SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
2
3
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Variasi Genetik Antar
Aksesi Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Berdasarkan Penanda Morfologi
Daun dan Inter Simple Sequence Repeat adalah benar karya saya bersama dengan
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
RINGKASAN
Salah satu buah tropis yang masih perlu dikembangkan adalah buah
rambutan (Nephelium lappaceum L.). Rambutan berasal dari Indonesia dan
Malaysia sehingga keragamannya tinggi di kedua daerah asal tersebut. Tingginya
keragaman rambutan disebabkan oleh sifat rambutan yang menyerbuk silang.
Variasi yang dijumpai bukan hanya antar jenis tetapi juga antar aksesi rambutan.
Beberapa aksesi rambutan telah dikembangkan menjadi kultivar unggul. Hingga
saat ini, pembeda antar aksesi rambutan umumnya ditandai menggunakan ciri
morfologi buah. Penggunaan ciri buah sebagai penanda kurang efektif karena
tanaman rambutan bersifat tahunan dan membutuhkan waktu lebih dari dua tahun
untuk menghasilkan buah pertama kali. Oleh karena itu, dibutuhkan ciri lain yang
lebih mudah digunakan untuk membedakan antar aksesi rambutan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik serta hubungan antar aksesi
rambutan di Indonesia menggunakan penanda morfologi daun dan Inter Simple
Sequence Repeat (ISSR).
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2016 hingga Februari 2017.
Sampel daun untuk pengamatan morfologi dan molekular diperoleh dari koleksi
tanaman rambutan yang berasal dari Kebun Percobaan Cipaku dan Taman Buah
Mekar Sari Bogor. Sebanyak 30 aksesi rambutan digunakan sebagai sampel yang
terdiri dari 54 pohon untuk pengamatan ciri morfologi daun dan 30 pohon untuk
pengamatan molekular. Ciri morfologi daun yang diamati meliputi bentuk bangun
daun, jumlah anak daun, ukuran panjang dan lebar, bentuk helaian, ujung, dan
bentuk pangkal anak daun. DNA sampel diisolasi menggunakan metode Cetyl
Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) dengan beberapa modifikasi. DNA hasil
isolasi kemudian diamplifikasi menggunakan enam primer, yang diseleksi dari 31
primer ISSR. Hasil penilaian ciri morfologi daun dan pita DNA disusun dalam
bentuk matriks dan digunakan untuk menghitung nilai keserupaan berdasarkan
indeks keserupaan Simple Matching dan menyusun dendrogram berdasarkan
metode Unweighted Pair Group Method with Arithmetic Mean (UPGMA).
Sebanyak 8 aksesi rambutan menunjukkan ciri daun spesifik yang dapat
digunakan sebagai pembeda antar aksesi. Amplifikasi menggunakan enam primer
ISSR menghasilkan 58 pita polimorfik dengan primer ISSR 23 penghasil pita
terbanyak. Nilai keserupaan antar aksesi rambutan berdasarkan ciri molekular
berkisar antara 48%-93%. Ke-30 aksesi rambutan terbagi menjadi tiga kelompok
utama berdasarkan data ISSR. Aksesi Pirba memisah pertama kali dari aksesi
lainnya dengan nilai ketidakserupaan 52 %. Beberapa pola pita spesifik ditemukan
pada aksesi Pirba menggunakan primer ISSR 1 dan UBC 807. Pengamatan ciri
morfologi daun dan ciri molekular menunjukkan variasi yang tinggi pada
rambutan. Selain berhasil mendeteksi keragaman antar aksesi rambutan, ciri
tersebut juga dapat digunakan sebagai penanda spesifik beberapa aksesi rambutan.
SUMMARY
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB
7
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biologi Tumbuhan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
2
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016–Februari 2017
ini ialah keragaman genetik, dengan judul Variasi Genetik Antar Aksesi
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Berdasarkan Penanda Morfologi Daun dan
Inter Simple Sequence Repeat. Hasil penelitian ini sedang dikirimkan ke jurnal
Sains Malaysiana (SM) untuk dipublikasikan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tatik Chikmawati dan Prof Dr Ir
Alex Hartana selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu,
tenaga, pikiran, serta memberikan ilmu, nasihat, motivasi, dan bimbingan dengan
sabar kepada penulis selama penyelesaian tesis ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Kebun Percobaan Cipaku dan Taman Buah Mekar Sari atas
perizinannya untuk pengambilan sampel aksesi rambutan dari koleksi rambutan
yang tersedia dan pengamatan pohon rambutan di kebun. Terima kasih kepada
Bapak dan Ibu pengajar di Program Studi Biologi Tumbuhan (BOT) atas ilmu,
dan motivasinya. Terima kasih pula kepada Laboratorium Penelitian Fisiologi dan
Biologi Molekular Tumbuhan, juga Laboratorium Penelitian Ekologi dan Sumber
Daya Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB atas perizinan penelitian. Tak
lupa ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman dari Biologi
Tumbuhan angkatan 2014, Minat Taksonomi 2014, serta kakak tingkat maupun
adik tingkat yang telah berbagi pengalaman, dukungan, dan berjuang bersama
mulai dari awal perkuliahan hingga penelitian. Terima kasih juga disampaikan
kepada rekan penelitian Muhammad Rifqi Hariri yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis selama di laboratorium. Terakhir, ungkapan terima
kasih yang tak terhingga disampaikan kepada kedua orang tua, saudara, dan
sahabat atas segala kebersamaan, doa, dan dukungannya kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan di Indonesia.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Botani Rambutan (Nephelium lappaceum L.) 3
Variasi pada Rambutan 4
Penanda Inter Simple Sequence Repeat 6
METODE 9
Waktu dan Tempat Penelitian 9
Pengamatan Morfologi Daun Rambutan 10
Pengamatan Molekular Rambutan 10
Analisis Data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Variasi Morfologi Daun Antar Aksesi Rambutan 13
Variasi Genetik Antar Aksesi Rambutan Berdasarkan Penanda ISSR 15
Peninjauan Batasan Antar Aksesi Rambutan 18
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
RIWAYAT HIDUP 26
2
DAFTAR TABEL
1 Nama aksesi, jumlah pohon, dan asal aksesi rambutan yang diamati 9
2 Nama primer, urutan basa nukleotida (5’-3’), dan referensi tiap primer 12
3 Kombinasi ciri morfologi daun sebagai pembeda aksesi 15
4 Primer ISSR dan ukuran pita hasil amplifikasi 16
DAFTAR GAMBAR
Latar Belakang
dari rambutan kultivar lokal yang belum diketahui informasi tetuanya. Analisis
variasi genetik berdasarkan penanda molekular dapat memberikan informasi awal
mengenai hubungan antar aksesi rambutan. Selain itu, informasi mengenai jarak
genetik dari ras lokal tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui pelbagai
genotipe yang berpotensi sebagai sumber genetik untuk pengembangan tanaman
rambutan di masa depan. Informasi mengenai jarak genetik juga dapat
menggambarkan kondisi keragaman genetik plasma nutfah rambutan yang berada
di kebun percobaan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri morfologi daun dan ciri
molekular spesifik yang dapat digunakan sebagai pembeda antar aksesi rambutan,
serta menganalisis keragaman genetik dan hubungan antar aksesi rambutan
(Nephelium lappaceum L.) berdasarkan penanda ciri morfologi daun dan Inter
Simple Sequence Repeat (ISSR).
3
TINJAUAN PUSTAKA
A B
morfologi. Ciri pembeda yang dijumpai pada kapulasan yaitu kerapatan cabang,
warna daun, kelimpahan bunga, kebiasaan berbuah, kerapatan tandan, tebal kulit,
tekstur rambut, kerapatan rambut, warna rambut, ketebalan arilus, tekstur arilus
dan kandungan arilus. Hasil analisis gugus memisahkan kelompok kapulasan dari
kelompok rambutan dengan nilai ketidakmiripan sebesar 55% (Kuswandi 2014).
Variasi yang ditemukan pada kapulasan pada umumnya dari ciri kuantitatif seperti
jumlah anak daun per ibu tangkai daun, ukuran anak daun, dan ukuran ibu tangkai
bunga (Djuita et al. 2016). Analisis keragaman genetik kapulasan menunjukkan
bahwa keragaman genetik di dalam populasi lebih tinggi dibandingkan dengan
variasi antar populasi kapulasan (Puhili et al. 2016).
Produksi rambutan paling besar berada di Indonesia, diikuti dengan
Malaysia, dan Thailand. Ketiga negara tersebut memiliki berbagai aksesi unggul
yang dikembangkan untuk kebutuhan di dalam dan luar negeri. Aksesi yang
dikembangkan di Indonesia meliputi Binjai, Garuda, lebak bulus, Rapiah, dan
Aceh Plat. Aksesi Rongrein merupakan salah satu aksesi yang populer di Thailand
sedangkan aksesi yang dikembangkan di Malaysia diantaranya R3, R7, dan R9
(Lim dan Diczbalis 1998).
Tiap aksesi rambutan memiliki morfologi buah yang berbeda (Gambar 2).
Ciri buah yang menjadi pembeda aksesi diantaranya bentuk buah, ukuran buah,
warna kulit buah, kerapatan rambut kulit buah, ketebalan arilus, dan mudah
mengelotok tidaknya arilus dari biji. Pada umumnya, ciri buah rambutan yang
paling digemari oleh konsumen adalah rasa buah manis, tekstur arilus kering, dan
arilus mudah mengelotok sehingga mudah dikonsumsi. Aksesi rambutan yang
populer seperti Binjai, Rapiah, dan Garuda memiliki buah yang manis dan
mengelotok dari biji. Tekstur arilus yang kering dimiliki oleh aksesi Simacan,
Sibulan, Kalimantan, dan Pirba (Kuswandi 2014).
A B
C D
Gambar 2 Variasi morfologi buah dari aksesi rambutan. A) Binjai, B) Gula Batu,
C) Sikoneng Manis, D) Kerikil.
6
Daun juga dapat digunakan untuk membedakan antar aksesi atau kultivar,
terutama bagi tanaman yang memiliki bentuk daun yang bervariasi. Pengamatan
terhadap ciri morfologi daun telah berhasil membedakan setiap kultivar pada
Ginkgo biloba (Klimko et al. 2015). Analisis morfologi daun sebagai ciri penanda
pada beberapa aksesi rambutan juga telah dilakukan berdasarkan ciri kualitatif
(Barreto et al. 2015). Namun, ciri penanda yang signifikan membedakan antar
genotipe maupun pembeda jenis kelamin tanaman belum dapat ditemukan.
Selain ciri morfologi, variasi genetik juga telah diamati pada rambutan
menggunakan ciri DNA dengan penanda Amplified Fragment Length
Polymorphism (AFLP) dan Random Amplification of polymorphic DNA (RAPD).
Variasi genetik yang tinggi ditemukan dari hasil analisis menggunakan penanda
RAPD dengan tingkat polimorfisme sebesar 98.45% dan nilai keserupaan berkisar
antara 23%-90% (Chew et al. 2005). Penanda AFLP berhasil mendeteksi
keragaman genetik dan membedakan tiap bibit rambutan yang ditumbuhkan dari
biji (de Andrade et al. 2012).
METODE
Tabel 1 Nama aksesi, jumlah pohon, dan asal aksesi rambutan yang diamati
No Nama aksesi Jumlah pohon Asal aksesi
1 Aceh 6B 1 Cipaku
2 Aceh Gundul 1 Cipaku
3 Aceh Gendong 1 Cipaku
4 Aceh Gelong 1 Mekar sari
5 Aceh Gendut 1 Cipaku
6 Aceh Kuning 1 Cipaku
7 Aceh Lebak 5 Mekar sari
8 Aceh Plat 5 Mekar sari
9 Asam Manis 1 Mekar sari
10 Antalagi 1 Cipaku
11 Aceh Tombong 1 Cipaku
12 Binjai 5 Mekar sari
13 Gula Batu 1 Mekar sari
14 Garuda 5 Mekar sari
15 Kalimantan 1 Cipaku
16 Kering Manis 1 Cipaku
17 Kerikil 1 Mekar sari
18 Narmada 1 Mekar sari
19 Pirba 1 Cipaku
20 Padang Bulan 1 Cipaku
21 Rapiah 5 Mekar sari
22 Sibulan 1 Cipaku
23 Simacan 5 Mekar sari
24 Sindang Langka 1 Mekar sari
25 Sikoneng Asam 1 Mekar sari
26 Sikoneng Manis 1 Mekar sari
27 SKWL 1 Cipaku
28 Sitangkue 1 Cipaku
29 Sinyonya 1 Cipaku
30 Tangkue 1 Cipaku
10
Analisis Data
Tabel 2 Nama primer, urutan basa nukleotida (5’-3’), dan referensi tiap primer
No Nama primer Urutan basa Referensi
nukleotida (5’-3’)
1 UBC 807 (AG)8 T Degani et al. 2003
2 UBC 817 (CA)8 A Degani et al. 2003
3 UBC 818 (CA)8 G Degani et al. 2003
4 UBC 836 (AG)8 YA Degani et al. 2003
5 UBC 841 (GA)8 YC Degani et al. 2003
6 UBC 847 (CA)8 RC Degani et al. 2003
7 UBC 856 (AC)8 YA Degani et al. 2003
8 UBC 857 (AC)8 YG Degani et al. 2003
9 ISSR 1 (CA)6 AT Clyde et al. 2005
10 ISSR 2 (AG)8 TC Clyde et al. 2005
11 ISSR 4 (CT)8 GG Clyde et al. 2005
12 ISSR 5 (GA)8 TT Clyde et al. 2005
13 Primer 1 (GA)9 T Bisoyi et al. 2010
14 Primer 2 T (GA)9 Bisoyi et al. 2010
15 UBC 819 (GT)8 A Pardhe dan Satpute 2011
16 UBC 825 (AC)8 T Khajudparn et al. 2012
17 ISSR 1 (AGG)5 Vanijajiva 2012
18 ISSR 4 (GAG)5 AC Vanijajiva 2012
19 ISSR 5 (GAG)5 AT Vanijajiva 2012
20 PKBT 7 (GA)9 A Syahruddin 2012
21 PKBT 8 (GA)9 C Syahruddin 2012
22 PKBT 12 (GT)9 T Syahruddin 2012
23 ISSR 10 (GA)6 CC Khadke et al. 2012
24 ISSR 15 (GTG)3 GC Khadke et al. 2012
25 ISSR 18 (GATA)3 GG Khadke et al. 2012
26 ISSR 23 (GACA)3 CC Khadke et al. 2012
27 UBC 813 (CT)8 T Khadke et al. 2012
28 UBC 820 (GT)8 C Khadke et al. 2012
29 UBC 821 (GT)8 T Khadke et al. 2012
30 UBC 853 (TG)8 RT Khadke et al. 2012
31 ISSR 10 (AC)8 TA Wang et al. 2017
Keterangan: Y = pirimidin (C,T); R = purin (A,G)
13
A B
C D E
F G H
Gambar 4 Variasi anak daun rambutan. A) Bentuk helaian anak daun jorong, B)
bentuk helaian anak daun bulat telur sungsang, C) ujung anak daun
runcing, D) ujung anak daun membundar, E) ujung anak daun tumpul,
F) pangkal anak daun tumpul, G) pangkal anak daun membundar, H)
pangkal anak daun runcing.
sebesar 65%. Kelompok 2 terdiri dari 9 aksesi yang memiliki bentuk pangkal anak
daun runcing, panjang 12-14 cm dan lebar 5-6 cm. Kelompok 4 merupakan
kelompok terbanyak kedua yang terdiri dari 6 aksesi dengan nilai keserupaan
61%. Anggota dari kelompok 4 memiliki anak daun jorong dengan ujung tumpul.
Kelompok 3 yang terdiri dari 9 pohon yang mewakili 5 aksesi memiliki nilai
keserupaan 75%. Kelima aksesi tersebut memiliki jumlah anak daun 6-7 dan
panjang anak daun 15-16 cm. Kelompok 1 terdiri dari 8 aksesi dengan nilai
keserupaan 73%. Kelompok 1 memiliki bentuk ujung anak daun tumpul dan lebar
7-9 cm. Kelompok 6 terdiri dari 1 aksesi dan memisah dari kelompok lainnya
pada koefisien keserupaan 0.34. Kelompok 6 memiliki bentuk anak daun bulat
telur sungsang dan ujung runcing. Kelompok 5 berjumlah paling sedikit yaitu 1
individu dengan bentuk ujung dan pangkal anak daun membundar.
Koefisein keserupaan
Gambar 5 Dendrogram aksesi rambutan berdasarkan data morfologi daun
menggunakan indeks keserupaan SM dan metode UPGMA
15
Gambar 6 Pola pita polimorfik hasil amplifikasi menggunakan primer ISSR 15.
M1=Marker 1 Kb, 1=Kerikil, 2=SKWL, 3=Aceh Tombong, 4=Aceh
gendut, 5=Sinyonya, 6=Simacan, 7=Pirba, 8=Padang Bulan, 9=Binjai,
10=Aceh Gundul, 11=Gula Batu, 12=Narmada, M2=Marker 100 pb.
Koefisein keserupaan
C
A B
Batasan setiap aksesi rambutan selama ini didasarkan pada ciri morfologi
buah. Ciri yang digunakan diantaranya warna kulit buah, kerapatan rambut kulit
buah, ukuran rambut pada kulit buah, ukuran buah, ketebalan arilus, rasa arilus,
sifat mengelotok arilus, dan tekstur arilus. Beberapa aksesi memiliki ciri buah
menonjol sehingga mudah dibedakan dari aksesi lainnya seperti Rapiah dengan
ciri buah berbentuk bulat, ukuran kecil, arilus mengelotok, dan ukuran rambut
pendek. Aksesi Sikoneng Manis memiliki ciri rambut kulit buah kuning, arilus
mengelotok, dan arilus berasa manis. Namun, aksesi lainnya memiliki ciri buah
yang mirip satu sama lain sehingga sulit untuk dibedakan, misalnya Binjai dan
Tangkue. Keduanya memiliki warna buah, ukuran rambut, bentuk buah, rasa, dan
tekstur buah yang hampir sama.
Pengelompokan aksesi berdasarkan ciri morfologi dan pengelompokan
berdasarkan data molekular yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan hasil
yang tidak sejalan. Aksesi rambutan terbagi ke dalam 6 kelompok utama
berdasarkan data morfologi daun sedangkan menggunakan data molekular, aksesi
rambutan terbagi ke dalam 3 kelompok utama. Selain itu, pengelompokan
berdasarkan ciri daun maupun molekular juga tidak sejalan dengan
20
Simpulan
Ciri morfologi daun yang berupa jumlah anak daun, ukuran panjang dan
lebar, bentuk helaian, ujung serta pangkal anak daun dapat digunakan sebagai
penanda spesifik aksesi pada rambutan Simacan, Kalimantan, Rapiah, Asam
Manis, Aceh Gelong, Aceh Lebak, dan Aceh Gendut. Persentase polimorfisme
dari 30 aksesi rambutan berdasarkan penanda ISSR sebanyak 87%. Analisis gugus
menggunakan data molekular membagi aksesi rambutan menjadi tiga kelompok
utama dengan nilai keserupaan berkisar antara 48%-93%. Pola pita spesifik
ditemukan pada aksesi Pirba menggunakan primer ISSR 1 dan UBC 807 serta
aksesi Asam Manis dan Aceh Gendong menggunakan primer ISSR 10. Penanda
molekular ISSR berhasil mendeteksi keragaman genetik dan memisahkan seluruh
aksesi rambutan yang diamati.
Saran
1. Aksesi Pirba memiliki sifat buah unggul seperti ukuran buah besar, arilus
kering, mengelotok, dan berasa manis. Ciri genetiknya juga berbeda dari
aksesi lainnya sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai calon tetua
unggul untuk pengembangan rambutan di masa depan.
2. Penambahan jenis primer dibutuhkan untuk memperoleh hasil
pengelompokan aksesi rambutan berdasarkan ciri molekular yang sejalan
dengan pengelompokan berdasarkan ciri morfologi daun.
3. Ciri buah perlu dikaji lebih lanjut sebagai pembeda aksesi rambutan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ash A, Ellis B, Hickey LJ, Johnson K, Wilf P, Wing S. 1999. Manual of Leaf
Architecture. Morphological Description and Categorization of
Dicotyledonous and Net-Neined Monocotyledonous Angiosperms by Leaf
Architecture Working Group. Washington, DC (USA). Smithsonian
Institution Pr.
Barreto LF, de Andrade RA, Barreto LF, de Paula RC, de Lima LL, Martins
ABG. 2015. Characterization of rambutan plants by foliar aspects. Afr J
Agric Res. 10(36):3607-3613.
Bisoyi MK, Acharya L, Mukherjee AK, Pratap CP. 2010. Study of inter-specific
relationship in six species of Sesbania Scop. (Leguminosae) through
RAPD and ISSR markers. Int J Plant Physiol Biochem. 2(2):11-17.
Boczkowska M, Tarczyk E. 2013. Genetic diversity among polish landraces of
common oat (Avena sativa L.). Genet Resour Crop Evol. 60: 2157-2169.
Chew PC, Clyde MM, Normah MN, Salma I. 2005. Genetic diversity and
relatedness among accessions of rambutan (Nephelium lappaceum).
Malays Appl Biol. 34(1):21-29.
Chaudhary N, Kajla S, Poonia AK, Panwar S, Khatkar BS. 2016. Assessment of
molecular diversity using ISSR markers for characterization of wheat
varieties. Int J Innov Res Sci Eng Tech. 5(6):10936-10941.
Clyde MM, Chew PC, Normah MN, Rao VR, Salma I. 2005. Genetic diversity of
Nephelium ramboutan-ake Leenh. assessed using RAPD and ISSR
markers. Acta Hort (ISHS). 665:171-182.
de Andrade RA, Wickert E, Martins ABG, Lemons AGDM. 2012. Diversidade
genética entre progênies e matrizes de rambutan. Rev Bras Frutic.
34(2):630-634.
Degani C, Deng J, Beiles A, El-Batsri R, Goren M, Gazit S. 2003. Identifying
lychee (Litchi chinensis Sonn.) cultivars and their genetic relationships
using Inter Simple Sequence Repeat (ISSR) markers. J Am Soc Hort Sci.
128(6):838-845.
[Ditjen Tanaman Pangan Hort] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan
Hortikultura. 1996. Deskripsi Varietas Buah-Buahan dan Sayuran. Jakarta
(ID): Direktorat Bina Perbenihan Press.
Djuita NR, Hartana A, Chikmawati T, Dorly. 2016. Distribusi kapulasan
[Nephelium ramboutan-ake (labill.) Leenh.] di Pulau Jawa dan hubungan
kekerabatan morfologinya. Floribunda. 5(4):129-138.
Doyle J.1991. DNA protocols for plants. Mol Tech Taxon. 57: 283-293.
El-Amin HKA, Hamza NB. 2016. Comparative analysis of genetic structure and
diversity of sorghum (Sorghum bicolor L.) local farmer’s varieties from
Sudan. J Advance Biol Biotech. 5(3):1-10.
Fitmawati, Hartana A. 2010. Using RAPD and enhanced-RAPD markers to
distinguish between Mangifera aplanata Kosterm. and its related species.
Floribunda. 4(1):1-4.
Ganopoulos I, Kalivas A, Kavroulakis N, Xanthopoulou A, Mastrogianni A,
Koubouris G, Madesis P. 2015. Genetic diversity of barbary fig (Opuntia
23
Tindall HD, Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1994.
Rambutan cultivation. Food and Agriculture Organization of The United
Nations. WHO Technical Report. Volume ke-121. Rome (I): Food &
Agriculture Org.
Thitilertdecha N, Teerawutgulrag A, Rakariyatham N. 2008. Antioxidant and
antibacterial activities of Nephelium lappaceum L. extracts. LWT- Food
Sci Tech. 41(10):2029-2035.
Vanijajiva O. 2012. The application of ISSR markers in genetic variance detection
among Durian (Durio zibethinus Murr.) cultivars in the Nonthaburi
Province, Thailand. Proc Eng. 32:155–159.
Wang P, Zhang Y, Zhao L, Mo B, Luo T. 2017. Effect of gamma rays on Sophora
davidii and detection of DNA polymorphism through ISSR marker.
BioMed Res Int. 2017.
Zietkiewicz E, Rafalski A, Labuda D. 1994. Genome fingerprinting by simple
sequence repeat (SSR)-anchored polymerase chain reaction amplification.
Genome. 20:176-183.
26
RIWAYAT HIDUP