Anda di halaman 1dari 76

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI DAN STRUKTUR

REPRODUKSI TUMBUHAN PAKU TERESTRIAL DI


KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR - DARMAGA

IRENE ROSALIN

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan i ni s aya m enyatakan b ahwa skripsi berjudul Keanekaragaman


Morfologi dan Struktur Reproduksi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus Institut
Pertanian B ogor – Darmaga adalah benar k arya saya d engan arahan d ari k omisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun ke pada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun t idak di terbitkan da ri pe nulis la in te lah d isebutkan d alam t eks da n
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014

Irene Rosalin
NIMG34100110
ABSTRAK

IRENE ROSALIN. Keanekaragaman Morfologi dan Struktur Reproduksi


Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus Institut Pertanian Bogor - Darmaga.
Dibimbing oleh TATIK CHIKMAWATI dan SULISTIJORINI.
Tumbuhan paku terestrial dan kerabatnya (Pteridophyta) di kampus Institut
Pertanian Bogor - Darmaga telah teridentifikasi sebanyak 56 spesies, termasuk ke
dalam 30 genus dan 18 famili. Karakter struktur vegetatif diamati dan dicatat
untuk keperluan identifikasi dan pembuatan kunci identifikasi. Karakter struktur
vegetatif yang diamati meliputi habitus, frond, stipe, dan sisik. Karakter struktur
reproduksi yang diamati menggunakan mikroskop cahaya meliputi lokasi sori,
tipe indusium, tipe spora, jumlah spora per sporangium, bentuk spora, perispor,
dan ornamentasi eksin. Habitus dan tipe frond membedakan antar famili
Pteridophyta, sedangkan bentuk frond membedakan antara genera dalam satu
famili. Spesies dalam satu genus dapat dibedakan dari bentuk sisik dan tepi
lamina. Lokasi sori, tipe spora, dan bentuk spora merupakan karakter pembeda
antar famili. Tipe indusium dan bentuk spora membedakan genus dalam satu
famili, sedangkan ornamentasi eksin dan perispor dapat membedakan spesies
dalam satu genus. Bentuk spora yang ditemukan yaitu monolet, trilet, dan globose.
Ornamentasi eksin yang ditemukan yaitu glabrous, granulate, cristate, pappilous,
dan echinate.

Kata kunci: Pteridophyta terestrial, kunci identifikasi, struktur reproduksi, spora,


ornamentasi eksin.

ABSTRACT

IRENE ROSALIN. Diversity of Morphology and Reproductive Structure of


Terrestrial Pteridophytes in Bogor Agricultural University, Darmaga. Supervised
by TATIK CHIKMAWATI and SULISTIJORINI.
Terrestrial Pteridophytes in Darmaga campus of Bogor Agricultural
University have been identified as many as 56 species, classified into 30 genera
and 18 families. Vegetatif characters were examined and reported for
identification and constructing identification key. The observed characters were
habit, frond, stipe, and scale. The characters of reproductive structure observed
using light microscope were sori location, indusium, spore type, spore number per
sporangium, spore shape, perispore, and exin ornamentation. Habit and frond type
can be used to distinguish among families of terrestrial Pteridophyta, while frond
shape can be used to distinguish among genera within a family. Among species
within a genus can be distinguished by scale and lamina margin. Sori location,
spore type, and spore shape were differed among families. Indusium and spore
shapes differenciated species within a genus. Three various spore shapes were
found, monolete, trilete, and globose. Five exin ornamentation were observed,
glabrous, granulate, cristate, pappilous, and echinate.

Keywords: Terrestrial Pteridophytes, identification key, reproductive structure,


spores, exin ornamentation.
KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI DAN STRUKTUR
REPRODUKSI TUMBUHAN PAKU TERESTRIAL DI
KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR - DARMAGA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Keanekaragaman Morfologi dan Struktur Reproduksi Tumbuhan
Paku Terestrial di Kampus Institut Pertanian Bogor - Darmaga
Nama : Irene Rosalin
NIM : G34100110

Disetujui oleh

Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi Dr Ir Sulistijorini, MSi


Pembimbing I Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan selama kuliah, penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi
sebagai dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah
mendukung, memotivasi, menyediakan material penunjang penelitian, dan telah
sabar membimbing dalam penyusunan karya ilmiah. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dr Ir Sulistijorini, MSi sebagai dosen pembimbing praktik
lapangan dan pembimbing skripsi yang telah mendukung dan memotivasi penulis
dalam penelitian, serta memberi banyak saran dalam penyusunan karya ilmiah.
Terima kasih juga kepada Puji Rianti, MSi sebagai dosen penguji skripsi yang
telah menguji dan memberi saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Agnes Fransiska Nainggolan,
teman penelitian yang sangat baik dan juga membangun dalam hal akademik, dan
rohani. Terima kasih juga kepada teman-teman Biologi47 dan berbagai pihak
yang telah menyemangati, mendukung, atau membantu selesainya penelitian dan
skripsi ini, Pak Bayu (KR Bali), Pak Parman, Kak Roma, teman-teman, dan
kakak-kakak di Laboratorium Taksonomi. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Institut Pertanian Bogor yang telah membantu secara material melalui
beasiswa peningkatan prestasi akademik (PPA) dari semester 3 sampai semester 8.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Papi, Mami (alm.), adikku, dan
seluruh anggota keluarga yang telah mendukung secara moral dan material sejak
penulis memulai kuliah sampai selesai.
Semoga hasil penelitian dan skripsi ini menambah pengetahuan pembaca
dan dapat dimanfaatkan dengan baik. Penulis juga bersedia menerima kritik dan
saran mengenai skripsi ini.

Bogor, Oktober 2014

Irene Rosalin
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Eksplorasi 2
Pembuatan Herbarium 2
Pengamatan Struktur Reproduksi 2
Pembuatan Kunci Identifikasi 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga 3
Persebaran Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga 5
Karakter Vegetatif Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga 7
Struktur Reproduksi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus IPB Darmaga 9
Kunci Identifikasi dan Deskripsi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus IPB-
Darmaga 14
SIMPULAN 50
SARAN 50
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 58
DAFTAR TABEL

1 Daftar Pteridophyta terestrial di kampus IPB Darmaga 3


2 Lokasi dan ciri habitat Pteridophyta terestrial di kampus IPB Darmaga 5
3 Karakter sturktur reproduksi pembeda famili dan genus pada
Pteridophyta terestrial di kampus IPB-Darmaga 9
4 Morfologi spora tumbuhan paku terestrial di kampus IPB Darmaga 11

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah spesies tumbuhan paku terestrial yang ditemukan di tiap


lokasi. I=sekitar lapangan softball, II= hutan dekat FPIK, III=
arboretum lanskap, IV= sekitar rektorat, V= Fahutan, VI= sekitar
GWW, VII= GreenTV-Kolam Fpik, VIII= pool bus-Fapet, IX=
Hutan di sekitar asrama Silva, X= sekitar Landhuis, perumdos, dan
Cikabayan 6
2 Dicranopteris linearis pada dua habitat berbeda, (A) habitat teduh,
(B) habitat terbuka. 7
3 Keanekaragaman karakter vegetatif Pteridophyta, A. habitus pohon,
tipe pertumbuhan B. merambat, C. memanjat, D. tegak, E. frond
tunggal, F. frond pinnatifid, G. frond pinnate, H. frond dikotom, I.
proliferasi tunas, J. stipe berkayu dan bersisik, K. stipe berdaging dan
glabrous, L sisik bercabang, M sisik peltat, N-O sisik clathrate. 8
4 Variasi sisik, A. sisik bercabang pada Dicranopteris linearis, B. sisik
berambut pada Gleichenia laevigata 9
5 Tipe sorus. (A) sorus dengan indusium palsu bentuk lembaran pendek,
(B) sorus dengan indusium sejati bentuk lembaran, (C) sorus bundar,
(D) sorus ginjal 10
6 Tipe sorus tanpa indusium (E) bentuk linier, (F) sorus elip, (G) sorus
bola, (H) sorus bundar. 11
7 Spora infertil (A) spora Asplenium pellucidum, (B) spora Pteris
asperula 13
8 Asplenium nidus, (A) perawakan, (B) lamina fertil, (C) spora 14
9 Asplenium pellucidum, (A) perawakan, (B) pinna steril dan planlet,
(C) pinna fertil, (D) spora, (E) sisik 15
10 Athyrium asperum, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinnula
fertil, (D) sorus, (E) spora 17
11 Athyrium bantamense, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C)
proliferasi tunas (planlet), (D) sorus, (E) spora 17
12 Athyrium cordifolium, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C)
potongan sisik, (D) sorus (E) spora 17
13 Athyrium dilatatum, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
steril, (D) sorus 18
14 Athyrium esculentum, (A) perawakan, (B) pinna steril, (C) pinna fertil,
(D) pinnula fertil, (E) spora 18
15 Athyrium sp., (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) proliferasi tunas
(planlet), (D) pinna fertil 18
16 Blechnum orientale, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sisik, (D)
sori, (E) spora 19
17 Stenochlaena palustris, (A) perawakan, (B) stipe, (C) sisik, (D) frond
fertil, (E) spora 20
18 Cyathea contaminans, (A) pangkal frond, (B) sisik, (C) pinnula, (D)
sorus, (E) spora 21
19 Microlepia todayensis, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) pinnula
fertil, (D) sorus, (E) spora 21
20 Ctenitis vilis, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna fertil, (D)
potongan pinna fertil, (E) spora 22
21 Dicranopteris linearis, (A) perawakan, (B) potongan pinna fertil, (C)
sorus, (D) spora, (E) sisik 23
22 Dicranopteris splendida, (A,B) perawakan, (C) pinna, (D) ujung
frond circinate 23
23 Gleichenia laevigata, (A) perawakan, (B) pangkal percabangan
dengan stipula, (C) pangkal percabangan dengan tunas dorman, (D)
sisik 24
24 Pityrogramma calomelanos, (A) perawakan, (B) frond muda circinate
ditutupi parafisis, (C) sisik, (D) sori, (E) spora 24
25 Lindsaea macraena, (A,B) perawakan, (C) sisik, (D) sorus, (E) spora 25
26 Lindsaea ensifolia, (A) frond fertil, (C) frond steril, (C) sisik, (D)
potongan pinna fertil, (E) spora 26
27 Lycopodium sp. (A,B) perawakan, (C) i.strobilus, ii.daun steril,
iii.daun fertil, (D) spora 26
28 Lygodium flexuosum, (A) frond fertil, (B) frond pertama steril, (C,D)
sori, (E) spora 27
29 Lygodium microphyllum 27
30 Angiopteris evecta, (A) perawakan, (B) rachis dan tangkai pinna, (C)
pangkal frond dengan stipula, (D) sorus 28
31 Nephrolepis biserrata, (A) perawakan, (B) stipe, (C) pangkal pinna,
(D) sorus, (E) spora 29
32 Nephrolepis cordifolia, (a) perawakan, (b) pinna steril 29
33 Ophioglossum nudicaule, (A) perawakan, (B) frond fertil muncul dari
frond sterilm (C) kapsul, (D,E) spora 30
34 Phymatosorus longissimus, (A) perawakan, (B) frons steril, (C) frons
fertil, (D) sorus, (E) spora 31
35 Phymatosoruss membranifolium, (A) perawakan, (B) sisik, (C) frond
fertil, (D) sorus, (E) spora 31
36 Adiantum capilus-veneris, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sorus,
(D) spora, (E) sisik 33
37 Adiantum latifolium, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sorus, (D)
spora, (E) sisik 33
38 Adiantum philippense, (A) perawakan, (B) frond steril, (C) pinna
fertil, (D) sori, (E) spora 34
39 Adiantum trapeziformis, (A) perawakan, (B) pinna steril, (C) pinnula
fertil, (D) sorus, (E) spora 34
40 Cheilanthes tenuifolia, (A) perawakan, (B) pinna steril, (C) pinna
fertil, (D) spora 35
41 Pteris asperula, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori, (D) spora 36
42 Pteris biaurita, (A) perawakan, (B) pinnula fertil 36
43 Pteris ensiformis, (A,B) perawakan, (C) sisik, (D) sori, (E) spora 37
44 Pteris vittata, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sisik, (D) sori, (E)
spora 37
45 Taenitis blechnoides, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori, (D)
spora dan parafisis. 38
46 Selaginella intermedia, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe), (C)
daun steril (cabang), (D) strobilus, (E) megaspora 40
47 Selaginella plana, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe), (C) daun
steril (cabang), (D) strobilus, (E) sporofil, (F) daun median, (G)
mikrospora 40
48 Selaginella rothertii, (A) perawakan, (B) daun steril pada stipe, (C)
daun steril pada cabang, (D) daun median, (E) daun fertil, (F)
strobilus, (G) megaspora perbesaran 1x, (H) mikrospora perbesaran
100x 40
49 Selaginella wildenowii, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe), (C)
daun steril (cabang), (D) mikrosporofil, (E) sporofil, (F) daun median,
(G) mikrospora 41
50 Selaginella sp., (A) perawakan, (B) percabangan dan strobilus, (C)
daun steril pada stipe, (D) daun steril pada cabang, (E) daun fertil, (F)
daun median, (G) mikrospora 41
51 Pleocnemia irregularis, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
fertil, (D) sorus, (E) spora 43
52 Tectaria heracleifolia, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) sori, (D)
indusium, (E) sisik 43
53 Tectaria vasta, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) potongan sisik,
(D) sorus, (E) spora 44
54 Tectaria hilocarpa, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
steril, (D) potongan pinna fertil, (E) spora 44
55 Tectaria maingayi, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori, (D)
spora 44
56 Tectaria subebenea, (A) perawakan, (B) abaksial pinna fertil, (C)
adaksial pinna fertil, (D) sorus, (E) spora 45
57 Christella dentata, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) potongan
pinna fertil, (D) sorus, (E) spora 47
58 Christella parasitica (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) adaksial
pinna, (D) sorus, (E) spora 47
59 Cyclosorus interruptus, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) potongan
pinna fertil, (D) sorus, (E) spora 48
60 Cyclosorus sumatranus, (A) perawakan, (B) sisik, (C) frond fertil,
(D) sorus, (E) spora 48
61 Pneumatopteris truncata, (A) perawakan, (B) pinna tereduksi, (C,D)
sorus, (E) spora 48
62 Pronephrium asperum, (A) perawakan, (B) sisik, (C) pinna fertil, (D)
sorus, (E) spora 49
63 Pronephrium triphyllum, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sorus,
(D) sporangium dengan spina, (E) spora 49

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi persebaran tumbuhan paku terestrial di Kampus IPB –


Darmaga 53
2 Tabel lokasi persebaran tumbuhan paku terestrial di Kampus IPB -
Darmaga 53
3 Daftar istilah tumbuhan paku 55
4 Bagian-bagian penting dalam tumbuhan paku 56
PENDAHULUAN

Jumlah spesies tumbuhan paku dan kerabatnya (Pteridophyta) di seluruh


dunia diperkirakan mencapai 12000 yang hidup di pelbagai macam habitat. Para
peneliti juga mempercayai bahwa 65% dari seluruh spesies itu dapat ditemukan di
daerah hutan hujan tropis dataran rendah (Wee 2005). Belum ada catatan yang
lengkap mengenai kekayaan spesies Pteridophyta di Indonesia sampai saat ini.
Catatan, publikasi, maupun hasil-hasil penelitian yang menguraikan kekayaan
spesies Pteridophyta di Indonesia masih terbatas, misalnya jumlah spesies
Pteridophyta terestrial di perkebunan karet Jambi sebanyak 65 Spesies (Beukema
dan van Noordwijk 2004; Wee 2005). Lembaga Biologi Nasional Indonesia pada
tahun 1980 memperkirakan Indonesia memiliki jumlah spesies Pteridophyta yang
melimpah, yaitu sekitar 1300 spesies (Sastrapradja 1980).
Keberadaan Pteridophyta yang hidup terestrial di suatu daerah dapat
menunjukan kondisi lingkungan lokal (Beukema dan van Noordwijk 2004).
Kekayaan jumlah spesies tumbuhan paku di suatu daerah dipengaruhi oleh curah
hujan dan cahaya matahari. Kedua faktor tersebut menjadikan daerah dataran
rendah dengan areal hutan hujan tropis yang luas akan memiliki kekayaan spesies
tumbuhan paku yang paling tinggi (Wee 2005). Kawasan kampus Institut
Pertanian Bogor yang berada di Kecamatan Darmaga memiliki luas kurang lebih
256 ha dan di ketinggian 183-195 mdpl, serta memiliki area hijau seperti hutan
yang cukup luas berisi berbagai macam sumber daya tumbuhan dan hewan yang
keanekaragamannya cukup tinggi. Salah satu sumber daya tumbuhan yang
melimpah di area kampus adalah Pteridophyta. Pteridophyta adalah kelompok
tumbuhan tidak berbunga yang menghasilkan spora untuk reproduksinya. Spora
diproduksi dalam jumlah banyak, berukuran mikroskopik, dan terbentuk dalam
kantong spora (sporangium). Sporangium dapat tersebar di permukaan abaksial
daun, berkumpul membentuk sori dalam pelbagai bentuk, atau terdapat di tempat
spesifik seperti di ujung cabang atau tepi daun (Wee 2005).
Kawasan hijau di kampus IPB Darmaga menyediakan habitat tumbuh yang
luas bagi tumbuhan paku, seperti lantai hutan yang bersih dari semak, lokasi dekat
aliran sungai, dan cabang-cabang pohon bagi tumbuhan paku epifit. Umumnya
tumbuhan paku terestrial yang menjadi fokus dalam skripsi ini lebih banyak
ditemukan pada area dengan intensitas cahaya matahari rendah sampai sedang,
walaupun beberapa spesies ditemukan di tempat yang sangat terbuka. Kondisi
tersebut membuat kampus IPB Darmaga menjadi habitat tumbuh yang baik bagi
tumbuhan paku terestrial. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh kebutuhan
catatan mengenai jumlah sumber daya tumbuhan yang ada di kampus Institut
Pertanian Bogor - Darmaga sebagai penunjang kegiatan belajar mahasiswa.
Penelitian ini melaporkan keanekaragaman tumbuhan paku terestrial yang ada di
kampus IPB Darmaga, serta menyediakan kunci identifikasi tumbuhan paku
terestrial kampus IPB Darmaga untuk digunakan sebagai bahan belajar mahasiswa
IPB.
2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu eksplorasi dan pengamatan.
Eksplorasi dilakukan di area hijau kampus IPB Darmaga pada bulan Oktober 2013
- Januari 2014. Identifikasi dan pengamatan struktur reproduksi dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB pada bulan
Desember - April 2014.

Eksplorasi

Eksplorasi dilakukan di seluruh area hijau kampus IPB Darmaga seluas 297
ha. Pencatatan lokasi penemuan Pteridophyta terestrial dibagi menjadi 10 lokasi
(Lampiran 1 dan Lampiran 2). Data yang dicatat ketika penemuan tumbuhan
adalah nomor, lokasi penemuan, ciri vegetatif, ciri struktur reproduksi, ciri habitat,
persebaran, dan iklim mikro meliputi suhu udara, intensitas cahaya matahari, dan
kelembaban udara di tempat ditemukannya tumbuhan paku.

Pembuatan Herbarium

Pembuatan herbarium Pteridophyta terestrial dilakukan di laboratorium


menggunakan metode standar pembuatan herbarium (de Vogel 1987). Tumbuhan
dibersihkan dari tanah, disemprot alkohol 70% untuk menghindari kontaminasi
cendawan, ditata dalam lembaran koran, kemudian disusun dalam sasak. Sasak
diikat menggunakan kawat, lalu dimasukan ke dalam oven bersuhu 50-60oC
selama 3 hari. Herbarium yang telah kering ditempel di kertas karton putih
berukuran 40x30 cm2 dan diberi label. Label berisi keterangan nama spesies,
lokasi ditemukan spesimen, tanggal koleksi, nomor koleksi, kolektor, dan catatan
tambahan. Herbarium disimpan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Departemen Biologi IPB.

Pengamatan Struktur Reproduksi

Pengamatan struktur reproduksi Pteridophyta terestrial menggunakan


potongan daun fertil yang dikoleksi ketika eksplorasi. Daun fertil disimpan dalam
plastik sampel yang berisi potongan kertas lembab supaya sporangium tidak
mudah pecah. Satu sporangium diambil dengan bantuan mikroskop stereo dan
jarum, kemudian sporangium disiapkan di kaca objek dengan media gliserin.
Setelah ditutup dengan kaca penutup, kaca objek diketuk-ketuk dengan pinset
supaya sporangium pecah. Selanjutnya tepi kaca penutup direkatkan
menggunakan kutek. Pengamatan jumlah dan morfologi spora menggunakan
mikroskop majemuk tipe Olympus CX21. Data morfologi spora yang dicatat
meliputi warna, bentuk, tipe permukaan spora, dan tipe apertura. Morfologi spora
difoto menggunakan Optilab dan ukuran spora diukur menggunakan software
ImageRaster.
3

Pembuatan Kunci Identifikasi

Identifikasi Pteridophyta menggunakan data morfologi dengan bantuan


herbarium, dan foto-foto tumbuhan. Beberapa buku yang digunakan untuk
identifikasi Pteridophyta terestrial adalah Fern of Malaysia in Color (Piggott
1988), Flora of Malaya volume II (Holttum 1954), Ferns of Queensland (Andrews
1990), Plant Resources of South-East Asia (de Winter dan Amoroso 2003), Flora
of China Vol.2-3 (Wu et al. 2013), publikasi tentang tumbuhan paku, dan website
taksonomi tumbuhan theplantlist.org. Hasil identifikasi diverifikasi dengan
spesimen herbarium koleksi Herbarium Bogoriense LIPI. Hasil pengamatan
morfologi dan identifikasi digunakan untuk membuat kunci identifikasi dan
deskripsi. Istilah yang digunakan dalam deskripsi disajikan dalam Lampiran 3 dan
Lampiran 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga

Pteridophyta terestrial yang ditemukan di Kampus IPB Darmaga sebanyak


56 spesies, termasuk kedalam 30 genera dan 18 famili (Tabel 1). Famili yang
anggotanya paling banyak ditemukan adalah Pteridaceae sebanyak 10 spesies.
Tabel 1 Daftar Pteridophyta terestrial di kampus IPB Darmaga
Famili Jumlah Genus Jumlah NK Spesies
genus Spesies
Aspleniaceae 1 Asplenium 2 IR040 A.nidus Linn.
IR055 A.pellucidum Lam.
Athyriaceae 1 Athyrium 4 IR029 A.asperum (Bl.)Milde
IR060 A.bantamense (Bl.)Milde
IR036 A.cordifolium (Bl.)Copel*
IR061 Athyrium sp.*
1 Diplazium 2 IR031 D.dilatatum (Bl.)Milde *
IR014 D.esculentum (Retz.)Copel
Blechnaceae 2 Blechnum 1 IR050 B.orientale Linn.
Stenochlaena 1 IR058 S.palustris (Burm.)Bedd.
Cyatheaceae 1 Cyathea 1 IR048 C.contaminans (Wall. ex
Hook.)Copel
Dennstaedtiaceae 1 Microlepia 1 IR018 M.todayensis Chr.
Dryopteridaceae 1 Ctenitis 1 IR067 C.vilis (Kunze)Ching
Gleicheniaceae 2 Dicranopteris 2 IR057 D.linearis (Burm.)Clarke
IR043 D.splendida (Hand. Mazz)
Ching*
Gleichenia 1 IR059 G.laevigata (Willd.)Hk.*
Lindsaeaceae 2 Lindsaea 1 IR021 L.macraena (Hook.&Arn.)
Copel
Schizolegnia 1 IR013 L.ensifolia Sw.
Lycopodiaceae 1 Lycopodium 1 IR073 Lycopodium sp.
4

Tabel 1 Lanjutan
Famili Jumlah Genus Jumlah NK Spesies
genus spesies
Lygodiaceae 1 Lygodium 2 IR010 L.flexuosum (L.)Sw.
IR051 L.microphyllum (R.Br.)*
Marattiaceae 1 Angiopteris 1 IR020 A.evecta (Forst.)Hoffm.
Nephrolepidaceae 1 Nephrolepis 2 IR019 N.biserrata (Sw.) Schott
IR065 N.cordifolia (L.)Pr*
Ophioglossaceae 1 Ophioglossum 1 IR073 O.nudicaule L.f.
Polypodiaceae 1 Phymatsorus 2 IR071 P.longissimus (Bl.) Pic.Serm
IR035 P.membranifolium
(R.Br.)S.G.Lu
Pteridaceae 1 Adiantum 4 IR034 A.capillus-veneris Linn.
IR004 A.latifolium Lam.
IR068 A.philippense Linn.
IR064 A.trapeziformis L.
1 Cheilanthes 1 IR070 C.tenuifolia (Burm.)Sw.
1 Pityrogramma 1 IR047 P.calomelanos (L.) Link.
1 Pteris 4 IR063 P.asperula J.Sm.
IR069 P.biaurita Linn.*
IR002 P.ensiformis Burm.
IR046 P.vitata Linn.**
1 Taenitis 1 IR015 T.blechnoides (Willd.)Sw.
Selaginellaceae 1 Selaginella 5 IR003 S.plana (Desv.)Hieron
IR023 S.wildenowii (Desv.exPoir)
Bak
IR039 S.intermedia (Bl.)Spring
IR045 S.rothertii Alderw.*
IR072 Selaginella sp.
Tectariaceae 1 Pleocnemia 1 IR012 P.irregularis (C.Presl.)Holtt.
Tectaria 5 IR032 T.heracleifolia
1
(Willd)Underw*
IR044 T.hilocarpa (Fee)M.G.Price
IR030 T.maingayi (Bak.)C.Chr.
IR062 T.subebenea (Christ.)C.Chr.
IR038 T.vasta (Bl.) Copel.
Thelypteridaceae 4 Christella 3 IR001 C.dentata (Forssk)Br.&Jermy
IR009 C.parasitica (L.)Lev
IR006 C.subpubescens (Bl.)Holtt.
Cyclosorus 1 IR008 C.interruptus (Willd)Ching
Pronephrium 2 IR033 P.asperum (Pressl.)Holtt.
IR011 P.triphyllum (Sw.) Holtt.
Pneumatopteris 1 IR027 P.truncata (Poir.) Holtt.
Total genus 30 Total spesies 56
Keterangan: *belum ditemukan spora **umumnya epifit atau epilitik
NK= nomor koleksi
5

Persebaran Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga

Pteridophyta terestrial yang ditemukan di kampus IPB Darmaga tersebar di


pelbagai lokasi yang menggambarkan habitat tumbuh bagi spesies tumbuhan paku
tertentu. Kampus IPB Darmaga memiliki perubahan suhu udara, intensitas cahaya,
dan kelembaban udara yang berbeda nyata antara pagi dan siang hari sehingga
pengelompokan habitat ditentukan berdasarkan pengamatan langsung di lokasi.
Perubahan iklim mikro yang paling signifikan terdapat pada lokasi dengan habitat
terbuka dan habitat teduh. Lokasi dengan habitat ternaungi memiliki iklim mikro
yang cenderung stabil, yaitu suhu rendah, intensitas cahaya rendah, dan
kelembaban udara tinggi (Tabel 2).

Tabel 2 Lokasi dan ciri habitat Pteridophyta terestrial di kampus IPB Darmaga
Suhu udara Rata-rata intensitas Kelembaban
Lokasi Ciri habitat
(oC) cahaya (lux) (%Rh)
Sekitar lapangan 26,9 - 32,7 1014 – 12250 64,9 - 88,3 Teduh
softball
Hutan dekat FPIK 28,5 - 31,3 1019 – 8790 64,1 - 79,4 Teduh

Arboretum lanskap 28,5 – 29 1250 – 1883 74,3 - 76,2 Ternaungi


Sekitar rektorat s/d
30,1 - 30,9 994 – 7960 72,9 - 78,6 Teduh
shelter sepeda
Sekitar FAHUTAN 32,2 - 34,3 4940 – 11260 55,8 – 59 Teduh
Sekitar Grha Widya
26 - 31,7 1578 – 18510 61,5 – 86 Terbuka
Wisuda (GWW)
Greentv s/d kolam
28,2 - 32,6 803 – 1380 66,2 - 82,8 Ternaungi
FPIK
Pool bus s/d FAPET 31,2 - 31,7 4770 – 9350 58,2 - 69,3 Terbuka
a) Hutan di sekitar
27,9 – 31 623 – 1415 69,1 - 86,1 Ternaungi
asrama Silvalestari
b) Hutan di sekitar
25,9 - 26,9 229 – 439 81,8 - 87,5 Ternaungi
asrama Silvasari
Landhuis, perumahan
26,3 - 29,7 918 – 7050 75,7 - 88,7 Teduh
dosen s/d Cikabayan
Keterangan: iklim mikro diukur pada jam 07.00 – 11.00 WIB, bulan Oktober 2013
– Januari 2014.

Dari seluruh lokasi pengambilan sampel, lima lokasi memiliki habitat teduh,
tiga lokasi memiliki habitat ternaungi, dan dua lokasi memiliki habitat terbuka
(Gambar 1). Tumbuhan paku terestrial di kampus IPB Darmaga paling banyak
ditemukan di habitat teduh. Pada habitat teduh, lokasi yang paling tinggi
keanekaragaman jenisnya adalah area Landhuis dan perumahan dosen sampai ke
Cikabayan sebanyak 26 spesies. Tumbuhan paku di lokasi ini tumbuh di tepi jalan,
halaman rumah, dan kebun. Pada habitat ternaungi, lokasi yang paling tinggi
keanekaragaman jenisnya adalah area hutan di sekitar asrama Silva sebanyak 20
spesies. Beberapa spesies tumbuhan paku terestrial yang tumbuh di lokasi ini
6

tidak ditemukan tumbuh di lokasi lain, yaitu Tectaria subebenea, Athyrium


bantamense, dan Athyrium sp.. Lokasi ini memiliki suhu udara, intensitas cahaya,
dan kelembaban yang stabil rendah dari pagi hingga siang hari.

30

25
Jumlah spesies

20

15

10

0
I II III IV V VI VII VIII IX X

Gambar 1 Jumlah spesies tumbuhan paku terestrial yang ditemukan di tiap lokasi.
I=sekitar lapangan softball, II= hutan dekat FPIK, III= arboretum
lanskap, IV= sekitar rektorat, V= Fahutan, VI= sekitar GWW, VII=
GreenTV-Kolam Fpik, VIII= pool bus-Fapet, IX= Hutan di sekitar
asrama Silva, X= sekitar Landhuis, perumdos, dan Cikabayan
Habitat ternaungi Habitat teduh Habitat terbuka

Lokasi dengan habitat terbuka yaitu area sekitar GWW dan area sekitar pool
bus. Kedua lokasi ini masing-masing memiliki 4 spesies tumbuhan paku terestrial,
tetapi spesiesnya berbeda. Tumbuhan paku terestrial yang terdapat di sekitar
GWW yaitu Christella dentata, Gleichenia splendida, Nephrolepis cordifolia, dan
Pteris ensiformis. Tumbuhan paku terestrial yang terdapat di sekitar pool bus
yaitu Dicranopteris linearis, Gleichenia truncata, Stenochlaena palustris, dan
Cyathea contaminans. Gleichenia truncata dan Stenochlaena palustris hanya
ditemukan di area terbuka, sedangkan Cyathea contaminans hanya ditemukan satu
individu yang tumbuh di belakang gedung pool bus pada area seperti jurang
dengan intensitas cahaya rendah.
Beberapa spesies tumbuhan paku terestrial dapat ditemukan di hampir
seluruh kawasan kampus Darmaga IPB, contohnya Pteris ensiformis, Pleocnemia
irregularis, dan Lygodium flexuosum. Pteris ensiformis dapat tumbuh baik di
habitat terbuka maupun ternaungi. Pleocnemia irregularis tumbuh di habitat
ternaungi sampai teduh. Lygodium flexuosum tumbuh di habitat teduh sampai
terbuka. Namun, ada pula spesies tumbuhan paku terestrial yang pertumbuhan
vegetatifnya dipengaruhi oleh perbedaan habitat, yaitu Dicranopteris linearis.
Dicranopteris linearis dapat tumbuh dengan tinggi hingga > 3m di habitat terbuka
pada ketinggian 90-1660 mdpl (Russel et al. 1998). Spesies ini dijumpai di
kampus IPB Darmaga pada dua lokasi dengan habitat berbeda. Individu yang
tumbuh di habitat terbuka dengan paparan sinar matahari penuh sepanjang hari
(sekitar pool bus) tumbuh hingga 1,5 meter, tetapi individu yang tumbuh di dalam
kebun karet (lokasi VII) memiliki habitus yang pendek ±30 cm (Gambar 2).
7

Gambar 2 Dicranopteris linearis pada dua habitat berbeda, (A) habitat


teduh, (B) habitat terbuka.

Karakter Vegetatif Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga

Pteridophyta terestrial yang ditemukan di kampus IPB Darmaga bervariasi


ukuran daunnya, yaitu daun besar (megafil) sebanyak 16 famili dan daun kecil
(mikrofil) sebanyak 2 famili. Pteridophyta terestrial di kampus IPB Darmaga yang
berdaun kecil yaitu Lycopodiaceae dan Selaginellaceae. Selaginellaceae memiliki
tiga macam mikrofil steril yaitu lateral, median, dan aksilar, sedangkan mikrofil
fertilnya monomorfik atau dimorfik. Lycopodiaceae hanya memiliki dua jenis
mikrofil, yaitu mikrofil steril dan fertil. Genus dan spesies dari kedua famili ini
dibedakan berdasarkan bentuk pola percabangan, karakter mikrofil, dan struktur
reproduksinya.
Pteridophyta terestrial di kampus IPB Darmaga yang berdaun besar
bervariasi dalam karakter vegetatif maupun generatif. Ukuran daun atau frond
beragam dari 2 cm sampai 2,5 m. Frond terdiri dari stipe dan lamina. Bentuk
lamina tunggal, pinnatifid, dan majemuk pinnate sampai tripinnate. Frond
majemuk memiliki lamina yang terbagi menjadi pinna dan pinnula. Umumnya
frond fertil dan frond steril terpisah, dan memiliki bentuk atau karakter yang
berbeda. Karakter frond tersebut dapat digunakan dalam identifikasi Pteridophyta
dan menjadi salah satu karakter pembeda antar spesies.
Karakter vegetatif Pteridophyta terestrial yang ditemukan dapat dibedakan
berdasarkan habitusnya, yaitu pohon (Cyatheaceae) dan herba (famili lainnya).
Tipe pertumbuhan batang juga bervariasi, yaitu tegak (Cyatheaceae), merambat
(Selaginellaceae), dan memanjat (Lygodiaceae). Pteridophyta yang memiliki
habitus herba dapat dibedakan berdasarkan ukuran frond, tipe frond, stipe, dan
sisik. Ukuran frond mulai dari 2 cm sampai 2,5 m, sedangkan tipe frond yaitu
tunggal, tunggal berlobus (pinnatifid), majemuk menyirip (pinnate), dan dikotom.
Beberapa spesies membentuk proliferasi tunas pada rachis bagian apikal frond.
Stipe berkayu atau berdaging, permukaannya bersisik, berambut (pilous), atau
licin (glabrous). Sisik terdapat pada rhizome, stipe, atau pada rhizome dan stipe.
Bentuk, ukuran, tepi dan permukaan sisik beranekaragam dan berbeda-beda pada
setiap spesies (Gambar 3).
Masing-masing famili memiliki karakter khas yang dapat membedakannya
dengan famili lain, misalnya Ophioglossaceae memiliki habitus kecil (< 10 cm)
dan frond fertil tegak. Marattiaceae memiliki stipe dan stipula berdaging, serta
pangkal tangkai pinna membengkak. Gleicheniaceae memiliki sisik bercabang 3-5
8

dan pinna yang bercabang dikotom 2-4 kali. Adiantaceae memiliki stipe berwarna
hitam seperti kawat. Polipodiaceae memiliki frond pinnatifid, dan sisik peltat.
Schizaeaceae memiliki stipe yang memutar dan sekumpulan rambut pada setiap
pangkal percabangan.

Gambar 3 Keanekaragaman karakter vegetatif Pteridophyta, A. habitus pohon,


tipe pertumbuhan B. merambat, C. memanjat, D. tegak, E. frond
tunggal, F. frond pinnatifid, G. frond pinnate, H. frond dikotom, I.
proliferasi tunas, J. stipe berkayu dan bersisik, K. stipe berdaging dan
glabrous, L sisik bercabang, M sisik peltat, N-O sisik clathrate.

Genus dalam satu famili juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan
ukuran frond, misalnya Blechnum dan Stenochlaena, atau Cyclosorus dan
Thelypteris. Blechnum memiliki bentuk dan ukuran frond fertil dan frond steril
hampir sama, sedangkan Stenochlaena memiliki frond fertil dengan ukuran pinna
lebih sempit. Ukuran pinna Cyclosorus dalam satu frond cenderung sama atau
mengalami sedikit reduksi di bagian basal dan apikal, sedangkan ukuran pinna
Thelypteris sangat tereduksi di bagian basal. Antara spesies dalam satu famili
dapat dibedakan dengan karakter tepi lamina dan sisik, misalnya pada
Dicranopteris linearis dan Gleichenia laevigata. Dicranopteris linearis memiliki
sisik bercabang, tepian rata, serta lamina berlobus lebar, sedangkan Gleichenia
laevigata memiliki sisik tidak bercabang, tepian berambut, serta lamina berlobus
sempit (Gambar 4).
9

A B
Gambar 4 Variasi sisik, A. sisik bercabang pada Dicranopteris linearis,
B. sisik berambut pada Gleichenia laevigata

Struktur Reproduksi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus IPB Darmaga

Struktur reproduksi tumbuhan paku terdapat pada frond atau pinna fertil.
Bagian yang diamati adalah struktur penghasil spora. Spora dibentuk dalam kotak
spora yang disebut sporangium. Umumnya sporangium tumbuhan paku
berkumpul membentuk sorus dan dilindungi indusium atau parafisis. Karakter
sorus (jamak, sori) yang dapat membedakan antara jenis tumbuhan paku adalah
letaknya terhadap pertulangan daun dan tepi lamina, bentuk sorus, dan keberadaan
pelindung (Holttum 1988). Famili-famili yang sukar dibedakan menggunakan
karakter vegetatif dapat dibedakan berdasarkan struktur reproduksinya.
Karakter reproduksi yang membedakan antar famili adalah letak sorus,
bentuk spora, keberadaan perispor, dan bentuk apertur. Karakter pembeda antar
genus dalam satu famili ialah keberadaan indusium, tipe, dan bentuk indusium
(Tabel 3). Letak sorus dibedakan berdasarkan letaknya terhadap tepi lamina dan
terhadap pertulangan daun. Bentuk spora dikelompokan menjadi monolet, trilet,
dan globose. Bentuk apertur biasanya mengikuti bentuk spora. Spora monolet
memiliki apertur linier, spora trilet memiliki apertur triradiat, tetapi spora globose
sulit diamati aperturnya.
Tipe spora tumbuhan paku terestrial di kampus IPB Darmaga adalah
homospora, kecuali famili Selaginellaceae yang memiliki spora heterospora.
Jumlah spora per sporangium umumnya 64, kecuali mikrospora Selaginella,
Dicranopteris, Lycopodium, dan Ophioglossaceae berjumlah lebih dari 64 per
sporangium. Dengan demikian kebanyakan tumbuhan paku yang ditemukan
memiliki tipe reproduksi seksual.

Tabel 3 Karakter sturktur reproduksi pembeda famili dan genus pada Pteridophyta
terestrial di kampus IPB-Darmaga
Sorus Spora
Famili
Letak Tipe Bentuk ∑ Bentuk Apertur Perispor

Aspidiaceae A-MC I/E Bundar 64 Monolet Linier Ada


Aspleniaceae A-MC I Lembaran 64 Monolet Linier Ada
Monolet
Athyriaceae A-MC I Lembaran 64 Linier Ada
/ globose
Blechnaceae P I/E Lembaran 64 Monolet Linier Ada
10

Tabel 3 Lanjutan
Sorus Spora
Famili
Letak Tipe Bentuk ∑ Bentuk Apertur Perispor
Cyatheaceae A-MC E Bola 64 Trilet Triradiat Tidak ada
Dennstaedtiaceae T-UC I Mangkuk 64 Trilet Triradiat Tidak ada
Dryopteridaceae A-UC I Bundar 64 Monoleet Linier Ada

Gleichenia A-MC E Bola 64 Trilet Triradiat Tidak ada


Lindsaeaceae T-UC I Lembaran 64 Trilet Triradiat Tidak ada

Lycopodiaceae S >64 Trilet Triradiat Tidak ada


Marattiaceae T-MC I Mangkuk >32 Monolet Tidak ada
Nephrolepidaceae A-MC I Bundar Monolet Linier Tidak ada
Ophioglossaceae B >64 Globose Triradiat Tidak ada
Bundar /
Polypodiaceae A-UC E 64 Monolet Linier Tidak ada
ellip
T-UC/ IP / Lembaran/
Pteridaceae 64 Trilet Triradiat Ada
A-TE I/E linier
Schizaeaceae T I Lembaran 64 Trilet Triradiat Tidak ada
Selaginellaceae
S >64 Trilet Triradiat Ada
(mikrospora)
Selaginellaceae Trilet /
S 2-4 Triradiat Tidak ada
(megaspora) globose
Thelypteridaceae A-MC I/E Ginjal 64 Monolet Linier Ada
Keterangan: T=tepi lamina, A=permukaan abaksial lamina, P= pada tulang daun
utama, TE=di antara tulang daun utama dan tepi lamina, UC=ujung
cabang tulang daun, MC= menempel pada cabang tulang daun,
B=dalam bulir, S=dalam sporofil, I=indusiate, IP=indusium palsu,
E=exindusiate.

Empat bentuk indusium yang ditemukan yaitu lembaran, bundar, ginjal


(reniform), dan mangkuk. Bentuk indusium biasanya sesuai dengan bentuk sorus,
misalnya sorus linier dilindungi indusium lembaran. Sorus yang tidak dilindungi
indusium disebut exindusiate. Sorus exindusate umumnya berbentuk linier, ellip,
atau bola (Gambar 5,6).

Gambar 5 Tipe sorus. (A) sorus dengan indusium palsu bentuk lembaran pendek,
(B) sorus dengan indusium sejati bentuk lembaran, (C) sorus bundar,
(D) sorus ginjal. : sorus
11

Gambar 6 Tipe sorus tanpa indusium. (E) bentuk linier, (F) sorus elip, (G) sorus
bola, (H) sorus bundar. : sorus

Antar spesies dalam satu genus dapat dibedakan dengan morfologi spora,
meliputi ukuran, warna, ornamentasi eksin, dan karakter perispor (Tabel 4).
Rentang ukuran spora antar spesies dalam satu genus berbeda-beda. Warna spora,
ornamentasi eksin, dan karakter perispor diklasifikasikan berdasarkan pengamatan
dengan mikroskop cahaya.

Tabel 4 Morfologi spora tumbuhan paku terestrial di kampus IPB Darmaga


Ukuran Ornamentasi
Spesies Warna Perispor
(µm) eksin
ASPLENIACEAE
Asplenium nidus** 35,7 – 39,3 Kuning, bening Cristate Sempit, tipis,
tak beraturan
Asplenium pellucidum 37 – 37,3 Coklat, bening Cristate Sempit, tipis,
tepi rata
ATHYRIACEAE
Athyrium esculentum 37,2 – 44,1 Coklat, bening Glabrous Lebar, tipis,
tepi rata
Athyrium asperum 31,3 – 39,5 Coklat, bening Glabrous Lebar, tipis,
tepi rata
Athyrium cordifolium 41,5 – 46,7 Coklat, bening Glabrous Sempit, tipis,
tepi rata
Athyrium bantamense 46,4 – 48,4 Coklat, bening Cristate Lebar, tipis,
tepi rata
BLECHNACEAE
Blechnum orientale 33,5 – 39,7 Putih, bening Glabrous Sempit, tebal
(Perispor hitam)
Stenochlaena palustris 40,7 – 43,4 Kuning, bening Pappilous X
CYATHEACEAE
Cyathea contaminans 27,6 – 30,2 Kuning, bening Glabrous X
DENNSTAEDTIACEAE
Microlepia todayensis 28,4 – 30,1 Coklat, bening Glabrous X
DRYOPTERIDACEAE
Ctenitis vilis 34,6 – 38,9 Kuning, bening Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
GLEICHENIACEAE
Dicranopteris liniearis 16,9 – 18,4 Putih, bening Glabrous X
LINDSAEACEAE
Lindsaea macraena 29,2 – 29,9 Kuning, bening Glabrous X
Lindsaea ensifolia 25,1 – 26,9 Kuning, bening Glabrous X
12

Tabel 4 Lanjutan
Ukuran Ornamentasi
Spesies Warna Perispor
(µm) eksin
LYCOPODIACEAE
Lycopodium sp. 18,4 – 21,6 Putih, bening Granulate X
LYGODIACEAE
Lygodium flexuosum 63,8 – 79,6 Kuning Pappilous X
MARATTIACEAE
Angiopteris evecta 27,1 – 28,2 Coklat, bening Granulate X
NEPHROLEPIDACEAE
Nephrolepis biserrata 28,4 – 30,4 Coklat Granulate X
OPHIOGLOSSACEAE
Ophioglossum 28,8 – 29,1 Putih kehijauan, Glabrous X
pedunculosum bening
POLYPODIACEAE
Phymatodes longissima 42,1 – 44,8 Kuning Glabrous X
Phymatodes nigrescens 45,2 – 54,5 Kuning Glabrous X
PTERIDACEAE
Adiantum latifolium 25,1 – 27 Kuning, bening Glabrous X
Adiantum philippense 39,1 – 44,7 Coklat gelap Glabrous X
Adiantum capillus-veneris 34,8 – 37,9 Coklat, bening Glabrous X
Adiantum trapeziformis 27,3 – 29,2 Kuning, bening Glabrous X
Cheilanthes tenuifolia 27,6 – 28,1 Coklat Glabrous X
Pityrogramma calomelanos 33,1 – 39,0 Coklat, bening Folded Lebar, tipis,
tepi rata
Pteris asperula 35,4 – 40,5 Coklat gelap Granulate X
Pteris ensiformis 35,6 – 38,4 Coklat, bening Pappilous X
Pteris vitata 44 – 445,9 Putih, bening Cristate Lebar, tipis,
tepi rata
Taenitis blechnoides 38,1 – 42,4 Kuning, bening Pappilous X
SELAGINELLACEAE
Selaginella intermedia 579,4 – 638 Putih, bening X
(makrospora)
Selaginella plana 28,5 – 30,4 Putih, bening X
(mikrospora)
Selaginella rothertii 33,9 – 37,2 Kuning, bening Pappilous X
(mikrospora)
Selaginella wildenowii 29,5 – 30,3 Putih, bening X
(mikrospora)
Selaginella wildenowii 474 – 520,5 Kuning, bening Pappilous X
(makrospora)
Selaginella sp.(mikrospora) 43 – 45,1 Putih, bening X
TECTARIACEAE
Pleocnemia irregularis 28,8 – 34,2 Coklat, bening Cristate Lebar, tipis,
tepi bergerigi
Tectaria maingayi 55,8 – 56,8 Coklat, bening Folded Lebar, tipis,
tepi rata
Tectaria vasta 33,8 – 35,7 Coklat, bening Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Tectaria hilocarpa 50,4 – 54,0 Coklat, bening Cristate Lebar, tipis,
tepi rata
13

Tabel 4 Lanjutan
Ukuran Ornamentasi
Spesies Warna Perispor
(µm) eksin
Tectaria subebenea 46,7 – 50,6 Coklat, bening Echinate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
THELYPTERIDACEAE
Christella dentata 34,9 – 36 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Cyclosorus interruptus 30,6 – 32,3 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Cyclosorus sumbpubescens 25,7 – 27,7 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Christella parasitica 34,1 – 38,7 Coklat Cristate X
Pneumatopteris truncata 31,6 – 33,9 Coklat Echinate X
kasar
Pronephrium asperum 37,0 – 41,6 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi rata
Pronephrium triphyllum 42,6 – 42,8 Coklat Echinate X
kasar

Keterangan: X tidak ada perispor **umumnya epifit atau epilitik

Spora per sporangium dalam tumbuhan paku homospor umumnya hampir


seragam dan memiliki rentang ukuran kecil, tetapi ditemukan juga spora yang
berukuran tidak seragam dalam satu sporangium. Spora tersebut berukuran jauh
lebih kecil dan berkerut dibandingkan spora normal lain dalam satu sporangium
(Gambar 7). Spora yang memiliki ciri tersebut merupakan spora abortif atau
infertil. Spora abortif dapat terjadi karena ketidaknormalan pada proses meiosis
atau karena telah terjadi hibridisasi (Quintanilla dan Escudero 2006). Tumbuhan
paku dengan spora demikian biasanya memiliki tipe reproduksi apogamy (Huang
et al. 2011).

A B

Gambar 7 Spora infertil (A) spora Asplenium pellucidum, (B) spora Pteris asperula
(ditunjuk oleh tanda panah)
14

Kunci Identifikasi dan Deskripsi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus


IPB-Darmaga

Data morfologi yang dikumpulkan disusun dalam deskripsi spesies,


kemudian dijadikan dasar pembuatan kunci identifikasi tumbuhan paku terestrial
di kampus IPB Darmaga. Kunci identifikasi paralel dibuat untuk tingkat genus
yang ditemukan lebih dari satu spesies.

ASPLENIACEAE
Frond simple atau pinnate, pertulangan daun bebas. Sori memanjang,
dilindungi oleh indusium tipis, di cabang tulang daun, membuka ke arah tulang
daun utama. Spora berperispor.
A Frond tunggal, rachis glabrous, tepi pinna entire .......................... A.nidus
B Frond pinnate, rachis bersisik, tepi serrate .......................... A.pellucidum
Asplenium nidus Linn.
Frond tunggal, panjang mencapai 2 m. Stipe pendek, ± 5 cm, coklat gelap,
glabrous. Rachis hijau kecoklatan, glabrous. Pinna steril dan fertil dengan bentuk
dan ukuran sama, ujung acute atau circinate pada frond muda, tepi entire, tulang
daun bebas, saling menyatu sebelum mencapai tepi. Sori linier, menempel pada
salah satu sisi tulang daun sekunder, panjangnya hampir setengah dari lebar
lamina, dilindungi oleh indusium ketika masih muda; indusium bentuk lembaran
sempit, tipis, hijau. Sporangium berisi >32 spora homospora. Spora monolet,
glabrous, perispor cristate, warna kuning bening, apertur linier (Gambar 8).

Asplenium pellucidum Lam.


Frond pinnate, panjang mencapai 100 cm, jumlah pinna > 30. Stipe dan
rachis coklat, bersisik. Sisik peltate, merah gelap, ujung acuminate, tepi berambut.
Planlet tumbuh pada bagian ujung rachis. Pinna steril dan pinna fertil dengan
bentuk dan ukuran sama, ukuran tereduksi bertahap pada ujung dan pangkal frond,
lanset, basiscopic berauricle, tepi serrate, pertulangan daun bebas. Sori superficial,
linier, menempel pada salah satu sisi tulang daun sekunder, dilindungi indusium;
indusium seperti lembaran sempit, coklat, glabrous. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora monolet, glabrous, perispor cristate, warna coklat bening,
apertur linier (Gambar 9).

Gambar 8 Asplenium nidus, (A) perawakan, (B) lamina fertil, (C) spora
15

Gambar 9 Asplenium pellucidum, (A) perawakan, (B) pinna steril dan


planlet, (C) pinna fertil, (D) spora, (E) sisik

ATHYRIACEAE
Frond tunggal-tripinnate, pertulangan menyirip atau bercabang dikotom,
sorus bentuk ellip atau linier di cabang tulang daun, dilindungi indusium, spora
monolet, berperispore.
1a. Pertulangan daun menyirip ......................................................................... 2
1b. Pertulangan daun dikotom ......................................................................... 4
2a. Frond tripinnate ............................................................................ A. asperum
2b. Frond bipinnate .......................................................................................... 3
3a. Stipe dan rachis glabrous, ujung lobus truncate ...................... D.esculentum
3b. Stipe dan rachis pilous, ujung lobus acuminate ......................... D.dilatatum
4a. Stipe glabrous, tepi pinna serrate ............................................... Athyrium sp.
4b. Stipe bersisik, tepi pinna entire .................................................................. 5
5a. Ujung pinna acute, perispor sempit ......................................... A.cordifolium
5b. Ujung pinna acuminate, perispor lebar ................................... A.bantamense
Athyrium asperum (Bl.) Milde (Holttum 1954: 571)
Diplazium asperum Bl. (Piggott 1988: 313)
Frond tripinnate. Stipe berduri dan bersisik. Rachis glabrous. Pinna
mencapai 45 cm, ukuran tereduksi sampai ke ujung frond. Pinnula tepi berlobus,
ujung acuminate, pertulangan menyirip; tepi lobus serrate, ujung rounded. Sorus
ellip, menempel pada ½ cabang tulang daun dalam lobus dekat costules,
dilindungi indusium tipis. Sporangium berisi >32 spora homospora. Spora
monolet, glabrous, perispor entire, warna coklat terang, apertur linier (Gambar 10).

Athyrium bantamense (Bl.) Milde (Holttum 1954: 558)


Diplazium bantamense Bl. (Piggott 1988: 305)
Frond muda tunggal, frond dewasa pinnate, 5 – 9 pinna per frond. Stipe
glabrous, pangkal bersisik; sisik lanset, tepi spinous, ujung acuminate, pangkal
entire. Rachis glabrous. Planlet tumbuh pada bagian ujung rachis. Pinna steril dan
16

fertil memiliki bentuk sama, bentuk ovate atau cordate, tepi entire, ujung
acuminate, pertulangan dikotom; pinna apikal berkuran lebih besar dari pada
pinna lateral, berlobus di bagian pangkal, panjangnya mencapai 16 cm. Sorus
linier, menempel sepanjang cabang tulang daun, dilindungi indusium persisten.
Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate, perispor lebar
berlekuk, coklat, apertur linier (Gambar 11).

Athyrium cordifolium (Bl.) Copel (Holttum 1954: 548)


Diplazium cordifolium Bl. (Piggott 1988: 293)
Frond tunggal sampai pinnate, 3 – 5 pinna per frond. Stipe bersisik; sisik
lanset, tepi berambut kelenjar, pangkal rounded. Rachis glabrous. Frond tunggal
memiliki pinna yang lebih panjang dari pada frond pinnate, mencapai 22 cm.
Pinna steril dan fertil dengan bentuk sama, ovate atau ellip, tepi entire, ujung
acute, pertulangan dikotom. Sorus linier, menempel sepanjang cabang tulang daun,
dilindungi indusium persisten. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora
monolet, glabrous, perispor sempit, coklat terang, apertur linier (Gambar 12).

Diplazium dilatatum Bl. (Piggott 1988: 316)


Athyrium dilatatum (Bl.) Milde (Holttum 1954: 574)
Frond bipinnate. Stipe dan rachis pilous. Pinna lanset, permukaan glabrous,
tepian berlobus, ujung acuminate, mencapai 18 pinna lateral, pinna apikal
pinnatifid, kadang-kadang pinna bagian basal pinnate-pinnatifid, pertulangan
menyirip; tepi lobus serrate, ujung acute. Sorus bentuk ellip, menempel pada ¾
cabang tulang daun, dekat costules, dilindungi indusium tipis. Spora belum
diamati (Gambar 13).

Diplazium esculentum (Retz.) Sw. (Piggott 1988: 309)


Athyrium esculentum (Retz.) Copel (Holttum 1954: 562)
Frond bipinnate. Stipe dan rachis glabrous. Pinna steril dan pinna fertil
dengan bentuk dan ukuran sama, bentuk lanset, ujung acuminate, tepi berlobus,
tepi lobus serrate, ujung truncate, pertulangan menyirip. Sorus bentuk ellip,
menempel sepanjang cabang tulang daun, dilindungi indusium tipis. Sporangium
berisi 64 spora homospora. Spora globose, glabrous, perispor berlekuk, warna
coklat terang (Gambar 14).

Athyrium sp.
Frond pinnate, Stipe dan rachis glabrous. Proliferasi planlet tumbuh pada
pada midrib pinna apikal. Pinna steril dan fertil dengan ukuran dan bentuk yang
sama, oblong, tepi serrate, ujung acute, pertulangan dikotom. Pinna lateral ± 17
pasang per frond, ukuran mencapai 6,5 cm, tereduksi sampai ke ujung frond.
Pinna apikal pinnatifid. Sorus linier, menempel sepanjang cabang tulang daun,
indusium tipis. Spora belum diamati. (Gambar 15).
17

Gambar 10 Athyrium asperum, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C)


pinnula fertil, (D) sorus, (E) spora

Gambar 11 Athyrium bantamense, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C)


proliferasi tunas (planlet), (D) sorus, (E) spora

1q

Gambar 12 Athyrium cordifolium, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C)


potongan sisik, (D) sorus (E) spora
18

Gambar 13 Athyrium dilatatum, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
steril, (D) sorus

Gambar 14 Athyrium esculentum, (A) perawakan, (B) pinna steril, (C)


pinna fertil, (D) pinnula fertil, (E) spora

Gambar 15 Athyrium sp., (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) proliferasi
tunas (planlet), (D) pinna fertil
19

BLECHNACEAE
Frond pinnate, pangkal stipe bersisik. Sori di kedua sisi tulang daun utama
dari pangkal sampai hampir ke ujung pinna (pericostal), dilindungi indusium, atau
tersebar di seluruh permukaan abaksial pinna fertil, tanpa indusium.
A.Bentuk pinna fertil dan steril sama, sori pericostal ................. Blechnum orientale
B.Bentuk pinna fertil dan steril berbeda, sori tersebar di seluruh
permukaan abaksial pinna fertil ....................................... Stenochlaena palustris
Blechnum orientale Linn. (Holttum 1954: 446, Piggott 1988: 400)
Individu muda memiliki frond tunggal-pinnatifid, tinggi ± 10 cm, hijau
kecoklatan, ujung acuminate, lobus sangat dalam mendekati rachis; ujung lobus
rounded. Individu dewasa memiliki frond pinnate, ≥ 13 pasang pinna per frond,
tinggi mencapai 2,5 m. Stipe coklat pucat, glabrous, pangkal bersisik; coklat,
panjang ± 2 cm, bentuk acuminate, tepi berambut dan ujung rambut bercabang
dua. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama, ukuran pinna
tereduksi dari pangkal sampai ke ujung frond, lanset, ujung acuminate, tepi entire,
stipe berauricle hijau, tanpa tangkai, ukuran tereduksi sampai hampir ke pangkal.
Sori pericostal, menempel tepat di sebelah tulang daun utama, dilindungi oleh
indusium; indusium lembaran, coklat pucat, glabrous. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora monolet, coklat terang, glabrous, perispor tidak beraturan dan
coklat kehitaman, apertur linier (Gambar 16).

Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd. (Holttum 1954: 412, Piggott 1988: 410)
Rhizome panjang, menjalar atau memanjat tumbuhan lain, tekstur berdaging,
permukaan bersisik; sisik peltate, ellip, tepi tidak beraturan, warna coklat gelap
terutama di bagian tengah. Frond pinnate, ± 11 pasang pinna per frond. Pinna
steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, ukuran pinna
konsisten dari pangkal sampai ke ujung frond. Pinna steril lebih lebar dari pinna
fertil, ± 3 cm, ujung acuminate, tepi serrate. Pinna fertil lebih sempit, ± 5 mm,
seluruh permukaan abaksial ditutupi oleh sporangium kecuali di bagian tulang
daun utama. Sporangium berisi 64 homospora. Spora Monolet, perispore
pappilous, kuning, apertura linier (Gambar 17).

Gambar 16 Blechnum orientale, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sisik,
(D) sori, (E) spora
20

Gambar 17 Stenochlaena palustris, (A) perawakan, (B) stipe, (C) sisik, (D)
frond fertil, (E) spora

CYATHEAECEAE

Cyathea contaminans (Wall.ex Hook)Copel (Holttum 1954:119, Piggott 1988:93)


Habitusnya seperti pohon. Tinggi batang mencapai 2,5 m. Stipe ungu,
berduri pendek, panjang mencapai 1,5 m. Frond tripinnatifid. Pinna pinnate,
panjang mencapai 75 cm, rachis berduri dan coklat. Pinnula mencapai 15 cm,
berlobus sangat dalam mendekati costa; lobus mencapai 2,5 cm, tepi crenate,
ujung rounded, pertulangan daun bercabang dikotom 1-2 kali. Costa bersisik;
sisiknya mencapai 2 cm. Sori superficial, exindusiate, bentuk bola, terdapat pada
tulang daun sekunder dekat costa, disatukan oleh struktur seperti reseptakel dan
parafisis seperti benang warna coklat. Sporangium berisi >32 spora homospora.
Spora trilet, glabrous, tanpa perispor, kuning terang, apertur triradiat (Gambar 18).

DENNSTAEDTIACEAE

Microlepia todayensis Chr. (Holttum 1964: 310, Piggott 1988: 235)


Frond tripinnate, tinggi mencapai 2 m. Stipe hijau kecoklatan, permukaan
glabrous. Rachis hijau, herbaceus, pilous. Pinna steril dan pinna fertil memiliki
bentuk dan ukuran sama, panjang mencapai 100 cm. Leaflet fertil berlobus atau
pinnate pada bagian pangkal, tepi lobus crenate, pertulangan daun bercabang
dikotom 2-4 kali. Sori marginal, di ujung tulang daun dekat sinus, dilindungi
indusium; bentuk mangkuk, hijau, permukaan glabrous. Sporangium berisi 64
spora homospora. Spora trilet, glabrous, tanpa perispor, warna coklat terang,
apertura triradiat (Gambar 19).
21

Gambar 18 Cyathea contaminans, (A) pangkal frond, (B) sisik, (C) pinnula,
(D) sorus, (E) spora

Gambar 19 Microlepia todayensis, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C)


pinnula fertil, (D) sorus, (E) spora

DRYOPTERIDACEAE

Ctenitis vilis (Kunze) Ching (Piggott 1988, p.327)


Frond pinnate, tinggi mencapai 1 m. Stipe dan rachis hijau, bersisik; sisik
coklat kehitaman, lanset, ujung acuminate, tepi serrate. Pinna steril dan pinna
fertil dengan bentuk dan ukuran sama, permukaan adaksial pilous, lanset, ujung
acuminate, tepi berlobus dalam, lobus acroscopic paling pangkal lebih panjang,
pertulangan menyirip; tepi lobus crenate, ujung lobus obtuse. Sori indusiate,
membundar, di ujung cabang tulang daun, 2 baris sori dalam 1 lobus; indusium
bundar, glabrous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate,
perispor tepi-berlekuk, coklat terang, apertur linier (Gambar 20).
22

Gambar 20 Ctenitis vilis, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
fertil, (D) potongan pinna fertil, (E) spora

GLEICHENIACEAE
Frond bipinnate atau bercabang dikotom beberapa kali, pangkal cabang
bertunas, dilindungi daun stipula. Stipe dan rachis berambut coklat dan bercabang.
Pinna berlobus sangat dalam mendekati costa.
1a. Pola percabangan bipinnate ................................................ D.splendida.
1b. Pola percabangan dikotom ................................................. 2
2a. Daun mulai pada percabangan kedua, lebar lobus 2-3 mm,
ujung lobus truncate ........................................................... G.laevigata
2b. Daun hanya pada cabang ketiga, lebar lobus
5-6 mm, ujung lobus rounded ............................................. D.linearis
Dicranopteris linearis (Burm.) Clarke. (Holttum 1954: 68; Piggott 1988: 55)
Rhizome panjang, menjalar di dalam tanah, menghasilkan banyak frond.
Frond tegak, bercabang dikotom beberapa kali, tinggi mencapai 1,5 m; pangkal-
pangkal percangannya dorman seperti bakal tunas, berambut, dilindungi 2 helai
stipula. Stipe dan rachis hijau pucat, permukaan pilous; berambut coklat,
bercabang 2-3. Pinna hanya terdapat pada cabang ketiga atau cabang terakhir.
Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran sama, berlobus sangat
dalam sampai 1-2 mm dari costa, permukaan glabrous, lebar lobus 5-6 mm, ujung
lobus rounded, tulang daun bercabang dikotom. Sori superficial,tersusun atas 6-13
sporangium per sorus, melekat pada reseptakel di cabang tulang daun dekat
costule, tidak dilindungi indusium. Sporangium berisi >32 spora homospora.
Spora trilet, glabrous, tanpa perispore, warna putih, apertur triradiat (Gambar 21).

Dicranopteris splendida (Hand. Mazz.) Ching. Sunyatsenia 5(4): 275. 1940


Frond tegak, bipinnate, tinggi mencapai 20 cm; ujung percangannya dorman
seperti bakal tunas, berambut, dilindungi 2 helai stipula. Stipe dan rachis hijau
pucat, pilous, ukuran stipe lebih ramping dibandingkan G.linearis dan G.truncata.
Pinna berlobus sangat dalam sampai 2 mm dari costa, ujung lobus rounded, lebar
23

lobus 2-3 mm, glabrous, tulang daun bercabang dikotom. (pinna fertil belum
ditemukan) (Gambar 22).

Gleichenia laevigata (Willd.) Hook. (Holttum 1954: 71)


Gleichenia truncata (Willd.) Spreng. (Piggott 1988: 51)
Rhizome panjang, menjalar di dalam tanah, menghasilkan banyak frond.
Frond tegak, bercabang dikotom beberapa kali, tinggi mencapai 1,5 m; ujung
percabangannya dorman seperti bakal tunas, berambut, dilindungi 2 helai stipula.
Stipe dan rachis hijau pucat, permukaan pilous; berambut coklat, tepi berambut.
Kedua sisi rachis terdapat daun (pinna) mulai cabang kedua, lobus sangat dalam
sampai 1-2 mm dari costa, permukaan glabrous, lebar lobus 2-3 mm, ujung lobus
truncate, tulang daun bercabang dikotom. (pinna fertil belum ditemukan) (Gambar
23).

Gambar 21 Dicranopteris linearis, (A) perawakan, (B) potongan pinna


fertil, (C) sorus, (D) spora, (E) sisik

Gambar 22 Dicranopteris splendida, (A,B) perawakan, (C) pinna, (D) ujung


frond circinate
24

Gambar 23 Gleichenia laevigata, (A) perawakan, (B) pangkal percabangan


dengan stipula, (C) pangkal percabangan dengan tunas dorman,
(D) sisik

HEMIONITIDACEAE

Pityrogramma calomelanos (L.) Link. (Holttum 1954: 593, Piggott 1988: 424)
Frond bipinnate, tinggi mencapai 40 cm. Frond muda hijau, circinate,
ditutupi oleh serbuk putih. Stipe dan rachis coklat gelap, permukaan glabrous,
pangkal bersisik; sisik coklat, tipis, bentuk ramping, ujung acuminate. Pinna steril
dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama, elip, tepi serrate, ujung acute,
pertulangan daun menyirip. Sporangium tersebar di permukaan abaksial pinnula,
melekat pada tulang daun, dilindungi oleh parafisis seperti pada frond muda,
berisi > 64 spora homospora. Spora trilet, cristate, tanpa perispore, coklat
kemerahan, apertur triradiat. (Gambar 24).

Gambar 24 Pityrogramma calomelanos, (A) perawakan, (B) frond muda


circinate ditutupi parafisis, (C) sisik, (D) sori, (E) spora
25

LINDSAEACEAE
Rhizome menjalar, frond pinnate, pertulangan daun dikotom. Sori terletak
dekat tepi pinna, dilindungi indusium seperti lembaran yang membuka ke arah
tepi pinna. Spora trilet.

A. Pinna persegi, sori dalam lobus pada tepi pinna .................. Lindsaea macraena
B. Pinna lanset, sori continuous pada tepi pinna ....................... Lindsaea ensifolia

Lindsaea macraena (Hk. Et Walk-Arn.) Copel. (Holttum 1954: 324)


Lindsaea repens (Bory) Thwaites (Piggott 1988: 251)
Rhizome panjang menjalar di dalam tanah, bersisik; sisik coklat pucat,
pangkal lebar, ujung acuminate. Frond pinnate, tinggi mencapai 25 cm. Stipe dan
rachis hijau pucat, permukaan glabrous, pangkal stipe bersisik seperti pada
rhizome. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran hampir sama,
ukuran pinna berkurang bertahap ke arah pangkal dan apikal, bentuk persegi, tepi
basiscopic rata, tepi acroscopic berlobus kecil atau berlobus dalam pada pinna di
bagian pangkal, tepi bagian dalam sangat dekat atau menutupi rachis, pertulangan
dikotom. Sori marginal, ± 2 mm dari tepi pinna, terletak pada lobus, dilindungi
indusium; indusium lembaran, menempel pada bagian dalam pinna, hijau, sempit
atau kadang tertutupi sporangia ketika matang, glabrous. Sporangium berisi >32
spora homospora. Spora trilet, glabrous, tanpa perispor, warna coklat, apertur
triradiat (Gambar 25).

Lindsaea ensifolia Sw. (Piggott 1988: 265)


Schizoloma ensifolium (Sw.) J. Sm. (Holttum 1954: 346)
Rhizome pendek menjalar di dalam tanah, bersisik; sisik tipis (1 lapis sel),
bentuk acuminate, panjang ± 2 mm. Frond pinnate, tinggi mencapai 30 cm. Stipe
hijau keunguan, glabrous, pangkal bersisik seperti pada rhizome. Pinna steril dan
pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran hampir sama, lanset, ujung acute, tepi
entire, pertulangan anastomosing. Sori marginal, continuous di sepanjang tepi
pina, ± 1 mm dari tepi pinna, dilindungi indusium; bentuk lembaran, hijau pucat,
glabrous, tepi entire. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora trilet,
glabrous, tanpa perispor, warna coklat, apertur triradiat (Gambar 26).

Gambar 25 Lindsaea macraena, (A,B) perawakan, (C) sisik, (D) sorus, (E)
spora
26

Gambar 26 Lindsaea ensifolia, (A) frond fertil, (C) frond steril, (C) sisik,
(D) potongan pinna fertil, (E) spora

LYCOPODIACEAE
Lycopodium sp.
Arah tumbuh batang sub erect, bercabang dikotom, diameter batang 1 mm.
Mikrofil tersusun atas 4 helai perbuku, bentuk garis, berukuran panjang 3 mm,
ujung acuminate. Strobilus di ujung cabang, berwarna lebih terang dari pada
mikrofil, satu sporofil melindungi satu sporangium, bentuk ovate, ujung
acuminate, tepi berambut. Sporangium hijau, diameter 1 mm, berisi >64 spora.
Spora trilet, granulate, warna putih bening, apertur triradiat (Gambar 27).

Gambar 27 Lycopodium sp. (A,B) perawakan, (C) i.strobilus,


ii.daun steril, iii.daun fertil, (D) spora
LYGODIACEAE
Hanya ditemukan genus Lygodium. Rachis memutar, di pangkal
percabangan terdapat kumpulan rambut.

A. Tepi pinnula serrate ............................................................. L.flexuosum


B. Tepi pinnula entire ............................................................... L.microphyllum

Lygodium flexuosum (L.) Sw. (Holttum 1954: 57; Piggott 1988: 40)
Rhizome pendek, menjalar di dalam tanah, menghasilkan beberapa frond.
Frond pertama bercabang dikotom 1 kali, panjang mencapai 9 cm, bentuk palmate,
27

tepi lobus serrate. Frond berikutnya bipinnate, 2 – 4 pinnula per pinna, tepi serrate,
ukuran pinnula tereduksi dari pinna pertama sampai ke ujung frond, dapat tumbuh
hingga beberapa meter, bercabang beberapa kali, di pangkal percabangan terdapat
kumpulan rambut pendek warna coklat. Stipe dan rachis memutar, menjalar atau
memanjat tumbuhan lain, hijau pucat. Pinna steril bentuk sama seperti pinna pada
frond pertama. Pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran hampir sama, tepi
berlobus; lobus terdiri dari beberapa pasang sporangium. Setiap sporangium
dilindungi oleh satu indusium, berisi >32 spora. Spora trilet, granulate, tanpa
perispor, warna coklat, apertur triradiat (Gambar 28).

Lygodium microphyllum R. Br. (Holttum 1954: 58; Piggott 1988: 42)


Rhizome pendek. Frond dapat tumbuh hingga beberapa meter, bipinnate, di
pangkal percabangan terdapat kumpulan rambut pendek warna coklat. Stipe dan
rachis memutar, menjalar atau memanjat tumbuhan lain, hijau pucat. Pinna terdiri
dari 4 - 8 pinnula, ukuran pinnula ≤ 3 cm, pinnula paling ujung bercabang dua
membentuk huruf “V”, tepi entire. Pinnula fertil dan steril memiliki bentuk dan
ukuran yang sana (spora belum dapat diamati) (Gambar 29).

Gambar 28 Lygodium flexuosum, (A) frond fertil, (B) frond pertama steril,
(C,D) sori, (E) spora

Gambar 29 Lygodium microphyllum


28

MARATTIACEAE

Angiopteris evecta (Forst.) Hoffm. (Holttum 1954: 44; Piggott 1988: 31)
Frond pinnate-tripinnate, tinggi mencapai 3 m. Stipe berdaging, hijau
dengan garis-garis vertikal putih, glabrous, pangkal membengkak, dilindungi
sepasang stipula; stipula merah, bentuk setengah lingkaran, tekstur kaku dan keras,
permukaan kasar. Pinna mencapai 1,5 m; rachis berdaging, hijau, glabrous,
pangkal membengkak. Pinnula steril dan fertil dengan bentuk sama, ellip, tangkai
membengkak, ukuran pinna fertil lebih ramping, panjang mencapai 21 cm,
pangkal asimetris, ujung acuminate, tepi serrate, pertulangan daun bercabang
dikotom. Sori marginal, pada tulang daun sekunder, ± 2-3 mm dari tepi pinnula,
terdiri dari 3-5 pasang sporangia dilindungi indusium bentuk mangkuk, 1
indusium melindungi 1 sporangium, tekstur kaku, warna coklat. Sporangium
berisi >32 spora homospora. Spora monolet, granulate, tanpa perispor, coklat
terang, apertur linier (Gambar 30).

Gambar 30 Angiopteris evecta, (A) perawakan, (B) rachis dan tangkai pinna,
(C) pangkal frond dengan stipula, (D) sorus

NEPHROLEPIDACEAE
Frond pinnate, terdapat hydathoda di dekat tepi pinna adaksial dan abaksial.
Sori pada cabang tulang daun.

A. Panjang frond sampai 2 m, pangkal pinna asimetris ........... N. biserrata


B. Panjang frond < 50 cm, pangkal pinna truncate .................. N. cordifolia

Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott. (Holttum 1954: 380, Piggott 1988: 377)
Frond pinnate, panjang mencapai 2 m. Stipe coklat, bersisik. Rachis coklat,
beralur, bersisik jarang seperti pada stipe dan berambut pada bagian alur costa.
Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk sama, berukuran panjang 6 - 8 cm,
ellip-oblong, acroscopic berauricle, pangkal asimetris, ujung acuminate, tepi
serrate, pertulangan daun dikotom, di ujung tulang daun terdapat hydatoda yang
terlihat dari kedua sisi pinna. Sori pada tulang daun sekunder, berada hampir di
29

tengah tepi daun dan tulang daun utama, dilindungi indusium; reniform, coklat
gelap, glabrous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, granulate,
tanpa perispor, warna coklat, apertur linier (Gambar 31).

Nephrolepis cordifolia (L.) Pr. (Holttum 1954: 379, Piggott 1988: 375)
Frond pinnate, panjang mencapai 30 cm. Stipe dan rachis coklat, permukaan
bagian depan beralur, bersisik. Pinna steril berukuran panjang ± 4 cm, bentuk
ellip-oblong, acroscopic berauricle, pangkal truncate dengan tangkai sangat
pendek, pangkal basiscopic lebih sempit, tepi serrate, pertulangan daun dikotom,
di ujung tulang daun terdapat hydatoda yang terlihat dari kedua sisi pinna. (pinna
fertil belum ditemukan) (Gambar 32).

Gambar 31 Nephrolepis biserrata, (A) perawakan, (B) stipe, (C) pangkal


pinna, (D) sorus, (E) spora

Gambar 32 Nephrolepis cordifolia, (a) perawakan, (b) pinna steril


30

OPHIOGLOSSACEAE

Ophioglossum nudicaule L. f. (Holttum 1954: 39, Piggott 1988: 28)


Perawakan kecil. Rhizome pendek, memunculkan 2-3 frond. Frond simple,
ukurannya 2-6 cm. Frond steril muncul dari rhizome, ukurannya 2-4 cm, pinna
cordate, ujung rounded-obtuse. Frond fertil menumpang pada frond steril,
menempel di bagian pangkal pinna steril dengan tangkai ± 2 cm, ujung seperti
kapsul berisi beberapa pasang sporangium, ujung acuminate, berukuran ± 1 cm.
Kumpulan spora tersusun >32 spora. Spora monolet, bentuk globose, glabrous,
tanpa perispor, putih bening, apertur triradiat (Gambar 33).

Gambar 33 Ophioglossum nudicaule, (A) perawakan, (B) frond fertil


muncul dari frond sterilm (C) kapsul, (D,E) spora

POLYPODIACEAE
Rhizome menjalar, berdaging, bersisik peltate. Sori tidak dilindungi
indusium, sorus tenggelam dalam pinna sehingga tampak tonjolan di permukaan
adaksial pinna.
A. Frond mencapai 2,5 m, lebar lobus ± 2 cm, sori bundar ... P. longissimus
B. Frond mencapai 1 m, lebar lobus ± 5 cm, sori ellip ........... P.membranifolium
Phymatosorus longissimus (Blume) Pic.Serm.
Phymatodes longissima (Bl.) J. Sm. (Holttum 1954: 191, Piggott 1988: 144)
Rhizome menjalar, berdaging, diameternya mencapai 1 cm, hijau, bersisik;
sisik peltate, coklat. Frond pinnatifid, tinggi mencapai 2,5 m. Stipe dan rachis
hijau kecoklatan, glabrous. Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan
ukuran sama, lekukan lobus mencapai ± 2 cm dari rachis, lebar ± 2 cm, tepi entire,
ujung acute, pertulangan daun tidak beraturan membentuk banyak aereola besar.
Sori superficial, bulat, terdapat di ujung vena, tenggelam 1-2 mm dari permukaan
abaksial, membentuk tonjolan sorus pada bagian adaksial. Kumpulan sporangium
muda dilindungi oleh parafisis multiseluler. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora monolet, glabrous, tanpa perispore, warna kuning terang,
apertur linier (Gambar 34).
31

Phymatosorus membranifolium (R.Br.) S.G.Lu


Phymatodes nigrescens (Bl.) J. Sm. (Holttum 1954: 193, Piggott 1988: 145)
Rhizome menjalar, berdaging, diameternya mencapai 1 cm, warna hijau,
bersisik; sisik peltate, coklat, sel-selnya tersusun tidak beraturan. Frond pinnatifid,
tinggi mencapai 100 cm. Stipe dan rachis hijau kecoklatan, glabrous. Pinna steril
dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran sama, lekukan lobus mencapai ± 3
cm dari rachis, lebar ± 5 cm, tepi entire, ujung acute, pertulangan daun tidak
beraturan membentuk beberapa aereola besar. Sori superficial, ellip, dalam 1
baris di sebelah costa, terdapat di ujung reticulate vein, tenggelam 1-2 mm dari
permukaan abaksial, membentuk tonjolan sorus pada bagian adaksial. Kumpulan
sporangium muda dilindungi oleh parafisis multiseluler. Sporangium berisi 64
spora homospora. Spora monolet, glabrouss, tanpa perispor, warna kuning terang,
apertur linier (Gambar 35).

Gambar 34 Phymatosorus longissimus, (A) perawakan, (B) frons steril, (C)


frons fertil, (D) sorus, (E) spora

Gambar 35 Phymatosoruss membranifolium, (A) perawakan, (B) sisik, (C)


frond fertil, (D) sorus, (E) spora
32

PTERIDACEAE

Adiantum
Ukuran perawakan beragam, frond pinnate sampai tripinnate, sori tidak
dilindungi oleh indusium, tetapi dilindungi oleh tepi pinna yang melekuk ke
bagian abaksial.
1a. Frond pinnate ........................................................................... A.philippense
1b. Frond bipinnate-tripinnate ....................................................... 2
2a. Bentuk pinnula persegi, ada parafisis warna kuning ............... A.capillus-veneris
2b. Bentuk pinnula trapesium, tidak ada parafisis ......................... 3
3a. Sisik ±1 mm, warna coklat, pangkal rounded, berspina di tepi
bagian basal, bentuk pinnula trapezium terbalik ..................... A.latifolium
3b. Sisik ±2 mm, warna kuning, pangkal truncate, berspina di tepi
bagian apikal, bentuk pinulla trapezium .................................. A.trapeziforme
Adiantum capillus-veneris Linn. (Piggott 1988: 417)
Frond bipinnate-tripinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe dan rachis hitam,
permukaan glabrous, pangkal bersisik; sisik coklat, ± 3 mm, ujung acuminate, tepi
pilous. Jumlah pinna ± 8 per frond. Pinnula steril dan fertil memiliki bentuk dan
ukuran hampir sama, pinnula paling bawah pinnate, jumlah pinnula per pinna
selalu ganjil (7 – 9). Pinnula bentuk persegi, pangkal acute, tepi apikal berlobus,
pertulangan daun dikotom. Sori marginal, terputus-putus pada tepi apikal pinnula
fertil, ditutupi parafisis kuning, pada bagian dalam indusium palsu; indusium
bentuk lembaran pendek, permukaan glabrous. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora trilet, glabrous, tanpa perispor, coklat terang, apertur triradiat
(Gambar 36).

Adiantum latifolium Lam (Piggott 1988: 420)


Frond bipinnate, tinggi mencapai 30 cm. Stipe dan rachis hitam, bersisik;
sisik coklat, ± 1 mm, ujung acuminate, tepi bagian basal spinous. Jumlah pinna 3
– 4 per frond. Pinnula steril dan fertil memiliki bentuk dan ukuran yang hampir
sama, bentuk trapesium terbalik, tepi basiscopic entire, acroscopic serrate atau
berlobus pada pinna fertil, pertulangan daun dikotom, jumlah pinnula 4 – 10
pasang per pinna. Sori marginal, terputus-putus pada acroscopic pinna fertil, pada
bagian dalam indusium palsu; indusium bentuk lembaran, permukaan glabrous.
Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora trilet, glabrous, tanpa perispore,
warna kuning terang, apertur triradiat (Gambar 37).

Adiantum philippense Linn. (Holttum 1954: 598)


Frond pinnate, tinggi mencapai 20 cm. Stipe dan rachis hitam, permukaan
glabrous, pangkal bersisik; sisik coklat terang, ± 2 mm, ramping, ujung acuminate,
tepi entire. Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran sama, jumlah
pinna 8 - 18 per frond, bentuk setengah lingkaran, basiscopic entire, tepi
acroscopic berlobus, pertulangan daun dikotom. Sori marginal, terputus-putus
pada acroscopic pinna fertil, pada bagian dalam indusium palsu; berbentuk
lembaran pendek, permukaan glabrous. Sporangium berisi 64 spora homospora.
Spora trilet, glabrous, tanpa perispor, coklat, apertur triradiat (Gambar 38).
33

Adiantum trapeziforme L. (Piggott 1988: 415)


Frond bipinnate, tinggi mencapai 100 cm. Stipe dan rachis hitam,
permukaan glabrous. Sisik pada rhizome kuning, ± 2 mm lanset, tepi bagian
apikal spinous. Jumlah pinna > 3 per frond. Pinnula steril dan fertil memiliki
bentuk dan ukuran sama, bentuk trapesium, panjangnya ± 4 cm, tepi basiscopic
entire, acroscopic berlobus, pertulangan daun dikotom, jumlah pinnula 5 – 6
pasang per pinna. Sori marginal, terputus-putus pada acroscopic pinnula fertil,
pada bagian dalam indusium palsu; berbentuk lembaran pendek, permukaan
glabrous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora trilet, glabrous, tanpa
perispor, kuning terang, apertura triradiat (Gambar 39).

Gambar 36 Adiantum capilus-veneris, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C)


sorus, (D) spora, (E) sisik

Gambar 37 Adiantum latifolium, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sorus,
(D) spora, (E) sisik
34

Gambar 38 Adiantum philippense, (A) perawakan, (B) frond steril, (C)


pinna fertil, (D) sori, (E) spora

Gambar 39 Adiantum trapeziformis, (A) perawakan, (B) pinna steril, (C)


pinnula fertil, (D) sorus, (E) spora

Cheilanthes

Cheilanthes tenuifolia (Burm.) Sw. (Holttum 1954: 590; Piggott 1988: 412)
Frond tripinnate, tinggi mencapai 30 cm. Stipe hitam, beralur pada bagain
depan, permukaan glabrous atau kadang-kadang berambut pada bagian alur.
Rachis kehitaman, permukaan glabrous; rachis sekunder bersayap. Pinna
membentuk pola bundar telur. Pinnula steril dan fertil pinnate, memiliki bentuk
dan ukuran sama, ellip, tepian berlobus, pertulangan daun dikotom. Sori continyu
di tepi, dilindungi indusium palsu atau tepi daun yang melipat ke bagian abaksial
sewaktu muda. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora trilet, glabrous,
tanpa perispor, coklat, aperture triradiat (Gambar 40).
35

Gambar 40 Cheilanthes tenuifolia, (A) perawakan, (B) pinna steril, (C)


pinna fertil, (D) spora

Pteris
Daun pinnate, daun fertil dan steril dapat berbeda bentuk atau sama. Sori
submarginal, linier, dilindungi oleh indusium tipis, tepi pinna yang melekuk ke
bagian abaksial (indusium palsu).
1a. Sori indusiate ....................................................................... 2
1b. Sori dilindungi indusium palsu ........................................... 3
2a. Rachis berduri...................................................................... P.asperula
2b. Rachis glabrous ................................................................... P.biaurita
3a. Bentuk daun fertil dan steril berbeda .................................. P. ensiformis
3b. Bentuk daun fertil dan steril sama ....................................... P. vittata
Pteris asperula J. Sm. (Holttum 1954: 406; Piggott 1988: 229)
Frond pinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe coklat atau keunguan, pangkal
bersisik. Rachis keunguan, bagian adaksial berduri. Pinna steril dan pinna fertil
memiliki bentuk dan ukuran sama, basiscopic pinna paling basal membentuk
cabang seperti pinna, tepi pinna membentuk lobus yang dalam sampai 1-2 mm
dari tulang daun utama, glabrous, tepi lobus entire, ujung lobus rounded,
pertulangan daun dikotom. Sori terdapat di tepi pinna kecuali bagian ujung lobus,
continuous, dilindungi indusium; bentuk lembaran, bening, glabrous. Sporangium
berisi 64 spora homospora. Spora trilet, granulate, tanpa perispor, coklat gelap,
apertur triradiat (Gambar 41).

Pteris biaurita Linn. (Holttum 1954: 230; Piggott 1988: 407)


Frond pinnate, tinggi mencapai 40 cm. Stipe hijau kecoklatan, pangkal
bersisik. Rachis hijau, glabrous. Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan
ukuran sama, tepi pinna membentuk lobus yang dalam sampai 1-2 mm dari tulang
daun utama, glabrous, tepi lobus entire, ujung lobus rounded, pertulangan daun
dikotom. Sori terdapat di tepi pinna kecuali bagian ujung lobus, continuous,
dilindungi indusium; bentuk lembaran, bening, glabrous. Spora belum diamati
(Gambar 42).
36

Pteris ensiformis Burm. (Holttum 1954: 224; Piggott 1988: 399)


Frond pinnate tinggi mencapai 30 cm. Stipe hijau, pangkal bersisik; sisik
coklat, lanset-linier, di tepi terdapat beberapa rambut multisel. Rachis hijau,
glabrous. Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda,
pertulangan daun bebas. Pinna steril pinnate atau berlobus sangat dalam, tepi
serrate, ujung rounded. Pinna fertil lebih ramping, bentuk linier. Sori marginal, di
sepanjang tepi pinna fertil kecuali pada bagian pangkal dan ujung, dilindungi
indusium palsu. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora trilet, pappilous,
perispor entire, coklat terang, apertur triradiat (Gambar 43).

Pteris vittata Linn. (Holttum 1954: 396; Piggott 1988: 223)


Frond pinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe warna hijau, glabrous, pangkal
bersisik; sisik coklat pucat, lanset-acuminate, tepi entire. Pinna muda dan pinna
dewasa memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, pertulangan daun dikotom.
Pinna muda berukuran lebih pendek dari pinna dewasa, ellip, tepi serrate, ujung
rounded. Pinna dewasa lebih panjang, oblong, lanceolate, mencapai 15 cm, tepi
serrate, ujung acuminate. Sori marginal, di sepanjang tepi pinna kecuali pada
bagian ujung dan pangkal, dilindungi indusium palsu. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora trilet, cristate, perispor berlekuk, putih, apertur triradiat
(Gambar 44).

Gambar 41 Pteris asperula, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori, (D) spora

Gambar 42 Pteris biaurita, (A) perawakan, (B) pinnula fertil


37

Gambar 43 Pteris ensiformis, (A,B) perawakan, (C) sisik, (D) sori, (E) spora

Gambar 44 Pteris vittata, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sisik, (D) sori,
(E) spora

Taenitis

Taenitis blechnoides (Willd.) Sw. (Holttum 1954: 586; Piggott 1988: 437)
Frond pinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe hijau keunguan pada bagian
pangkal, permukaan glabrous, beralur di bagian depan. Rachis hijau, permukaan
glabrous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk sama, bentuk lanset, tepi
entire, ujung acuminate, pinna fertil lebih ramping, tulang daun anastomosing.
Sori superficial, membentuk garis lurus di tengah tulang daun utama dan tepian
pinna, kadang-kadang bentuk terputus-putus, exindusiate, dilindungi parafisis;
parafisis multiseluler, kuning kemerahan, bentuk seperti gada. Sporangium berisi
64 spora homospora. Spora trilet, glabrous, pappilous, tanpa perispore, warna
kuning bening, aperture triradiat (Gambar 45).
38

Gambar 45 Taenitis blechnoides, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori,
(D) spora dan parafisis.

SELAGINELLACEAE
Daun berukuran kecil (mikrofil), terdiri dari 3 macam daun steril. Daun
fertil terdapat di ujung atau pangkal cabang membentuk strobilus.

1a. Pola percabangan bipinnate ................................................ 2


1b. Pola percabangan dikotom ................................................. 3
2a. Daun lateral ovate, obtuse. Daun median ellip, obtuse.
Mikrospora echinate ........................................................... S. willdenovii
2b. Daun steril lanset, acute. Daun median ovate, acuminate.
Mikrospora cristate ............................................................. Selaginella sp.
3a. Perawakan < 10 cm. Panjang daun lateral ± 1,5 mm.......... S.rothertii
3b. Perawakan > 20 cm. Panjang daun lateral >2 mm ............. 4
4a. Posisi megasporofil diatas mikrosporofil. Dua megaspora
per sporangium, bentuk bola, warna putih ......................... S.intermedia
4b. Megasporofil dan mikrosporofil tidak terdapat dalam satu
strobilus. Empat megaspora per sporangium, bentuk trilet,
warna kuning ...................................................................... S.plana

Selaginella intermedia (Blume.) Spring. (de Winter dan Amoroso 2004: 182)
Perawakan suberect, tinggi mencapai 20 cm. Percabangan batang dikotom,
membentuk setengah lingkaran. Daun lateral bentuk lanset, tepi serrate, ujung
obtuse, ukuran ± 4 mm.. Daun median bentuk ovate, tepi serrate, ujung acuminate.
Daun fertil bentuk ovate, tepi serrate, ujung acuminate. Strobilus terletak di ujung
cabang. Megasporofil dan mikrosporofil tidak terdapat dalam satu strobilus.
Megasporofil berisi 1 megasporangium, bentuk ellip, warna hijau, berisi 2
megaspora; megaspora globose, warna putih, permukaan granulate. Strobilus
berisi mikrosporofil belum ditemukan (Gambar 46).
39

Selaginella plana (Desv.) Hieron. (de Winter dan Amoroso 2004: 178)
Perawakan tegak, rhizome merambat sampai 50 cm. Percabangan batang
dikotom, cabang berbentuk bulat telur. Daun lateral bentuk lanset, tepi entire,
ujung acute, ukuran 2,7-3,5 mm. Daun median bentuk ovate, tepi entire, ujung
acuminate. Daun fertil bentuk ovate, tepi serrate, ujung acuminate. Strobilus
terletak di ujung cabang, tersusun atas megasporofil dan mikrosporofil.
Megasporofil terletak di bagian apikal, berisi 1 megasporangium, bentuk
tetrahedral, warna hijau tua, berisi 4 megaspora; megaspora trilet, warna kuning,
pappilous, tanpa perispor, apertura triradiat. Mikrosporofil berisi 1
mikrosporangium, bentuk setengah lingkaran, warna hijau muda, berisi >64
mikrospora; mikrospora trilet, warna putih bening, cristate, perispor berlekuk,
apertur triradiat (Gambar 47).

Selaginella rothertii Alderw. (Bioscience 1(3):146-158)


Batang suberect, tinggi mencapai 10 cm. Percabangan batang dikotom,
membentuk ellip. Daun lateral bentuk lanset, tepi serrate, ujung acute, ukuran
±1,5 mm.. Daun median bentuk ovate, tepi serrate, ujung acuminate. Daun fertil
dimorfis; sepasang daun bagian dorsal pipih melindungi mikrosporangium,
sepasang daun bagian ventral cekung melindungi megasporangium.
Megasporangium berisi 4 megaspora; megaspora trilet, hijau, glabrous, apertur
triradiat. Mikrosporangium bentuk ellip, oranye, berisi >64 mikrospora;
mikrospora trilet, kuning, pappilous, apertur triradiat (Gambar 48).

Selaginella willdenowii (Desv. ex Poir)Baker (de Winter dan Amoroso 2004: 183)
Perawakan tegak atau memanjat, panjang batang utama mencapai 3 m. Pola
percabangan bipinnate, cabang membentuk bangun segitiga. Daun segar hijau
kebiruan. Daun lateral ovate, tepi entire, ujung obtuse, ukuran 3-4 mm. Daun
median ellip, tepi entire, ujung obtuse. Daun fertil ovate, tepi entire, ujung obtuse.
Strobilus terletak di ujung cabang, terdiri dari megasporofil dan mikrosporofil.
Letak megasporofil dan mikrosporofil bersebelahan dalam strobilus. Megasporofil
berisi 1 megasporangium, bentuk tetrahedral, hijau tua, berisi 4 megaspora;
megaspora trilet, kuning, pappilous, tanpa perispor, apertura triradiat.
Mikrosporofil berisi 1 mikrosporangium, bentuk setengah lingkaran, hijau muda,
berisi > 64 mikrospora; mikrospora trilet, putih bening, echinate, perispor
berlekuk, apertur triradiat (Gambar 49).

Selaginella sp.
Perawakan tegak atau merambat, panjang batang utama mencapai 2 m. Pola
percabangan bipinnate, cabang membentuk ellip. Daun segar hijau kemerahan.
Daun lateral lanset, tepi entire, ujung acute, ukuran 3,5-4 mm. Daun median ovate,
tepi entire, ujung acuminate. Daun fertil ovate, tepi serrate, ujung acuminate.
Strobilus terletak di ujung dan pangkal percabangan, terdiri dari megasporofil dan
mikrosporofil. Letak megasporofil dan mikrosporofil bersebelahan dalam satu
strobilus. Megasporofil berisi 1 megasporangium, bentuk tetrahedral, hijau tua,
berisi 4 megaspora; megaspora trilet, kuning, pappilous, tanpa perispor, apertur
triradiat. Mikrosporofil berisi 1 mikrosporangium, bentuk setengah lingkaran,
hijau muda, berisi > 64 mikrospora; mikrospora trilet, putih bening, cristate,
perispor berlekuk, apertur triradiat (Gambar 50).
40

Gambar 46 Selaginella intermedia, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe),


(C) daun steril (cabang), (D) strobilus, (E) megaspora

Gambar 47 Selaginella plana, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe), (C) daun
steril (cabang), (D) strobilus, (E) sporofil, (F) daun median, (G)
mikrospora

Gambar 48 Selaginella rothertii, (A) perawakan, (B) daun steril pada stipe, (C)
daun steril pada cabang, (D) daun median, (E) daun fertil, (F)
strobilus, (G) megaspora perbesaran 1x, (H) mikrospora perbesaran
100x
41

Gambar 49 Selaginella wildenowii, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe), (C)
daun steril (cabang), (D) mikrosporofil, (E) sporofil, (F) daun median,
(G) mikrospora

Gambar 50 Selaginella sp., (A) perawakan, (B) percabangan dan strobilus, (C)
daun steril pada stipe, (D) daun steril pada cabang, (E) daun fertil, (F)
daun median, (G) mikrospora

TECTARIACEAE
Ukuran dan bentuk frond beragam, pertulangan daun menyirip atau
anastomosing, spora monolet, perispore echinate atau cristate.

1a. Frond tunggal ...................................................................... 2


1b. Frond pinnate ...................................................................... 4
2a. Bentuk frond fertil dan frond steril sama ............................ Tectaria vasta
2b. Bentuk frond fertil dan frond steril berbeda ........................ 3
3a. Bentuk frond steril obovate. Bentuk frond fertil lanset,
sorus tidak beraturan ........................................................... T.hilocarpa
3b. Bentuk frond steril cordate. Frond fertil trifoliate, sorus
berbentuk bundar ................................................................. T.heracleifolia
4a. Stipe glabrous, sori indusiate .............................................. T.maingayi
4b. Stipe bersisik, sori exindusiate ........................................... 5
5a. Sorus tersebar di abaksial pinna, perispore cristate............. Pleocnemia irregularis
6b. Sorus tenggelam dalam pinna, perispore echinate .............. Tectaria subebenea
42

Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holtt. (Piggott 1988, p.333)


Frond pinnate, tinggi mencapai 1 m. Stipe coklat, bersisik; sisik coklat
kehitaman. Rachis beralur, pilous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan
ukuran sama, permukaan adaksial glabrous, berbentuk lanset, ujung acuminate,
tepi berlobus, pertulangan menyirip, basiscopic pinna paling pangkal berlobus;
tepi lobus crenate, ujung lobus rounded. Sori exindusiate, berbentuk bundar atau
ellip, tersebar di permukaan abaksial pinna. Sporangium berisi 64 spora
homospora Spora monolet, cristate, perispore berlekuk, warna coklat terang,
apertur linier (Gambar 51).

Tectaria heracleifolia (Willd.) Underw. (Bull.Torey.Bot.Club 33(3):200. 1906)


Frond tunggal. Stipe dan rachis coklat, herbaceus, stipe bersisik; sisik warna
coklat, lanset, tepi berambut. Frond steril tunggal, permukaan glabrous, bentuk
cordate, berlobus di bagian pangkalnya, tepi entire, ujung acute, pertulangan
meyirip. Frond fertil trifoliate. Sorus tersebar di abaksial lamina, bentuk bundar,
dilindungi indusium; indusium tipis, bening, tepi berambut. Sporangium masih
berisi air (Gambar 52).

Tectaria vasta (Bl.) Copel (Piggott 1988, p.346)


Frond tunggal roset, tepi pinnatifid, panjang mencapai 70 cm. Stipe pendek,
± 5 cm, warna coklat, bersisik; sisik lanset, tepi pilous, ujung acuminate, warna
coklat. Lamina glabrous, lobus paling basal bercangap, tepi entire, ujung lobus
acute, pertulangan menyirip. Frond fertil dan frond steril sama. Sorus tersebar di
permukaan abaksial lamina fertil, pada tulang daun tersier, bentuk bundar,
dilindungi indusium; indusium bundar, glabrous, warna kuning. Sporangium
berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate, perispor tipis berlekuk, warna
coklat, apertur linier (Gambar 53).

Tectaria hilocarpa (Fee) M.G.Price (Kalikasan 3:175. 1974)


Frond tunggal roset, fond steril dan fertil memiliki bentuk berbeda. Frond
steril hijau tua, bentuk obovate, tepi entire-undulate, ujung obtuse-rounded,
tangkai sangat pendek, pertulangan anastomosing. Frond fertil tegak, hijau muda,
tangkai 5-7 cm, lamina lanset, lebar 2-3 cm, tepi undulate, sorus tidak beraturan di
permukaan abaksial. Sorus bentuk ellip, exindusiate. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora monolet, cristate, perispor berlekuk, coklat, apertur linier
(Gambar 54).

Tectaria maingayi (Bak.) C.Chr (Holttum 1954: 513)


Frond pinnate. Stipe dan rachis glabrous, coklat. Pinna fertil lebih ramping
dari pada pinna steril. Pinna lanset – ovate, tepi entire, ujung acuminate,
permukaan glabrous, pertulangan menyirip. Basiscopic pinna paling pangkal
berlobus. Sori tersebar di abaksial pinna, bundar, indusium bundar, permukaan
glabrous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate,
perispor berlekuk, warna coklat terang, apertur linier (Gambar 55).

Tectaria subebenea (Christ.)C.Chr. (Index Filix Suppl. 3:185. 1934)


Frond pinnate. Stipe dan rachis bersisik; sisik coklat kehitaman. Pinna fertil
dan steril dengan bentuk dan ukuran sama, permukaan glabrous, lanset, ujung
43

acuminate, tepi berlobus, pertulangan menyirip, basiscopic pinna paling pangkal


berlobus; tepi lobus entire, ujung lobus acute. Sori tenggelam dalam pinna,
berbentuk bundar, exindusiate. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora
monolet, echinate, tanpa perispor, warna coklat terang, aperture linier (Gambar
56).

Gambar 51 Pleocnemia irregularis, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C)


pinna fertil, (D) sorus, (E) spora

Gambar 52 Tectaria heracleifolia, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) sori,
(D) indusium, (E) sisik
44

B C

A D E

Gambar 53 Tectaria vasta, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) potongan
B C
sisik, (D) sorus, (E) spora

A D E

Gambar 54 Tectaria hilocarpa, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
steril, (D) potongan pinna fertil, (E) spora

Gambar 55 Tectaria maingayi, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori, (D)
spora
45

Gambar 56 Tectaria subebenea, (A) perawakan, (B) abaksial pinna fertil,


(C) adaksial pinna fertil, (D) sorus, (E) spora

THELYPTERIDACEAE
Frond pinnate, pinna fertil dan steril memiliki bentuk dan ukuran sama,
pertulangan daun menyirip, spora monolet, echinate atau cristate.
1a.Jumlah pinna 3, sori exindusiate ................................ Pronephrium triphyllum
1b.Jumlah pinna lebih dari 3, sori indusiate................................................... 2
2a.Tepi pinna crenate ...................................................... Pronephrium asperum
2b.Tepi pinna berlobus ................................................................................... 3
3a.Stipe pilous ................................................................................................ 4
3b.Stipe glabrous ............................................................................................ 5
4a.Ujung pinna acute .............................................................. Christella dentata
4b.Ujung pinna acuminate ................................................ Christella parasitica
5a.Bentuk indusium reniform.......................................... Cyclosorus sumatranus
5b.Bentuk indusium bundar ........................................................................... 6
6a.Permukaan indusium glabrous, perispore cristate ........ Cyclosorus interruptus
6b.Permukaan indusium pilous, perispore echinate .......... Pneumatopteris truncata
Christella dentata (Piggott 1988: 219)
Cyclosorus subpubescens Bl. Ching (Holttum 1954: 273)
Frond pinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe dan rachis hijau, herbaceus,
pilous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama, lanset, ujung
acute, tepi berlobus ¼ dari tepi pinna, lobus paling pangkal umumnya lebih
panjang, tepi pinna adaksial pilous, pertulangan menyirip. Sori superficial, di
ujung cabang tulang daun, dilindungi indusium; reniform, kuning cerah,
permukaan pilous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet,
cristate, tonjolan eksin serrate, perispor tipis atau tidak ada, coklat, apertur linier
(Gambar 57).
46

Christella parasitica (L.) Lev (Piggott 1988: 186)


Cyclosorus parasiticus (L.) Farwell (Holttum 1954: 281)
Frond pinnate, tinggi mencapai 30 cm. Stipe mencapai 10 cm, pilous,
pangkal coklat dan bersisik. Rachis hijau, pilous. Pinna steril dan pinna fertil
dengan bentuk dan ukuran sama, lanset, kedua permukaannya pilous, ujung
acuminate, tepi berlobus ¾ dari tepi pinna, lobus basiscopic paling pangkal lebih
panjang, ujung lobus rounded, pertulangan daun menyirip, tangkai pinna sangat
pendek, coklat. Sori superficial, bulat, terletak di tengah cabang tulang daun,
dilindungi indusium; indusium reniform, warna coklat pucat, permukaan
berambut. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate,
perispor tipis, warna coklat kehitaman, apertur linier (Gambar 58).

Cyclosorus interrputus (Willd.) Ching (Holttum 1954: 262, Piggott 1988: 191)
Frond pinnate, tinggi mencapai 100 cm. Stipe coklat, glabrous, beralur.
Rachis hijau, pilous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama,
ujung meruncing, tepi berlobus ¼ dari tepi pinna, pertulangan menyirip. Sori
superficial, terletak di cabang tulang daun dekat tepi lobus, sorus terdapat di lobus,
dilindungi indusium; indusium bundar, peltate, coklat, glabrous. Sporangium
berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate, perispor tipis atau tanpa
perispor, warna coklat, apertur linier (Gambar 59).

Cyclosorus sumatranus (v.A.v.R.) Ching (Holttum 1954: 275)


Christella subpubescens (Bl.) Holtt. (Piggott 1988: 220)
Frond bipinnate, tinggi mencapai 70 cm, ukuran pinna tereduksi pada bagian
pangkal. Stipe dan rachis hijau kecoklatan, glabrous, pangkal stipe bersisik coklat.
Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama, lanset, ujung
acuminate, tepi berlobus (1/3 dari tepi), pertulangan menyirip. Sori superficial, di
tengah cabang tulang daun, dilindungi indusium; indusium reniform, coklat,
glabrous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate, tanpa
perispor, warna coklat terang, apertur linier (Gambar 60).

Pneumatopteris truncata (Poir.) Holtt. (Piggott 1988: 198)


Frond pinnate, tinggi mencapai 2 m. Stipe dan rachis coklat, beralur,
glabrous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama, lanset,
glabrous, ujung acuminate, tepi berlobus 1/3 dari tepi pinna, ujung lobus truncate,
terdapat beberapa pasang pinna tereduksi berbentuk cuping di bagian basal lamina.
Pertulangan daun menyirip, costa dan costule pilous. Sori superficial, di tengah
cabang tulang daun, dilindungi indusium; indusium reniform, coklat, pilous.
Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, echinate, tanpa perispor,
warna coklat terang, apertur linier (Gambar 61).

Pronephrium asperum (Presl.) Holtt. (Piggott 1988:206)


Abacopteris multilineata (Wall.)Ching var.malayensis (Holttum 1954:297)
Frond pinnate. Tinggi mencapai 50 cm. Stipe hijau kecoklatan, glabrous.
Sisi pada rhizome coklat terang, lanset, ujung acuminate, tepi entire. Rachis pilous.
Pinna steril dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama, oblong, hijau tua, tepi
crenate, ujung acute, pertulangan menyirip. Sorus 2 baris di antara cabang tulang
47

daun, bentuk bundar, dilindungi indusium. Sporangium berisi 64 spora homospora.


Spora monolet, cristate, perisor tipis, warna coklat, apertur linier (Gambar 62).

Pronephrium triphyllum (Sw.) Holtt. (Piggott 1988: 210)


Abacopteris triphylla Sw. Ching (Holttum 1954: 287)
Rhizome panjang, menjalar di dalam tanah, jarak antar frond ± 2 cm,
bersisik. Frond terdiri dari 3 pinna, tinggi mencapai 20 cm. Stipe dan rachis
glabrous, pangkal bersisik; sisik coklat, acuminate, terdapat spina di tepi dan
permukaan. Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran sama, ellip,
ujung acute, tepi entire atau berlobus di dekat pangkal, pertulangan menyirip. Sori
memanjang atau ellip, menempel pada vena antar tulang daun sekunder,
exindusiate. Sporangium memiliki sepasang seta, berisi 64 spora homospora.
Spora monolet, echinate, tonjolan eksin percabang, tanpa perispor, warna coklat,
apertur linier (Gambar 63).

Gambar 57 Christella dentata, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) potongan
pinna fertil, (D) sorus, (E) spora

Gambar 58 Christella parasitica (A) perawakan, (B) frond fertil, (C)


adaksial pinna, (D) sorus, (E) spora
48

Gambar 59 Cyclosorus interruptus, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C)


potongan pinna fertil, (D) sorus, (E) spora

Gambar 60 Cyclosorus sumatranus, (A) perawakan, (B) sisik, (C) frond


fertil, (D) sori, (E) spora

Gambar 61 Pneumatopteris truncata, (A) perawakan, (B) pinna tereduksi,


(C,D) sorus, (E) spora
49

Gambar 62 Pronephrium asperum, (A) perawakan, (B) sisik, (C) pinna


fertil, (D) sorus, (E) spora

Gambar 63 Pronephrium triphyllum, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C)


sorus, (D) sporangium dengan spina, (E) spora
50

SIMPULAN

Tumbuhan paku terestiral di kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga yang


telah diidentifikasi terdiri dari 18 famili, 30 genera, dan 56 spesies. Famili yang
dominan adalah Thelypteridaceae sebanyak 4 genera, 7 spesies. Spesies tumbuhan
paku terestrial yang dapat ditemukan di hampir seluruh kawasan kampus Darmaga
IPB adalah Pteris ensiformis, Pleocnemia irregularis, dan Lygodium flexuosum.
Pteris ensiformis dapat tumbuh di habitat terbuka dan ternaung. Ploecnemia
irregularis tumbuh di habitat ternaung sampai Teduh. Lygodium flexuosum
tumbuh di habitat Teduh sampai terbuka.
Morfologi vegetatif tumbuhan paku terestrial sangat beranekaragam.
Habitus dan tipe frond digunakan untuk membedakan antar famili, sedangkan
bentuk frond dan pola percabangan digunakan untuk membedakan antar genus.
Karakter yang membedakan antar spesies dalam satu genus adalah sisik dan tepi
lamina. Morfologi struktur reproduksi tumbuhan paku juga beranekaragam. Letak
sori, tipe spora dan bentuk spora merupkan karakter pembeda antar famili. Tipe
indusium dan bentuk spora membedakan genus dalam satu famili, sedangkan
ornamentasi eksin dan perispor dapat membedakan spesies dalam satu genus. Tipe
sistem reproduksi pada kebanyakan tumbuhan paku terestrial di IPB adalah tipe
seksual, dengan tipe spora umumnya homospora. Jumlah spora per sporangium
adalah 64, kecuali mikrosporangium Selaginella, Lycopodium, Ophioglossum, dan
Dicranopteris.

SARAN

Publikasi tentang morfologi spora di Indonesia masih sedikit dan perlu


ditingkatkan, sehingga penelitian lebih lanjut tentang morfologi spora
menggunakan SEM (Scanning electron microscope) sangat disarankan. Selain itu,
penyusunan daftar keanekaragaman tumbuhan paku lokal juga perlu terus
dilakukan, agar harapan dari The 6th Asian Fern Symposium, Bali, 26-29 Agustus
2014, untuk membuat daftar tumbuhan paku Indonesia dapat diwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews SB. 1990. Ferns of Queensland. Brisbane (AU): Queensland


Department of Primary Industry.
Beukema H, van Noordwijk M. 2004. Terrestrial pteridophytes as indicators of
forest-like environment in rubber production systems in the lowlands of Jambi,
Sumatra. Agric. Ecosyst. Environ. 104: doi:10.1016/j.agee.2004.01.007
de Winter WP, Amoroso VB, editor. 2003. Plant Resources of South-East Asia No
15(2) Cryptograms: Ferns and fern allies. Leiden (ND): Backhuys Pub.
51

Holttum RE. 1954. A Revised Flora of Malaya Volume II. Singapore: Government
Printing Office.
Huang YM, Hsu SY, Hsieh TH, Chou HM, Chiou WL. 2011. Three Pteris species
(Pteridaceae: Pteridophyta) reproduce by apogamy. Botanical Studies 52:79-87
Pigott A. 1988. Fern of Malaysia in Colour. Kuala Lumpur: Tropical Pr.
Quintanilla LG, Escudero A. 2006. Spore fitness components do not differ
between diploid and allotetraploid species of Dryopteris (Dryopteridaceae).
Ann. Bot. 98: 609-618. Doi: 10/1093/aob/mc1137
Russel AE, Raich JW, Vitousek PM. 1998. The ecology of the climbing fern
Dicranopteris linearis on windward Mauna Loa, Hawaii. J. Ecol. 86:765-779.
Sastrapradja. 1980. Jenis Paku Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka
Sastrapradja. 1985. Kerabat Paku. Bogor (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Smith AR, Pryer KM, Schuettpelz E, Korral P, Schneider H, Wolf PG. 2006. A
classification for extant ferns. Taxon 55(3):705-731.
Wee YC. 2005. Ferns of the Tropics. Singapura (SG): Marshall Cavendish Int.
Wu ZY, Raven P, Hong DY. 2013. Flora of China Vol.2-3 (Pteridophyta).
Beijing (CN): Science Pr.
52

LAMPIRAN
53

Lampiran 1 Peta lokasi persebaran tumbuhan paku terestrial di Kampus IPB –


Darmaga

1. Sekitar lapangan softball, 2. Hutan dekat FPIK, 3. Arboretum lanskap, 4.


Sekitar rektorat s/d shelter sepeda, 5. Sekitar fahutan, 6. Sekitar GWW s/d FEMA,
7. Green TV s/d kolam FPIK, 8. Pool bus s/d FAPET, 9. Hutan di sekitar asrama
Silva (a) Silvasari, (b) Silvalestari, 10. Landhuis, Perumdos, Cikabayan

Lampiran 2 Tabel lokasi persebaran tumbuhan paku terestrial di Kampus IPB -


Darmaga

No Spesies Lokasi
Koleksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IR001 Christella dentata √ √
IR002 Pteris ensiformis √ √ √ √ √ √ √ √
IR003 Selaginella plana √ √
IR004 Adiantum latifolium √ √ √ √
IR006 Cyclosorus sumatranus √ √ √
IR008 Cyclosorus interruptus √ √ √
IR009 Pneumatopteris truncata √ √
IR010 Lygodium flexuosum √ √ √ √ √ √
IR011 Abacopteris triphylla √ √ √ √
IR012 Pleocnemia irregularis √ √ √ √ √ √ √
IR013 Lindsaea ensifolia √ √ √ √ √
IR014 Diplazium esculentum √ √
IR015 Taenitis blechnoides √ √ √ √ √
IR018 Microlepia todayensis √ √ √ √ √
54

No Spesies Lokasi
Koleksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IR019 Nephrolepis biserrata √ √ √
IR020 Angiopteris evecta √ √
IR021 Lindsaea macraena √
IR023 Selaginella wildenowii √ √ √
IR027 Christella parasitica √
IR029 Athyrium asperum √ √
IR030 Tectaria maingayi √ √ √ √
IR031 Diplazium dilatatum √ √
IR032 Tectaria heracleifolia √ √
IR033 Pronephrium asperum √
IR034 Adiantum capillus-veneris √ √ √
IR035 Phymatosoruss nigrescens √ √
IR036 Athyrium cordifolium √
IR038 Tectaria vasta √
IR039 Selaginella intermedia √
IR040 Asplenium nidus √ √
IR043 Dicranopteris splendida √ √ √
IR044 Tectaria hilocarpa √ √
IR045 Selaginella rothertii √
IR046 Pteris vitata √ √ √
IR047 Pityrogramma calomelanos √ √
IR048 Cyathea contaminans √ √
IR050 Blechnum orientale √ √ √ √
IR051 Lygodium microphyllum* √
IR055 Asplenium pellucidum √
IR057 Dicranopteris liniearis √ √ √
IR058 Stenochlaena palustris √
IR059 Gleichenia laevigata √
IR060 Athyrium bantamense √
IR061 Athyrium sp. √
IR062 Tectaria subebenea √
IR063 Pteris asperula √
IR064 Adiantum trapeziformis √
IR065 Nephrolepis cordifolia √
IR067 Ctenitis vilis √ √
IR068 Adiantum philippense √ √
IR069 Pteris biaurita √
IR070 Cheilanthes tenuifolia √
55

No Koleksi Spesies Lokasi


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IR071 Phymatosorus longissima √
IR072 Selaginella sp. √
IR073 Lycopodium sp. √
IR073 Ophioglossum nudicaule √
Jumlah spesies tiap lokasi 14 4 24 9 4 10 4 20 26

Lampiran 3 Daftar istilah tumbuhan paku


Abortif : tidak berkembang, infertil
Acroscopic : bagian sebelah atas dari tulang tengah pinna atau pinnula
Acuminate : meruncing
Acute : runcing
Apertura : celah pada spora, bekas penempelan pada waktu spora masih
tetrad
Auricle : pinna yang tereduksi pada bagian pangkal, bentuk seperti
cuping
Basiscopic : bagian sebelah bawah dari tulang tengah pinna atau pinnula
Bipinnate : tipe daun majemuk, berbagi 2 kali
Cristate : permukaan spora yang berlekuk-lekuk seperti krista atau jala
Costa : tulang daun sekunder, tulang tengah pinna
Costule : tulang daun tertier, tulang tengah pinnula
Crenate : tepi beringgit
Entire : tepi rata
Epifit : tumbuhan yang hidupnya menumpang pada tumbuhan lain,
tetapi tidak parasit
Epilitik : tumbuhan yang hidupnya menempel pada batu
Frond : ental, daun pada tumbuhan paku, mencakup stipe dan lamina
Frond fertil : daun yang menghasilkan sporangia
Frond steril : daun yang tidak menghasilkan sporangia
Glabrous : permukaan rata, tidak berambut
Hydathoda : pori pada ujung vena untuk penguapan air, tampak seperti
titik putih di permukaan lamina
Indusium : jaringan khusus yang melindungi sorus
Lamina : lembaran daun, tunggal atau berbagi, mencakup pinna dan
pinnula
Lobus : torehan pada lembaran daun
Median : daun pada bagian tengah, daun steril Selaginella yang terletak
di bagian dorsal batang
Monolet : bentuk spora bilateral dengan satu garis apertura yang linier
Pilous : permukaan berambut
Pinnate : tipe daun majemuk
Parafisis : rambut atau sisik diantara sporangia
Peltat : sisik; penempelan organ di bagian tengah
Perispor : lapisan yang menutupi spora
Pinna : bagian pertama pada daun majemuk
56

Pinnatifid : daun berbagi tetapi tidak mencapai tulang tengah, seperti


bercangap
Pinnula : bagian kedua pada daun majemuk
Planlet : proliferasi tunas vegetatif
Rachis : tulang daun utama, kelanjutan dari stipe
Rhizome : batang yang tumbuh di dalam tanah
Sorus : jamak-sori, kumpulan sporangium
Spina : struktur seperti jarum
Spinous : permukaan berspina, muncul banyak spina
Spora : unit reproduksi pada tumbuhan paku, terdiri dari satu sel
Heterospora : dua macam spora yang dihasilkan oleh satu individu (spesies)
Homospora : satu macam spora yang dihasilkan oleh satu individu (spesies)
Megaspora : spora yang berukuran besar pada tumbuhan yang
menghasilkan heterospora
Mikrospora : spora yang berukuran kecil pada tumbuhan yang
menghasilkan heterospora
Sporangium : jamak-sporangia, tempat dibentuknya spora
Megasporangium : tempat dibentuknya megaspora
Mikrosporangium : tempat dibentuknya mikrospora
Superficial : terletak pada bagian permukaan abaksial
Trilet : bentuk spora tetrahedral dengan garis apertura bercabang tiga

Lampiran 4 Bagian-bagian penting dalam tumbuhan paku


57
58

RIWAYAT HIDUP

Irene Rosalin. Lahir di Bogor, 25 April 1992. Putri sulung dari Arnyandi
Hadiyuwono dan (Alm.) Lim Yenah, kakak dari Fransiska Karolina. Penulis lulus
dari SD Mardi Waluya Cibinong tahun 2004, SMP Pangudi Luhur Domenico
Savio Semarang tahun 2007, SMA Pangudi Luhur Don Bosko Semarang pada
tahun 2010, kemudian diterima di Departemen Biologi - Institut Pertanian Bogor
melalui jalur ujian SNMPTN pada tahun yang sama.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi asisten praktikum Biologi
Dasar selama 3 semester dan asisten praktikum Biologi Alga dan Lumut selama 1
semester. Penulis juga menjadi anggota UKM Keluarga Mahasiswa Katolik
(KeMaKI) dan pernah menjabat sebagai Bendahara 2 pada kepengurusan 2013,
anggota UKM Lises Gentra Kaheman divisi angklung, serta anggota aktif
Himpunan Mahasiswa Biologi bidang kewirausahaan (BioWorld) pada
kepengurusan 2011-2013. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitian di tingkat
departemen dan fakultas, misalnya menjadi anggota tim khusus pembuat soal
dalam Pesta Sains - Lomba Cepat Tepat Biologi pada tahun 2012, anggota
kepanitiaan Seminar dan Workshop yang diadakan oleh BioWorld. Penulis juga
mengikuti Olimpiade Nasional - Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(ONMIPA) bidang Biologi sampai tingkat regional pada tahun 2012.
Penulis melakukan studi lapangan pada tahun 2012 dengan judul karya
ilmiah “Isolasi Bakteri Penghasil IAA dari Tanah dan Air di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango”. Penulis melakukan praktik lapangan pada tahun 2013
di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Eka Karya Bali-LIPI dengan judul karya
ilmiah “Konservasi dan Perbanyakan Rhododendron spp. di Kebun Raya Eka
Karya Bali-LIPI”. Akhirnya, penulis menyelesaikan tugas akhir pada tahun 2014
melalui penelitian eksploratif dengan judul karya ilmiah “Keanekaragaman
Morfologi dan Struktur Reproduksi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus Institut
Pertanian Bogor -Darmaga”.
Penulis mengikuti The 6th Asian Fern Symposium di Bali pada bulan
Agustus 2014 dan mempresentasikan sebagian hasil penelitian dengan judul “The
Diversity of Reproduvtive Structure of Terrestrial Pteridophytes of Campus
Darmaga, Bogor Agricultural University”. Kemudian mengikuti workshop
identifikasi Pteridophyta pada acara yang sama.

Anda mungkin juga menyukai