IRENE ROSALIN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Irene Rosalin
NIMG34100110
ABSTRAK
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Keanekaragaman Morfologi dan Struktur Reproduksi Tumbuhan
Paku Terestrial di Kampus Institut Pertanian Bogor - Darmaga
Nama : Irene Rosalin
NIM : G34100110
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan selama kuliah, penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi
sebagai dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah
mendukung, memotivasi, menyediakan material penunjang penelitian, dan telah
sabar membimbing dalam penyusunan karya ilmiah. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dr Ir Sulistijorini, MSi sebagai dosen pembimbing praktik
lapangan dan pembimbing skripsi yang telah mendukung dan memotivasi penulis
dalam penelitian, serta memberi banyak saran dalam penyusunan karya ilmiah.
Terima kasih juga kepada Puji Rianti, MSi sebagai dosen penguji skripsi yang
telah menguji dan memberi saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Agnes Fransiska Nainggolan,
teman penelitian yang sangat baik dan juga membangun dalam hal akademik, dan
rohani. Terima kasih juga kepada teman-teman Biologi47 dan berbagai pihak
yang telah menyemangati, mendukung, atau membantu selesainya penelitian dan
skripsi ini, Pak Bayu (KR Bali), Pak Parman, Kak Roma, teman-teman, dan
kakak-kakak di Laboratorium Taksonomi. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Institut Pertanian Bogor yang telah membantu secara material melalui
beasiswa peningkatan prestasi akademik (PPA) dari semester 3 sampai semester 8.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Papi, Mami (alm.), adikku, dan
seluruh anggota keluarga yang telah mendukung secara moral dan material sejak
penulis memulai kuliah sampai selesai.
Semoga hasil penelitian dan skripsi ini menambah pengetahuan pembaca
dan dapat dimanfaatkan dengan baik. Penulis juga bersedia menerima kritik dan
saran mengenai skripsi ini.
Irene Rosalin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Eksplorasi 2
Pembuatan Herbarium 2
Pengamatan Struktur Reproduksi 2
Pembuatan Kunci Identifikasi 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga 3
Persebaran Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga 5
Karakter Vegetatif Pteridophyta Terestrial di Kampus IPB Darmaga 7
Struktur Reproduksi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus IPB Darmaga 9
Kunci Identifikasi dan Deskripsi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus IPB-
Darmaga 14
SIMPULAN 50
SARAN 50
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 58
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
METODE
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu eksplorasi dan pengamatan.
Eksplorasi dilakukan di area hijau kampus IPB Darmaga pada bulan Oktober 2013
- Januari 2014. Identifikasi dan pengamatan struktur reproduksi dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB pada bulan
Desember - April 2014.
Eksplorasi
Eksplorasi dilakukan di seluruh area hijau kampus IPB Darmaga seluas 297
ha. Pencatatan lokasi penemuan Pteridophyta terestrial dibagi menjadi 10 lokasi
(Lampiran 1 dan Lampiran 2). Data yang dicatat ketika penemuan tumbuhan
adalah nomor, lokasi penemuan, ciri vegetatif, ciri struktur reproduksi, ciri habitat,
persebaran, dan iklim mikro meliputi suhu udara, intensitas cahaya matahari, dan
kelembaban udara di tempat ditemukannya tumbuhan paku.
Pembuatan Herbarium
Tabel 1 Lanjutan
Famili Jumlah Genus Jumlah NK Spesies
genus spesies
Lygodiaceae 1 Lygodium 2 IR010 L.flexuosum (L.)Sw.
IR051 L.microphyllum (R.Br.)*
Marattiaceae 1 Angiopteris 1 IR020 A.evecta (Forst.)Hoffm.
Nephrolepidaceae 1 Nephrolepis 2 IR019 N.biserrata (Sw.) Schott
IR065 N.cordifolia (L.)Pr*
Ophioglossaceae 1 Ophioglossum 1 IR073 O.nudicaule L.f.
Polypodiaceae 1 Phymatsorus 2 IR071 P.longissimus (Bl.) Pic.Serm
IR035 P.membranifolium
(R.Br.)S.G.Lu
Pteridaceae 1 Adiantum 4 IR034 A.capillus-veneris Linn.
IR004 A.latifolium Lam.
IR068 A.philippense Linn.
IR064 A.trapeziformis L.
1 Cheilanthes 1 IR070 C.tenuifolia (Burm.)Sw.
1 Pityrogramma 1 IR047 P.calomelanos (L.) Link.
1 Pteris 4 IR063 P.asperula J.Sm.
IR069 P.biaurita Linn.*
IR002 P.ensiformis Burm.
IR046 P.vitata Linn.**
1 Taenitis 1 IR015 T.blechnoides (Willd.)Sw.
Selaginellaceae 1 Selaginella 5 IR003 S.plana (Desv.)Hieron
IR023 S.wildenowii (Desv.exPoir)
Bak
IR039 S.intermedia (Bl.)Spring
IR045 S.rothertii Alderw.*
IR072 Selaginella sp.
Tectariaceae 1 Pleocnemia 1 IR012 P.irregularis (C.Presl.)Holtt.
Tectaria 5 IR032 T.heracleifolia
1
(Willd)Underw*
IR044 T.hilocarpa (Fee)M.G.Price
IR030 T.maingayi (Bak.)C.Chr.
IR062 T.subebenea (Christ.)C.Chr.
IR038 T.vasta (Bl.) Copel.
Thelypteridaceae 4 Christella 3 IR001 C.dentata (Forssk)Br.&Jermy
IR009 C.parasitica (L.)Lev
IR006 C.subpubescens (Bl.)Holtt.
Cyclosorus 1 IR008 C.interruptus (Willd)Ching
Pronephrium 2 IR033 P.asperum (Pressl.)Holtt.
IR011 P.triphyllum (Sw.) Holtt.
Pneumatopteris 1 IR027 P.truncata (Poir.) Holtt.
Total genus 30 Total spesies 56
Keterangan: *belum ditemukan spora **umumnya epifit atau epilitik
NK= nomor koleksi
5
Tabel 2 Lokasi dan ciri habitat Pteridophyta terestrial di kampus IPB Darmaga
Suhu udara Rata-rata intensitas Kelembaban
Lokasi Ciri habitat
(oC) cahaya (lux) (%Rh)
Sekitar lapangan 26,9 - 32,7 1014 – 12250 64,9 - 88,3 Teduh
softball
Hutan dekat FPIK 28,5 - 31,3 1019 – 8790 64,1 - 79,4 Teduh
Dari seluruh lokasi pengambilan sampel, lima lokasi memiliki habitat teduh,
tiga lokasi memiliki habitat ternaungi, dan dua lokasi memiliki habitat terbuka
(Gambar 1). Tumbuhan paku terestrial di kampus IPB Darmaga paling banyak
ditemukan di habitat teduh. Pada habitat teduh, lokasi yang paling tinggi
keanekaragaman jenisnya adalah area Landhuis dan perumahan dosen sampai ke
Cikabayan sebanyak 26 spesies. Tumbuhan paku di lokasi ini tumbuh di tepi jalan,
halaman rumah, dan kebun. Pada habitat ternaungi, lokasi yang paling tinggi
keanekaragaman jenisnya adalah area hutan di sekitar asrama Silva sebanyak 20
spesies. Beberapa spesies tumbuhan paku terestrial yang tumbuh di lokasi ini
6
30
25
Jumlah spesies
20
15
10
0
I II III IV V VI VII VIII IX X
Gambar 1 Jumlah spesies tumbuhan paku terestrial yang ditemukan di tiap lokasi.
I=sekitar lapangan softball, II= hutan dekat FPIK, III= arboretum
lanskap, IV= sekitar rektorat, V= Fahutan, VI= sekitar GWW, VII=
GreenTV-Kolam Fpik, VIII= pool bus-Fapet, IX= Hutan di sekitar
asrama Silva, X= sekitar Landhuis, perumdos, dan Cikabayan
Habitat ternaungi Habitat teduh Habitat terbuka
Lokasi dengan habitat terbuka yaitu area sekitar GWW dan area sekitar pool
bus. Kedua lokasi ini masing-masing memiliki 4 spesies tumbuhan paku terestrial,
tetapi spesiesnya berbeda. Tumbuhan paku terestrial yang terdapat di sekitar
GWW yaitu Christella dentata, Gleichenia splendida, Nephrolepis cordifolia, dan
Pteris ensiformis. Tumbuhan paku terestrial yang terdapat di sekitar pool bus
yaitu Dicranopteris linearis, Gleichenia truncata, Stenochlaena palustris, dan
Cyathea contaminans. Gleichenia truncata dan Stenochlaena palustris hanya
ditemukan di area terbuka, sedangkan Cyathea contaminans hanya ditemukan satu
individu yang tumbuh di belakang gedung pool bus pada area seperti jurang
dengan intensitas cahaya rendah.
Beberapa spesies tumbuhan paku terestrial dapat ditemukan di hampir
seluruh kawasan kampus Darmaga IPB, contohnya Pteris ensiformis, Pleocnemia
irregularis, dan Lygodium flexuosum. Pteris ensiformis dapat tumbuh baik di
habitat terbuka maupun ternaungi. Pleocnemia irregularis tumbuh di habitat
ternaungi sampai teduh. Lygodium flexuosum tumbuh di habitat teduh sampai
terbuka. Namun, ada pula spesies tumbuhan paku terestrial yang pertumbuhan
vegetatifnya dipengaruhi oleh perbedaan habitat, yaitu Dicranopteris linearis.
Dicranopteris linearis dapat tumbuh dengan tinggi hingga > 3m di habitat terbuka
pada ketinggian 90-1660 mdpl (Russel et al. 1998). Spesies ini dijumpai di
kampus IPB Darmaga pada dua lokasi dengan habitat berbeda. Individu yang
tumbuh di habitat terbuka dengan paparan sinar matahari penuh sepanjang hari
(sekitar pool bus) tumbuh hingga 1,5 meter, tetapi individu yang tumbuh di dalam
kebun karet (lokasi VII) memiliki habitus yang pendek ±30 cm (Gambar 2).
7
dan pinna yang bercabang dikotom 2-4 kali. Adiantaceae memiliki stipe berwarna
hitam seperti kawat. Polipodiaceae memiliki frond pinnatifid, dan sisik peltat.
Schizaeaceae memiliki stipe yang memutar dan sekumpulan rambut pada setiap
pangkal percabangan.
Genus dalam satu famili juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan
ukuran frond, misalnya Blechnum dan Stenochlaena, atau Cyclosorus dan
Thelypteris. Blechnum memiliki bentuk dan ukuran frond fertil dan frond steril
hampir sama, sedangkan Stenochlaena memiliki frond fertil dengan ukuran pinna
lebih sempit. Ukuran pinna Cyclosorus dalam satu frond cenderung sama atau
mengalami sedikit reduksi di bagian basal dan apikal, sedangkan ukuran pinna
Thelypteris sangat tereduksi di bagian basal. Antara spesies dalam satu famili
dapat dibedakan dengan karakter tepi lamina dan sisik, misalnya pada
Dicranopteris linearis dan Gleichenia laevigata. Dicranopteris linearis memiliki
sisik bercabang, tepian rata, serta lamina berlobus lebar, sedangkan Gleichenia
laevigata memiliki sisik tidak bercabang, tepian berambut, serta lamina berlobus
sempit (Gambar 4).
9
A B
Gambar 4 Variasi sisik, A. sisik bercabang pada Dicranopteris linearis,
B. sisik berambut pada Gleichenia laevigata
Struktur reproduksi tumbuhan paku terdapat pada frond atau pinna fertil.
Bagian yang diamati adalah struktur penghasil spora. Spora dibentuk dalam kotak
spora yang disebut sporangium. Umumnya sporangium tumbuhan paku
berkumpul membentuk sorus dan dilindungi indusium atau parafisis. Karakter
sorus (jamak, sori) yang dapat membedakan antara jenis tumbuhan paku adalah
letaknya terhadap pertulangan daun dan tepi lamina, bentuk sorus, dan keberadaan
pelindung (Holttum 1988). Famili-famili yang sukar dibedakan menggunakan
karakter vegetatif dapat dibedakan berdasarkan struktur reproduksinya.
Karakter reproduksi yang membedakan antar famili adalah letak sorus,
bentuk spora, keberadaan perispor, dan bentuk apertur. Karakter pembeda antar
genus dalam satu famili ialah keberadaan indusium, tipe, dan bentuk indusium
(Tabel 3). Letak sorus dibedakan berdasarkan letaknya terhadap tepi lamina dan
terhadap pertulangan daun. Bentuk spora dikelompokan menjadi monolet, trilet,
dan globose. Bentuk apertur biasanya mengikuti bentuk spora. Spora monolet
memiliki apertur linier, spora trilet memiliki apertur triradiat, tetapi spora globose
sulit diamati aperturnya.
Tipe spora tumbuhan paku terestrial di kampus IPB Darmaga adalah
homospora, kecuali famili Selaginellaceae yang memiliki spora heterospora.
Jumlah spora per sporangium umumnya 64, kecuali mikrospora Selaginella,
Dicranopteris, Lycopodium, dan Ophioglossaceae berjumlah lebih dari 64 per
sporangium. Dengan demikian kebanyakan tumbuhan paku yang ditemukan
memiliki tipe reproduksi seksual.
Tabel 3 Karakter sturktur reproduksi pembeda famili dan genus pada Pteridophyta
terestrial di kampus IPB-Darmaga
Sorus Spora
Famili
Letak Tipe Bentuk ∑ Bentuk Apertur Perispor
Tabel 3 Lanjutan
Sorus Spora
Famili
Letak Tipe Bentuk ∑ Bentuk Apertur Perispor
Cyatheaceae A-MC E Bola 64 Trilet Triradiat Tidak ada
Dennstaedtiaceae T-UC I Mangkuk 64 Trilet Triradiat Tidak ada
Dryopteridaceae A-UC I Bundar 64 Monoleet Linier Ada
Gambar 5 Tipe sorus. (A) sorus dengan indusium palsu bentuk lembaran pendek,
(B) sorus dengan indusium sejati bentuk lembaran, (C) sorus bundar,
(D) sorus ginjal. : sorus
11
Gambar 6 Tipe sorus tanpa indusium. (E) bentuk linier, (F) sorus elip, (G) sorus
bola, (H) sorus bundar. : sorus
Antar spesies dalam satu genus dapat dibedakan dengan morfologi spora,
meliputi ukuran, warna, ornamentasi eksin, dan karakter perispor (Tabel 4).
Rentang ukuran spora antar spesies dalam satu genus berbeda-beda. Warna spora,
ornamentasi eksin, dan karakter perispor diklasifikasikan berdasarkan pengamatan
dengan mikroskop cahaya.
Tabel 4 Lanjutan
Ukuran Ornamentasi
Spesies Warna Perispor
(µm) eksin
LYCOPODIACEAE
Lycopodium sp. 18,4 – 21,6 Putih, bening Granulate X
LYGODIACEAE
Lygodium flexuosum 63,8 – 79,6 Kuning Pappilous X
MARATTIACEAE
Angiopteris evecta 27,1 – 28,2 Coklat, bening Granulate X
NEPHROLEPIDACEAE
Nephrolepis biserrata 28,4 – 30,4 Coklat Granulate X
OPHIOGLOSSACEAE
Ophioglossum 28,8 – 29,1 Putih kehijauan, Glabrous X
pedunculosum bening
POLYPODIACEAE
Phymatodes longissima 42,1 – 44,8 Kuning Glabrous X
Phymatodes nigrescens 45,2 – 54,5 Kuning Glabrous X
PTERIDACEAE
Adiantum latifolium 25,1 – 27 Kuning, bening Glabrous X
Adiantum philippense 39,1 – 44,7 Coklat gelap Glabrous X
Adiantum capillus-veneris 34,8 – 37,9 Coklat, bening Glabrous X
Adiantum trapeziformis 27,3 – 29,2 Kuning, bening Glabrous X
Cheilanthes tenuifolia 27,6 – 28,1 Coklat Glabrous X
Pityrogramma calomelanos 33,1 – 39,0 Coklat, bening Folded Lebar, tipis,
tepi rata
Pteris asperula 35,4 – 40,5 Coklat gelap Granulate X
Pteris ensiformis 35,6 – 38,4 Coklat, bening Pappilous X
Pteris vitata 44 – 445,9 Putih, bening Cristate Lebar, tipis,
tepi rata
Taenitis blechnoides 38,1 – 42,4 Kuning, bening Pappilous X
SELAGINELLACEAE
Selaginella intermedia 579,4 – 638 Putih, bening X
(makrospora)
Selaginella plana 28,5 – 30,4 Putih, bening X
(mikrospora)
Selaginella rothertii 33,9 – 37,2 Kuning, bening Pappilous X
(mikrospora)
Selaginella wildenowii 29,5 – 30,3 Putih, bening X
(mikrospora)
Selaginella wildenowii 474 – 520,5 Kuning, bening Pappilous X
(makrospora)
Selaginella sp.(mikrospora) 43 – 45,1 Putih, bening X
TECTARIACEAE
Pleocnemia irregularis 28,8 – 34,2 Coklat, bening Cristate Lebar, tipis,
tepi bergerigi
Tectaria maingayi 55,8 – 56,8 Coklat, bening Folded Lebar, tipis,
tepi rata
Tectaria vasta 33,8 – 35,7 Coklat, bening Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Tectaria hilocarpa 50,4 – 54,0 Coklat, bening Cristate Lebar, tipis,
tepi rata
13
Tabel 4 Lanjutan
Ukuran Ornamentasi
Spesies Warna Perispor
(µm) eksin
Tectaria subebenea 46,7 – 50,6 Coklat, bening Echinate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
THELYPTERIDACEAE
Christella dentata 34,9 – 36 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Cyclosorus interruptus 30,6 – 32,3 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Cyclosorus sumbpubescens 25,7 – 27,7 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi bergerigi
Christella parasitica 34,1 – 38,7 Coklat Cristate X
Pneumatopteris truncata 31,6 – 33,9 Coklat Echinate X
kasar
Pronephrium asperum 37,0 – 41,6 Coklat Cristate Sempit, tipis,
tepi rata
Pronephrium triphyllum 42,6 – 42,8 Coklat Echinate X
kasar
A B
Gambar 7 Spora infertil (A) spora Asplenium pellucidum, (B) spora Pteris asperula
(ditunjuk oleh tanda panah)
14
ASPLENIACEAE
Frond simple atau pinnate, pertulangan daun bebas. Sori memanjang,
dilindungi oleh indusium tipis, di cabang tulang daun, membuka ke arah tulang
daun utama. Spora berperispor.
A Frond tunggal, rachis glabrous, tepi pinna entire .......................... A.nidus
B Frond pinnate, rachis bersisik, tepi serrate .......................... A.pellucidum
Asplenium nidus Linn.
Frond tunggal, panjang mencapai 2 m. Stipe pendek, ± 5 cm, coklat gelap,
glabrous. Rachis hijau kecoklatan, glabrous. Pinna steril dan fertil dengan bentuk
dan ukuran sama, ujung acute atau circinate pada frond muda, tepi entire, tulang
daun bebas, saling menyatu sebelum mencapai tepi. Sori linier, menempel pada
salah satu sisi tulang daun sekunder, panjangnya hampir setengah dari lebar
lamina, dilindungi oleh indusium ketika masih muda; indusium bentuk lembaran
sempit, tipis, hijau. Sporangium berisi >32 spora homospora. Spora monolet,
glabrous, perispor cristate, warna kuning bening, apertur linier (Gambar 8).
Gambar 8 Asplenium nidus, (A) perawakan, (B) lamina fertil, (C) spora
15
ATHYRIACEAE
Frond tunggal-tripinnate, pertulangan menyirip atau bercabang dikotom,
sorus bentuk ellip atau linier di cabang tulang daun, dilindungi indusium, spora
monolet, berperispore.
1a. Pertulangan daun menyirip ......................................................................... 2
1b. Pertulangan daun dikotom ......................................................................... 4
2a. Frond tripinnate ............................................................................ A. asperum
2b. Frond bipinnate .......................................................................................... 3
3a. Stipe dan rachis glabrous, ujung lobus truncate ...................... D.esculentum
3b. Stipe dan rachis pilous, ujung lobus acuminate ......................... D.dilatatum
4a. Stipe glabrous, tepi pinna serrate ............................................... Athyrium sp.
4b. Stipe bersisik, tepi pinna entire .................................................................. 5
5a. Ujung pinna acute, perispor sempit ......................................... A.cordifolium
5b. Ujung pinna acuminate, perispor lebar ................................... A.bantamense
Athyrium asperum (Bl.) Milde (Holttum 1954: 571)
Diplazium asperum Bl. (Piggott 1988: 313)
Frond tripinnate. Stipe berduri dan bersisik. Rachis glabrous. Pinna
mencapai 45 cm, ukuran tereduksi sampai ke ujung frond. Pinnula tepi berlobus,
ujung acuminate, pertulangan menyirip; tepi lobus serrate, ujung rounded. Sorus
ellip, menempel pada ½ cabang tulang daun dalam lobus dekat costules,
dilindungi indusium tipis. Sporangium berisi >32 spora homospora. Spora
monolet, glabrous, perispor entire, warna coklat terang, apertur linier (Gambar 10).
fertil memiliki bentuk sama, bentuk ovate atau cordate, tepi entire, ujung
acuminate, pertulangan dikotom; pinna apikal berkuran lebih besar dari pada
pinna lateral, berlobus di bagian pangkal, panjangnya mencapai 16 cm. Sorus
linier, menempel sepanjang cabang tulang daun, dilindungi indusium persisten.
Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate, perispor lebar
berlekuk, coklat, apertur linier (Gambar 11).
Athyrium sp.
Frond pinnate, Stipe dan rachis glabrous. Proliferasi planlet tumbuh pada
pada midrib pinna apikal. Pinna steril dan fertil dengan ukuran dan bentuk yang
sama, oblong, tepi serrate, ujung acute, pertulangan dikotom. Pinna lateral ± 17
pasang per frond, ukuran mencapai 6,5 cm, tereduksi sampai ke ujung frond.
Pinna apikal pinnatifid. Sorus linier, menempel sepanjang cabang tulang daun,
indusium tipis. Spora belum diamati. (Gambar 15).
17
1q
Gambar 13 Athyrium dilatatum, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
steril, (D) sorus
Gambar 15 Athyrium sp., (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) proliferasi
tunas (planlet), (D) pinna fertil
19
BLECHNACEAE
Frond pinnate, pangkal stipe bersisik. Sori di kedua sisi tulang daun utama
dari pangkal sampai hampir ke ujung pinna (pericostal), dilindungi indusium, atau
tersebar di seluruh permukaan abaksial pinna fertil, tanpa indusium.
A.Bentuk pinna fertil dan steril sama, sori pericostal ................. Blechnum orientale
B.Bentuk pinna fertil dan steril berbeda, sori tersebar di seluruh
permukaan abaksial pinna fertil ....................................... Stenochlaena palustris
Blechnum orientale Linn. (Holttum 1954: 446, Piggott 1988: 400)
Individu muda memiliki frond tunggal-pinnatifid, tinggi ± 10 cm, hijau
kecoklatan, ujung acuminate, lobus sangat dalam mendekati rachis; ujung lobus
rounded. Individu dewasa memiliki frond pinnate, ≥ 13 pasang pinna per frond,
tinggi mencapai 2,5 m. Stipe coklat pucat, glabrous, pangkal bersisik; coklat,
panjang ± 2 cm, bentuk acuminate, tepi berambut dan ujung rambut bercabang
dua. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama, ukuran pinna
tereduksi dari pangkal sampai ke ujung frond, lanset, ujung acuminate, tepi entire,
stipe berauricle hijau, tanpa tangkai, ukuran tereduksi sampai hampir ke pangkal.
Sori pericostal, menempel tepat di sebelah tulang daun utama, dilindungi oleh
indusium; indusium lembaran, coklat pucat, glabrous. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora monolet, coklat terang, glabrous, perispor tidak beraturan dan
coklat kehitaman, apertur linier (Gambar 16).
Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd. (Holttum 1954: 412, Piggott 1988: 410)
Rhizome panjang, menjalar atau memanjat tumbuhan lain, tekstur berdaging,
permukaan bersisik; sisik peltate, ellip, tepi tidak beraturan, warna coklat gelap
terutama di bagian tengah. Frond pinnate, ± 11 pasang pinna per frond. Pinna
steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, ukuran pinna
konsisten dari pangkal sampai ke ujung frond. Pinna steril lebih lebar dari pinna
fertil, ± 3 cm, ujung acuminate, tepi serrate. Pinna fertil lebih sempit, ± 5 mm,
seluruh permukaan abaksial ditutupi oleh sporangium kecuali di bagian tulang
daun utama. Sporangium berisi 64 homospora. Spora Monolet, perispore
pappilous, kuning, apertura linier (Gambar 17).
Gambar 16 Blechnum orientale, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sisik,
(D) sori, (E) spora
20
Gambar 17 Stenochlaena palustris, (A) perawakan, (B) stipe, (C) sisik, (D)
frond fertil, (E) spora
CYATHEAECEAE
DENNSTAEDTIACEAE
Gambar 18 Cyathea contaminans, (A) pangkal frond, (B) sisik, (C) pinnula,
(D) sorus, (E) spora
DRYOPTERIDACEAE
Gambar 20 Ctenitis vilis, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
fertil, (D) potongan pinna fertil, (E) spora
GLEICHENIACEAE
Frond bipinnate atau bercabang dikotom beberapa kali, pangkal cabang
bertunas, dilindungi daun stipula. Stipe dan rachis berambut coklat dan bercabang.
Pinna berlobus sangat dalam mendekati costa.
1a. Pola percabangan bipinnate ................................................ D.splendida.
1b. Pola percabangan dikotom ................................................. 2
2a. Daun mulai pada percabangan kedua, lebar lobus 2-3 mm,
ujung lobus truncate ........................................................... G.laevigata
2b. Daun hanya pada cabang ketiga, lebar lobus
5-6 mm, ujung lobus rounded ............................................. D.linearis
Dicranopteris linearis (Burm.) Clarke. (Holttum 1954: 68; Piggott 1988: 55)
Rhizome panjang, menjalar di dalam tanah, menghasilkan banyak frond.
Frond tegak, bercabang dikotom beberapa kali, tinggi mencapai 1,5 m; pangkal-
pangkal percangannya dorman seperti bakal tunas, berambut, dilindungi 2 helai
stipula. Stipe dan rachis hijau pucat, permukaan pilous; berambut coklat,
bercabang 2-3. Pinna hanya terdapat pada cabang ketiga atau cabang terakhir.
Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran sama, berlobus sangat
dalam sampai 1-2 mm dari costa, permukaan glabrous, lebar lobus 5-6 mm, ujung
lobus rounded, tulang daun bercabang dikotom. Sori superficial,tersusun atas 6-13
sporangium per sorus, melekat pada reseptakel di cabang tulang daun dekat
costule, tidak dilindungi indusium. Sporangium berisi >32 spora homospora.
Spora trilet, glabrous, tanpa perispore, warna putih, apertur triradiat (Gambar 21).
lobus 2-3 mm, glabrous, tulang daun bercabang dikotom. (pinna fertil belum
ditemukan) (Gambar 22).
HEMIONITIDACEAE
Pityrogramma calomelanos (L.) Link. (Holttum 1954: 593, Piggott 1988: 424)
Frond bipinnate, tinggi mencapai 40 cm. Frond muda hijau, circinate,
ditutupi oleh serbuk putih. Stipe dan rachis coklat gelap, permukaan glabrous,
pangkal bersisik; sisik coklat, tipis, bentuk ramping, ujung acuminate. Pinna steril
dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama, elip, tepi serrate, ujung acute,
pertulangan daun menyirip. Sporangium tersebar di permukaan abaksial pinnula,
melekat pada tulang daun, dilindungi oleh parafisis seperti pada frond muda,
berisi > 64 spora homospora. Spora trilet, cristate, tanpa perispore, coklat
kemerahan, apertur triradiat. (Gambar 24).
LINDSAEACEAE
Rhizome menjalar, frond pinnate, pertulangan daun dikotom. Sori terletak
dekat tepi pinna, dilindungi indusium seperti lembaran yang membuka ke arah
tepi pinna. Spora trilet.
A. Pinna persegi, sori dalam lobus pada tepi pinna .................. Lindsaea macraena
B. Pinna lanset, sori continuous pada tepi pinna ....................... Lindsaea ensifolia
Gambar 25 Lindsaea macraena, (A,B) perawakan, (C) sisik, (D) sorus, (E)
spora
26
Gambar 26 Lindsaea ensifolia, (A) frond fertil, (C) frond steril, (C) sisik,
(D) potongan pinna fertil, (E) spora
LYCOPODIACEAE
Lycopodium sp.
Arah tumbuh batang sub erect, bercabang dikotom, diameter batang 1 mm.
Mikrofil tersusun atas 4 helai perbuku, bentuk garis, berukuran panjang 3 mm,
ujung acuminate. Strobilus di ujung cabang, berwarna lebih terang dari pada
mikrofil, satu sporofil melindungi satu sporangium, bentuk ovate, ujung
acuminate, tepi berambut. Sporangium hijau, diameter 1 mm, berisi >64 spora.
Spora trilet, granulate, warna putih bening, apertur triradiat (Gambar 27).
Lygodium flexuosum (L.) Sw. (Holttum 1954: 57; Piggott 1988: 40)
Rhizome pendek, menjalar di dalam tanah, menghasilkan beberapa frond.
Frond pertama bercabang dikotom 1 kali, panjang mencapai 9 cm, bentuk palmate,
27
tepi lobus serrate. Frond berikutnya bipinnate, 2 – 4 pinnula per pinna, tepi serrate,
ukuran pinnula tereduksi dari pinna pertama sampai ke ujung frond, dapat tumbuh
hingga beberapa meter, bercabang beberapa kali, di pangkal percabangan terdapat
kumpulan rambut pendek warna coklat. Stipe dan rachis memutar, menjalar atau
memanjat tumbuhan lain, hijau pucat. Pinna steril bentuk sama seperti pinna pada
frond pertama. Pinna fertil memiliki bentuk dan ukuran hampir sama, tepi
berlobus; lobus terdiri dari beberapa pasang sporangium. Setiap sporangium
dilindungi oleh satu indusium, berisi >32 spora. Spora trilet, granulate, tanpa
perispor, warna coklat, apertur triradiat (Gambar 28).
Gambar 28 Lygodium flexuosum, (A) frond fertil, (B) frond pertama steril,
(C,D) sori, (E) spora
MARATTIACEAE
Angiopteris evecta (Forst.) Hoffm. (Holttum 1954: 44; Piggott 1988: 31)
Frond pinnate-tripinnate, tinggi mencapai 3 m. Stipe berdaging, hijau
dengan garis-garis vertikal putih, glabrous, pangkal membengkak, dilindungi
sepasang stipula; stipula merah, bentuk setengah lingkaran, tekstur kaku dan keras,
permukaan kasar. Pinna mencapai 1,5 m; rachis berdaging, hijau, glabrous,
pangkal membengkak. Pinnula steril dan fertil dengan bentuk sama, ellip, tangkai
membengkak, ukuran pinna fertil lebih ramping, panjang mencapai 21 cm,
pangkal asimetris, ujung acuminate, tepi serrate, pertulangan daun bercabang
dikotom. Sori marginal, pada tulang daun sekunder, ± 2-3 mm dari tepi pinnula,
terdiri dari 3-5 pasang sporangia dilindungi indusium bentuk mangkuk, 1
indusium melindungi 1 sporangium, tekstur kaku, warna coklat. Sporangium
berisi >32 spora homospora. Spora monolet, granulate, tanpa perispor, coklat
terang, apertur linier (Gambar 30).
Gambar 30 Angiopteris evecta, (A) perawakan, (B) rachis dan tangkai pinna,
(C) pangkal frond dengan stipula, (D) sorus
NEPHROLEPIDACEAE
Frond pinnate, terdapat hydathoda di dekat tepi pinna adaksial dan abaksial.
Sori pada cabang tulang daun.
Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott. (Holttum 1954: 380, Piggott 1988: 377)
Frond pinnate, panjang mencapai 2 m. Stipe coklat, bersisik. Rachis coklat,
beralur, bersisik jarang seperti pada stipe dan berambut pada bagian alur costa.
Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk sama, berukuran panjang 6 - 8 cm,
ellip-oblong, acroscopic berauricle, pangkal asimetris, ujung acuminate, tepi
serrate, pertulangan daun dikotom, di ujung tulang daun terdapat hydatoda yang
terlihat dari kedua sisi pinna. Sori pada tulang daun sekunder, berada hampir di
29
tengah tepi daun dan tulang daun utama, dilindungi indusium; reniform, coklat
gelap, glabrous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet, granulate,
tanpa perispor, warna coklat, apertur linier (Gambar 31).
Nephrolepis cordifolia (L.) Pr. (Holttum 1954: 379, Piggott 1988: 375)
Frond pinnate, panjang mencapai 30 cm. Stipe dan rachis coklat, permukaan
bagian depan beralur, bersisik. Pinna steril berukuran panjang ± 4 cm, bentuk
ellip-oblong, acroscopic berauricle, pangkal truncate dengan tangkai sangat
pendek, pangkal basiscopic lebih sempit, tepi serrate, pertulangan daun dikotom,
di ujung tulang daun terdapat hydatoda yang terlihat dari kedua sisi pinna. (pinna
fertil belum ditemukan) (Gambar 32).
OPHIOGLOSSACEAE
POLYPODIACEAE
Rhizome menjalar, berdaging, bersisik peltate. Sori tidak dilindungi
indusium, sorus tenggelam dalam pinna sehingga tampak tonjolan di permukaan
adaksial pinna.
A. Frond mencapai 2,5 m, lebar lobus ± 2 cm, sori bundar ... P. longissimus
B. Frond mencapai 1 m, lebar lobus ± 5 cm, sori ellip ........... P.membranifolium
Phymatosorus longissimus (Blume) Pic.Serm.
Phymatodes longissima (Bl.) J. Sm. (Holttum 1954: 191, Piggott 1988: 144)
Rhizome menjalar, berdaging, diameternya mencapai 1 cm, hijau, bersisik;
sisik peltate, coklat. Frond pinnatifid, tinggi mencapai 2,5 m. Stipe dan rachis
hijau kecoklatan, glabrous. Pinna steril dan pinna fertil memiliki bentuk dan
ukuran sama, lekukan lobus mencapai ± 2 cm dari rachis, lebar ± 2 cm, tepi entire,
ujung acute, pertulangan daun tidak beraturan membentuk banyak aereola besar.
Sori superficial, bulat, terdapat di ujung vena, tenggelam 1-2 mm dari permukaan
abaksial, membentuk tonjolan sorus pada bagian adaksial. Kumpulan sporangium
muda dilindungi oleh parafisis multiseluler. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora monolet, glabrous, tanpa perispore, warna kuning terang,
apertur linier (Gambar 34).
31
PTERIDACEAE
Adiantum
Ukuran perawakan beragam, frond pinnate sampai tripinnate, sori tidak
dilindungi oleh indusium, tetapi dilindungi oleh tepi pinna yang melekuk ke
bagian abaksial.
1a. Frond pinnate ........................................................................... A.philippense
1b. Frond bipinnate-tripinnate ....................................................... 2
2a. Bentuk pinnula persegi, ada parafisis warna kuning ............... A.capillus-veneris
2b. Bentuk pinnula trapesium, tidak ada parafisis ......................... 3
3a. Sisik ±1 mm, warna coklat, pangkal rounded, berspina di tepi
bagian basal, bentuk pinnula trapezium terbalik ..................... A.latifolium
3b. Sisik ±2 mm, warna kuning, pangkal truncate, berspina di tepi
bagian apikal, bentuk pinulla trapezium .................................. A.trapeziforme
Adiantum capillus-veneris Linn. (Piggott 1988: 417)
Frond bipinnate-tripinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe dan rachis hitam,
permukaan glabrous, pangkal bersisik; sisik coklat, ± 3 mm, ujung acuminate, tepi
pilous. Jumlah pinna ± 8 per frond. Pinnula steril dan fertil memiliki bentuk dan
ukuran hampir sama, pinnula paling bawah pinnate, jumlah pinnula per pinna
selalu ganjil (7 – 9). Pinnula bentuk persegi, pangkal acute, tepi apikal berlobus,
pertulangan daun dikotom. Sori marginal, terputus-putus pada tepi apikal pinnula
fertil, ditutupi parafisis kuning, pada bagian dalam indusium palsu; indusium
bentuk lembaran pendek, permukaan glabrous. Sporangium berisi 64 spora
homospora. Spora trilet, glabrous, tanpa perispor, coklat terang, apertur triradiat
(Gambar 36).
Gambar 37 Adiantum latifolium, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sorus,
(D) spora, (E) sisik
34
Cheilanthes
Cheilanthes tenuifolia (Burm.) Sw. (Holttum 1954: 590; Piggott 1988: 412)
Frond tripinnate, tinggi mencapai 30 cm. Stipe hitam, beralur pada bagain
depan, permukaan glabrous atau kadang-kadang berambut pada bagian alur.
Rachis kehitaman, permukaan glabrous; rachis sekunder bersayap. Pinna
membentuk pola bundar telur. Pinnula steril dan fertil pinnate, memiliki bentuk
dan ukuran sama, ellip, tepian berlobus, pertulangan daun dikotom. Sori continyu
di tepi, dilindungi indusium palsu atau tepi daun yang melipat ke bagian abaksial
sewaktu muda. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora trilet, glabrous,
tanpa perispor, coklat, aperture triradiat (Gambar 40).
35
Pteris
Daun pinnate, daun fertil dan steril dapat berbeda bentuk atau sama. Sori
submarginal, linier, dilindungi oleh indusium tipis, tepi pinna yang melekuk ke
bagian abaksial (indusium palsu).
1a. Sori indusiate ....................................................................... 2
1b. Sori dilindungi indusium palsu ........................................... 3
2a. Rachis berduri...................................................................... P.asperula
2b. Rachis glabrous ................................................................... P.biaurita
3a. Bentuk daun fertil dan steril berbeda .................................. P. ensiformis
3b. Bentuk daun fertil dan steril sama ....................................... P. vittata
Pteris asperula J. Sm. (Holttum 1954: 406; Piggott 1988: 229)
Frond pinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe coklat atau keunguan, pangkal
bersisik. Rachis keunguan, bagian adaksial berduri. Pinna steril dan pinna fertil
memiliki bentuk dan ukuran sama, basiscopic pinna paling basal membentuk
cabang seperti pinna, tepi pinna membentuk lobus yang dalam sampai 1-2 mm
dari tulang daun utama, glabrous, tepi lobus entire, ujung lobus rounded,
pertulangan daun dikotom. Sori terdapat di tepi pinna kecuali bagian ujung lobus,
continuous, dilindungi indusium; bentuk lembaran, bening, glabrous. Sporangium
berisi 64 spora homospora. Spora trilet, granulate, tanpa perispor, coklat gelap,
apertur triradiat (Gambar 41).
Gambar 41 Pteris asperula, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori, (D) spora
Gambar 43 Pteris ensiformis, (A,B) perawakan, (C) sisik, (D) sori, (E) spora
Gambar 44 Pteris vittata, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sisik, (D) sori,
(E) spora
Taenitis
Taenitis blechnoides (Willd.) Sw. (Holttum 1954: 586; Piggott 1988: 437)
Frond pinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe hijau keunguan pada bagian
pangkal, permukaan glabrous, beralur di bagian depan. Rachis hijau, permukaan
glabrous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk sama, bentuk lanset, tepi
entire, ujung acuminate, pinna fertil lebih ramping, tulang daun anastomosing.
Sori superficial, membentuk garis lurus di tengah tulang daun utama dan tepian
pinna, kadang-kadang bentuk terputus-putus, exindusiate, dilindungi parafisis;
parafisis multiseluler, kuning kemerahan, bentuk seperti gada. Sporangium berisi
64 spora homospora. Spora trilet, glabrous, pappilous, tanpa perispore, warna
kuning bening, aperture triradiat (Gambar 45).
38
Gambar 45 Taenitis blechnoides, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori,
(D) spora dan parafisis.
SELAGINELLACEAE
Daun berukuran kecil (mikrofil), terdiri dari 3 macam daun steril. Daun
fertil terdapat di ujung atau pangkal cabang membentuk strobilus.
Selaginella intermedia (Blume.) Spring. (de Winter dan Amoroso 2004: 182)
Perawakan suberect, tinggi mencapai 20 cm. Percabangan batang dikotom,
membentuk setengah lingkaran. Daun lateral bentuk lanset, tepi serrate, ujung
obtuse, ukuran ± 4 mm.. Daun median bentuk ovate, tepi serrate, ujung acuminate.
Daun fertil bentuk ovate, tepi serrate, ujung acuminate. Strobilus terletak di ujung
cabang. Megasporofil dan mikrosporofil tidak terdapat dalam satu strobilus.
Megasporofil berisi 1 megasporangium, bentuk ellip, warna hijau, berisi 2
megaspora; megaspora globose, warna putih, permukaan granulate. Strobilus
berisi mikrosporofil belum ditemukan (Gambar 46).
39
Selaginella plana (Desv.) Hieron. (de Winter dan Amoroso 2004: 178)
Perawakan tegak, rhizome merambat sampai 50 cm. Percabangan batang
dikotom, cabang berbentuk bulat telur. Daun lateral bentuk lanset, tepi entire,
ujung acute, ukuran 2,7-3,5 mm. Daun median bentuk ovate, tepi entire, ujung
acuminate. Daun fertil bentuk ovate, tepi serrate, ujung acuminate. Strobilus
terletak di ujung cabang, tersusun atas megasporofil dan mikrosporofil.
Megasporofil terletak di bagian apikal, berisi 1 megasporangium, bentuk
tetrahedral, warna hijau tua, berisi 4 megaspora; megaspora trilet, warna kuning,
pappilous, tanpa perispor, apertura triradiat. Mikrosporofil berisi 1
mikrosporangium, bentuk setengah lingkaran, warna hijau muda, berisi >64
mikrospora; mikrospora trilet, warna putih bening, cristate, perispor berlekuk,
apertur triradiat (Gambar 47).
Selaginella willdenowii (Desv. ex Poir)Baker (de Winter dan Amoroso 2004: 183)
Perawakan tegak atau memanjat, panjang batang utama mencapai 3 m. Pola
percabangan bipinnate, cabang membentuk bangun segitiga. Daun segar hijau
kebiruan. Daun lateral ovate, tepi entire, ujung obtuse, ukuran 3-4 mm. Daun
median ellip, tepi entire, ujung obtuse. Daun fertil ovate, tepi entire, ujung obtuse.
Strobilus terletak di ujung cabang, terdiri dari megasporofil dan mikrosporofil.
Letak megasporofil dan mikrosporofil bersebelahan dalam strobilus. Megasporofil
berisi 1 megasporangium, bentuk tetrahedral, hijau tua, berisi 4 megaspora;
megaspora trilet, kuning, pappilous, tanpa perispor, apertura triradiat.
Mikrosporofil berisi 1 mikrosporangium, bentuk setengah lingkaran, hijau muda,
berisi > 64 mikrospora; mikrospora trilet, putih bening, echinate, perispor
berlekuk, apertur triradiat (Gambar 49).
Selaginella sp.
Perawakan tegak atau merambat, panjang batang utama mencapai 2 m. Pola
percabangan bipinnate, cabang membentuk ellip. Daun segar hijau kemerahan.
Daun lateral lanset, tepi entire, ujung acute, ukuran 3,5-4 mm. Daun median ovate,
tepi entire, ujung acuminate. Daun fertil ovate, tepi serrate, ujung acuminate.
Strobilus terletak di ujung dan pangkal percabangan, terdiri dari megasporofil dan
mikrosporofil. Letak megasporofil dan mikrosporofil bersebelahan dalam satu
strobilus. Megasporofil berisi 1 megasporangium, bentuk tetrahedral, hijau tua,
berisi 4 megaspora; megaspora trilet, kuning, pappilous, tanpa perispor, apertur
triradiat. Mikrosporofil berisi 1 mikrosporangium, bentuk setengah lingkaran,
hijau muda, berisi > 64 mikrospora; mikrospora trilet, putih bening, cristate,
perispor berlekuk, apertur triradiat (Gambar 50).
40
Gambar 47 Selaginella plana, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe), (C) daun
steril (cabang), (D) strobilus, (E) sporofil, (F) daun median, (G)
mikrospora
Gambar 48 Selaginella rothertii, (A) perawakan, (B) daun steril pada stipe, (C)
daun steril pada cabang, (D) daun median, (E) daun fertil, (F)
strobilus, (G) megaspora perbesaran 1x, (H) mikrospora perbesaran
100x
41
Gambar 49 Selaginella wildenowii, (A) perawakan, (B) daun steril (stipe), (C)
daun steril (cabang), (D) mikrosporofil, (E) sporofil, (F) daun median,
(G) mikrospora
Gambar 50 Selaginella sp., (A) perawakan, (B) percabangan dan strobilus, (C)
daun steril pada stipe, (D) daun steril pada cabang, (E) daun fertil, (F)
daun median, (G) mikrospora
TECTARIACEAE
Ukuran dan bentuk frond beragam, pertulangan daun menyirip atau
anastomosing, spora monolet, perispore echinate atau cristate.
Gambar 52 Tectaria heracleifolia, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) sori,
(D) indusium, (E) sisik
44
B C
A D E
Gambar 53 Tectaria vasta, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) potongan
B C
sisik, (D) sorus, (E) spora
A D E
Gambar 54 Tectaria hilocarpa, (A) perawakan, (B) pangkal frond, (C) pinna
steril, (D) potongan pinna fertil, (E) spora
Gambar 55 Tectaria maingayi, (A) perawakan, (B) pinna fertil, (C) sori, (D)
spora
45
THELYPTERIDACEAE
Frond pinnate, pinna fertil dan steril memiliki bentuk dan ukuran sama,
pertulangan daun menyirip, spora monolet, echinate atau cristate.
1a.Jumlah pinna 3, sori exindusiate ................................ Pronephrium triphyllum
1b.Jumlah pinna lebih dari 3, sori indusiate................................................... 2
2a.Tepi pinna crenate ...................................................... Pronephrium asperum
2b.Tepi pinna berlobus ................................................................................... 3
3a.Stipe pilous ................................................................................................ 4
3b.Stipe glabrous ............................................................................................ 5
4a.Ujung pinna acute .............................................................. Christella dentata
4b.Ujung pinna acuminate ................................................ Christella parasitica
5a.Bentuk indusium reniform.......................................... Cyclosorus sumatranus
5b.Bentuk indusium bundar ........................................................................... 6
6a.Permukaan indusium glabrous, perispore cristate ........ Cyclosorus interruptus
6b.Permukaan indusium pilous, perispore echinate .......... Pneumatopteris truncata
Christella dentata (Piggott 1988: 219)
Cyclosorus subpubescens Bl. Ching (Holttum 1954: 273)
Frond pinnate, tinggi mencapai 50 cm. Stipe dan rachis hijau, herbaceus,
pilous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama, lanset, ujung
acute, tepi berlobus ¼ dari tepi pinna, lobus paling pangkal umumnya lebih
panjang, tepi pinna adaksial pilous, pertulangan menyirip. Sori superficial, di
ujung cabang tulang daun, dilindungi indusium; reniform, kuning cerah,
permukaan pilous. Sporangium berisi 64 spora homospora. Spora monolet,
cristate, tonjolan eksin serrate, perispor tipis atau tidak ada, coklat, apertur linier
(Gambar 57).
46
Cyclosorus interrputus (Willd.) Ching (Holttum 1954: 262, Piggott 1988: 191)
Frond pinnate, tinggi mencapai 100 cm. Stipe coklat, glabrous, beralur.
Rachis hijau, pilous. Pinna steril dan pinna fertil dengan bentuk dan ukuran sama,
ujung meruncing, tepi berlobus ¼ dari tepi pinna, pertulangan menyirip. Sori
superficial, terletak di cabang tulang daun dekat tepi lobus, sorus terdapat di lobus,
dilindungi indusium; indusium bundar, peltate, coklat, glabrous. Sporangium
berisi 64 spora homospora. Spora monolet, cristate, perispor tipis atau tanpa
perispor, warna coklat, apertur linier (Gambar 59).
Gambar 57 Christella dentata, (A) perawakan, (B) frond fertil, (C) potongan
pinna fertil, (D) sorus, (E) spora
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Holttum RE. 1954. A Revised Flora of Malaya Volume II. Singapore: Government
Printing Office.
Huang YM, Hsu SY, Hsieh TH, Chou HM, Chiou WL. 2011. Three Pteris species
(Pteridaceae: Pteridophyta) reproduce by apogamy. Botanical Studies 52:79-87
Pigott A. 1988. Fern of Malaysia in Colour. Kuala Lumpur: Tropical Pr.
Quintanilla LG, Escudero A. 2006. Spore fitness components do not differ
between diploid and allotetraploid species of Dryopteris (Dryopteridaceae).
Ann. Bot. 98: 609-618. Doi: 10/1093/aob/mc1137
Russel AE, Raich JW, Vitousek PM. 1998. The ecology of the climbing fern
Dicranopteris linearis on windward Mauna Loa, Hawaii. J. Ecol. 86:765-779.
Sastrapradja. 1980. Jenis Paku Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka
Sastrapradja. 1985. Kerabat Paku. Bogor (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Smith AR, Pryer KM, Schuettpelz E, Korral P, Schneider H, Wolf PG. 2006. A
classification for extant ferns. Taxon 55(3):705-731.
Wee YC. 2005. Ferns of the Tropics. Singapura (SG): Marshall Cavendish Int.
Wu ZY, Raven P, Hong DY. 2013. Flora of China Vol.2-3 (Pteridophyta).
Beijing (CN): Science Pr.
52
LAMPIRAN
53
No Spesies Lokasi
Koleksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IR001 Christella dentata √ √
IR002 Pteris ensiformis √ √ √ √ √ √ √ √
IR003 Selaginella plana √ √
IR004 Adiantum latifolium √ √ √ √
IR006 Cyclosorus sumatranus √ √ √
IR008 Cyclosorus interruptus √ √ √
IR009 Pneumatopteris truncata √ √
IR010 Lygodium flexuosum √ √ √ √ √ √
IR011 Abacopteris triphylla √ √ √ √
IR012 Pleocnemia irregularis √ √ √ √ √ √ √
IR013 Lindsaea ensifolia √ √ √ √ √
IR014 Diplazium esculentum √ √
IR015 Taenitis blechnoides √ √ √ √ √
IR018 Microlepia todayensis √ √ √ √ √
54
No Spesies Lokasi
Koleksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IR019 Nephrolepis biserrata √ √ √
IR020 Angiopteris evecta √ √
IR021 Lindsaea macraena √
IR023 Selaginella wildenowii √ √ √
IR027 Christella parasitica √
IR029 Athyrium asperum √ √
IR030 Tectaria maingayi √ √ √ √
IR031 Diplazium dilatatum √ √
IR032 Tectaria heracleifolia √ √
IR033 Pronephrium asperum √
IR034 Adiantum capillus-veneris √ √ √
IR035 Phymatosoruss nigrescens √ √
IR036 Athyrium cordifolium √
IR038 Tectaria vasta √
IR039 Selaginella intermedia √
IR040 Asplenium nidus √ √
IR043 Dicranopteris splendida √ √ √
IR044 Tectaria hilocarpa √ √
IR045 Selaginella rothertii √
IR046 Pteris vitata √ √ √
IR047 Pityrogramma calomelanos √ √
IR048 Cyathea contaminans √ √
IR050 Blechnum orientale √ √ √ √
IR051 Lygodium microphyllum* √
IR055 Asplenium pellucidum √
IR057 Dicranopteris liniearis √ √ √
IR058 Stenochlaena palustris √
IR059 Gleichenia laevigata √
IR060 Athyrium bantamense √
IR061 Athyrium sp. √
IR062 Tectaria subebenea √
IR063 Pteris asperula √
IR064 Adiantum trapeziformis √
IR065 Nephrolepis cordifolia √
IR067 Ctenitis vilis √ √
IR068 Adiantum philippense √ √
IR069 Pteris biaurita √
IR070 Cheilanthes tenuifolia √
55
RIWAYAT HIDUP
Irene Rosalin. Lahir di Bogor, 25 April 1992. Putri sulung dari Arnyandi
Hadiyuwono dan (Alm.) Lim Yenah, kakak dari Fransiska Karolina. Penulis lulus
dari SD Mardi Waluya Cibinong tahun 2004, SMP Pangudi Luhur Domenico
Savio Semarang tahun 2007, SMA Pangudi Luhur Don Bosko Semarang pada
tahun 2010, kemudian diterima di Departemen Biologi - Institut Pertanian Bogor
melalui jalur ujian SNMPTN pada tahun yang sama.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi asisten praktikum Biologi
Dasar selama 3 semester dan asisten praktikum Biologi Alga dan Lumut selama 1
semester. Penulis juga menjadi anggota UKM Keluarga Mahasiswa Katolik
(KeMaKI) dan pernah menjabat sebagai Bendahara 2 pada kepengurusan 2013,
anggota UKM Lises Gentra Kaheman divisi angklung, serta anggota aktif
Himpunan Mahasiswa Biologi bidang kewirausahaan (BioWorld) pada
kepengurusan 2011-2013. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitian di tingkat
departemen dan fakultas, misalnya menjadi anggota tim khusus pembuat soal
dalam Pesta Sains - Lomba Cepat Tepat Biologi pada tahun 2012, anggota
kepanitiaan Seminar dan Workshop yang diadakan oleh BioWorld. Penulis juga
mengikuti Olimpiade Nasional - Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(ONMIPA) bidang Biologi sampai tingkat regional pada tahun 2012.
Penulis melakukan studi lapangan pada tahun 2012 dengan judul karya
ilmiah “Isolasi Bakteri Penghasil IAA dari Tanah dan Air di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango”. Penulis melakukan praktik lapangan pada tahun 2013
di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Eka Karya Bali-LIPI dengan judul karya
ilmiah “Konservasi dan Perbanyakan Rhododendron spp. di Kebun Raya Eka
Karya Bali-LIPI”. Akhirnya, penulis menyelesaikan tugas akhir pada tahun 2014
melalui penelitian eksploratif dengan judul karya ilmiah “Keanekaragaman
Morfologi dan Struktur Reproduksi Tumbuhan Paku Terestrial di Kampus Institut
Pertanian Bogor -Darmaga”.
Penulis mengikuti The 6th Asian Fern Symposium di Bali pada bulan
Agustus 2014 dan mempresentasikan sebagian hasil penelitian dengan judul “The
Diversity of Reproduvtive Structure of Terrestrial Pteridophytes of Campus
Darmaga, Bogor Agricultural University”. Kemudian mengikuti workshop
identifikasi Pteridophyta pada acara yang sama.