Anda di halaman 1dari 6

377

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 5 No. 3, Maret 2017: 377 – 382
ISSN: 2527-8452

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN


SUWEG (Amorphophallus campanulatus Bl) DI JAWA TIMUR

EXPLORATION AND IDENTIFICATION OF MORPHOLOGICAL CHARACTER OF


ELEPHANT FOOT YAM (AMORPHOPHALLUS CAMPANULATUS BL)
IN EAST JAVA
Fadli Heriyansyah*), Lita Soetopo dan Darmawan Saptadi

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur Indonesia
*)
E-mail: itsmypanel@yahoo.com

ABSTRAK merupakan suweg varian 2. Analisis


kekerabatan menunjukkan hubungan yang
Suweg merupakan salah satu dari tanaman beragam dengan nilai matriks kemiripan 0,28
penghasil umbi di Jawa Timur. Tanaman – 0,91, hal ini menunjukkan bahwa
suweg di Jawa Timur telah dibudidayakan keragaman tanaman suweg di Jawa Timur
secara teratur sebanyak 82,7%, umbi suweg sangatlah tinggi.
memiliki potensi yang besar untuk dijadikan
sebagai bahan diversifikasi pangan dimasa Kata kunci: Karakterisasi, Suweg, Eksplorasi,
depan. Pengembangan terhadap tanaman Analisis Kekerabatan, Amorphophallus
suweg, misalnya perakitan varietas belum
banyak dilakukan. Langkah awal dalam ABSTRACT
melakukan perakitan varietas yang harus
dilakukan adalah eksplorasi plasma nutfah. Elephant foot yam is one of tuber plant in
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh East Java. In East Java 82,7% Elephant foot
informasi tanaman suweg di Jawa Timur, yam has been cultivated, elephant foot yam’s
mengetahui perbedaan karakteristik tanaman tuber have high potential to become food
serta hubungan kekerabatan tanaman suweg diversification in the future. Improvement on
dalam kabupaten yang sama maupun pada elephant foot yam such as varieties has not
kabupaten yang berbeda. Penelitian done yet. The first step for creating varieties
dilaksanakan di wilayah Jawa Timur, meliputi is to germplasm exploration. The purpose of
Kabupaten Malang, Blitar, Ponorogo dan this research is to get information about the
Madiun. Pemilihan lokasi ditentukan existence of Elephant Foot Yam in East Java,
berdasarkan hasil survey pendahuluan. find out the differences in the morphological
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret characters and its diversity of Elephant Foot
hingga Juni 2014. Analisis data Yam in East Java and also to get information
menggunakan metode deskriptif yaitu about keen relationship of elephant foot yam
menyederhanakan dan menata data untuk from the same regency, and from different
memperoleh gambaran secara keseluruhan regency. This research is conducted in East
dari obyek yang diamati. Selain penggunaan Java consist of Malang, Blitar, Ponorogo and
analisis deskriptif, dilakukan analisis Madiun. The location is decided based on
kekerabatan menggunakan analisis data pre-survey result. The research is conducted
cluster. Pada analisis kekerabatan similarity from March to June 2014. The data Analysis
matrix dihitung secara manual, sedangkan which used in this research is descriptive
dendrogram dibuat dengan menggunakan method with direct observation technique at
software NTSys. Hasil penelitian diperoleh 14 object that perceived in the location, also
sampel tanaman dari 12 lokasi. Dua sampel keen relationship analysis, on the keen
dari Blitar lokasi 2 dan Blitar lokasi 3 analysis similarity matrix is calculated
378

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 3, Maret 2017, hlm. 377 – 382

manually and the dendrogram is produce tidak produktif seperti lahan perkebunan
using NTSys 2.0 software. Result of this maupun lahan milik perhutani dapat dijadikan
research is there are 14 samples of elephant tumpang sari. Selain itu peran suweg dapat
foot yam found from 12 location, 2 samples mendukung program pemerintah dalam hal
each from Blitar 2nd location, and Blitar 3rd diversifikasi pangan.
location is variant 2. Keen relationship Pengembangan terhadap tanaman
analysis result in high diversity in relationship suweg, misalnya dalam hal perakitan varietas
with similarity matrix 0,28 – 0,91, which mean belum banyak dilakukan. Langkah awal
elephant foot yam in East Java have high dalam melakukan perakitan varietas yang
diversity. harus dilakukan adalah eksplorasi plasma
nutfah, Rais (2004) menyatakan Eksplorasi
Keywords : Characterization, Elephant foot tanaman bertujuan untuk mengumpulkan
yam, Exploration, Keenship analysis, plasma nutfah untuk dikonservasi,
Amorphophallus diberdayakan dan dimanfaatkan sebagai
sumber gen, untuk perbaikan sifat ketahanan
PENDAHULUAN dan toleransi terhadap hama dan penyakit
dalam program pemuliaan tanaman. di mana
Indonesia memiliki beragam bahan dengan semakin beragamnya plasma nutfah
pangan tradisional yang memiliki potensi maka akan semakin banyak sumber-sumber
cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai genetik untuk pemuliaan tanaman suweg.
pangan fungsional namun belum banyak Tanaman suweg di Jawa Timur telah
dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa dibudidayakan secara teratur sebanyak
bahan pangan yang belum dimanfaatkan 82,7% sehingga menjadi tempat yang cocok
secara maksimal salah satunya adalah umbi untuk eksplorasi tanaman suweg agar dapat
suweg (Izzati dan Widyaningsih, 2014). digunakan sebagai bahan perbaikan genetik
Nama tanaman suweg berasal dari bahasa tanaman suweg.
Jawa, tanaman suweg termasuk dalam
marga Amorphophallus dan masih BAHAN DAN METODE PENELITIAN
berkerabat dekat dengan bunga bangkai
raksasa (Amorphophallus titanum) dan iles- Penelitian dilaksanakan di wilayah
iles (Amorphophallus muelleri). Suweg Jawa Timur, meliputi Kabupaten Malang,
merupakan salah satu dari tanaman Blitar, Ponorogo dan Madiun. Pemilihan
penghasil umbi di Jawa Timur. Tanaman lokasi ditentukan berdasarkan hasil survey
suweg di Jawa Timur telah dibudidayakan pendahuluan. Penelitian dilakukan mulai
secara teratur sebanyak 82,7%, sedangkan bulan Maret hingga Juni 2014. Alat yang
di Jawa Barat hanya 15% dan pada Jawa digunakan dalam penelitian ini meliputi alat
Tengah belum dibudidayakan oleh penduduk tulis, kuisoner, kamera sebagai alat
(Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi- dokumentasi, meteran, pisau, GPS, panduan
umbian, 2002). deskriptor tanaman suweg sebagai pedoman
Ditinjau dari sifat fisikokimia suweg untuk karakterisasi dan termometer. Bahan
memiliki potensi digunakan untuk bahan yang digunakan adalah tanaman suweg yang
pengental maupun bahan pengisi, karena ada pada empat kabupaten di Provinsi Jawa
memiliki kandungan amilosa yang rendah Timur dan hasil wawancara
dan viskositas puncak tinggi (Gumilar et al., Penelitian dilaksanakan dengan
2011), sehingga tanaman suweg berpotensi metode eksplorasi tanaman suweg yang
sebagai bahan diversifikasi pangan, agar berada di wilayah-wilayah Kabupaten
mendukung ketahanan pangan, tanaman Malang, Blitar, Ponorogo dan Madiun.
suweg perlu dibudidayakan dan Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap
diperkenalkan pada masyarakat, karena dengan mengandalkan nara sumber dan
dapat menggantikan peran beras sebagai sumber informasi, baik langsung dari pemberi
makanan sumber karbohidrat. Suweg mudah informasi utama (key informan) maupun data
tumbuh di bawah naungan pohon tanpa kepustakaan (Bompard dan Kostermans
pemeliharaan rutin dan juga pada lahan yang 1985; Purnomo 1987). Sebelum
379

Heriyansyah, dkk, Eksplorasi dan Identifikasi Suweg

dilakukannya eksplorasi terlebih dahulu Keterangan : S = Similarity Matrix


dilakukan pra-eksplorasi, yaitu dengan cara Pa = karakter a pada sampel P
penggalian informasi tentang keberadaan Qa = karakter a pada sampel Q
tanaman suweg yang didapatkan dari Dinas n = jumlah skor karakter
Pertanian ataupun dari nara sumber lainnya Sedangkan data kuantitatif diubah menjadi
(Karsinah et al., 2007). Teknik pengamatan data kualitatif ordinal dengan menggunakan
dilakukan secara langsung pada objek di distribusi frekuensi. Hasil akhir matriks
lapang dengan analisis data deskriptif dan kemiripan adalah hasil rata-rata dari matriks
analisis kekerabatan. kemiripan pada setiap karakter dalam satu
penelitian dilakukan melalui 4 tahap sampel, dari matriks kemiripan dibuat
yaitu Survei awal, survei dan penentuan dendrogram dengan menggunakan software
lokasi penelitian, pengamatan karakter Numerical Taxonomy and Multivariate
morfologis serta wawancara terhadap Analysis System (NTSys).
responden petani. Analisis data
menggunakan metode deskriptif yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
menyederhanakan dan menata data untuk
memperoleh gambaran secara keseluruhan Terdapat 14 sampel tanaman yang
dari obyek yang diamati. Selain penggunaan berhasil ditemukan dari 12 lokasi. Rendahnya
analisis deskriptif, dilakukan analisis sampel yang didapat disebabkan oleh
kekerabatan menggunakan analisis data penelitian yang dilakukan pada musim
cluster dan dihasilkan similarity matrix kemarau, sehingga banyak tanaman suweg
(Matriks kemiripan) kemudian dari nilai yang sedang dorman. Tanaman sampel yang
matriks kemiripan dibentuk dendrogram atau telah ditemukan dibedakan menjadi 2 varian
diagram pohon dimana terdapat tingkatan berdasarkan warna tangkai daun. Varian 1
(hirarki) yang jelas antar obyek, dari yang adalah suweg yang memiliki warna tangkai
paling mirip hingga yang paling tidak mirip. daun hijau muda – hijau (Gambar 1.a).
Perhitungan matriks kemiripan dilakukan Varian 2 ialah suweg yang memiliki warna
secara manual, untuk data kualitatif nominal tangkai daun hijau tua gelap (Gambar 1.b).
(tidak memiliki tingkatan atau skor) dihitung Pada Kabupaten Blitar ditemukan tiga
dengan rumus sebagai berikut : sampel tanaman dari tiga lokasi, lokasi
Pa = Qa, S = 1 pertama di Desa Jugo Kecamatan
Pa ≠ Qa, S = 0 Kesamben, lokasi kedua adalah Desa
Sedangkan data kualitatif ordinal (memiliki Kandangan Kecamatan Srengat dan lokasi
tingkatan atau skor) dihitung dengan rumus : ketiga adalah Desa Kolomayan Kecamatan
|𝑃𝑎−𝑄𝑎| Wonodadi.
S=1−
𝑛−1

a. b.

Gambar 1 Varian Suweg


Keterangan : a) Suweg Beras (varian 1). b) Suweg Ketan (Varian 2)
380

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 3, Maret 2017, hlm. 377 – 382

Pada Kabupaten Ponorogo diperoleh empat satu dan varian dua terdapat pada warna
sampel tanaman dari tiga lokasi, ketiga tangkai daun, pada varian dua tangkai daun
lokasi tersebut terletak pada kecamatan yang berwarna sangat gelap. Sedangkan
sama yaitu Kecamatan Ngrayun, namun Hetterscheid, W dan Ittenbach, S (1996)
berada pada desa yang berbeda, desa menyatakan bahwa perbedaan perbedaan
pertama adalah Desa Baosan Lor dengan yang paling mencolok antara varian satu dan
satu sampel, lokasi kedua adalah Baosan varian dua adalah tingkat kekasaran tangkai
Kidul dengan dua sampel tanaman suweg daun, permukaan tangkai daun pada varian
dan yang ketiga adalah Desa Temon dengan dua lebih kasar dibandingkan dengan varian
satu sampel. Pada Kabupaten Malang empat satu. Dari hasil analisis kekerabatan
sampel ditemukan dari tiga lokasi yang diperoleh bahwa nilai matriks kemiripan
berbeda, pada lokasi pertama diambil satu sampel yang diperoleh adalah 0,28 – 0,91 hal
sampel berada di Desa Kebonsari ini menunjukkan bahwa keragaman tanaman
Kecamatan Tumpang, sedangkan lokasi dua suweg di Jawa Timur sangat tinggi. Fatimah
dengan dua sampel berada d Desa Kobong (2013) menyatakan bahwa Semakin banyak
Kecamatan Karangploso, sedangkan lokasi persamaan karakter yang dimiliki maka
ketiga adalah Desa Simping Kecamatan semakin besar nilai kemiripannya sehingga
Lawang dengan satu sampel. Pada semakin dekat hubungan kekerabatannya.
Kabupaten Madiun diperoleh tiga sampel dari Nilai matriks kemiripan tertinggi terdapat
tiga lokasi yang berbeda, sampel pertama pada sampel S4 (Ponorogo lokasi 1) dan S5
berlokasi di Desa Geger Kecamatan Geger, (Ponorogo lokasi 2 sampel 1) sedangkan nilai
sampel kedua berada di Desa Taman terendah antara sampel S8 (Malang lokasi 1)
Kecamatan Taman dan lokasi ketiga di Desa dan S11 (Malang lokasi 3), berdasarkan hasil
Pajaran Kecamatan Saradan. Detail lokasi dendogram pada Gambar 2, tanaman sampel
tanaman suweg dapat dilihat pada tabel 1. yang diperoleh dibagi menjadi 2 kelompok
Berdasarkan hasil karakterisasi diketahui (cluster). Kelompok pertama terdiri dari
bahwa sampel tanaman Blitar Lokasi 2 dan sampel S4 (Ponorogo Lokasi 1), S5
Blitar Lokasi 3 adalah suweg varian 2, (Ponorogo Lokasi 2 Sampel 1), S6 (Ponorogo
sedangkan sampel lainnya termasuk suweg Lokasi 2 Sampel 2), S7 (Ponorogo Lokasi 3),
varian 1, sampel suweg ditemukan pada S8 (Malang Lokasi 1), S9 (Malang Lokasi 2
ketinggian 50 – 846 mdpl dengan suhu 26 – Sampel 1), S12 (Madiun Lokasi 1), S13
31°C. Pitojo (2007) menyatakan perbedaan (Madiun Lokasi 2) dan S14 (Madiun Lokasi
paling mencolok dari tanaman suweg varian 3).

Tabel 1 Lokasi Tanaman Suweg


Kabupaten Kecamatan Desa Topografi Ketiggian (mdpl)
Tumpang Kebonsari Datar 500
Malang Karangploso Kobong Datar 562
Lawang Simping Datar 561
Kesamben Jugo Datar 166
Blitar Srengat Kandangan Datar 158
Wonodadi Kolomayan Datar 138
Baosan Lor Datar 846
Ponorogo Ngrayun Baosan Kidul Datar 596
Temon Datar 712
Geger Geger Datar 58
Madiun Taman Taman Datar 50
Saradan Pajaran Datar 114
381

Heriyansyah, dkk, Eksplorasi dan Identifikasi Suweg

Gambar 2 Dendrogram Tanaman Suweg Sampel

Sedangkan pada kelompok 2 terdiri keragaman genetik tanaman suweg di Jawa


oleh sampel S1 (Blitar Lokasi 1), S2 (Blitar Timur memiliki keragaman yang tinggi
Lokasi 2), S3 (Blitar Lokasi 3), S10 (Malang karena jarak nilai matriks koefisien sangat
Lokasi 2 Sampel 2) dan S11 (Malang besar.
Lokasi 3). Ghasemi., et al (2014)
menyatakan sampel dari kelompok yang DAFTAR PUSTAKA
sama menggambarkan hubungan
kekerabatan antar sampel, sampel dari Bompard, J.M. and A.J.G.H. Kostermans.
kelompok yang sama memiliki hubungan 1985. Wild Mangifera Species in
kekerabatan yang dekat. Kalimantan, Indonesia. In Mehra,
Julisaniah et al (2008) menyatakan K.L. and S. Sastrapadja (Eds.).
Semakin jauh hubungan kekerabatan antar Proceedings of the International
sampel, maka semakin kecil keberhasilan Symposium on South East Asian
persilangan, tetapi kemungkinan untuk Plant Genetic Resources. Lembaga
memperoleh genotip unggul lebih besar jika Biologi Nasional, Bogor. p. 172-174.
persilangan berhasil. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian. 2002. Sekilas Pengenalan
KESIMPULAN dan Budidaya Talas, Garut,
Ganyong, Gembili, Ubi Kelapa,
Tanaman suweg hasil eksplorasi Gadung, Iles-iles, Suweg/Agung.
diperoleh 14 sampel tanaman dan termasuk Jakarta.
dalam dua varian yang berbeda. Varian 1 Fatimah, S. 2013. Analisis Morfologi dan
dan Varian 2. Hubungan kekerabatan Hubungan Kekerabatan Sebelas
sampel tanaman suweg menunjukkan Jenis Tanaman Salak (Salacca
terdapat sampel yang memiliki hubungan zalacca (Gertner) Voss) Bangkalan.
dekat dan jauh, baik dalam kabupaten yang Agrovigor, 6(1):1-11.
sama maupun kabupaten yang berbeda. Ghasemi, A. R., Golparvar, A. R., dan
Berdasarkan nilai matriks koefisien yang Isfahani, M. N. 2014. Analysis Of
berada pada nilai 0,28 – 0,91 maka nilai Genetic Diversity Of Sugar Beet
382

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 3, Maret 2017, hlm. 377 – 382

Genotypes Using Random Amplified http://tehapeub.net/ejurnal/ 31029-


Polymorphic DNA Marker. Genetika, shelvy.pdf. Diakses pada 21 Januari
46(3):975-984. 2014.
Gumilar, J., O. Rachmawan., dan W. Julisaniah, N.I., L. Sulistyowati. dan A.N.
Nurdyanti. 2011. Kualitas Sugiharto. 2008. Analisis
Fisikokimia Naget Ayam yang Kekerabatan Mentimun (Cucumis
Menggunakan Filer Tepung Suweg sativus L.) menggunakan Metode
(Amorphophallus campanulatus Bl). RAPD-PCR dan Isozim.
J. Ilmu Ternak, 2(1):1-5. Biodiversitas, 9(2):99-102.
Hetterscheid, W dan Ittenbach, S. 1996. Karsinah., F.H. Silalahi., dan D.A.
Everything you always wanted to Manshur. 2007. Eksplorasi dan
know about Amorphophallus. Karakterisasi Plasma Nutfah
Aroideana. 19(1): 7-131. Tanaman Markisa. J. Hortikultura,
Izzati, S.M. dan Widyaningsih, T. D. 2014. 17(4):297-306.
Efek Hipoglikemik dari Modifikasi Pitojo, S. 2007. Suweg. Pp15-28.
Tepung Umbi Suweg Yogyakarta. Kanisius.
(Amorphophalus campanulatus BI) Purnomo, S. 1987. Eksplorasi mangga liar
dengan Metode Autoclaving-Cooling di Kalimantan. J. Hortikultura. 5(2):1-
yang Diuji pada Tikus Wistar (Rattus 26.
norvegicus). (Online)

Anda mungkin juga menyukai