Anda di halaman 1dari 22

HUKUM MENDEL PADA TANAMAN

RAMBUTAN(Nephelium lappaceum)

PAPER

OLEH:

SISTANSHIA CHAUMI AULIA NISA


170301090
AGROTEKNOLOGI 2A

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
HUKUM MENDEL PADA TANAMAN
RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)

PAPER

OLEH:

SISTANSHIA CHAUMI AULIA NISA


170301090
AGROTEKNOLOGI 2A

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian di


Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Diketahui oleh:
Asisten Koordinator

(Aditya Prakoso)
Nim : 140301247

Diperiksa oleh: Diperiksa Oleh :


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Annisa Fadhillah Sitepu) (Feber Mediani Zebua)


Nim : 150301113 Nim : 150301006

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari makalah ilmiah ini adalah “HUKUM MENDEL PADA

TANAMAN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)” yang merupakan salah satu

komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, Ms., Dr. Diana Sofia Hanafiah, S.P., MP.,

Dr. Ir. Lolie Agustina Putri, M, Si., Dr. Khairunnissa Lubis, S.P., M.P.,

Luthfi Aziz Mahmud Siregar, S.P., M.sc. Ph. D.,

Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik, M,Sc., Ph, D., Ir. Eva Sartini Bayu, M.P., Ir.

Emmy Harso Khardinata, M. Sc., Ir. Hot Setiodo, M.S Sebagai Dosen penanggung

jawab Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, serta kepada abang dan kakak

asisten yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan paper ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Demi kebaikan penulis dikemudian hari. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih. Semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Kegunaan Penulisan 3
Tujuan Penulisan 3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh 5
Iklim 5
Tanah 5

HUKUM MENDEL PADA TANAMAN RAMBUTAN


(Nephelium lappaceum)
Pengertian Hukum Mendel 6
Sejarah Hukum Mendel 7
Hukum Mendel I 10
Hukum Mendel II 12
Hukum Mendel Pada Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum) 14
Manfaat Hukum Mendel 15

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan salah satu jenis buah tropis yang

layak dirancang sebagai komoditas unggulan pertanian. Peluang pemasaran buah

rambutan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di pasar domestik

(dalam negeri) maupun pasar internasional. Kondisi ini mengisyaratkan adanya

peluang yang baik bagi pengembangan agribisnis tanaman rambutan di berbagai daerah

yang mempunyai keunggulan komparatif. Dalam rangka memasuki pasar global,

diperlukan adanya peningkatan kuantitas dan kualitas produk buah rambutan serta

kemampuan kontinuitas penyediaannya, sesuai dengan permintaan pasar (konsumen)

(Surzycky, 2000)

Penjelasan tentang hereditas pada tahun 1800an adalah hipotesis

“blending”, yaitu materi genetik yang berasal dari dua orang tua bercampur seperti

bercampurnya warna biru dan kuning yang membentuk warna hijau. Hipotesis ini

memprediksi bahwa dalam beberapa generasi, suatu populasi yang melakukan

perkawinan bebas akan menghasilkan populasi yang memiliki individu yang

seragam. Namun demikian, pengamatan kita seharihari dan hasil dari percobaan

pemuliaan hewan dan tumbuhan menunjukkan hasil yang kontradiktif. Hipotesis

blending, juga gagal dalam menjelaskan fenomena lain pewarisan, seperti traityang

muncul kembali sesudah beberapa generasi. (Campbel et al., 2000).

Genetika merupakan konsep/materi sains yang penting untuk diajarkan di

sekolah. Dinyatakan oleh Th. Dobzhansky dalam Ayala & Kinger (2009) bahwa

“Nothing in biology is understandable except the light of genetics. Genetics is the

core biological science”. Genetika menjadi dasar bagi pengembangan ilmu biologi

maupun ilmu lain yang terkait dengan biologi. Konsep-konsep genetika umumnya

dianggap bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami (Ayala and Kiger, 2009)
Alasan lain Mendel Menggunakan tanaman tersebut adalah waktu

generasinya yang pendek dan anakan yang dihasilkan dalam jumlah besar dalam

satu kali perkawinan. Lebih jauh lagi Mendel dapat mengendalikan perkawinan

antar tumbuhan. Organ reproduktif dari tanaman peaterdapat pada bunganya dan

tiap bunga pea memiliki organ penghasil polen (stamen) dan organ penghasil sel

telur (karpel). Di alam, tanaman inipada umumnya melakukan fertilisasi sendiri:

polen dari stamen membuahi karpel dari bunga yang sama, dan sperma yang

dilepaskan oleh polen membuahi sel telur yang ada dalam karpel. Untuk

memperoleh polinasi silang (fertilisasi antara tumbuhan berbeda), Mendel

menghilangkan stamen muda pada tumbuhan sebelum mampu menghasilkan polen

dan kemudian menyapukan polen dari tumbuhan lain pada bunga yang dipilih.

Tiap-tiap zigot yang dihasilkan berkembang menjadi embrio tumbuhan yang

dilindungi oleh biji (Albert et al., 2000).

Keturunan hewan, tumbuhan maupun manusia, masing-masing akan mirip

dengan induknya dari generasi ke generasi. Misalnya, kucing akan melahirkan anak

kucing, pohon mangga akan menghasilkan pohon mangga lagi dan manusia akan

melahirkan anak manusia. Pengamatan lebih dekat terhadap makhluk hidup tersebut

di atas, akan jelas bahwa pada hewan di samping terdapat kemiripan, terdapat juga

perpaduan antara induk dan turunannya. Kadang-kadang turunannya mempunyai

sifat-sifat seperti induknya, dan adapula yang mempunyai sifat yang berbeda atau

lain dari induknya dan mungkin memperlihatkan sifat yang sama sekali baru pada

keluarga tersebut ( Pratiwi, 2005).

Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini untuk memberikan informasi bagi pembaca

tentangHukum Mendel Pada Tanaman Rambutan(Nephelium lappaceum)


Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan. Serta sebagai bahan

informasi bagi pihak yang membutuhkan di bidang pertanian.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Berikut klasifikasi tanaman rambutan, yaitu Kingdom : Plantae (Tumbuhan);

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh); Super Divisi:

Spermatophyta (Menghasilkan biji); Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga);

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil);

Sub Kelas : Rosidae; Ordo : Sapindales; Famili : Spindaceae; Genus:

Nephelium; Spesies: Nephelium lappaceum L. (Syamsuri, 2004).

Pohon rambutan memiliki akar tunggang yang bercabang-cabang.


Dari cabang akar tumbuh cabang kecil. Cabang kecil ditumbuhi oleh bulu-bulu akar
yang sangat halus. Akar tunggang rambutan dapat mencapai 6 meter. Pohon
rambutan dapat mencapai tinggi 15-25 meter, namun biasanya tajuknya melebar
hingga jari-jari lingkaran tajuk lebih dari 4 meter. Pertumbuhan rambutan
dipengaruhi oleh ketersediaan air. (Santoso, 2005).
Rambutan tumbuh berupa pohon setinggi 15-25 meter. Pohon
berbatang lurus, bereabang banyak. Pangkal batang berdiameter 40-60 em, kulit
batang abu-abu kecokelatan. Bentuk percabangan tidak teratur dan rapat. Bentuk
tajuk bulat atau tidak beraturan sarna sekali. Ranting atau cabang ujung berwama
cokelat kusam dengan permukaan kulit berkerut-kerut. (Surzycky, 2000)
Daun tanaman rambutan terdiri dua bagian, yaitu tangkai daun dan
badan daun. Badan daun bertulang dan berurat, dan antara tulang dan urat tertutup
daging daun. Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan bersemi atau
flushing, menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas terlihat dengan
warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Sedangkan bunga
pada tanaman rambutan adalah jenis bunga majemuk. Tumbuh dari tunas ujung.
Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga. (Santoso,
2005).
Malai bunga rambutan tumbuh di ketiak daun atau pada ujung
ranting yang tegak. Panjang malai bunga berkisar antara 5-20 mm, bertandan
dan berbau agak harum. Bunga rambutan keeil, bulat, hijau kekuningan, dan
berbulu ha1us. Bunga jantan dan betina dalam satu malai biasanya terpisah. Tak
jarang dalam satu pohon rambutan ditemukan tanaman yang hanya
berbungajantan atau betina saja. Bunga jantan terdiri 5-8 benang sari, berkotak
sari keeil dan beruang dua. Tangkai sari berwama putih dengan panjang 3-4
mm, kepala sari berwama kuning. Bunga betina pendek, beruang 2 atau 3,
memiliki 5-7 putik (benang sari) yang berkepala keeil, panjangnya 1-5 mm.
Warna putik kuning kehijauan, tertutup bulu- bulu halus yang pendek.
(Sembiring, 2005).
Buah rambutan berbentuk lonjong dinding buah tebal. Panjangnya berkisar 4-5

cm, dengan duri tempel yang bengkok, lemas, sampai kaku. Buah rambutan bergantug

didahan dengan tangkai panjang. Kulit buah berwarna hijau dan merah kalau sudah

masak. Apabila sudah masak buah rambutan mengeluarkan harum yang khas. Buah

rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki rambut dibagian luarnya(eksokrap).

Endokrap berbuah berasa masam, menutupi daging. Bagian buah yang dimakan,

daging buah, adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji

atau lepas (ngelotok). (Surzycky, 2000)

Syarat Tumbuh

Iklim

Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.

Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara

1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sinar matahari harus dapat

mengenai seluruh areal penanaman sejak dia terbit sampai tenggelam, intensitas

pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan suhu lingkungan. (Syamsuri, 2005)

Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah

dengan optimal pada suhu sekitar 25 derajat C yang diukur pada siang hari.

Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang

sempurna (kempes). (Gardener dkk,. 2006).


Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakan

tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang

rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk

pertumbuhan tanaman rambutan. (Syamsuri, 2005).

Tanah

Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta

sedikit mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak

mengandung bahan organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.

Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda

dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau

kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.

(Gardener dkk,. 2006)

Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman

pohon rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah. Pada dasarnya tanaman

rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah, karena keadaan tanah

dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman yang benar (dibuatkan

bedengan) sesuai dengan petunjuk yang ada. (Surzycky, 2000)


HUKUM MENDEL PADA TANAMAN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)

Pengertian Hukum Mendel

Hukum Mendel adalah salah satu hukum terpenting dalam perkembangan

ilmu genetika di dunia. Namun, tidak banyak orang yang menyadari bahwa

penelitian Mendel didasari pada ilmu Matematika Diskrit. penelitian Gregor

Mendel yang menggunakan ilmu Kombinatorial dalam Matematika Diskrit, yaitu

pencarian jumlah gamet, perhitungan dalam poligen, dan perhitungan mengenai

peluang kemunculan suatu genotipe tertentu (Surzycky, 2000).

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat

secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum ini didapat dari

hasil penelitian Gregor Johann Mendel, seorang biarawan Austria. Hukum Mendel

terdiri dari dua bagian : 1.Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau

segregation) Isi dari hukum segregasi : Pada waktu berlangsung pembentukan

gamet, setiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang

terbentuk.2.Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas ( independent

assortment). Isi dari hukum pasangan bebas. (Welsh dan Mogena. 2002).

Poligen adalah suatu seri gen ganda yang menentukan suatu sifat individu.

Dalam hal ini, pewarisan sifat 1 gamet 2 gamet 1 gamet 1 gamet 4 gamet 2 gamet

Makalah II2092 Probabilitas dan Statistik – Sem. I Tahun 2010/2011 dikendalikan

oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau

berlainan. Contoh poligen misalnya pada kasus penurunan warna kulit manusia

(Suryo, 2007).

Individu Dd dinamakan individu heterozigot, sedang individu DD dan dd

adalah individu homozigot yang masing-masing disebut sebagai individu

homozigot dominan dan homozigot resesif. Genotipe adalah susunan genetik yang
membentuk suatu sifat tertentu, sedangkan fenotipe adalah sifat-sifat fisik dari

individu yang dapat langsung diamati pada individu-individu tersebut, yakni tinggi,

pendek, hijau, kuning, dan lain-lain (Jusup, 2004).

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip

pewarisan sifat. Pertama, individu yang disilangkan adalah parental atau orangtua

(P) dari individu keturunannya. Fillal adalah keturunan atau anak dari parental. F1

adalah fillal generasi pertama, dan F2 adalah fillal generasi ke dua. Setiap parental

akan menghasilkan gen yang disebut gamet. Gamet disebut juga dengan istilah sel

kelamin. Gamet adalah hasil pembelahan sel pada sebuah individu yang akan

bergabung dengan gamet dari individu lain membentukindividu baru. Gamet D

dikatakan sebagai alel dominan, sedang gamet d merupakan alel resesif. Gen D

dikatakan dominan terhadap gen d, karena ekpresi gen D akan menutupi ekspresi

gen d jika keduanya terdapat bersama-sama dalam satu individu (Dd). Sebaliknya,

gen resesif adalah gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi gen lainnya

(Zulfahmi, 2013).

Sejarah Hukum Mendel

Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti.

Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di

Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan

meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-

prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam

pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II

(Nugroho, 2012).

Mendel berhasil mengamati “suatu sifat keturunan (karakter) dari suatu

generasi ke generasi pada tanaman ercis; dan berhasil membuat perhitungan


metematika tentang sifat genetis karakter tersebut. Fakto genetisnya disebut

“determinant” atau “”gen”. inilah keunggulan mendel daripada percobaan

persilangan yang dilakukan orang sebelumnya, kerena itu Mendel disebut sebagai

bapak Genetika yang memberikan dasar pengetahuan genetika modern. Penemuan

Mendel telah diceramahkan dan diterbitkan dalam majalah “Perhimpunan Ilmu”

pengetahuan (1866) di negaranya, baru pada 34 tahun kemudian 19000 karyanya

diakui dan menjadi referensi para ahli. (Adisoemarto, 2010).

Hukum mendel merupakan hukum hereditas yang menjelaskan tetantang

prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Sebelum menjadi suatu hukum,

banyak ahli biologi yang belum mengakui pendapat atau teori mendel tentang

hereditas. Pada tahun 1865, mendel menulis sebuah makalah berjudul

“Experiment in Plant Hybridization”. Makalah tersebut berisi hasil percobaan

persilangan-perdilangan tanaman serta hipotetsisi mendel tentang pewarisan

material genetic dari induk (tertua) kepada anaknya (Ayala and Kiger, 2009).

Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti.

Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di

Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan

meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-

prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam

pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II

(Nugroho, 2012).

Nama lengkapnya ialah Gregor Mendel (1822−1884). Mendel mengadakan

percobaan di kebunnya dengan tanaman kacang kapri. Di kebunnya Mendel

mempunyai tanaman kacang kapri yang beraneka ragam, ada yang mempunyai

bunga merah dan putih, ada yang tanamannya tinggi dan rendah, duduk bunga,
warna dan bentuk polong berbeda. Mendel memilih tanaman kapri yang berbunga

merah dan putih untuk mempelajari penurunan sifat bunga merah dan putih kacang

kapri. Dia berulang kali mengadakan pembastaran antara tanaman kacang kapri

bunga merah dengan tanaman kapri berbunga putih dan hasilnya dicatat dengan

sangat teliti. Caranya dengan menyerbukkan tepung sari bunga putih ke putik bunga

merah (Ayala and Kiger, 2009).

Hukum Mendel 1

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,

dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi

berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan

bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara

bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi (Nugroho, 2012).

Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan

F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal

dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of

Allelic Genes). Sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan

keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya

Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas

(The Law Independent Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama

hasil percobaan Mendel, baik pada persilangan monohibrid maupun dihibrid

makasecara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk

atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet (Wirjosoemarto, 2010).

Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya

memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Sedangkanpersilangan dihibrida

merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat
membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada

kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat

macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali terjadi

penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yangmungkin disebabkan oleh

beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal

dan sebagainya (Ayala and Kiger, 2009).

Perbandingan antara B (warna coklat), b (buah berasa masam), S (buntut

pendek), dan s (buntut panjang) pada generasi F2. Hukum segregasi bebas

menyatakan bahwa pada pembentukan gametsel kelamin), kedua gen induk (Parent)

yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima

satu gen dari induknya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: 1. Gen

memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya.

Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari

luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel

dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R). 2. Setiap

individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam

gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina(misalnya RR dalam gambar di

sebelah). 3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB

pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara

visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan

diwariskan pada gamet yang dibentuk padaturunannya (Gardener dkk,. 2006).

Hukum Mendel II

Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua

sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga

merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara


bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga

memiliki perbandingan fenotip F2sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan penjelasan

pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara jumlah

sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta perbandingannya

(Wirjosoemarto, 2010).

Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individumempunyai dua

pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak

bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat

yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang

menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling

mempengaruhi. Seperti nampak pada Gambar 1, induk jantan (tingkat1)

mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berbuah berasa masam), dan induk betina

mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan

pertama(tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan

dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe

wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini

akanmembentuk indidividu pada keturunan berikutnya dengan gamet R dan w pada

sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina

tingkat2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu

seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan

ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga

berwarna merah) dan ww (berbuah berasa masam) adalah 1:2:1. Secara fenotipe

perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1 (Gardener dkk,. 2006).

Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut

monohibrid,sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal


sebagai dihibrid, dan seterusnya. Sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek

dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih

dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan

yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan

sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Kombinasi gamet ini akan membentuk 4

individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1

ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Ga

met F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu

yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2

bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya

ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika

genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang

perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail

mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah

1:2:2:4: 1:2:1:2: 1 (Wirjosoemarto, 2010).

Hukum Mendel Pada Tanaman Rambutan ( Pisum sativum L).

Mendel memilih rambutan sebagai objek kajiannya karena tanaman ini

memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Memiliki pasangan-pasangan sifat kontras,

Melakukan autogami atau penyerbukan sendiri, Mudah disilangkan,

Mampumenghasilkan banyak keturunan. Cepat menghasilkan atau daur hidupnya

pendek (Gardener dkk,. 2006).

Persilangan merupakan salah cara untuk menghasilkan individu baru. Sifat

atau karakter individu baru (turunan) tersebut akan diturunkan dari induknya. Ada

yang memiliki sifat tampak (fenotipe) dan mudah diamati namun ada pula sifat

yang tidak tampak (genotipe). Hal ini karena sifat genotipe tersimpan di dalam gen.
Misalnya gen untuk warna kulit, bentuk buah dan panjang batang pada tumbuhan.

Persilangan monohibrida adalah persilangan individu sejenis dengan

memperhatikan satu sifat beda. Seperti diketahui, setiap organisme memiliki

banyak sifat beda. Pada tanaman rambutan misalnya, ada 3 sifat beda yang mudah

diamati. Namun pada persilangan monohibrida, hanya memperhatikan satu sifat

beda saja (Ayala and Kiger, 2009).

Pada persilangan buah rambutan, disilangkan satu sifat beda yaitu rasa buah.

Buah rambutan berasa manis (dominan) disilangkan dengan buah rambutan berasa

masam (resesif). Gen untuk rambutan berasa manis disimbol dengan huruf M

sedangkan gen untuk buah rambutan berasa masam dilambangkan dengan huruf m.

Turunan pertama (F1) seluruhnya berasa manis. Hanya satu sifat fenotip yang

muncul pada turunannya (berasa manis) meskipun turunan ini tetap mewariskan

sifat genotipe kedua induknya. Bila turunan pertama disilangkan dengan

sesamanya maka turunan kedua (F2) terdiri atas rambutan berasa manis dan

rambutan berasa masam dengan perbandingan 3 : 1. Diketahui bahwa sifat yang

tampak pada F1 adalah buah berasa manis (dominan) dan sifat buah berasa masam

tersembunyi (resesif). Namun sifat buah berasa masam ini bisa muncul pada F2

meskipun jumlahnya ¼ bagian dari seluruh turunan. Sifat yang tampak pada F1

dikenal dengan sifat domonan sedangkan sifat tersebunyi pada F1 dikenal dengan

sifat resesif (Wirjosoemarto, 2010).

Manfaat Hukum Mendel

Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, teknologi banyak

dimanfaatkan agar kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah dan nyaman. Ilmu

pewarisan sifat atau dalam biologi dinamakan Genetika, dimanfaatkan khususnya


dalam usaha untuk mengembangbiakkan hewan atau tumbuhan yang memiliki

sifat-sifat unggul (Ayala and Kiger, 2009).

Sifat unggul hewan atau tumbuhan bisa diperoleh dengan jalan persilangan diantara

hewan atau tumbuhan yang ingin mendapatkan bibit unggulnya. Misalnya di bidang

pertanian, para ilmuwan berhasil menyilangkan berbagai jenis padi sehingga

akhirnya ditemukan bibit padi yang memiliki sifat unggul berdaya hasil tinggi,

umur pendek, dan rasanya enak. Ditemukan pula bibit kelapa hibrida dan jagung

hibrida yang berdaya hasil tinggi. Di bidang peternakan, melalui persilangan dapat

ditemukan bibit hewan ternak seperti ayam, sapi, dan kuda. Di bidang kedokteran,

dapat ditemukan cara untuk mencegah agar keturunan seseorang tidak memiliki

penyakit atau cacat bawaan (Wirjosoemarto, 2010).

Persilangan tumbuhan atau hewan ini sangat bermanfaat karena dapat

memilih sifat-sifat yang baik dan menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik,

dengan demikian persilangan dapat digunakan untuk memperoleh bibit unggul atau

menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang unggul atau yang baik, dengan

demikian manfaat persilangan antara lain: Menghasilkan keturunan dengan sifat-

sifat yang baik. Menghasilkan bibit unggul baik pada tumbuhan maupun hewan,

misalnya varietas tanaman jenis unggul hasil persilangan PB5, PB8, IR22, IR24

(Gardener dkk,. 2006).


KESIMPULAN

1. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat

secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya.

2. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation) Isi dari

hukum segregasi : Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap

pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang

terbentuk.

3. Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent

assortment) Isi dari hukum pasangan bebas

4. Sejarah perkembangan genetika itu sendiri dimulai sejak zaman dahulu.

Pengetahuan genetika sudah ada sejak sebelum abad 19 (sebelum mendel).

Yaitu pada peradaban bangsa babylonia (6000 tahun yang lalu) telah

menyusun “silsilah kuda untuk memperbaiki keturunan”. Dan bangsa china,

pada beberapa abad sebelum Masehi sudah mengenal “seleksi benih padi

untuk mencari bibit yang unggul.

5. Hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses

pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I

disebut juga dengan hukum segregasi

6. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II

berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet.


DAFTAR PUSTAKA

Ayala,F.J. and Kiger,J.A. 2009. Modern Genetics.2nd ed. Menlo Park: The
Benjamin/Cunning Publ.Co.,Inc.

Albert B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K., 2000. Molecular Biology of the
Cell. London

Adisoemarto, S. 2010. Genetika Jilid 1. Erlangga. Jakarta

Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi 8. Penerbit
Erlangga; Jakarta

Cahyono, F. 2010. KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN


MENDEL.Istitut Teknologi Bandung, bandung.

Gardner,E.J.,Simmons,M.J., and Snustad,D.P. (2006). Principles of


Genetics.8th.ed. N.Y.: John Wiley & Sons,Inc.

Hetharie, H. 2003. Perbaikan Sifat Tanaman Melalui Pemuliaan Poliploidi.


http://www.Poliploidi.ac.id. Diakses januari 2014

Jusup, M. 2004. Genetika I; Struktur dan Ekspresi Gen. IPB. Bogor

Matsumoto, A. and Y. Tsumura. 2004. Evaluation of cleaved amplified


polymorphic sequence markers. Theoretical and Applied Genetics. 110: 80–
91

Nugroho, M. 2012. Biokimia: Teknik Penelitian. Erlangga. Jakarta

Sembiring, langkah dan Sudjino. 2005. Biologi Kelas XII. Jilid 3a SMA dan MA.
Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.

Santoso, Begot. 2005. Biologi dan kecakapan hidup. Pelajaran Biologi untuk
SMA kelas XII. Jakarta : Ganeca Exact.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi untuk SMA Kelas XII. Jilid 3a SMA dan MA.
Jakarta : Erlangga.

Suryo. 2007. Genetika untuk strata 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Hal 57-85

Surzycky, S. 2000. Basic techniques in Molecular Biology. Springer-


Verlag. Berlin, Heidelberg, New York

Pratiwi, D.A.Maryati, Sri. Dkk. 2005. Buku penuntun Biologi SMA jilid 3a untuk
kelas XII. Jakarta : Erlangga.

Wirjosoemarto, K. 2010, Genetika. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Welsh, J. P, dan J. P. Mogena. 2002. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan


Tanaman. Erlangga. Jakarta. Hal: 44-47

Zulfahmi, 2013. Penanda DNA Untuk Analisis Genetik. Agroteknologi. 3 (2):


4152

Anda mungkin juga menyukai