OLEH:
NIM : 4171141010
JURUSAN : BIOLOGI
KELOMPOK : II (DUA)
2019/2020
I. JUDUL PERCOBAAN : MEKANISME PEWARISAN SIFAT
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi
genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan
soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang
merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung
kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang). Kromosom merupakan alat transportasi
materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut hukum Mendel,
kromosom adalah susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai
panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut
sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda,
kehadiran dan posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau
kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang
disebut satelit, dan sebagainya (Imaniar, 2014).
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang
serbaguna yang dapat digunakan sebagai penyedap aneka masakan atau sebagai obat
tradisional. Tanaman ini sering digunakan pada pengamatan mitosis karena memiliki
pertumbuhan yang cepat, mudah didapat, dan harganya terjangkau. Pada pengamatan mitosis
yang menggunakan akar bawang merah akan memudahkan pengamatan karena memiliki
jumlah kromosom yang sedikit dan berukuran besar tanaman bawang memiliki ukuran
kromosom yang cukup besar sehingga sangat cocok digunakan untuk studi eksperimental
mitosis. Mitosis pada sel tumbuhan khusus terjadi pada jaringan meristematik yang terdapat
pada ujung akar dan ujung batang (Abdullah, 2017).
Kromosom antar tanaman berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Baik dari
bentuk, jumlah, dan panjangnya. Allium cepa memiliki jumlah kromosom 2n = 16. Hal ini
sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang
tidak terlalu banyak, memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat
preparatnya. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu anggota dari
familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang
berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi
terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan
fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari
lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan
umbi sejati seperti kentang atau talas (Naspiah, 2014).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama
telah diusahakan oleh petani secara intensif . Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam
kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta
bahan obat tradisional. Bawang merah juga merupakan salah satu komoditas sayuran
unggulan di Jawa Tengah yang mempunyai prospek cukup baik dalam pengembangan
agribisnis. Hal ini dapat dilihat pada status usaha taninya, oleh petani khususnya di daerah
sentra produksi seperti di Kabupaten Brebes bawang merah telah lama diusahakan sebagai
usaha tani yang bersifat komersial (Sastrojamidjojo, 2005).
V. PROSEDUR KERJA
Hasil pengamatan pada pratikum kariotipe bawang merah (Allium cepa) yang di amati
dibawa mikroskop dengan pembesaran 10x sampai dengan 40x.
Perbesaran
40x
( Abdullah, 2017)
Perbesaran
40x
(Abdullah, 2017)
Pada pratikum yang dilakukan tidak terlihat kromosom pada akar bawang merah
(Allium cepa) atau hasil yang didapat tidak sesuai dengan literatut. Pada pratikum ini
mengalami kegagalan yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan tertentu dalam melakukan
pengamatan. Yang terlihat pada hasil pratikum hanya berupa cairan dan gumpalan di kaca
preparat yang kami amati. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakberhasilannya
praktikum ini, antara lain pada proses perendaman dan proses pengenceran yang
menyebabkan rusaknya kromosom.
Pada pratikum menggunakan metode squash dilihat dari literatur mengatakan bahw
analisis kromosom akar dengan metode squash umumnya menghasilkan kualitas pemencaran
kromosom yang kurang baik, yaitu kromosom sering menumpuk sehingga meyulitkan dalam
perhitungan kromosom. Untuk hasil yang baik dapat digunakan Hidroksiquinolin yang dapat
membantu meningkatkan pemencaran kromosom. Metode pembuatan preparat tersebut
dengan menggunakan hidroksiquinolin setelah difiksasi dengan etanol absolut dan asam
asetat glasial (3:1) selama 1 jam, hidrolisis dengan HCl 1 N selama 2 menit pada suhu 60oc,
perendaman dalam Carnoy (6 etanol: 3 klorofoam: 1 asam asetat glasial) selama 30 menit dan
pewarnaan dengan aceto orcein 1 % selama 20 menit dapat menghasilkan kromosom dengan
warna yang tajam dan kontras serta menghasilkan pemisahan kromosom yang baik (Fauziah,
2015).
Pada praktikum, preparat diberikan HCl untuk melunakkan dinding sel agar mudah
dipejet (squash) dan diberi pewarna asetokarmin agar dapat diserap oleh benang-benang
kromatin.Berdasarkan hasil pengamatan, tahap profase pada hasil praktikum tidak terlalu
jelas diakibatkan kekurangan pengamat sendiri dalam mengamati preparat (human error).
Tahap profase ini benang-benang kromatin akan memadat membentuk kromatid.Benang-
benang kromatin mulai memendek dan menebal. Pada tahap tersebut benang spindle akan
terbentuk, membran inti mulai menghilang hingga akhir profase, nukleolus mulai menghilang
dan kromatid akan bergerak menuju bidang ekuator. Pada tahap metaphase, pada hasil
pengamatan terlihat kromatid yang terbentuk mulai bergerak ke bidang ekuator dan mulai
terikat oleh benang-benang spindle. Kromosom mulai berkumpul pada bidang ekuator
pembelahan. Pada tahap inisentromer dari setiap kromosom berkumpul pada bagian tengah
spindel pada bidang equator. Pada tempat-tempat ini, sentromer-sentromer diikat oleh
benang-benang spindel yang terpisah, dimana setiap kromatid dilekatkan pada kutub-kutub
spindel yang berbeda. Kadang-kadang benang-benang spindel tidak berasosiasi dengan
kromosom dan merentang secara langsung dari satu kutub ke kutub yang lain. Pada saat
metafase, sentromer-sentromer diduplikasi dan setiap kromatid menjadi kromosom yang
berdiri sendiri atau independen (Jai, 2011).
VIII. KESIMPULAN
1. Karena praktikum yang kami lakukan gagal, sehingga kami tidak dapat melihat
bentuk, ukuran dan jumlah kromosom dari bawang. Akan tetapi berdasarkan literatur
yang kami peroleh, dapat disimpulkan kariotipe bawang merah (Alium ascalonicum)
memiliki jumlah kromosom sebanyak 2n = 2 x = 16. Bawang merah memiliki rumus
kariotipe 2n = 26 m + 1 m (SAT) + 3 sm + 2 t.
2. Sama seperti pengamatan Allium ascalonicum, praktikum yang kami lakukan juga
gagal. Kami tidak dapat mengamati kromosom dari bawang putih. Tetapi berdasarkan
literatur yang kami peroleh, tampak jelas bentuk dari kromosom. Rumus kariotipe
Allium sativum 2n = 16 : 16 m.
3. Ukuran kromosom bawang merah (Alium ascalonicum) berdasarkan literatur yang
kami peroleh, ukurannya bervariasi berkisar diantara 10 um sampai 1,7 um.
4. Ukuran kromosom bawang putih (Alium sativum) berdasarkan literatur yang kami
peroleh memiliki ukuran yang besar berkisar 1,7 um.
5. Fase-fase pembelahan sel dimulai dari interfase, profase, metafase, anafase dan yang
terakhir adalah telofase.
Campbell, Neil A., Reece, Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Fauziah, Arbaul. 2015. Pengaruh hidroksikuinolin pada pembuatan preparat kromosom akar
dan kalus bawang putih (Allium sativum L.). Natural. Vol. 3 (1), hal: 65-68
Naspiah, dkk. 2014. Bawang Tiwai (Elutherina Americana Merr) Tanaman multi guna. IJAS.
Vol. 4(30)
Sulistyningsih. 2004. Fertilitas Tanaman Bawang Merah Double Haploid. Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol. 11(1), hal: 1-6
Jai. 2011. Analisis Mitosis Pada Ujung Akar Bawang Merah Bawang Bombai Dan
Aglonema. Bogor: IPB Bogor.
( ) ( BAHAGIA GOHAE )