Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 3, Maret 2017, hlm. 377 – 382
manually and the dendrogram is produce tidak produktif seperti lahan perkebunan
using NTSys 2.0 software. Result of this maupun lahan milik perhutani dapat dijadikan
research is there are 14 samples of elephant tumpang sari. Selain itu peran suweg dapat
foot yam found from 12 location, 2 samples mendukung program pemerintah dalam hal
each from Blitar 2nd location, and Blitar 3rd diversifikasi pangan.
location is variant 2. Keen relationship Pengembangan terhadap tanaman
analysis result in high diversity in relationship suweg, misalnya dalam hal perakitan varietas
with similarity matrix 0,28 – 0,91, which mean belum banyak dilakukan. Langkah awal
elephant foot yam in East Java have high dalam melakukan perakitan varietas yang
diversity. harus dilakukan adalah eksplorasi plasma
nutfah, Rais (2004) menyatakan Eksplorasi
Keywords : Characterization, Elephant foot tanaman bertujuan untuk mengumpulkan
yam, Exploration, Keenship analysis, plasma nutfah untuk dikonservasi,
Amorphophallus diberdayakan dan dimanfaatkan sebagai
sumber gen, untuk perbaikan sifat ketahanan
PENDAHULUAN dan toleransi terhadap hama dan penyakit
dalam program pemuliaan tanaman. di mana
Indonesia memiliki beragam bahan dengan semakin beragamnya plasma nutfah
pangan tradisional yang memiliki potensi maka akan semakin banyak sumber-sumber
cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai genetik untuk pemuliaan tanaman suweg.
pangan fungsional namun belum banyak Tanaman suweg di Jawa Timur telah
dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa dibudidayakan secara teratur sebanyak
bahan pangan yang belum dimanfaatkan 82,7% sehingga menjadi tempat yang cocok
secara maksimal salah satunya adalah umbi untuk eksplorasi tanaman suweg agar dapat
suweg (Izzati dan Widyaningsih, 2014). digunakan sebagai bahan perbaikan genetik
Nama tanaman suweg berasal dari bahasa tanaman suweg.
Jawa, tanaman suweg termasuk dalam
marga Amorphophallus dan masih BAHAN DAN METODE PENELITIAN
berkerabat dekat dengan bunga bangkai
raksasa (Amorphophallus titanum) dan iles- Penelitian dilaksanakan di wilayah
iles (Amorphophallus muelleri). Suweg Jawa Timur, meliputi Kabupaten Malang,
merupakan salah satu dari tanaman Blitar, Ponorogo dan Madiun. Pemilihan
penghasil umbi di Jawa Timur. Tanaman lokasi ditentukan berdasarkan hasil survey
suweg di Jawa Timur telah dibudidayakan pendahuluan. Penelitian dilakukan mulai
secara teratur sebanyak 82,7%, sedangkan bulan Maret hingga Juni 2014. Alat yang
di Jawa Barat hanya 15% dan pada Jawa digunakan dalam penelitian ini meliputi alat
Tengah belum dibudidayakan oleh penduduk tulis, kuisoner, kamera sebagai alat
(Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi- dokumentasi, meteran, pisau, GPS, panduan
umbian, 2002). deskriptor tanaman suweg sebagai pedoman
Ditinjau dari sifat fisikokimia suweg untuk karakterisasi dan termometer. Bahan
memiliki potensi digunakan untuk bahan yang digunakan adalah tanaman suweg yang
pengental maupun bahan pengisi, karena ada pada empat kabupaten di Provinsi Jawa
memiliki kandungan amilosa yang rendah Timur dan hasil wawancara
dan viskositas puncak tinggi (Gumilar et al., Penelitian dilaksanakan dengan
2011), sehingga tanaman suweg berpotensi metode eksplorasi tanaman suweg yang
sebagai bahan diversifikasi pangan, agar berada di wilayah-wilayah Kabupaten
mendukung ketahanan pangan, tanaman Malang, Blitar, Ponorogo dan Madiun.
suweg perlu dibudidayakan dan Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap
diperkenalkan pada masyarakat, karena dengan mengandalkan nara sumber dan
dapat menggantikan peran beras sebagai sumber informasi, baik langsung dari pemberi
makanan sumber karbohidrat. Suweg mudah informasi utama (key informan) maupun data
tumbuh di bawah naungan pohon tanpa kepustakaan (Bompard dan Kostermans
pemeliharaan rutin dan juga pada lahan yang 1985; Purnomo 1987). Sebelum
379
a. b.
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 3, Maret 2017, hlm. 377 – 382
Pada Kabupaten Ponorogo diperoleh empat satu dan varian dua terdapat pada warna
sampel tanaman dari tiga lokasi, ketiga tangkai daun, pada varian dua tangkai daun
lokasi tersebut terletak pada kecamatan yang berwarna sangat gelap. Sedangkan
sama yaitu Kecamatan Ngrayun, namun Hetterscheid, W dan Ittenbach, S (1996)
berada pada desa yang berbeda, desa menyatakan bahwa perbedaan perbedaan
pertama adalah Desa Baosan Lor dengan yang paling mencolok antara varian satu dan
satu sampel, lokasi kedua adalah Baosan varian dua adalah tingkat kekasaran tangkai
Kidul dengan dua sampel tanaman suweg daun, permukaan tangkai daun pada varian
dan yang ketiga adalah Desa Temon dengan dua lebih kasar dibandingkan dengan varian
satu sampel. Pada Kabupaten Malang empat satu. Dari hasil analisis kekerabatan
sampel ditemukan dari tiga lokasi yang diperoleh bahwa nilai matriks kemiripan
berbeda, pada lokasi pertama diambil satu sampel yang diperoleh adalah 0,28 – 0,91 hal
sampel berada di Desa Kebonsari ini menunjukkan bahwa keragaman tanaman
Kecamatan Tumpang, sedangkan lokasi dua suweg di Jawa Timur sangat tinggi. Fatimah
dengan dua sampel berada d Desa Kobong (2013) menyatakan bahwa Semakin banyak
Kecamatan Karangploso, sedangkan lokasi persamaan karakter yang dimiliki maka
ketiga adalah Desa Simping Kecamatan semakin besar nilai kemiripannya sehingga
Lawang dengan satu sampel. Pada semakin dekat hubungan kekerabatannya.
Kabupaten Madiun diperoleh tiga sampel dari Nilai matriks kemiripan tertinggi terdapat
tiga lokasi yang berbeda, sampel pertama pada sampel S4 (Ponorogo lokasi 1) dan S5
berlokasi di Desa Geger Kecamatan Geger, (Ponorogo lokasi 2 sampel 1) sedangkan nilai
sampel kedua berada di Desa Taman terendah antara sampel S8 (Malang lokasi 1)
Kecamatan Taman dan lokasi ketiga di Desa dan S11 (Malang lokasi 3), berdasarkan hasil
Pajaran Kecamatan Saradan. Detail lokasi dendogram pada Gambar 2, tanaman sampel
tanaman suweg dapat dilihat pada tabel 1. yang diperoleh dibagi menjadi 2 kelompok
Berdasarkan hasil karakterisasi diketahui (cluster). Kelompok pertama terdiri dari
bahwa sampel tanaman Blitar Lokasi 2 dan sampel S4 (Ponorogo Lokasi 1), S5
Blitar Lokasi 3 adalah suweg varian 2, (Ponorogo Lokasi 2 Sampel 1), S6 (Ponorogo
sedangkan sampel lainnya termasuk suweg Lokasi 2 Sampel 2), S7 (Ponorogo Lokasi 3),
varian 1, sampel suweg ditemukan pada S8 (Malang Lokasi 1), S9 (Malang Lokasi 2
ketinggian 50 – 846 mdpl dengan suhu 26 – Sampel 1), S12 (Madiun Lokasi 1), S13
31°C. Pitojo (2007) menyatakan perbedaan (Madiun Lokasi 2) dan S14 (Madiun Lokasi
paling mencolok dari tanaman suweg varian 3).
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 3, Maret 2017, hlm. 377 – 382