makne.

vi

Universitas Sumatera Utara


‫‪9‬‬

‫ابسر‬
‫هاراي ‪ ١ ٢٠١٤,‬جود سكرفي ‪ :‬نوميناليساي دام هاسا مايو دي‬

‫ٔ اين اده ڠكج فر سيس مبنتوكن‬ ‫ا جق ڧ‬


‫ايت ‪,‬مباهسن تنتڠ‬ ‫نومينا دام د لب ‪.‬سا ٔ‬
‫دار‬ ‫ڠ ترب‬ ‫ك‬ ‫دا‬ ‫فوڠس‬
‫ل س س‬ ‫فر س س نوميناليساي لترس بوت لجوڬ دا‬
‫ٔ‬ ‫ا ‪ .‬ت ج‬ ‫ٔ‬ ‫ڧ‬ ‫دال‬
‫‪-‬‬ ‫ب‬ ‫ڠت‬ ‫ادله‬ ‫ف ل س‬
‫ك‬ ‫دا‬ ‫‪ ,‬ف ڠس‬ ‫ب‬
‫رف ل ڬ بردسرك‬ ‫دال كج ٔ‬
‫ڠ دڬ ك دال‬ ‫د‬ ‫‪.‬‬ ‫د‬
‫حس ل‬ ‫ٔ‬ ‫ڠا ل س س دات‬
‫ڠ‬ ‫دا ب ه‬ ‫ر‬ ‫دات دار ا‬
‫ڠ دتليي‪ .‬لمتود لدارل‬ ‫دڠ ب ه‬ ‫برك‬
‫ادله‬ ‫ا‬ ‫سكرفس‬ ‫دال‬ ‫ك‬ ‫دڬ‬
‫د‬ ‫دسكر ڧت ف‪.‬‬ ‫د‬
‫دسكر ڧت ف دافت دارت ك سب ڬا‬
‫ڠ‬ ‫س ه‬ ‫ف چ ه‬ ‫فر سد ر‬
‫دڠ‬ ‫دس د ك‬

‫‪vii‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia sebagai alat untuk memungkinkan penyatuan berbagai

suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing

kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia, Bahasa Indonesia memungkinkankan

berbagai-bagai suku bangsa itu dapat mencapai keserasian hidup sebagai bangsa

yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan

kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang

bersangkutan. Dengan adanya bahasa Indonesia, kita dapat berhubungan satu

dengan yang lainnya sehingga kesalahpahaman dapat dihindarkan misalnya,

bepergian kepelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia

sebagai alat komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam

menyebarluaskan pemakaian bahasa Indonesia di dalam fungsinya sebagai alat

perhubungan antardaerah (Kridalaksana 1974:2).

Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, memiliki ciri budaya yang

berbeda satu sama yang lainnya, satu diantaranya adalah bahasa-bahasa daerah di

Indonesia memiliki kedudukan yang amat penting, hal ini terlihat didalam

Undang-Undang Dasar (1945), Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945, yang berbunyi ;

bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan

budaya nasional. Dengan ayat itu, negara memberi kesempatan dan keleluasaan

kepada masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan bahasanya sebagai

Universitas Sumatera Utara


2

bagian dari kebudayaannya masing-masing. Salah satu bahasa daerah yang

dilindungi itu adalah bahasa Melayu .

Salah satu bahasa daerah yang terdapat di Indonesia adalah bahasa

Melayu. Bahasa Melayu terdiri dari beberapa dialek, misalnya Pesisir timur

Sumatera seperti wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan,

dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan

Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Deli Serdang menggunakan

bahasa Melayu Dialek "e" dan di Kabupaten Langkat juga masih menggunakan

bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya.

Seperti bahasa-bahasa daerah lainnya, bahasa Melayu juga sering dikaji

oleh para ilmu bahasa, baik dibidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,

sosiolinguistik, dan lain sebagainya. Namun pada kesempatan ini, penulis ingin

mencoba mengkaji dalam bidang morfologi khususnya dalam hal nominalisasi.

Adapun tulisan mengenai nominalisasi yang pernah ditemukan oleh penulis

diantaranya:

1. “ Nominalisasi Bahasa Batak Toba Berdasarkan Kajian Transformasi

Generatif ” oleh Enency Pasaribu ; menyimpulkan bahwa nominalisasi

Bahasa Batak Toba yang terfokus pada kajian Transformasi Generatif

yaitu transformasi nominalisasi ‟hasil‟, transformasi nominalisasi

„pelaku‟, dan transformasi nominalisasi „proses‟.

2. Tesis “Nominalisasi Agen Berimbuhan {-er}, {-ist}, {ian} dalam

bahasa Inggris dan Padanannya dalam bahasa Indonesia” oleh Karlina

Denistia; menyimpulkan bahwa Pembentukan Agen dalam bahasa

Indonesia sebagai padanan sufiks {-er}, {-ist}, dan {ian} dalam bahasa

Universitas Sumatera Utara


3

Inggris terdiri dari proses afiksasi yang mencakup prefiksasi dan

sufiksasi dan proses komposisi. Sebagian besar padanan bahasa

Indonesia untuk sufiks {-er} dalam bahasa inggris mencakup prefiksasi

berkata dasar verba dan komposisi nomina + nomina. Sebagian besar

padanan bahasa Indonesia untuk sufiks {-ist}, dan {ian} dalam bahasa

inggris mencakup prefiksasi berkata dasar verba, sufiksasi asing –is,

dan komposisi nomina + nomina.

Berdasarkan tulisan-tulisan diatas, penulis merasa tergugah melihat

bagaimana nominalisasi, terutama tentang Nominalisasi dalam bahasa Melayu

Deli masih perlu dilakukan untuk menambah keragaman penelitian tentang kajian

morfologi.

Adapun alasan penulis memilih nominalisasi menjadi pokok dalam skripsi

ini karena ingin mengetahui bagaimana pembentukan nomina dalam Bahasa

Melayu Deli. Selain itu, sepengetahuan penulis belum ada tulisan mengenai

Nominalisasi dalam Bahasa Melayu Deli. Hal ini membangkitkan penulis dalam

mengangkat judul “Nominalisasi dalam Bahasa Melayu Deli”.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembentukan nomina secara morfologis dalam bahasa

Melayu Deli ?

2. Apa fungsi dan makna nomina secara morfologis dalam bahasa Melayu

Deli ?

Universitas Sumatera Utara


4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pembentukan nomina berdasarkan morfolo

gis dalam bahasa Melayu Deli.

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna nomina berdasarkan morfologis

dalam bahasa Melayu Deli.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan dan pemahaman yang menyeluruh tentang

nomina sehingga mempermudah pelajar ataupun mahasiswa untuk memahami

nominalisasi serta dapat menggunakan dalam membentuk nomina dengan baik

dan benar.

b. Manfaat Praktis

Dapat dipergunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana

kepustakaan serta dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

dengan judul skripsi ini. Hasil penelitian ini akan dipertanggung jawabkan, karena

itulah disertakan data-data yang akurat dan yang ada hubungannya dengan objek

yang diteliti.

2.1.1 Pengertian Morfologi

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, terlebih dahulu penulis

menguraikan beberapa defenisi tentang morfologi sebagai berikut.

Chaer (2008 : 25) menyatakan, “Morfologi adalah proses pembentukan

kata dari sebuah bentuk melalui afiksasi, reduplikasi, dan komposisi”.

Kridalaksana (1984:129) menyatakan, “ Morfologi adalah bagian dari ilmu

bahasa yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya serta bagian dari

struktur bahasa yang mencakup kata dari bagian-bagian kata yakni morfem”.

Keraf (1975:60) mengatakan, “Morfologi ialah bagian dari tata bahasa

yang membicarakan bentuk kata”.

Hockett (1958:177) mengatakan, “Morfologi adalah merupakan kumpulan

dari morfem-morfem, dan bentuk ragam kata dari morfem-morfem tersebut‟‟.

Vehaar (1977: 52) menyatakan, “ Morfologi adalah bidang linguistik yang

mempelajari susunan bagaian kata secara gramatikal”

Universitas Sumatera Utara


6

Ramlan (2009:19) mengatakan, „„Morfologi adalah bagian dari ilmu

bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata

serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan golongan kata‟‟.

Berdasarkan beberapa pendapat sarjana tersebut maka penulis dapat

membuat kesimpulan bahwa morfologi itu adalah suatu cabang ilmu bahasa yang

membicarakan tentang morfem-morfem bebas, atau morfem terikat dan morfem

itu dapat disusun membentuk kata . Atau dengan kata lain, suatu bidang ilmu

bahasa yang membicarakan tentang seluk beluk bentuk kata.

Bentuk kata yaitu :

1. Kata dasar

Contoh: sepeda

2. Kata berimbuhan

Contoh: bersepeda

3. Kata majemuk

Contoh: sapu tangan

4. Kata ulang

Contoh: berbondong-bondong

Perbedaan golongan arti kata-kata tidak lain disebabkan oleh perubahan

bentuk kata. Karena itu, maka morfologi, disamping bidangnya yang utama

menyelidiki seluk beluk bentuk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya

perubahan golongan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.

Arti kata ini misalnya, bersepeda dan sepeda , yang berarti sepeda, artinya benda

Universitas Sumatera Utara


7

yang memiliki roda dua yang dijalankan. Serta bersepeda artinya kegiatan dengan

menggunakan sepeda (Ramlan, 1978) .

Jadi arti kata hanya mengertikan kata tersebut. Juga bisa dilihat dari

sepeda dan bersepeda dengan diberi imbuhan maka kata sepeda dan bersepeda

pun menjadi beda. Morfologis (proses), yaitu morfemis adalah proses perubahan

dari golongan kata yang satu lalu berubah menjadi golongan kata yang lain akan

tetapi dengan kata dasar yang sama. Misalnya sepeda menjadi bersepeda hanya

untuk kata dasar sepeda, maka untuk menunjukkan arti-arti imbuhan gramatikal,

contohnya bersepeda (Parera 1994).

2.1.2 Proses morfologi

Proses morfologi merupakan proses pembentukan kata-kata dari satuan

lain yang merupakan bentuk dasarnya, terdapat tiga proses morfologis, yaitu

proses afiksasi, proses pengulangan ( reduplikasi), dan proses pemajemukan

(komposisi).

1. Proses Afiksasi

Pembentukan nomina melalui proses afiksasi, yaitu prefiks, infiks, konfiks

dan sufiks.

a. Prefiks pe-, dan prefiks ke-

Prefiks pe- , dan prefiks ke- dalam bahasa Melayu Deli dapat membentuk

nomina dari kata dasar verba, dan adjektiva.

Prefiks pe- yang dapat membentuk nomina dari kata dasar verba.

Contoh:

Universitas Sumatera Utara


8

pe + mabok „mabuk‟ pemabok „pemabuk‟

pe + tumbuk „tinju‟ petumbuk „petinju‟

pe + lari „lari‟ pelari „pelari‟

pe + lukis „lukis‟ pelukis „pelukis‟

pe + rawat „rawat‟ perawat „perawat‟

Prefiks ke- yang dapat membentuk nomina dari kata dasar adjektiva.

Contoh:

ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟

ke + tua „tua‟ ketua „ketua‟

b. Infiks el-, dan er-

Infiks el-, dan er- dalam bahasa Melayu Deli hanya ditemukan pada

nomina.

Contoh :

-el- + tapak „tapak‟ telapak „telapak‟

-er- + gigi „gigi‟ gerigi „gerigi‟

-er- + suling „suling‟ seruling „seruling‟

-el- + tunjuk „tunjuk‟ telunjuk „telunjuk‟

c. Sufiks -an

Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar verba.

Contoh:

jaet + -an „jahit‟ jaetan „jahitan‟

bace + -an „baca‟ bacean „bacaan‟

jual + -an „jual‟ jualan „jualan‟

kukus + -an „kukus‟ kukusan „kukusan‟

Universitas Sumatera Utara


9

minum + -an „minum‟ minuman „minuman‟

makan + -an „makan‟ makanan „makanan‟

tanak + -an „masak‟ tanakan „masakan‟

main + -an „main‟ mainan „mainan‟

tanam + -an „tanam‟ tanaman „tanaman‟

bungkus +-an „bungkus‟ bungkusan „bungkusan‟

Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar adjektiva.

Contoh :

tua + -an „tua‟ tuaan „lebih dari tua‟

puteh + -an „putih‟ putehan „lebih putih‟

merah + -an „merah‟ merahan „lebih merah‟

kuning +-an „kuning‟ kuningan „kuningan‟

asin + -an „asin‟ asinan „asinan‟

murah +-an „murah murahan „murahan‟

manis + -an „manis‟ manisan „manisan‟

mude + -an „muda‟ mudean „mudaan‟

Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar bilangan.

Contoh :

due puluh + -an „due puluh‟ due puluhan „due puluhan‟

tige puluh + -an „tiga puluh‟ tige puluhan „tiga puluhan‟

ratus + -an „ratus‟ ratusan „ratusan‟

ribu + -an „ribu‟ ribuan „ribuan‟

meter + -an „meter‟ meteran „meteran‟

Universitas Sumatera Utara


10

d. Konfiks peN- + an

Konfiks peN- an dapat membentuk nomina dari kata dasar verba.

Contoh :

peN- an + ambe „ambil‟ pengambelan „pengambilan‟

peN- an + ajar „ajar‟ pengajaran „pengajaran‟

peN- an + curi „curi‟ pencurian „pencurian‟

peN- an + tangkap „tangkap‟ penangkapan „penangkapan‟

Konfiks peN- an dapat membentuk nomina dari kata dasar adjektiva.

Contoh :

peN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „penghijauan‟

peN- an + saket „sakit‟ penyaket „penyakit‟

peN- an + keci „kecil‟ pengecilan „pengecilan‟

2. Proses Reduplikasi

Reduplikasi pembentuk nomina dalam bahasa Melayu Deli ialah

reduplikasi seluruh bentuk dasar, reduplikasi sebagian bentuk dasar, dan dengan

reduplikasi proses morfologis.

a. Reduplikasi seluruh bentuk dasar

Contoh:

rumah-rumah „rumah-rumah‟

atap-atap „atap-atap‟

langit-langit „langit-langit‟

Universitas Sumatera Utara


11

andung-andung „nenek-nenek‟

emak-emak „ibu-ibu‟

abah-abah „bapak-bapak‟

uhang-uhang „orang-orang‟

kerete-kerete „kereta-kereta‟

anak-anak „anak-anak‟

b. Reduplikasi sebahagian bentuk dasar

Contoh :

makan-makanan „makan-makanan‟

tidor-tidoran „tidur-tiduran‟ „

minum-minuman „minum-minuman‟

main-mainan „main-mainan‟

c. Reduplikasi dengan proses morfologis

Contoh :

kekanak-kanakan „orang yang mempunyai sifat kekanak-kanakan‟.

uhang-uhangan „orang-orangan‟

Universitas Sumatera Utara


12

3. Proses Pemajemukan

Pemajemukan atau disebut komposisi dalam bahasa Melayu Deli dengan

berstruktur nomina dengan kata keadaan.

Contoh :

baju + hitam „baju hitam‟

baju + puteh „baju putih‟

baju + merah „baju merah‟

hitam+ pekat „hitam pekat‟

2.1.3 Macam-macam Proses Morfologi

a. Proses pembubuhan afiksasi

Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat kata

yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut

sebagai morfem bebas. Penulis disini membicarakan beberapa bentuk terikat

dalam bahasa Melayu Deli. Berikut ini beberapa bentuk terikat :

1) Bentuk Terikat Awalan

a. Bentuk Terikat me-

1. Bentuk terikat me- bila diletakkan pada kata yang fonem awalnya konsonan /p/,

maka bentuk terikat me- berubah menjadi /mem/ dan diikuti dengan hilangnya /p/.

Universitas Sumatera Utara


13

Contoh :

pinjam „meminjam‟

pakai „memakai‟

potong „memotong‟

panjang „memanjang‟

2. Bentuk terikat me- bila diletakkan pada kata yang fonem awalnya konsonan /d/,

maka me- berubah menjadi /men/.

Contoh :

dengar „mendengar‟

derita „menderita‟

dendam „mendendam‟

darat „mendarat‟

dengki „mendengki‟

dapat „mendapat‟

3. Bentuk terikat me- bila dilekatkan pada kata yang berfonem awal konsonan /g/,

maka me- berubah menjadi /meng/.

Contoh:

guncang „mengguncang‟

gunting „menggunting‟

gulung „menggulung‟

gugat „menggugat‟

gantung „menggantung‟

b. Bentuk terikat be-

Universitas Sumatera Utara


14

1. Bentuk terikat be-, bila dikatakan dengan kata yang fonem awalnya vocal, maka

be- berubah menjadi ber- .

Contoh:

adat „beradat‟

adik „beradik‟

arus „berarus‟

alas „beralas‟

main „bermain‟

iman „beriman‟

c. Bentuk terikat pe-

Bentuk terikat pe- bila dilekatkan pada kata yang fonem awalnya konsonan /b/,

maka pe- akan berubah menjadi pem.

Contoh :

beli „pembeli‟

buka „pembuka‟

baca „pembaca‟

bual „pembual‟

balut „pembalut‟

bohong „pembohong‟

d. Bentuk terikat te-

Bentuk terikat te- bila dilekatkan pada kata yang fonem awalnya vokal, berubah

ter- .

Contoh :

Universitas Sumatera Utara


15

ukur „terukur‟

olah „terolah‟

ungkit „terungkit‟

2) Bentuk Terikat Akhiran

a. Bentuk terikat -i

Bentuk terikat -i dapat dilekatkan pada :

1.nomina : sendok „sendoki‟

ludah „ludahi‟

2. verba : duduk „duduki‟

tampar „tampari‟

tulis „tulisi‟

3. kata keadaan : merah „merahi‟

putih „putihi‟

sakit „sakiti‟

b. Bentuk terikat -an

Bentuk terikat -an pada umumnya sejalan dengan bentuk terikat -an

didalam bahasa Indonesia. Bentuk terikat -an dapat mengubah kata kerja , kata

keadaan, dan kata bilangan menjadi nomina.

Contoh :

1. verba > nomina

makan „makanan‟

tulis „tulisan‟

Universitas Sumatera Utara


16

bakar „bakaran‟

dapat „dapatan‟

jahit „jahitan‟

minun „minuman‟

potong „potongan‟

2. kata keadaan > nomina

kuning „kuningan‟

3. kata bilangan > nomina

satu „satuan‟

puluh „puluhan‟

ratus „ratusan‟

ribu „ribuan‟

b. Proses Pengulangan (Reduplikasi)

Pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan merupakan

bentuk dasar. Misalnya, rumah-rumah, dan rumah.

Setiap kata ulang sudah pasti memiliki bentuk dasar seperti, sia-sia,

mondar-mandir dll. Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa tidak ada

satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. atau komparatif, mungkin kata-

kata itu dapat dimasukkan golongan kata ulang. Pengulangan tidak merubah

golongan kata nomina.

Contoh : Berkata-kata dari bentuk dasar berkata.

Pada cara ini ada pengecualian yaitu pada imbuhan setinggi-tingginya ini

tidak merupakan pengulang. Setinggi-tingginya merupakan kata keterangan.

Universitas Sumatera Utara


17

Reduplikasi pembentuk nomina dalam bahasa Melayu Deli ialah

reduplikasi seluruh bentuk dasar, reduplikasi sebagian bentuk dasar, dan dengan

reduplikasi proses morfologis.

a. Reduplikasi seluruh bentuk dasar

Contoh :

rumah –rumah „rumah-rumah‟

atap-atap „atap-atap‟

abah-abah „bapak-bapak‟

mak- mak „ibu-ibu‟

gubuk-gubuk „gubuk-gubuk‟

andung-andung „nenek-nenek‟

anak-anak „anak-anak‟

dinding-dinding „dinding-dinding‟

b. Reduplikasi sebahagian bentuk dasar

Contoh :

makan-makanan „makan-makanan‟

tidor-tidoran „tidur-tiduran‟

main-mainan „main-mainan‟

minum-minuman „minum‟minuman‟

c. Redupikasi dengan proses morfologis

Contoh :

kanak-kanakan „orang yang mempunyai sifat kekanak-kanakan‟

uhang-uhangan „orang-orangan‟

Universitas Sumatera Utara


18

c. Proses kompositum atau pemajemukan

Kompositum adalah proses kata pemajemukan, kata majemuk adalah kata

gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu

kesatuan dan menimbulkan arti baru (Alisjahbana,1953).

Contoh :

kamar + mandi kamar mandi „kamar mandi‟

mata + pelajaran mate pelajaran „mata pelajaran‟

kumis + kucing kumis kucing „kumis kucing‟

anjing + laut anjing laut „anjing laut‟

ayam + jantan ayam agam „ayam jantan‟

ayam + betina ayam puan „ayam betina‟

Kumis kucing dalam arti „sejenis tanaman „ adalah kata majemuk, tetapi

kumis kucing dalam arti „kumis dari seekor kucing‟ bukanlah kata majemuk.

Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian

mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.

Ciri-ciri majemuk.

Jika kursi malas merupakan klausa, tentu kata kursi dapat diikuti kata „itu‟

menjadi „kursi itu malas‟, kata malas dapat didahului kata tidak, sangat, atau

agak, menjadi :

„kursi itu tidak malas‟,

„kursi itu sangat malas‟,

„kursi itu agak malas‟,

Jelas bahwa semua itu tidak mungkin berbeda dengan adik malas yang

dapat diperluas menjadi:

Universitas Sumatera Utara


19

„ Adik itu malas‟

„Adik itu sangat malas‟

„Adik itu agak malas‟

Jika kursi malas itu merupakan frase, tentu dapat disela dengan kata

menjadi kursi yang malas seperti halnya adik malas yang diantara unsurnya dapat

ditambahkan kata yang menjadi adik yang malas.

Kalau dipisahkan dengan kata (itu, yang, dll) tidak memberi benar.

Contoh:

„kursi itu malas‟ kata majemuk

„Adik itu malas‟ frase

Jadi, dapat disimpulkan bahwa „kursi itu malas‟ maka majemuk karena

merupakan kata yang tidak benar. „Adik itu malas‟ merupakan kata yang benar

dan jelasnya.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa kursi malas tidak

merupakan klausa, dan juga tidak merupakan frase, melainkan merupakan kata

majemuk. Dengan melihat ciri-ciri kata mejemuk tersebut dapat ditentukan satuan

mana yang merupakan kata majemuk dan satuan mana yang tidak merupakan kata

majemuk, ciri-ciri itu sebagai berikut.

Contoh:

pasukan tempur pasukan + tempur

Karena kata tempur merupakan pokok kata, jadi pasukan tempur

merupakan kata majemuk.

lomba lari lomba + lari

Universitas Sumatera Utara


20

Karena kata lomba merupakan pokok kata, jadi lomba lari merupakan kata

majemuk.

2.1.4 Pengertian Nomina

Kridalaksana (1990:66) mengatakan, „„Kata benda adalah kategori yang

secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk (1) bergabung dengan partikel

tidak (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari”.

Burton (1997:67) mengatakan, „„Nomina adalah kata yang mengaju pada

manusia, binatang, benda, konsep, dan pengertian. Kalimat yang predikatnya kata

kerja, maka nomina ini cenderung menduduki fungsi subjek, objek dan pelengkap.

Nomina ini umumnya juga dapat diikuti oleh kata sifat”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nomina adalah salah

satu bentuk atau wujud mungkin berupa kata dasar dan mungkin pula kata jadian

yang mempunyai sifat sama dan menyatakan benda atau yang dibendakan.

Dalam membicarakan nomina, penulis mengemukakan pendapat beberapa

sarjana bahasa Indonesia yaitu:

C. A. Mess (1951 : 46) mengatakan, „„Adapun nomina sebagian terdiri dari


kata dasar dan sebagian lagi terdiri dari kata keturunan. Kedua dari golongan itu
selain dari bentuknya mempunyai sifat-sifat yang sama, sehingga pada tempatnya
pula dimasukkan kepada satu jenis perkataan. Pada umumnya kata dasar
mengucapkan nama benda-benda yang dapat diperiksa ( kongkrit) seperti : nama
alat, nama benda, nama jenis, nama diri, sedang kata benda yang diturunkan itu
kadang-kadang dinyatakan hal-hal yang tak dapat diperiksa (abstrak) misalnya
nama sifat keadaan, atau perbuatan. Tetapi kata benda yang diturunkan, sebegitu
banyak juga memakai pengertian yang kongkrit, sehingga pembedaan itupun tidak
berguna‟‟.
S. Mulyono (1957 : 50) mengatakan, „„ Kata benda yang nyata adalah kata
benda yang dapat dicapai dengan panca indra ( dapat dilihat, diraba, dapat
didengar, dirasai dan sebagainya) yang diangan-angan sebagai berwujud, jadi
beberapa yang pengertian yang dicairkan dari benda yang nyata‟‟.

Universitas Sumatera Utara


21

Dari uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian

nomina itu adalah salah satu bentuk atau wujud mungkin berupa kata dasar dan

mungkin pula kata jadian yang mempunyai sifat sama dan menyatakan benda atau

yang dibendakan. Atau dengan kata lain, kata benda itu adalah semua kata yang

merupakan nama diri, nama benda atau yang dibendakan dan bentuknya ada yang

bentuk dasar, dan berbentuk turunan. Serta dilihat dari wujud benda atau kata

benda itu ada yang berwujud nyata ( kongkrit) dan ada yang tidak berwujud

(abstrak).

Demikian juga dalam bahasa Melayu Deli, kata benda itu terdiri dari bentuk

dasar atau berupa bentuk tunggal dan bentuk turunan atau kompleks. Serta wujud

dari benda yang dimaksud ada yang nyata (kongkrit) dan ada yang tidak berwujud

(abstrak).

Nomina dapat merupakan kata nama dari sesuatu nomina atau sesuatu yang

dibendakan yang berfungsi sebagai nomina, nama orang, kata ganti benda orang

yang sering muncul dalam frasa nomina. Nomina itu dapat dilihat dalam bentuk

berikut.

Contoh :

gunung „gunung‟

lembah „lembah‟

padang „ladang‟

laot „laut‟

kampung „kampung‟

istana „istana‟

klambir „kelapa‟

Universitas Sumatera Utara


22

tangge „tangga‟

cangkir „cangkir‟

seluwar „celana‟

rumah „rumah‟

kepale „kepala‟

2.1.5 Nominalisasi

Menurut Kridalaksana (1990) mengatakan, “Nominalisasi itu adalah proses

pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata yang lain.

a. afiksasi

Berdasarkan pada kemungkinan kombinasinya, nomina turunan dapat

dibagi atas bentuk yang berafiks dengan:

1) nominalisasi dengan prefiks ke-, pe- (peN-) dan per-

Prefiks ke- dan per- sebagai pembentuk kata tidak lagi produktif. Hanya ada

tiga kata yang dibentuk dengan ke- dan satu dengan per-: ketua, kekasih, kehendak

dan pertapa.

Sebaliknya prefiks pe-/peN- yang membentuk nomina lewat prefiks me- sangat

produktif, karena dapat ditempatkan pada berbagai dasar dan memiliki makna:

a. Orang yang pekerjaannya melakukan sesuatu (verba) :

Contoh :

Universitas Sumatera Utara


23

pe + nyanyi „nyanyi‟ penyanyi „penyanyi‟

pe + latih „latih‟ pelatih „pelatih‟

pe + tumbuk „pukul‟ pemukul „pemukul‟

pe + buke „buka‟ pembuke „pembuka‟

b. Orang yang (ajektiva):

Contoh :

pe + malas „malas‟ pemalas „pemalas‟

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

pe + puteh „putih‟ pemuteh „pemutih‟

c. Orang yang menjadi (ajektiva):

Contoh ;

pe + marah „marah‟ pemarah „pemarah‟

pe + benci „benci‟ pembenci „pembenci‟

2) Nominalisasi dengan sufiks –an

Sufik –an dapat membentuk nomina dengan makna sebagai berikut:

a. Apa yang dikerjakan seseorang (verba):

Universitas Sumatera Utara


24

Contoh :

tulis + -an „tulis‟ tulisan „tulisan‟

bace + -an „baca‟ bacean „bacaan‟

b. Barang yang (ajektiva):

Contoh :

manis + -an „manis‟ manisan „manisan‟

asin + -an „asin‟ asinan „asinan‟

3) Nominalisasi dengan konfiks ke-an

Konfiks ke-an dapat membentuk nomina langsung dari kata dasar. Makna

yang terbentuk:

a. Hasil dari (verba):

Contoh :

ke – an + menang „menang‟ kemenangan „kemenangan‟

ke– an + pergi „pergi‟ kepergian „kepergian‟

ke – an + datang „datang‟ kedatangan „kedatangan‟

b. Dalam keadaan:

Contoh :

Universitas Sumatera Utara


25

ke - an + bimbang „bimbang‟ kebimbangan „kebimbangan‟

ke - an + berani „berani‟ keberanian „keberanian‟

ke- an + cepat „cepat‟ kecepatan „kecepatan‟

4) Nominalisasi dengan konfiks pe-an

Proses nominalisasi dengan pe-an sangat produktif. Proses ini diturunkan

melalui prefiks me- dan memberi makna:

a. Melakukan perbuatan (verba ):

Contoh ;

pe – an + pukul „pukul‟ pemukulan „pemukulan‟

pe – an + rawat „rawat‟ perawatan „perawatan‟

pe – an + bace „baca‟ pembacean „pembacaan‟

Nomina di atas berhubungan dengan verba meN- dengan atau tanpa

akhiran –kan atau –i. Verba yang berhubungan dengan kelima nomina di atas

ialah masing-masing: memeriksa, memberontak, mengumumkan, menyelesaikan,

menghargai.

5) Nominalisasi dengan konfiks per-an

Proses ini berlangsung melalui prefiks ber-. Morfem seperti juang, coba dan

setuju hanya dapat diturunkan dengan konfiks per-an menjadi perjuangan,

Universitas Sumatera Utara


26

percobaan, persetujuan. Tidak mengenal bentuk-bentuk menjuang, penjuang.

Kata perjuangan berasal dari kata berjuang, dan persetujuan dari bersetuju (yang

sudah tidak lazim digunakan di Indonesia), sedangkan percobaan berasal dari kata

bercoba yang tidak lazim lagi. Makna penurunan ini ialah:

a. Hasil dari (verba):

Contoh :

per- an + tanya „tanya‟ pertanyaan „pertanyaan‟

per- an + minta „minta‟ permintaan „permintaan‟

b. Melakukan (verba): perlawanan, pergerakan

Contoh :

per –an + lawan „lawan‟ perlawanan „perlawan‟

pe –an + gerak „gerak pergerakan „pergerakan‟

2.2 Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan

berlaku secara umum yang akan mempermudah penulis dalam memecahkan suatu

masalah yang dihadapi . Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arah

sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Universitas Sumatera Utara


27

2.2.1 Nominalisasi

Menurut Chaer (2008:25) mengatakan, “ Nominalisasi adalah Proses

pembentukan kata dari sebuah bentuk melalui pembubuhan afiks (dalam proses

afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), dan penggabungan (dalam

proses komposisi atau pemajemukan).

Menurut Kridalaksana (1984:123) mengatakan, “Nominalisasi itu adalah

proses hasil membentuk nomina dari kelas kata lain dengan mempergunakan afiks

tertentu”.

Samsuri (1981:50) mengatakan „„Nominalisasi adalah proses atau hasil

perubahan bentuk kata menjadi bentuk-bentuk baru yang mempunyai distribusi

seperti nomina dibentuk nominalisasi‟‟.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Nominalisasi adalah proses

pembentukan nomina dapat dilakukan melalui beberapa proses yaitu :

a. Afiksasi

Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga

hasilnya menjadi sebuah kata, misalnya pada dasar baca diimbuhkan afiks me-

sehingga menghasilkan kata membaca yaitu sebuah verba transitif aktif, pada

dasar juang diimbuhkan afiks ber- sehingga menghasilkan verba intransitive

berjuang.

Berkenaan dengan jenis afiksnya, proses afiksasi dibedakan atas prefiksasi,

yaitu proses pembubuhan prefiks, konfiksasi yakni proses pembubuhan konfiks,

Universitas Sumatera Utara


28

sufiksasi yaitu proses pembubuhan sufiks dan infiksasi yakni proses pembubuhan

infiks.

1. Prefiks pe-

Prefiks pe- pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina.

Contoh :

pe + rawat „rawat‟ perawat „perawat‟

pe + tumbuk „tinju‟ petumbuk „petinju‟

pe + mabok „mabuk‟ pemabok „pemabuk‟

Prefiks pe- pada kelas kata adjektiva yang dapat membentuk nomina.

Contoh :

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

pe + puteh „putih‟ pemuteh „pemutih‟

pe + malu „malu‟ pemalu „pemalu‟

2. Konfiks per-an

Konfiks per- an pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina.

Contoh :

per - an + buat „buat‟ perbuatan „pembuatan‟

per - an + selingkuh „selingkuh‟ perselingkuhan „perselingkuhan‟

3. Konfiks pe-an

Konfiks pe – an pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina.

Contoh :

pe – an + mina „bina‟ peminaan „pembinaan‟

pe – an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

Universitas Sumatera Utara


29

Konfiks pe –an pada kelas kata adjektiva yang dapat membentuk nomina.

Contoh :

pe - an + manis „manis‟ pemanisan „pemanisan‟

pe - an + puteh „putih‟ pemutihan „pemutihan‟

4. Sufiks -an

Sufiks –an pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina

Contoh :

makan + an „makan‟ makanan „makanan‟

minum + an „minum‟ minuman „minuman‟

masak + an „masak‟ masakan „masakan‟

5. Infiks -el- dan -er-

Infiks –el- dan –er- pada kelas kata nomina yang dapat membentuk

nomina.

Contoh :

-el- + tapak „tapak‟ telapak „telapak‟

-el- + tunjuk „tunjuk‟ telunjuk „telunjuk‟

-er- + gigi „gigi‟ gerigi „gerigi‟

b. Reduplikasi

Reduplikasi atau disebut pengulangan. Hasil dari proses reduplikasi ini

lazim disebut dengan istilah kata ulang. Secara umum dikenal adanya tiga macam

pengulangan, yaitu pengulangan secara utuh, pengulangan dengan pengubahan

bunyi vokal maupun konsonan, dan pengulangan sebagian.

Universitas Sumatera Utara


30

1. pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa

melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.

Contoh :

meja-meja (bentuk dasar meja)

makan-makan ( bentuk dasar makan)

sungguh-sungguh ( bentuk dasar sungguh)

2. pengulangan dengan pengubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu

diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi yang berubah bisa bunyi

vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya.

Contoh :

bolak-balik

ramah-tamah

sayur-mayur

3. pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya

salah satu suku katanya saja ( dalam hal ini suku awal kata) disertai

dengan “pelemahan” bunyi.

Contoh :

leluhur ( bentuk dasar luhur)

tetangga (bentuk dasar tangga)

jejari (bentuk dasar jari)

lelaki (bentuk dasar laki)

c. Komposisi atau Pemajemukan

Universitas Sumatera Utara


31

Penggabungan sebuah bentuk pada bentuk dasar yang ada dalam proses

komposisi. Penggabungan ini juga merupakan alat yang banyak digunakan dalam

pembentukan kata karena banyaknya konsep yang belum ada wadahnya dalam

bentuk sebuah kata.

Contoh :

1. warna merah, maka dibentuk gabungan kata seperti merah jambu,

merah darah, merah tua, dan merah bata.

2. rumah, maka dibentuk gabungan kata seperti rumah gadai, rumah sakit,

dan rumah makan.

2.1.6 Pengertian Fungsi

Menurut Kridalaksana (2008 : 67 ) mengatakan, “Fungsi adalah (1) beban

makna suatu kesatuan bahasa, (2) hubungan antara satu-satuan dengan unsur-

unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satu-satuan, (3)

penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu, (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan

hubungannya secara struktural dengan unsur lain, (5) peran sebuah unsur dalam

satuan sintaksis yang lebih luas, misal nomina yang berfungsi sebagai subjek atau

objek”.

Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa contoh dalam perubahan

kelas kata menjadi pembentuk nomina.

Contoh :

Universitas Sumatera Utara


32

Prefiks ke- dalam bahasa Melayu Deli hanya terdapat pada kata „tua‟ dan

„kasih‟. Maka prefiks ke- berfungsi mengubah kelas kata adjektiva menjadi kelas

kata nomina.

Contoh :

ke + tua „tua‟ ketua ketua‟

ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟

Prefiks pe- dalam bahasa Melayu Deli berfungsi mengubah kelas kata

verba menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

pe + nidik „didik‟ penidik „pendidik‟

pe + tari „tari‟ penari „penari‟

pe + tulis „tulis‟ penulis „penulis‟

2.1.6 Pengertian Makna

Menurut Kridalaksana (1984 : 120 ) mengatakan, “Makna adalah maksud

pembicara, yang menyatakan ujaran dan semua hal yang ditunjukkan, misalnya

makna „sekolah‟ yang berarti gedung atau tempat belajar.

Prefiks pe- pada kelas kata verba membentuk nomina yang menyatakan

makna :

Contoh :

pe + gali „gali‟ penggali „penggali‟ „alat untuk menggali‟

pe + lukis „lukis‟ pelukis „pelukis‟ „orang yang

gemar melukis‟.

Universitas Sumatera Utara


33

BAB lll

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Sebagaimana menurut Nazir (2009: 54) bahwa metode deskriptif yaitu suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara harafiah,

metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai

situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi

data dasar berkala. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Sudaryono ( 1963: 62) metode deskriptif adalah metode

penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta kebahasaan yang ada

atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya.

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data-

data dan informasi yang bersumber dari buku-buku kepustakaan yang ada

kaitannya dengan nomina.

33

Universitas Sumatera Utara


34

3.2 Lokasi Sumber Data Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Klambir Lima Kampung, Kecamatan

Hamparan perak, Kabupaten Deli Serdang. Penulis memilih Lokasi ini karena

merupakan daerah mayoritas penutur asli bahasa Melayu Deli. Penyusun skripsi

ini penulis memperoleh data dari lapangan (File Research) dan kepustakaan

(Library Research). Sumber data tersebut berbentuk lisan dan tulisan. Data lisan

diperoleh dari penutur bahasa Melayu Deli, Sedangkan data tulisan diperoleh dari

buku-buku yang berhubungan dengan bahasa Melayu Deli.

Sumber data yang diperoleh dalam pendeskripsian ini adalah kutipan dari

buku-buku yang ada relevansinya dengan skripsi ini. Sebagai sumber data penulis

adalah dari informan. Artinya, jika penelitian menggunakan metode wawancara

dengan pengumpulan datanya, maka subjeknya responden dan apabila

menggunakan metode observasi dalam pengumpulan datanya, maka subjeknya

berupa benda atau tempat.

3.3 Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu

mempersiapkan instrumen atau alat bantu penelitian. Alat atau instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. buku-buku : untuk mencatat semua dari hasil rekaman.

2. Pulpen : untuk menulis yang terpenting dari hasil

wawancara narasumber,dan

3. alat rekam : untuk merekam data-data yang tepenting dari narasumber.

Universitas Sumatera Utara


35

3.4. Metode Pengumpulan Data

Usaha pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Metode Observasi

Metode observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke

daerah objek penelitian terutama mengenai bahasanya dengan turun ke lapangan.

2. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lanjut dan

terperinci mengenai nominalisasi bahasa Melayu Deli. Melakukan wawancara

kepada penutur yang dianggap memenuhi syarat sebagai informan.

3. Metode Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang penelitian

yang pernah dilakukan terhadap bahasa-bahasa daerah, mengumpulkan bahan

yang berkaitan dengan bahan yang sedang diteliti, serta mencari buku-buku yang

berhubungan dengan bahasa Melayu Deli.

1.5 Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data,

Adapun langkah-langkah dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ini adalah sebagai berikut :

1. Reduksi data, yaitu melakukan identifikasi nomina, pada tahap ini peneliti

memutar ulang hasil rekaman dan dilakukan transkip data hasil rekaman.

2. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

3. Mengidentifikasikan fungsi dan makna.

4. Membuat kesimpulan.

Universitas Sumatera Utara


36

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Pembentukan Nomina (Nominalisasi)

Seperti yang telah dikemukakan oleh Chaer pada Bab sebelumnya,

nominalisasi yang dibentuk melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),

pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabunggan (dalam proses komposisi

atau pemajemukan) , berikut ini akan dipaparkan satu persatu.

4.1.1. Proses Pembentukan Nomina dengan Afiksasi

Kata-kata berkelas nomina, selain berbentuk akar , banyak pula yang

terbentuk melalui proses afiksasi. Pembentukan dari afiksasi ini ada yang dibentuk

langsung dari akar, tetapi sebagian besar di bentuk dari akar melalui kelas verba

dari akar itu. Yang dibentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks

ke-an, seperti kepandaian yang bermakna „hal pandai‟ dan kepartaian yang

bermakna‟ hal partai‟. Sedangkan contoh yang dibentuk dari akar melalui verba

dari akar itu adalah pembaca yang bermakna gramatikal „yang membaca‟,

pembacaan yang bermakna gramatikal „proses membaca‟ dan bacaan yang

bermakna gramatikal „hasil membaca‟ atau „yang dibaca‟ (Chaer, 2008:144).

Ada beberapa afiks yang dapat digunakan dalam nomina yaitu :

a. Prefiks ke-

b. Prefiks pe-

36

Universitas Sumatera Utara


37

c. Prefiks ter-

d. Konfiks peN…-an

e. Konfiks pe-an

f. Konfiks per-an

g. Sufiks –an

a. Nomina Berprefiks ke-

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan Prefiks ke- pada kelas kata adjektiva. Dalam bahasa Melayu Deli hanya

dua kata yang ditemukan yaitu „tua‟ dan „kasih‟.

Contoh :

ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟

ke + tua „tua‟ ketua ketua‟

b. Nomina Prefiks pe-

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan prefiks pe- pada kelas kata verba.

Contoh :

pe + bine „bina‟ pembine „pembina‟

pe + rakit „rakit‟ perakit „perakit‟

pe + lintas „lntas‟ pelintas „pelintas‟

pe + ngamen „ngamen‟ pengamen „pengamen‟

pe + potong „potong‟ pemotong „pemotong‟

pe + bace „baca‟ pembace „pembaca‟

Universitas Sumatera Utara


38

pe + buke „buka‟ pembuke „pembuka‟

pe + mina „bina‟ pemina „pembina‟

pe + copet „copet‟ pencopet „pencopet‟

pe + tulis „tulis‟ penulis „penulis‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan prefiks pe- pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

pe + puteh „putih‟ pemuteh „pemutih‟

pe + maaf „maaf‟ pemaaf „pemaaf‟

pe + murah „murah‟ pemurah „pemurah‟

c. Nomina Berprefiks ter-

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilekatkan prefiks

ter- pada kelas kata verba. Namun, kelas kata verba yang hanya dilakukan dalam

bidang hukum untuk membentuk nomina.

Contoh :

ter- + sangke „sangka‟ tersangke „tersangka‟

ter- + perikse „periksa‟ terperikse „terperiksa‟

ter- + dakwa „dakwa‟ terdakwa „terdakwa‟

ter- + tuduh „tuduh‟ tertuduh „tertuduh‟

ter- + hukum „hukum‟ terhukum „terhukum‟

Universitas Sumatera Utara


39

d. Nomina Konfiks peN- an

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan konfiks peN- an pada kelas kata verba .

Contoh :

peN- an + ambil „ambil‟ pengambilan „pengambilan‟

peN- an + ajar „ajar‟ penganjaran „pengajaran‟

peN- an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan konfiks peN- an pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

peN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „penghijauan‟

peN- an + sakit „sakit‟ penyakitan „penyakitan‟

peN- an + keci „kecil‟ pengecian „pengecilan‟

e. Konfiks pe- an

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata verba .

Contoh :

pe- an + bace „baca‟ pembacean „pembacaan‟

pe- an + kerja „kerja‟ pekerjaan „pekerjaan‟

pe- an + lari „lari‟ pelarian „pelarian‟

pe- an + rampas „rampas‟ perampasan „perampasan‟

pe- an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

pe- an + pukul „pukul‟ pemukulan „pemukulan‟

Universitas Sumatera Utara


40

pe- an + rawat „rawat‟ perawatan „perawatan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

pe- an + lezat(sedap) „lezat‟ pelezatan „pelezatan‟

pe- an + manis „manis‟ pemanisan „pemanisan‟

f. Nomina Berkonfiks per-an

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata verba.

Contoh :

pe- an + kerja „kerja‟ pekerjaan „pekerjaan‟

per- an + buat „buat‟ perbuatan „perbuatan‟

per- an + selingkuh „selingkuh‟ perselingkuhan „perselingkuhan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata bilangan.

Contoh :

per- an + satu „satu‟ persatuan „persatuan‟

per an + sepuluh „sepuluh‟ persepuluhan „persepuluhan‟

g. Nomina Bersufiks –an

Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar verba, adjektiva dan

kata bilangan.

Universitas Sumatera Utara


41

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan sufiks -an pada kelas kata verba.

Contoh :

minum + -an „minum‟ minuman „minuman‟

tanak + -an „masak‟ tanakan „masakan‟

main + -an „main‟ mainan „mainan‟

bungkus + -an „bungkus‟ bungkusan „bungkusan‟

kukus + -an „kukus‟ kukusan „kukusan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan

pelekatan sufiks –an pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

tua + -an „tua‟ tuaan „lebih dari tua‟

keci + -an „kecil‟ kecian „lebih kecil‟

tinggi + -an „tinggi‟ tinggian „lebih tinggi‟

puteh + -an „putih‟ putehan „lebih putih‟

merah + -an „merah‟ merahan „lebih merah‟

kuning + -an „kuning‟ kuningan „kuningan‟

asin + -an „asin‟ asinan „asinan‟

murah + -an „murah murahan „murahan‟

mani + -an „manis‟ manisan „manisan‟

mude + -an „muda‟ mudean „mudaan‟

3. Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar bilangan.

Contoh :

due puluh + -an „due puluh‟ due puluhan „due puluhan‟

Universitas Sumatera Utara


42

tige puluh + -an „tiga puluh‟ tige puluhan „tiga puluhan‟

ratus + -an „ratus‟ ratusan „ratusan‟

ribu + -an „ribu‟ ribuan „ribuan‟

meter + -an „meter‟ meteran „meteran‟

4.1.2. Proses Pembentukan Nomina dengan Reduplikasi

Reduplikasi yang dijumpai pada bahasa Melayu Deli terdapat bermacam-

macam bentuk. Reduplikasi yang secara nyata masih hidup dan tetap dipakai

masyarakat penutur adalah sebagai berikut :

1. Reduplikasi murni

Reduplikasi murni adalah perulangan atas bentuk dasar yang berupa kata

dasar.

Contoh :

andung-andung „nenek-nenek‟

dudok-dudok „duduk-duduk‟

rumah-rumah „rumah-rumah‟

anak-anak „anak-anak‟

dinding-dinding „dinding-dinding‟

sakit-sakit „sakit-sakit‟

betanak-betanak „memasak-memasak‟

2. Reduplikasi berimbuhan

Reduplikasi berimbuhan adalah perulangan dengan mendapat imbuhan

lingga kedua.

Universitas Sumatera Utara


43

1) Reduplikasi berimbuhan dengan yang dilekati sufiks –an

kapal „kapal‟ kapal-kapalan „kapal-kapalan‟

kude „kuda‟ kude-kudean „kuda-kudaan‟

kerete „kereta‟ kerete-keretean „kereta-keretaan‟

2) Reduplikasi berimbuhan dengan yang dilekati konfiks ke-...-an :

jantan „jantan‟ kejantan-jantanan „kejantan-jantanan‟

puan „betina kepuan-puanan „kebetina-betinaan‟

mak „ibu‟ kemak-makan „keibu-ibuan‟

batak „batak‟ kebatak-batakan „kebatak-batakan‟

Dalam reduplikasi banyak yang ditemukan bentuk nomina tetapi ada

sebagian dari verba, misalnya : main-mainan, dan minum-minuman.

4.1.3. Proses Pembentukan Nomina dengan Komposisi

Yang dimaksud dengan pemajemukan atau komposisi adalah paduan dua

nomina bebas atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Bahasa Melayu

Deli banyak dijumpai kata majemuk yang kadang-kadang strukturnya itu

sebenarnya tidak dapat dipisahkan atau antara unsur-unsur kata majemuk itu tidak

mungkin disisipi unsur lain yang menyebabkan terpisahnya unsur kata majemuk

itu . Misalnya disisipi /yang/, /itu/, /ny/, /dan/, /akan/ dan lain-lain. Jika ada

penambahan bubuhan pada unsur kata mejemuk itu , maka bubuhan itu

berhubungan dengan semua unsur-unsur kata majemuk itu, maka bubuhan itu

berhubungan dengan semua unsur-unsur.

Unsur pembentukan kata majemuk dalam bahasa Melayu Deli dapat

dibedakan atas :

Universitas Sumatera Utara


44

1) Pemajemukan unsur nomina dengan adjektiva.

Contoh :

jambu + merah jambu merah „jambu yang berwarna merah‟

jari + manis jari manis „jari tangan yang paling kecil‟

puan + mude puan mude „bini muda‟

2) Pemajemukan unsur nomina dengan verba.

Contoh :

becak + dayung becak dayung ’becak dayung‟

beras + giling beras giling „beras giling‟

batu + tulis batu tulis „batu tulis‟

3) Pemajemukan unsur verba dengan nomina.

cuci + penuri cuci penuri „cuci tangan‟

ikat + pinggang ikat pinggan „ikat pinggan‟

jatuh + hati jatuh hati „jatuh hati‟

goyang + pinggul goyang pinggul „goyang pinggul‟

4.2 Fungsi Nomina

a. Prefiks ke-

Bila prefiks ke- melekat pada kata „tua‟ (adjektiva) dan „kasih‟

(adjektiva) dalam bahasa Melayu Deli , maka prefiks ke- berfungsi mengubah

kelas kata adjektiva menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

ke + tua „tua‟ ketua „ketua‟

ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟

Universitas Sumatera Utara


45

b. Prefiks pe-

Bila prefiks pe- melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu

Deli, maka prefiks pe- berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata

nomina.

Contoh :

pe + nidik „didik‟ penidik „pendidik‟

pe + rawat „rawa‟ perawat „perawat‟

pe + nyanyi „nyanyi‟ penyanyi „penyanyi‟

Bila prefiks pe- melekat pada kelas kata adjektiva dalam bahasa Melayu

Deli, maka prefiks pe- berfungsi mengubah kelas kata adjektiva menjadi kelas

kata nomina.

pe + takut „takut‟ penakut „orang yang penakut‟

pe + malu „malu‟ pemalu „orang yang pemalu‟

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

c. Prefiks ter –

Bila prefiks ter- melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu

Deli, maka prefiks ter- berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata

nomina. Prefiks ter- pada kelas kata verba hanya dilakukan dalam bidang hukum

untuk mengubah kelas kata verba menjadi nomina.

Contoh :

ter- + sangke „sangka‟ tersangke „tersangka‟

ter- + perikse „periksa‟ terperikse „terperiksa‟

ter- + dakwa „dakwa‟ terdakwa „terdakwa‟

ter- + tuduh „tuduh‟ tertuduh „tertuduh‟

Universitas Sumatera Utara


46

d. Konfiks peN – an

Bila konfiks peN- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu

Deli, maka konfiks peN-an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas

kata nomina.

Contoh :

peN- an + ketik „ketik‟ pengetikan „pengetikan‟

peN- an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

Bila konfiks peN- an melekat pada kelas kata adjektiva dalam bahasa

Melayu Deli, maka konfiks peN- an berfungsi mengubah kelas kata

adjektiva menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

peN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „penghijauan‟

peN- an + sakit „sakit‟ penyakitan „penyak itan‟

peN- an + keci „kecil‟ pengecian „pengecilan‟

e. Konfiks pe- an

Bila konfiks pe- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu

Deli, maka konfiks pe- an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas

kata nomina.

Contoh :

pe- an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

pe- an + bace „baca‟ pembacean „pembacaan‟

pe- an + pukul „pukul‟ pemukulan „pemukulan‟

Universitas Sumatera Utara


47

Bila konfiks pe- an melekat pada kelas kata adjektiva dalam bahasa

Melayu Deli, maka konfiks pe- an berfungsi mengubah kelas kata

adjektiva menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

pe- an + lezat(sedap) „lezat‟ pelezatan „pelezatan‟

pe- an + manis „manis‟ pemanisan „pemanisan‟

f. Konfiks per- an

Bila konfiks per- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu

Deli, maka konfiks per- an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas

kata nomina.

Contoh :

Per- an + ukir „ukir‟ perukiran „perukiran‟

Per- an + dagang „dagang‟ perdagangan „perdagangan‟

Per- an + cetak „cetak‟ percetakan „percetakan‟

g. Sufiks –an

Bila sufiks- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu Deli,

maka sufiks –an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata

nomina.

Contoh :

ayak + -an „ayak‟ ayakan „ayakan‟

tanam + -an „tanam‟ tanaman „tanaman‟

makan + -an „makan‟ makanan „makanan‟

Universitas Sumatera Utara


48

4.3 Makna Nomina

Afiksasi yaitu pengimbuhan afiks pada bentuk dasar, perulangan dan

pemajemukan jelas mengakibatkan perubahan makna. Perubahan seperti ini

timbul akibat proses tata bahasa yang lazim disebut makna gramatikal (Muchtar

2002 :167).

4.3.1.Makna Nomina dengan Afiksasi

Setiap afiks dalam pembentukan nomina bahasa Melayu Deli, mempunyai

makna :

a). Prefiks pe-

Prefiks pe- yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang

mempunyai makna menyatakan :

(1) orang yang mengerjakan sesuatu;

Contoh :

pe + buat „buat‟ pembuat „pembuat‟ „orang yang membuat‟

pe + tari „tari‟ penari „penari‟ „orang yang

kerjaannya menari‟

(2) alat dan kegemaran.

Contoh :

pe + gali „gali‟ penggali „penggali‟

„alat untuk me

nggali‟

Universitas Sumatera Utara


49

pe + sulam „sulam‟penyulam „penyulam‟ „orang yang gemar

menyulam‟

pe + lukis „lukis‟ pelukis „pelukis‟

„orang yang gemar

melukis'

(5) orang yang biasa bekerja di sesuatu tempat.

Contoh :

pe + laot „laut‟ pelaot „pelaut‟ „orang yang

biasa kerja di laut‟

pe + padang „ladang‟ pepadang peladang „orang yang

biasa bekerja di

ladang‟

b). Prefiks ke-

Prefiks ke- yang melekat pada adjektiva membentuk nomina yang

mempunyai makna menyatakan yang di...

Contoh :

ke + tua „tua‟ ketua „ketua‟ „yang dituakan‟

ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟ „yang dikasihi‟

c). Prefiks ter-

Prefiks ter yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang

mempunyai makna yang menyatakan:

Contoh :

ter + dakwa „dakwa‟ terdakwa „terdakwa‟ „orang yang didakwa‟

Universitas Sumatera Utara


50

ter + tuduh „tuduh‟ tertuduh „tertuduh‟ „orang yang dituduh‟

ter + hukum „hukum‟ terhukum „terhukum‟ „orang yang dihukum‟

d). Konfiks peN-an

Konfiks peN- an yang melekat pada kelas kata adjektiva membentuk

nomina yang mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

PeN- an + saket „sakit‟ penyaketan „keadaan tubuh yang sakit‟

PeN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „kegiatan penghijauan‟

e). Konfiks pe-an

Konfiks pe-an yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina

yang mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

pe- an + kerja „kerja‟ pekerjaan „orang yang bekerja sesuatu‟

pe- an + tulis „tulis‟ penulisan „hasil yang ditulis‟

f). Konfiks per-an

Konfiks per-an yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina

yang mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

per- an + dagang „dagang‟ perdagangan „orang yang

bekerja sesuatu‟

Universitas Sumatera Utara


51

pe- an + selingkuh „selingkuh‟ perselingkuhan

„orang yang berselin

gkuh‟

g). Sufiks –an

Sufiks -an yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang

mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

saring + -an „saring‟ saringan „alat penyaring‟

timbun + -an „timbun‟ timbunan „tempat menimbun‟

jalan + -an „jalan‟ jalanan „tempat berjalan‟

4.3.2 Makna Nomina dengan Reduplikasi

Didalam makna nomina pada reduplikasi pembentukan verba sangat

sedikit.

Contoh :

main-mainan main-mainan „alat mainan‟

tanak- tanakan masak-masakan „alat mainan yang berbentuk

alat masak‟

4.3.3 Makna Nomina dengan Komposisi

Universitas Sumatera Utara


52

Pemajemukan nomina + nomina dalam bahasa Melayu Deli mempunyai

makna menyatakan terbuat dari dan menyatakan alat. Untuk kedua menerangkan

unsur pertama.

Contoh :

rumah batu „rumah batu‟ „rumah terbuat dari batu‟

ikan sungai „ikan sungai‟ „ikan dari sungai‟

tikar pandan „tikar pandan‟ „tikar terbuat dari pandan‟

udang laot „udang laut‟ „udang dari laut‟

Pemajemukan adjektiva + nomina dan nomina + adjektiva dalam bentuk

bahasa Melayu Deli mempunyai makna kiasan.

Contoh :

putus ase „putus asa‟ „menyatakan putus asa‟

panjang penuri „panjang tanagn‟ „menyakan pencuri‟

kuning langsat „kuning langsat„ menyatakan warna kulit seseorang

sama dengan warna langsat‟

makan penuri „panjang tangan‟ „memperoleh keuntungan‟

Pemajemukan unsur pertama nomina, unsur kedua verba dalam bahasa

Melayu Deli mempunyai makna sudah dan yang di

Contoh :

becak dayong „becak dayung‟ „becak didayung‟

beras giling „beras giling‟ „beras yang sudah digiling‟

ikan pais „ikan pepes‟ „ikan yang sudah dipepes‟

batu tulis „batu tulis‟ „batu yang ditulis‟

Universitas Sumatera Utara


53

Pemajemukan verba + nomina dalam bahasa Melayu Deli menyatakan alat

untuk.

Contoh :

cuci penuri „cuci tangan‟ „alat untuk cuci tangan‟

cuci pinggan „cuci piring‟ „alat untuk cuci piring‟.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu dapat dilakukan melalui

afiksasi, reduplikasi dan komposisi.

2. Proses pembentukan nomina pada kelas kata verba, adjektiva, dan numeral

dapat melalui afiksasi yaitu prefiks, sufiks, dan konfiks.

3. Pembentukan nomina dengan reduplikasi dalam bahasa Melayu Deli

hanya dapat dibentuk dengan sufiks –an.

4. Pembentukan nomina dengan komposisi dalam bahaas Melayu Deli dapat

dibentuk dengan kelas kata adjektiva, dan kelas kata verba.

5. Fungsi dan makna secara morfologis dalam bahasa Melayu Deli dapat

mengubah kelas kata verba, dan adjektiva menjadi kelas kata nomina, jika

Universitas Sumatera Utara


54

dilekati oleh prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks yang melekat pada kelas

kata verba, dan adjektiva.

6. Dalam reduplikasi hanya dibentuk dengan sufiks –an dan ada juga sedikit

dari kelas kata verba, dan komposisi dapat dibentuk pada kelas kata verba,

dan kelas kata adjektiva untuk membentuk nomina.

5.2 Saran

1. Melihat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa daerah di

Indonesia kiranya para ahli bahasa memberikan perhatian lebih terhadap

lembaga pendidikan yang memiliki tujuan sebagai cikal bakal

pengembangan bahasa, khususnya


53bahasa daerah.
2. Penyelidikan terhadap bahasa – bahasa daerah terutama bahasa Melayu

perlu lebih di giatkan sebab bahasa daerah merupakan sumber kekayaan

bahasa Indonesia yang tidak habis–habisnya.

3. Pemakaian istilah diusahakan agar seragam, baik bentuk maupun pengertian

yang dimaksudkan. Kalau dapat diperlukan istilah Indonesia, dan istilah

asing di indonesiakan supaya mudah diingat dan mudah dipakai juga

dimengerti.

Universitas Sumatera Utara


55

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H.dan Herman, S.Ag. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: penerbit PT Asdi

Mahasatya

Bloomfileld, Leonard. (1973). Language, George Allen & Unwin Ltd. London.

Burton, N. (1997). Analysing Sentences. New York : Longman.

Chaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta

Penerbit PT Rineka Cipta.

Hocket, Charles F. (1965). A Course in Modern Linguistik, The Macmilan

Company. New York.

Ida, B.P. (2008). Kajian Morfologi. Bandung : penerbit PT Refika Aditama.

Jos,D.P. (1994). Morfologi Bahasa. Edisi ll.Jakarta : penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama.

Keraf, Gorys. (1973). Tata Bahasa Indonesia. Ende : Nusa indah.

Universitas Sumatera Utara


56

Kridalaksana, Harimurti. (1986). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta :

Penerbit PT Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. (1974). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende-Flores :

Penerbit Nusa Indah-Percetakan Arnoldus.

Luckman, S.B. dan Syaifuddin, W. (2002). Kebudayaan Melayu Sumatera Timur.

Medan: Penerbit usu press.

Muctar, Muhizar. (2006). Pengantar Linguistik Umum. Medan : Penerbit usu

press.

Muctar,Muhizar. (2006). Morfologi. Medan : Penerbit usu press.

Muchtar,Muhizar. (2002).Pembentukan Kata Benda dan Kata Sifat.Medan :

Penerbit usu press. Hal.157-181.

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Ramlan, M. (2009). Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : Penerbit

C.V. Karyono.

Samsuri. (1976). Morfologi-Sintaksis. Malang : Penerbit “Almamate” YPTP-

IKIP.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta :

Penerbit Gadjah Mada University Press.

Tarigan, Henry Guntur. (1986). Pengajaran Morfologi. Bandung : Penerbit

Angkasa.

Verhaar, J.W.N. (1976). Pengantar Linguistik 1, Fakultas Sastra dan Kebudayaan

Universitas Gadjah Mada. Yogya.

Universitas Sumatera Utara


57

Lampiran 1. Daftar Informan

Nama : Hamdin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 56 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Desa klambir Lima Kampung

Nama : Siti Aisah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 70 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah rakyat

Pekerjaan : Berdagang

Universitas Sumatera Utara


58

Alamat : Desa Klambir Lima Kampung

Nama : Ahmad Bahkry

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 74 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah rakyat

Pekerjaan : Petani

Alamat : Dusun II A Desa Klambir Lima Kampung

Nama : Muhammad Abdullah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 60 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Berdagang

Alamat : Dusun II B Desa Klambir Lima Kampung

Nama : Syahrul

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 55 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Desa Klambir Lima Kampung

Universitas Sumatera Utara


59

Nama : Syahlan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 70 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun II A Desa Klambir Lima Kampung

Lampiran 2. Peta Desa Klambir Lima Kampung

Universitas Sumatera Utara


60

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai