Anda di halaman 1dari 10

Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022.

2(2): 48 – 56
ISSN (Media Online) 2777-1121

TEMPE KACANG KEDELAI SEBAGAI PANGAN


FERMENTASI UNGGULAN KHAS INDONESIA:
LITERATURE REVIEW

Tempeh as Indonesian Special Fermented Food: Literature


Review
Okti Hajeng Kristiadi*, Arina Tri Lunggani
Program Studi Bioteknologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro,
Semarang
Email: oktihajeng@students.undip.ac.id

ABSTRAK
Tempe adalah makanan yang familiar bagi masyarakat Indonesia yang terbuat dari kedelai
yang difermentasi. Masyarakat mengonsumsi tempe karena kandungan proteinnya yang
tinggi dan produksinya pun mudah. Kedelai diberikan ragi kapang Rhizopus sp. lalu
difermentasi kurang lebih 48 jam untuk menghasilkan tempe yang utuh. Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae merupakan jenis kapang yang paling banyak ditemukan
pada tempe. Fermentasi pada tempe menyebabkan terhidrolisisnya karbohidrat, protein,
dan lemak pada kedelai oleh enzim hidrolitik yang dihasilkan oleh Rhizopus sp. Senyawa
bioaktif yang bersifat antibakteri seperti flavonoid juga terbentuk pada proses fermentasi
kedelai tempe oleh kapang. Metode produksi tempe terbilang mudah dan masih banyak
diproduksi secara tradisional oleh masyarakat Indonesia yang diawali dengan
membersihkan kedelainya. Tahap akhir dari produksi tempe adalah tahap fermentasi itu
sendiri dan membungkusnya dengan pembungkus tertentu. Jenis pembungkus dapat berupa
daun maupun plastik. Masing – masing jenis pembungkus memiliki kelebihan dan
kekurangannya sendiri, namun jenis pembungkus tempe daun dinilai lebih unggul. Jenis
pembungkus perlu dipertimbangkan mengingat faktor ini menentukan kualitas produk dan
sifat fisik dari tempe hasil fermentasi kedelai oleh Rhizopus sp. Tempe berpotensi sebagai
pangan fungsional mengingat kandungan gizi, senyawa bioaktif, dan manfaat yang
didapatkan dengan mengonsumsi tempe. Tempe memiliki manfaat untuk kesehatan sebagai
antibakteri, antioksidan, antialergi, antiinfeksi, dan hepatoprotektor.
Kata kunci—Fermentasi, Rhizopus sp., Tempe

ABSTRACT
Tempeh is a familiar food for Indonesians made from fermented soybeans. People consume
tempeh because of its high protein content and easy production. Soybeans are given mold
yeast Rhizopus sp. Then fermented for approximately 48 hours to produce a whole tempeh.
Rhizopus oligosporus and Rhizopus oryzae are the most common types of mold found in
tempeh. Fermentation in tempeh causes hydrolysis of carbohydrates, proteins, and fats in

47
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

soybeans by hydrolytic enzymes produced by Rhizopus sp. Bioactive compounds that are
antibacterial such as flavonoids are also formed in the fermentation process of tempeh
soybeans by mold. The tempeh production method is fairly easy and is still widely produced
traditionally by the Indonesian people which begins with cleaning the soybeans. The final
stage of tempeh production is the fermentation stage itself and wrapping it in a certain
wrapper. The type of wrapping can be both leaf and plastic. Each type of wrapper has its
own advantages and disadvantages, but the type of leaf tempeh wrapper is considered
superior. The type of wrapper needs to be considered considering that this factor
determines the quality of the product and the physical properties of the tempeh fermented
soybeans by Rhizopus sp. Tempeh has the potential to be a functional food considering the
nutritional content, bioactive compounds, and benefits obtained by consuming tempeh.
Tempeh has health benefits as an antibacterial, antioxidant, antiallergic, antiinfective, and
hepatoprotector.
Keywords— Fermentation, Rhizopus sp., Tempeh

PENDAHULUAN dengan kandungan protein yang berbeda


Tempe merupakan makanan satu sama lain (Elisabeth et al., 2017).
tradisional Indonesia yang mendunia, Fermentasi kedelai pada
dibuat pertama kali oleh masyarakat di pembuatan tempe membutuhkan peran
daerah Jawa Tengah dan muncul pada kapang khususnya Rhizopus spp. Contoh
tahun 1700-an (Astuti et al., 2000). kapang yang banyak digunakan dalam
Tempe banyak dikenal sebagai makanan pembuatan tempe adalah Rhizopus
fermentasi yang berasal dari bahan dasar oryzae dan Rhizopus oligosporus (Ellent
kedelai (Nout dan Kiers, 2005). Kedelai et al., 2022). Keberadaan jamur tempe
yang paling umum digunakan dalam yang ditunjukkan melalui miselium
pembuatan tempe adalah kedelai berwarna putih (kumpulan hifa) mampu
(Glycine mas), namun beberapa inovasi memproduksi beberapa enzim, seperti
tempe lainnya menggunakan kacang – enzim protease, lipase, dan amilase
kacangan seperti kacang merah (Suknia, 2020). Tempe mengandung
(Phaseolus vulgaris) sebagai pengganti berbagai zat gizi esensial dan senyawa
kedelai (Safitry et al., 2022). Beberapa bioaktif yang bermanfaat untuk
daerah di Indonesia memiliki varietas kesehatan tubuh baik bagi pencernaan,
kedelainya sendiri baik yang berasal dari peredaran darah, dan pernapasan
lokal maupun impor untuk dijadikan (Aryanta, 2020). Makanan fermentasi ini
sebagai bahan dasar pembuatan tempe memiliki potensi sebagai pangan
fungsional mulai dari meningkatkan

48
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

kadar hemoglobin pada penderita anemia pembungkus dapat menyebabkan reaksi


(Pinasti, 2020) hingga sebagai pangan yang berbeda pada fermentasi kedelai
antidiabetes (Nurwati, 2016). tempe (Tatipata, 2008). Tujuan dibuatnya
Sebagian besar proses produksi artikel ini adalah untuk mengetahui
tempe masih dilakukan secara deskripsi, proses fermentasi, jenis
tradisional. Produksi diawali dengan pembungkus, kandungan gizi, dan
merendam kedelai dengan air panas, manfaat pada tempe yang berasal dari
memisahkan kedelai dari kulitnya, kacang kedelai dari berbagai studi yang
dikukus, dan akhirnya diberi tepung pernah dilakukan sebelumnya.
tapioka secara merata (Alvina dan
Hamdani, 2019). Pengeringan dilakukan METODE
pada kedelai sebelum ragi diberikan. Penelitian yang dilakukan berupa
Dosis pemberian ragi dapat berpengaruh literature review dengan metode naratif
pada kualitas tempe yang dihasilkan membahas informasi seputar tempe
nantinya setelah pemeraman selama 24 sebagai salah satu pangan fermentasi di
jam (Sapitri et al., 2018). Selain dosis Indonesia yang berbahan dasar kedelai
pemberian ragi, jenis bungkus yang dan Rhizopus sp. Pengumpulan data dan
digunakan pada tempe juga informasi dilakukan dengan pencarian
memengaruhi kualitas tempe pada literatur baik nasional maupun
akhirnya. Pembungkusan tempe yang internasional melalui database Google
paling umum dilakukan dengan Scholar serta dilakukan telaah pustaka.
menggunakan daun pisang dan plastik Pencarian artikel ilmiah dilakukan
dengan masing – masing kelebihan dan dengan kata kunci Tempe, Rhizopus sp,
kelemahannya. Tempe yang dibungkus Gizi Tempe dan Fermentasi Tempe yang
dengan plastik memiliki kandungan diutamakan berasal dari rentang tahun
senyawa yang berbeda dibandingkan penerbitan 2012-2022. Beberapa
dengan tempe yang dibungkus daun deskripsi data dan informasi penting juga
pisang (Harahap et al., 2018). Sifat ditemukan pada tahun sebelum tahun
pembungkus pada tempe akan 2012 dengan catatan bahwa jumlah
berperngaruh terhadap faktor sumber tersebut tidak lebih dari 20%
pertumbuhan Rhizopus sp. dan hasil akhir daftar pustaka. Total pencarian di
produk (Salim, 2017., Umami et al., 2018 database Google Scholar dengan kata
dan Sulistiyono, 2016), termasuk kunci utama yaitu Tempe, menghasilkan
mempengaruhi gizi pada tempe (Salim, sekitar 924.000 hasil pencarian. Namun,
2017). Penyebabnya perbedaan sifat pada akhirnya artikel ilmiah yang

49
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

digunakan pada studi literatur ini terdiri Rhizopus sp. merupakan kapang
dari 28 artikel ilmiah berupa jurnal dan 1 yang memiliki peran penting dalam
buku ilmiah yang 23 artikel ilmiah dan 1 industri makanan fermentasi dan
buku diantaranya merupakan artikel dan produksi metabolit tertentu (Gryganskyi
buku yang terbit kurang dari 10 tahun et al., 2018). Beberapa macam ragi
(tahun 2012). Rhizopus yang dikenal dalam pembuatan
Studi literatur dilakukan mulai dari tempe yaitu Rhizopus achlamydosporus,
pengertian tempe secara umum dan Rhizopus cohnii, Rhizopus oligosporus,
variasi tempe di Indonesia. Studi literatur Rhizopus oryzae, Rhizopus arrhizus, dan
dilanjutkan dengan melakukan telaah Rhizopus stolonifer (Roni, 2013). Pada
terkait proses fermentasi kedelai pada tempe, keberadaan Rhizopus sp. yaitu R.
tempe yang dilakukan oleh Rhizopus sp oryzae dan R. oligosporus dominan
(termasuk spesies dari Rhizopus yang ditemukan, terutama kapang R.
lebih mendetail). Selanjutnya dilakukan oligosporus (Nurholipah dan Ayun,
pembandingan antara dua jenis 2017). Secara makroskopis, isolat
pembungkus yaitu plastik dan daun Rhizopus sp. yang diambil dari tempe
pisang menurut literatur dari berbagai memiliki warna koloni abu – abu,
parameter, serta kandungan gizi yang memiliki miselium yang menyerupai
didapatkan dari konsumsi tempe. kapas, dan pertumbuhannya berlangsung
Analisis yang digunakan dalam studi cepat. Ciri – ciri Rhizopus sp. pada tempe
literatur ini yaitu secara deskriptif. secara mikroskopis, umumnya memiliki
rhizoid, stolon, hifa tidak bersepta,
HASIL DAN PEMBAHASAN sporangia besar di ujung sporangiofor,
Hasil studi pada literatur terpilih kolumela berbentuk agak bulat, dan
adalah jurnal dan buku. Hasil serta apofisis menyerupai cangkir (Dewi dan
pembahasan studi literatur dibagi Aziz, 2011).
menjadi tiga bahasan pokok yaitu Fase pertumbuhan R. oligosporus
fermentasi kedelai oleh Rhizopus sp. menurut penelitian milik Wahyudi
pada tempe, perbandingan jenis, sifat, (2018) terdiri dari fase lag (12 jam
dan pengaruh pembungkus tempe, dan pertama pertumbuhan), fase akselerasi
kandungan gizi dan manfaat pada tempe. (mulai jam ke-12 hingga jam ke-24), fase
eksponensial, dan fase kematian (waktu
Fermentasi Kedelai Oleh Rhizopus sp. 36 hingga 48 jam pertumbuhan).
Pada Tempe Semakin lama waktu fermentasi maka
kadar protein akan semakin menurun

50
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

oleh aktivitas enzimatis (membusuk), Tempe dapat dibungkus dengan


terjadi fermentasi bioetanol, berbagai jenis pembungkus tergantung
menyebabkan produksi CO2, dan ketersediaan bahan yang ada dan aspek
perubahan kimia lainnya (Nuraini et al., sosial budaya yang terdapat pada suatu
2021). daerah. Pembungkus tempe yang selama
Proses fermentasi pada tempe ini ini banyak digunakan diantaranya adalah
membutuhkan kondisi yang lembab dan daun pisang, daun jati, dan plastik
membutuhkan oksigen pada prosesnya (Sulistiyono, 2016). Dua pembungkus
(Suknia dan Rahmani, 2020). Pada tahap tempe yang paling banyak digunakan
proses fermentasi terjadi penguraian adalah daun pisang dan plastik (Salim et
karbohidrat, lemak, dan protein oleh al., 2017).
enzim hidrolitik yang dimiliki oleh Pembungkus tempe perlu
Rhizopus sp. Enzim yang berperan dalam diperhatikan karena pertumbuhan
penguraian senyawa - senyawa pada Rhizopus sp. dan keberlangsungan proses
kedelai enzim α-amilase, lipase, dan fermentasi yang dipengaruhi sifat
protease yang dihasilkan kapang pembungkusnya. Sifat plastik sebagai
Rhizopus sp. (Karmani et al., 1996). R. pembungkus yaitu permeabilitas udara,
oligosporus merupakan kapang dengan uap, dan panasnya rendah, sehingga
aktivitas protease dan lipase yang paling dalam prosesnya, plastik perlu dilubangi.
kuat, sedangkan R. oryzae merupakan Sifat daun pisang sebagai pembungkus
kapang dengan aktivitas amilase yang tempe mampu menciptakan kondisi
paling kuat dibandingkan dengan kapang hangat dan lembab namun tidak
Rhizopus sp. lainnya (Roni, 2013). Selain menciptakan uap (Umami et al., 2018)
menghasilkan banyak enzim yang karena terdapat pori – pori pada daunnya,
mampu menyederhanakan kandungan Jenis pembungkus tempe akan
gizi pada kedelai, Rhizopus sp. mempengaruhi kualitas dan sifat fisik
menghasilkan senyawa bioaktif yang tempe, komponen flavor volatil, sifat
bersifat antibakteri (antagonis) terhadap organoleptik, kadar protein dan kadar air,
berbagai bakteri patogen enterik seperti dan beberapa parameter lainnya. Berikut
Escherichia coli, Salmonella merupakan pengaruh plastik dan daun
typhimurium, dan Shigella flexneri pisang sebagai pembungkus pada produk
(Virgianti, 2015). tempe :

Jenis, Sifat, dan Pengaruh


Pembungkus Tempe

51
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 48 – 56
ISSN (Media Online) 2777-1121

Tabel 1. Perbandingan Plastik dan Daun Pisang


Jenis Parameter Plastik Daun Pisang
Pertumbuhan miselia Miselia lebih cepat tumbuh dan
fermentasi kedelainya berlangsung
cepat (Radiati, 2016)
Kandungan Senyawa Tempe mengandung piperazin, sec- Tempe mengandung senyawa golongan
pada Tempe butil nitrit, dan (Z)-α-pinen ester, terpenoid, alkohol, aldehid, keton,
(Harahap et al., 2018) furan, senyawa dengan kandungan
nitrogen, dan α-pinen (Harahap et al.,
2018)
Kadar Protein Tempe Kadar protein rata – rata pada tempe Kadar protein rata – rata pada tempe
yaitu 44,771% (Salim et al., 2017) yaitu 41,381% (Salim et al., 2017)
Kadar Air Tempe Tempe mengandung kadar air Tempe mengandung kadar air sebanyak
sebanyak 44,13% (Salim et al, 48,66% (Salim et al, 2017)
2017)
Daya simpan dan sifat Lebih unggul pada segi warna, Lebih enak rasanya karena kondisi
Organoleptik pada Tempe aroma, rasa, dan tekstur tempe tempe lebih hangat dibungkus daun
(Umami et al., 2018) pisang (Radiati, 2016)

Kandungan Gizi dan Manfaat pada protein, karbohidrat, kalsium, dan zat
Tempe Kedelai besi pada tempe lebih tinggi
Tempe merupakan salah satu dibandingkan daging ayam dan kambing
makanan yang kaya akan gizi, bahkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
menurut Alvina dan Hamdani (2019),

Tabel 2. Perbandingan kandungan gizi antara 100 gram tempe, daging ayam dan daging
kambing berdasarkan Direktorat Gizi Depkes (1992) dalam Alvina dan
Hamdani (2019)
Komponen Tempe Daging Ayam Daging Kambing
Energi (kkal) 149 302 154
Protein (g) 18,3 18,2 16,6
Lemak (g) 4 25 9,2
Karbohidrat (g) 12,7 0 0
Kalsium (mg) 129 14 11
Besi (mg) 10 1,5 1
Vitamin A (IU) 50 810 0

Tempe yang dikenal sebagai bahwa tempe memiliki kandungan lemak


pangan fungsional banyak dikonsumsi tidak jenuh (PUFA), vitamin B
oleh masyarakat selain karena harganya khususnya vitamin B12 dan vitamin A,
yang terjangkau adalah kandungan D, E, K. Kandungan gizi yang pada 100
protein nabatinya (Indrasari et al., 2022). gram (berat kering) tempe menurut
Tempe mengandung protein, lemak Astawan (2013) dalam Aryanta (2020),
hidrat, arang, serat, abu, kalsium, fosfor, yaitu protein 46,5 g; lemak 19,7 g;
besi, karotin, vitamin B1, dan air. karbohidrat 30,2 g; kalsium 347 mg;
Aryanta (2020) menjelaskan lebih rinci fosfor 724 mg; zat besi 9 mg; vitamin B1

52
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

0,28 g; riboflavin 0,65 g; niasin 2,53 mg; 4. Mencegah kanker, anemia, asma,
asam pentotenat 520 mcg; piridoksin 100 diabetes mellitus, resiko parkinson,
mcg; vitamin B12 3,9 mcg; biotin 53 ug; osteoporosis
asam amino esensial 18,9 g. Penelitian 5. Menurunkan kadar kolesterol serta
milik Dhurhania dan Istantini (2020) berat badan
menyebutkan terdapat kandungan 6. Menghambat proses penuaan.
senyawa flavonoid pada tempe dengan Salah satu studi yang dilakukan
hasil penelitian kadar total flavonoid oleh Astawan et al. (2015) menyatakan
sebesar 183,48±3,91 mgQE pada 100 bahwa konsumsi tempe hasil produksi
gram tempe kedelai dengan Relative salah satu daerah di Indonesia yang
Standard Deviation 2,13% - 2,21%. dicobakan pada tikus memiliki pengaruh
Senyawa flavonoid merupakan senyawa pada profil serum, hematologi, dan
yang memiliki sifat antioksidan, anti- antioksidan pada tikus tersebut. Food
inslamasi, anti-mutagenik, dan anti convertion efficiency pada tikus yang
karsinogenik (Khoirunnisa dan Sumiwi, mengonsumsi tempe dinyatakan lebih
2019). Pernyataan tersebut didukung tinggi dibandingkan tikus yang
oleh Dhurhania dan Istantini (2020) yang mengonsumsi kedelai maupun kasein
menyatakan bahwa tempe bermanfaat saja.
sebagai antioksidan, antikanker,
antialergi, antibakteri, antiinfeksi, KESIMPULAN
antihaemolitik, dan hepatoprotektor. Proses fermentasi kedelai oleh
Dinar (2013) menyatakan bahwa Rhizopus sp merupakan salah satu tahap
sebagian masyarakat belum mengetahui penting untuk mendapatkan hasil produk
bahwa tempe juga mengandung zat besi, tempe yang maksimal. Jenis pembungkus
vitamin B dan C, serta mengandung pada proses fermentasi tempe
antioksidan. Berdasarkan kandungan gizi memengaruhi kualitas sifat fisik,
yang ada pada tempe, diketahui bahwa kandungan senyawa, daya simpan, kadar
tempe memiliki berbagai manfaat untuk protein dan air pada tempe serta sifat
kesehatan manusia seperti yang organoleptiknya (warna, aroma, rasa, dan
dinyatakan oleh Aryanta (2020) yaitu : tekstur). Plastik dan daun pisang yang
1. Meningkatkan imunitas dam kinerja paling sering digunakan sebagai
otak pembungkus tempe memiliki masing –
2. Mengobati diare dan mencegah masing keunggulan dan banyak
penyakit pencernaan digunakan berdasarkan ketersediaan dan
3. Menjaga kesehatan jantung pengaruh budaya setempat. Tempe

53
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

memiliki berbagai kandungan gizi seperti 6047.2000.00176.x. PMID:


protein, karbohidrat, kalsium, zat besi, 24394511.
dan asam amino esensial yang tinggi, Dewi, R. S., dan S. Aziz. (2011). Isolasi
serta rendah lemak yang bermanfaat bagi Rhizopus oligosporus pada
kesehatan tubuh. Beberapa Inokulum Tempe di
Kabupaten Banyumas. Molekul.
DAFTAR PUSTAKA 2(6), 93-104. doi:
Alvina, A. dan D. Hamdani. (2019). http://dx.doi.org/10.20884/1.jm.2
Proses Pembuatan Tempe 011.6.2.97.
Tradisional. Jurnal Pangan Halal. Dhurhania, C. E., dan E. (2020) Istantini.
1(1), 9-12. Analisis Kadar Flavonoid Total
Aryanta, I. W. R. (2020). Manfaat Tempe Tempe Kedelai secara
untuk Kesehatan. Widya Spektrofotometri Visibel. Media
Kesehatan. 1(2), 44-50. Farmasi. 17(2), 72-88.
Astawan, M. (2013). Jangan Takut http://dx.doi.org/10.12928/mf.v17
Makan Enak: Sehat Dengan i2.19747.
Makanan Tradisional. Jilid 2. Dinar, F. (2013). Manfaat Tempe
Jakarta: PT Kompas Media terhadap Kesehatan Tubuh. Jurnal
Nusantara. Pengabdian Kepada Masyarakat.
Astawan, M., T. Wresdiyati, dan J. Sirait. 19(71), 1-4.
(2015). Pengaruh Konsumsi Elisabeth, D. A. A., E. Ginting, dan R.
Tempe Kedelai Grobogan Yulifanti. (2017). Respon
terhadap Profil Serum, Pengrajin Tempe Terhadap
Hematologi, dan Antioksidan Introduksi Varietas Unggul
Tikus. J. Teknol. dan Industri Kedelai Untuk Produksi Tempe.
Pangan. 26(2), 155-162. Jurnal Pengkajian dan
https://doi.org/10.6066/jtip.2015.2 Pengembangan Teknologi
6.2.155. Pertanian. 3(20), 183-196.
Astuti, M., M. Andreanyta, S. F. Dalais, Ellent, S. S. C., L. Dewi, dan M. C.
and M. L. Wahlqvist. (2000). Tapilouw. (2022). Karakteristik
Tempe, a Nutritious and Healthy Mutu Tempe Kedelai (Glycine
Food from Indonesia. Asia Pacific max L.) yang Dikemas dengan
Journal of Clinic and Nutrition. Klobot. AGRITEKNO: Jurnal
9(4), 322-325. doi: Teknologi Pertanian. 1(11), 32-40.
10.1046/j.1440-

54
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

doi: Nuraini, V., I. R. Puyanda, W. A. S


10.30598/jagritekno.2022.11.1.32. Kunciati, dan L. A. Margareta.
Harahap, R. H., Z. Lubis, dan J. Kaban. (2021). Perubahan Kimia Dan
(2018). Komponen Flavor Volatil Mikrobiologi Tempe Busuk
Tempe yang Dibungkus dengan Selama Fermentasi. Jurnal
Daun Pisang dan Plastik. Agritech. Agroteknologi. 2(15), 127-137.
38(2), 194-199. doi: https://doi.org/10.19184/j-
Indrasari, O. R., Y. I. K. Dewi, N. T. agt.v15i02.25729.
Triatmaja, M. A. Fahmi, F. N. Nurholipah, N., dan Q. Ayun. (2017).
Sidjabat, A. Sariwati, E. Sutikno, Isolasi dan Identifikasi Rhizopus
D. I. Oktaviasari, dan A. N. Filiya. oligosporus dan Rhizopus oryzae
(2022). Pengolahan Pangan pada Tempe Asal Bekasi. Jurnal
Fungsional Berbasis Pangan Teknologi Pangan. 1(15), 98-104.
Lokal. JCEE. 4(1), 22-27. https://doi.org/10.33005/jtp.v15i1.
Karmani, M., D. Sutopo, dan H. 2742.
Hermana. (1996). Aktivitas Enzim Nurwati, N. (2016). Tempe sebagai
Hidrolik Kapang Rhizopus sp. Pangan Fungsional Antidiabetes.
pada Proses Fermentasi Tempe. Jurnal Pangan. 3(25).
Nutrition and Food Research. https://doi.org/10.33964/jp.v25i3.
(19), 93-102. doi: 337.
10.22435/pgm.v0i0.2302. Pinasti, L., Z. Nugraheni, dan B.
Khoirunnisa, I. dan S. A. Sumiwi. (2019). Wiboworini. (2020). Potensi
Peran Flavonoid pada Berbagai tempe sebagai pangan fungsional
Aktivitas Farmakologi. Farmaka. dalam meningkatkan kadar
17(2), 131-142. hemoglobin remaja penderita
https://doi.org/10.24198/jf.v17i2.2 anemia. AcTion: Aceh Nutrition
1922.g11628. Journal. 1(5), 19-26. doi:
Nout, M. J. R. and J. L. Kiers. (2005). 10.30867/action.v5i1.192.
Tempe fermentation, innovation Radiati, A. & S. (2016). Analisis Sifat
and functionality: update into the Fisik , Sifat Organoleptik , dan
third millenium. Journal of Kandungan Gizi pada Produk
Applied Microbiology. 98, 789- Tempe dari Kacang Non-Kedelai.
805. doi:10.1111/j.1365- Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan,
2672.2004.02471.x. 5(1), 16– 22.

55
Kristiadi, OH, et al. Jurnal Andaliman: Jurnal Gizi Pangan, Klinik dan Masyarakat, 2022. 2(2): 47 – 58
ISSN (Media Online) 2777-1121

Safitry, A., M. Pramadani, W. Febriani, Sulistiyono, P., S. Samuel, dan M. M.


A. Achyar, dan R. Fevria. (2022). Mailani. (2016). Pengaruh
Uji Organoleptik Tempe dari Pembungkus Tempe terhadap
Kacang Kedelai (Glycine max) dan Daya Simpan dan Sifat Fisik
Kacang Merah (Phaseolus Tempe. Media Informasi. 12(1),
vulgaris). Prosiding Seminar 90-95. doi:
Nasional Biologi. 1(2), 358-369. 10.37160/bmi.v12i1.18.
https://doi.org/10.24036/prosemna Tatipata, A. (2008). The Effect of
sbio/vol1/352. Moisture Content, Package and
Salim, R., E. T. Zebua, dan T. Taslim. Storage Period on Mitochondrial
(2017), Analisis Jenis Kemasan Inner Membrane Protein of
terhadap Kadar Protein dan Kadar Soybean Seed. Buletin Agronomi,
Air pada Tempe. Jurnal 36(1), 8–16.
Katalisator. 2(2), 106-111. doi : Umami, S., I. K. S. Jaya, M. Darawati,
http://doi.org/10.22216/jk.v2i2.25 dan I. G. N. Widinda. (2018).
31. Kajian Sifat Organoleptik Dan
Sapitri, V., U. S. Hastuti., dan A. Witjoro. Masa Simpan Tempe Kedelai
(2018). Pengaruh Ragi Tempe Dengan Beberapa Jenis Kemasan.
dengan Variasi Substrat Kacang Jurnal Gizi Prima. 2(3), 142-148.
Tunggak (Vigna unguiculata) dan Virgianti, D. P. (2015). Uji Antagonis
Kacang Kedelai (Glycine max (L) Jamur Tempe (Rhizopus Sp)
Merill. ) serta Dosis Ragi Tempe terhadap Bakteri Patogen Enterik.
terhadap Kualitas Tempe Kedelai. Biosfera. 32(3), 162-168. doi:
Jurnal Ilmu Hayat. 1(2), 1-8. 10.20884/1.mib.2015.32.3.339.
Suknia, S. L. (2020). Proses Pembuatan Wahyudi, A. (2018). Pengaruh Variasi
Tempe Home Industry Berbahan Suhu Ruang Inkubasi terhadap
Dasar Kedelai (Glycine max (L.) Waktu Pertumbuhan Rhizopus
Merr) dan Kacang Merah oligosporus pada Pembuatan
(Phaseolus vulgaris L.) di Tempe Kedelai. Jurnal Redoks.
Candiwesi, Salatiga. Southeast 1(3), 37-44. doi:
Asian Journal of Islamic 10.31851/redoks.v3i1.2790.
Education. 1(3), 58-75.
https://doi.org/10.21093/sajie.v3i1
.2780.

56

Anda mungkin juga menyukai