Anda di halaman 1dari 57

HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

TERATAI PUTIH (Nymphaea alba)

PAPER

OLEH :

RAMADHIANTIE KARNAIN / 160301199


AGROEKOTEKNOLOGI IVB

L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I

PROG RAM STUDI AGRO EKOTEKNOLO GI

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016
HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
TERATAI PUTIH (Nymphaea alba)

PAPER

OLEH :

RAMADHIANTIE KARNAIN / 160301199


AGROEKOTEKNOLOGI IVB

Paper sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Ditugaskan Oleh
Dosen Penanggung Jawab

( Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS)


NIP: 19610831 198803 2 004

L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I

PROG RAM STUDI AGRO EKOTEKNOLO GI

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016
Judul Paper : Hubungan Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teratai
Putih (Nymphaea alba)
Nama : Ramadhiantie Karnain
NIM : 160301199
Group : AGROEKOTEKNOLOGI IV B

Diperiksa Oleh
Asisten Koordinator

(Muhammad Ridho Catur Prasetya)


NIM: 130301279

Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Maysyarah Sinambela) (Albi Abdillah)


NIM: 120301037 NIM: 120301254
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul paper ini adalah “Hubungan Evaporasi Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Teratai Putih (Nymphaea alba)” yang merupakan
salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
Agroklimatologi, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Agroklimatologi : Bapak atau Ibu Dosen
Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S; Dr. Nini Rahmawati, S.P, M.S;
Dr. Ir. Yaya Hasanah; Ir. Irsal, M.P; Ir. T. Irmansyah, M.P;
Ir. Lisa Mawarni, M.P, serta kepada Abang dan Kakak Asisten Laboratorium
Agroklimatologi yang telah membantu dalam penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu serta
menyempurnakan paper ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan Penulisan................................................................................3
Kegunaan Penulisan...........................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman................................................................................. 4
Syarat Tumbuh...................................................................................6
Iklim.......................................................................................6
Tanah......................................................................................7

HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


TERATAI PUTIH (Nymphaea alba)
Pengertian Evaporasi.........................................................................8
Pengertian Evapotranspirasi..............................................................9
Faktor- Faktor yang Memengaruhi Evaporasi...................................11
Hubungan Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teratai Putih
(Nymphaea alba)............... ................................................................14
Dampak Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Teratai Putih
(Nymphaea alba)................................................................................15

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Klimatologi pada dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan


iklim yang menyangkut distribusinya baik dalam skala global (dunia), regional
(wilayah), maupun local (setempat). Pembahasan bidang klimatologi sangat erat
kaitannya dengan aspek geografi seperti garis lintang, ketinggian tempat, posisi
permukaan bumi, dan aspek lainnya. Setiap usaha dalam bidang pada dasarnya
bertujuan untuk mendapatkan priduktivitas yang setinggi-tingginya dengan
kualitas yang sebaik-baiknya. Untuk itu maka persyaratan tumbuh tanaman
sedapat mungkin dapat terpenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangannya
berlangsung optimal (Sabarudin,2012).

Evaporasi atau penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair


menjadi gas (uap air) dan masuk ke atmosfer. Ada dua macam penguapan, yaitu
evaporasi (penguapan air secara langsung dari lautan, dll) dan transpirasi
(penguapan air dari tumbuh-tumbuhan, mahluk hidup, dll). Gabungan antara
evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto,2000).

Kombinasi dua proses yang saling terpisah dimana kehilangan air dari
permukaan tanah melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman
melalui proses transpirasi disebut sebagai evapotranspirasi (ET). Proses hilangnya
air akibat evapotranspirasi merupakan salah satu komponen penting dalam dalam
hidrologi karena proses tersebut dapat mengurangi simpanan air dalam badan-
badan air, tanah, dan tanaman. Untuk kepentingan sumber daya air, data ini untuk
menghitung kesetimbangan air dan lebih khusus untuk keperluan penentuan
kebutuhan air bagi tanaman (pertanian) dalam periode pertumbuhan atau periode
produksi. Oleh karena itu, data evapotranspirasi untuk tujuan irigasi atau
pemberian air, perencanaan irigasi atau untuk konservasi air (Achmad,2011).
2

Penguapan cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah


yang mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembapan yang rendah. Daerah
subtropik biasanya merupakan daerah yang langsung menerima insolasi
(pemanasan dari matahari) tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan
daerah yang mempunyai angin yang kuat dan mempunyai nilai kelembapan yang
rendah. (Hutabarat,1986)

Tanaman teratai termasuk keluarga besar "Nymphaeaceae". Bunga teratai


memiliki keistimewaan, ia dapat hidup seolah-olah dalam tiga dunia yang berbeda
yaitu akarnya terpancang di tanah, tangkai dan ujung daunnya hidup di air,
bunganya sendiri menyembul di udara. Selain itu bunga teratai juga dilambangkan
sebagai Dewa Tri Murti. Tanaman teratai banyak dimanfaatkan sebagai sarana
upacara adat/banten di Bali, tanaman teratai dapat juga digunakan sebagai obat
karena mengandung beberapa kandungan kimia yang berbeda disetiap bagiannya.
(Supartha,1998)

Air dan nutrient yang diberikan kepada tanaman dilahan tanah, tidak
semuanya digunakan oleh tanaman. Secara normal dari total air yang diberikan
hanya sebagian kecil yang diserap tanaman, 70-75 % air diuapkan melalui
evaporasi ke atmosfer dan 5% air mengalami run off. Dari air yang diserap oleh
tanaman, 90-99% diuapkan melalui proses transpirasi tanaman dan hanya 1-10%
yang digunakan oleh tanaman. Adapun nutrient yang diberikan dalam bentuk
pupuk anorganik hanya 20-60% digunakan oleh tanaman, sedangkan 40-80%
nutrient akan mengalami pencucian. Pencucian tersebut disebabkan oleh air hujan
atau air irigasi kemudian masuk kedalam tanah atau bergerak mengikuti aliran air.
Aor yang telah mengandung nutrient terlarut dalam jumlah berlebih, dapat
mencemari air dan tanah, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan
(Agustina,2009).
3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara
Evaporasi dan tanaman teratai putih (Nymphaea alba)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Serta,
sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman Teratai (Nymphaea sp.) diklasifikasikan sebagai berikut.


Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae,
Class: Dicotyledoneae, Ordo: Nymphaeales, Famili: Nymphaeaceae,
Genus: Nymphaea, Tanaman teratai hingga sekarang rata-rata berjumlah
sekitar 50 species.Nymphaea nouchali Brum F, Nymphaea alba L. (teratai
putih), Nymphaea lotus (teratai kecil), Nymphaea rubra (teratai merah).
(Warianto,2011).

Akar tanaman Teratai memiliki akar yang berongga. Akar tanaman


teratai kurang berkembang dengan baik karena tidak memiliki bulu akar
atau tudung akar. Akar disini lebih berfungsi sebagai jangkar atau
pencengkraman tanaman agar tanaman bisa berdiri tegak. (Anwar,2011).

Bijinya kaya akan pati, juga mengandung raffinose, protein, lemak,


karbohidrat, kalsium, phosphor dan besi. Kulit biji teratai mengandung
nuciferine, oxoushinsunine, N- norarmepavine. Tunas biji teratainya
mengandung Liensinine, isoliensinine, neferine, nuciferine, pronuciferine,
lotusine, methylcorypalline, demethylcoclaurine, galuteolin, hyperin, rutin.
Rimpang: Pati, protein, asparagine, vitamin C. Selain itu juga mengandung
catechol, d-gallocatechol, neochlorogenic acid, leucocyanidin,
leucodelphinidin, peroxidase, dll. Akar tumbuhan teratai mengandung Zat
tannic dan asparagine. Daun: Roemerine, nuciferine, nornuciferine,
armepavine, pronuciferine, N-nornuciferine, D-N-methylcoclaurine,
anonaine, liriodenine, quercetin, isoquercitrin, nelumboside, citric acid,
tartaric acid, malic acid, gluconic acid, oxalic acid, succinic acid, zat
tannic, dll. Dasar daun teratai: Roemerine, nuciferine dan nornuciferine.
Tangkai daun: Roemerine, nornuciferine, resin dan zat tannic.
5

Oxoushinsunine yang terdapat pada kulit biji teratai berkhasiat menekan


perkembangan kanker hidung dan tenggorokan, sedangkan biji dan tangkai
teratai berkhasiat anti hipertensi. (Rismunandar,1995).

Tangkai bunga teratai tumbuh tegak, sehingga bunga-bunga teratai


dapat muncul dan menyembul keluar dari permukaan air. Teratai memiliki
batang dengan ruang udara kecil di dalamnya. Rongga-rongga udara ini
fungsinya adalah untuk membawa oksigen ke batang dan akar. Walaupun
batang dan akarnya berada di dalam air, dengan adanya rongga-rongga
udara pada batang, teratai tetap dapat bernapas. Ciri khusus pada
tumbuhan teratai ini juga berfungsi membantu teratai untuk tetap tegak
dan mengapung di atas permukaan air.(Novary,1997).

Tanaman teratai mempunyai daun yang berbentuk bulat, lebar,


tipis, serta tepi daunnya bergerigi. Bagian daun teratai mengapung di atas
air, Hal ini karena tangkai daun teratai cenderung tumbuh menjalar.
Bagian daun teratai berwarna hijau, sedangkan bagian bawah daun
berwarna keunguan dan memiliki tulang daun besar dan tulang daun kecil.
Daun teratai juga mempunyai lapisan yang membersihkan diri dari
kotoran. (Anwar,2011).
6

Syarat Tumbuh

Iklim

Kondisi iklim/cuaca mikro secara langsung mempengaruhi proses


fisiologi karena berhubungan dengan atmosfer di lingkungan tanaman
sejak perakaran hingga puncak tajuk. Unsur yang berpengaruh kuat
terutama radiasi surya, suhu udara, suhu tanah, kelembapan, kecepatan
angin, presipitasi dan evapotranspirasi (Bey, A.1991)

Penyebaran berbagai jenis tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi


iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing – masing spesies
tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim
merupakan hubungan saling pengaruh. Selain iklim dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat
mempengaruhi iklim di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi
yang terlibat dan semakin nyata pengaruhnya terhadap iklim wilayah
tersebut. Peran vegetasi mirip bentang dan air. Hal ini disebabkan karena
tumbuhan mengandung banyak air dan tumbuhan menyumbang banyak
uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Lakitan, 1994).

Teratai merupakan tumbuhan air yang mempunyai toleransi suhu


yang lebih sempit dibandingkan tanaman lainnya. Suhu toleransi untuk
tumbuhan eratai berkisar antara 210c- 24oc, namun tumbuh yang terbaik di
21 OC- 24OC. Bila suhu terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan,
bahkan bisa membuat teratai mati. (Rismunandar,1995).
7

TANAH

Tanah yang gembur dan kaya unsur hara sangat disukai teratai
untuk pertumbuhan yang optimal. Teratai dapat hidup dengan baik di
tanah lumpur ataupun tanah merah. Lumpur seperti lumpur sawah juga
baik bagi teratai. PH yang baik untuk teratai tumbuh optimal berkisar
antara 4-5 sampai 6. (Asdak,1995).

Jika tanah terlalu asam, bisa ditambahkan kapur pada tanah.


Namun yang perlu diperhatikan adalah pengaplikasian kapur sebaiknya
dilakukan 3 bulan sebelumnya agar kapur dapat mengubah pH profil tanah
secara lebih merata. Pengolahan tanah juga dapat menambahkan kadar pH
tanah menjadi tidak terlalu asam. Jika tanah terlalu asam, kapur bisa di
aplikasikan di setiap 2/3 tanaman.

Jika tanah terlalu basa (pH >7), tanah akan kekurangan unsur
mangan (Mn), besi (fe), seng (Zn), dan boron (B). Namun demikian, tanah
basa memiliki kandungan P (fosfor) yang tinggi karena tanah basa mampu
manahan unsur P dengan baik. (Hardjowigeno,2010)
HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP TUMBUHAN TANAMAN
TERATAI PUTIH (Nymphaea alba)

Evaporasi

Penguapan adalah pengubahan cairan/es menjadi gas (uap air).


Proses ini bisa berlangsung pada permukaan bumi (benda mati) ataupun
pada permukaan tanaman (benda hidup). Penguapan yang diperankan oleh
benda mati disebut evaporasi, sedangkan penguapan yang diperankan oleh
tanaman disebut transpirasi. Dibidang pertanian kedua penguapan berjalan
bersamaan, maka penguapan ini disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi
juga disebut kebutuhan konsumtif tanaman. Proses ini merupakan
komponen dasar daur hidrologi yang membutuhkan energi. Proses ini juga
membutuhkan energi yang cukup besar yaitu l.k 2.442 KJ/kg air atau 583
cal/g air. Pada penguapan ini terjadi hilangnya air dan terambilnya energi
dari permukaan benda yang menguap. (Asdak,1995).

Penguapan bisa dihitung secara gravimetri. Cara ini kurang teliti,


tetapi setidaknya memberikan gambaran kasar berapa penguapan harian di
suatu tempat, misalnya pada rumah kaca. Besarnua penguapan ini dapat
digunakan sebagai dasar pemberian air dalam pot di suatu tempat. Pada
acara ini akan dipraktikkan pendugaan penguapan air dengan panci
evaporasi. (Hakim, et.all, 1986)

Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal


ini terjadi apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh,
baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada
permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi
permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang
secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah.
Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang
dikendalikan oleh proses fotosintesis pada permukaan daun (tajuk).
Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian
hidrometeorologi (Suryatmojo 2006).
9

Tiga istilah evaporasi yang sering digunakan di dalam studi


agroklimatologi adalah (1) evaporasi (Epan), yang menggambarkan
jumlah air menguap dari permukaan air langsung ke atmosfir (misalnya
dari danau dan sungai), (2) evapotranspirasi aktual (ETa), yang
menggambarkan jumlah air pada permukaan tanah yang berubah menjadi
uap air pada kondisi normal, dan (3) evapotranspirasi potensial (ETp)
adalah kehilangan air yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan vegetasi
yang terjadi pada saat kondisi air tanah jenuh (Runtunuwu, et. All,2008).

Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu


diukur untuk mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat
melalui curah hujan dan air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur
evaporasi yang paling banyak digunakan sekarang adalah Panci kelas A.
Evaporasi yang diukur dengan panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya
yang datang, kelembapan udara, suhu udara dan besarnya angin pada
tempat pengukuran (Hanum, 2009).

Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang
menggambarkan proses fisika transfer air ke dalam atmosfer, yakni
evaporasi air dari permukaan tanah, dan transpirasi melalui tumbuhan.
Evapotranspirasi merupakan komponen penting dalam keseimbangan
hidrologi. Di lingkungan terestrial, evapotranspirasi merupakan komponen
tunggal terbesar siklus air.

Suatu daerah dengan evaporative demand yang tinggi yang tidak


diimbangi dengan curah hujan yang mencukupi dan merata akan sangat
terganggu kondisi keseimbangan neraca airnya, dan akan menimbulkan
masalah, terutama aktivitas yangmembutuhkan air, antara lain kegiatan
pertanian. Melalui neraca bahang, evapotranspirasi mempengaruhi
iklim(Usman,2004).
10

Evapotranspirasi (ET) adalah ukuran total kehilangan air


(penggunaan air) untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari
permukaan tanaman. Secara potensial ET ditentukan hanya oleh unsur –
unsur iklim, sedangkan secara aktual ET juga ditentukan oleh kondisi
tanah dan sifat tanaman (Handoko,1995). Evaporasi merupakan konversi
air kedalam uap air. Proses ini berjalan terus hampir tanpa berhenti disiang
hari dan kerap kali dimalam hari, perubahan dari keadaan cair menjadi gas
ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi, proses tersebut
akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung, awan merupakan
penghalangan radiasi matahari dan penghambat proses evaporasi
(Wahyuningsih,2004).

Pengukuran evapotranspirasi meliputi evapotranspirasi potensial


dan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah
penguapan air dari areal tanaman rumput hijau setinggi 8-15 cm dengan
ketinggian seragam dan seluruh permukaan tanah teduh tanpa bagian yang
menerima sinar matahari langsung, rumput masih tumbuh aktif tanpa
kekuranagn air (Doonrenbos dan Pruitt, 1977).

Eto ini dapat diduga dengan menggunakan rumus empiris. Rumus


yang digunakan dapat dengan metode Biancy-cridle, Radiasi, dan Penman.
ETo juga dapat diukur langsung dengan panci evaporasi, yaitu panci
evaporasi klas A, diameter 121 cm dan kedalaman panic 25,5
cm.(Usman,2004).

Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air


maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala.
Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan
menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap
besarnya evapotranspirasi (Apriyana 2000).
11

Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam


pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi
maupun evapotranspirasi dari air ataupun permukaan lahan yang besar
adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan tetapi beberapa metode yang tidak
langsung telah dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat
diterima (Supartha,1998)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi

1. Radiasi Matahari

Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan),


dari zat cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air
(penyubliman) diperlukan panas laten (laten heat). Panas laten untuk
penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari
merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di
atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.

Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang


tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada
bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan,
sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara.

Daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi


maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada
bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh
awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata
terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.
(Prawirwardoyo,1996)
12

2. Temperatur

Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh


terhadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan
udara untuk menyerap uap air.

Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air


meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis
udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim
tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub
(daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur
udara di Indonesia relatif kecil. (Yatini,2004)

3. Kelembaban Udara

Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara


tepat di atas permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada
permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya
penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan
udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.

Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air.
Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan
uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin
kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di
atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai
tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban
udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan


laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara
tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan
dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara
akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman. (Wisnubroto,2006)
13

4. Kecepatan Angin

Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan


evaporasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh
terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan
dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti
dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin.

Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam


evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih
besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.

Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada


musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa
banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari
tenggara yang kering. (Triadtmojo,2010).

5. Kelembaban relatif

Peningkatan kelembaban udara akan mengurangi


kemampuannya untuk menyerap lebih banyak uap air sehingga laju
evaporasi akan berkurang pula.Penggantian lapisan batas udara jenuh
dengan udara yang kelembabannyasama tidak akan mempertahankan laju
evaporasi, hal ini akan terjadi hanyajika udara yang masuk lebih kering
daripada udara yang digantikannya. (Herlambang,2014)
14

Hubungan Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Teratai Putih


(Nymphea alba)

Pada tumbuhan , terjadi peristiwa kohesi karena adanya ikatan


hydrogen yang berperan pada pengangkutan transport. air yang melawan
gravitasi Air mencapaidaun melalui pembuluh-pembuluh mikroskopik
yang menjulur ke atas dari akar. Air yang menguap dari daun digantikan
oleh air dari pembuluh dalam urat daun. Ikatan hydrogen menyebabkan
molekul air yang keluar dari urat daun dapat menarik molekul air yang
berada lebih jauh dalam pembuluh, dan tarikan ke depan tersebutakan
terus ditransmisi sepanjang pembuluh sampai ke akar. Adhesi air pada
dinding pembuluh membantu melawan gravitasi (Campbell,2010).

Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis oleh karena itu absorsi
air oleh tanaman mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air
larutan dimana akar itu berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih
rendah dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari
larutan luar ke dalam system akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-
zat terlarut maka masuknya air ke dalam akar akan menjadi lebih lambat
sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.

Evaporasi & transpirasi adalah proses penguapan air dari sel-sel


yang hidup pada jaringan tumbuh- tumbuhan. Sel hidup tumbuh-
tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan
lenti sel. (Anggarwulan,2005).

Menurut Dwidjoseputro (1990) transpirasi dapat melalui kutikula,


stomata dan lentisel. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan
transpirasi, akan tetapi yang biasanya dibicarakan hanyalah transpirasi
le1at daun, karena hilangnya molekul- molekul air dari tubuh tanaman itu
sebagian besar adalah le1at daun. Hal ini disebabkan karena luasnya
permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara
daripada bagian-bagian lain dari suatu tanaman.
15

Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagai penyusun


utama jaringan yang aktif mengadakan kegiatan fisiologis juga berperan
penting dalam memelihara turgiditas yang diperlukan untuk pembesaran
dan pertumbuhan sel. Peranan yang penting ini menimbulkan konsekuensi
bahwa secara langsung atau tidak langsung defisit air tanaman akan
mempengaruhi semua proses metabolisme dalam tanaman yang
mengakibatkan tergantungnya proses pertumbuhan (Lestari, 2006).

Tanaman juga memiliki rehidrasi atau cekapan air, tidak hanya


kondisi air dan salinitas tinggi. Cekaman kekeringan dapat mempengaruhi
sebagai mekanisme seluler, biokimia, dan fisiologi tanaman. Pada tingkat
seluler kekeringan mengakibatkan kehilangan air protoplastik sehingga
konservasi ion meningkat. Menghambat fungsi-fungsi metabolik dan
meningakatkan kemungkinan terjadinya interaksi antar molekul yang
dapat menyebabkan denaturasi protein dan fusi membran. Pengaruh
negatif cekaman kekeringan terhadap tanaman ditentukan oleh tingkat
cekaman dan fase pertumbuhan saat mengalami cekaman (Magnard,
2008).

Dampak Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Teratai Putih


(Nymphaea alba)

Air mempunyai fungsi penting dalam tanah, dimana air penting


dalam pelapukan mineral dan bahan organik, reaksi yang menyiapkan hara
laut bagi pertumbuhan tanaman, juga membantu proses
metabolisme.(Seyhan,1990).

Air berfungsi sebagai media penggerak hara ke akar akar hara


tanaman. Bila air terlalu banyak, hara-hara yang lewat atau ada yang
tercuci dan hilang dari perakaran.(Hardjowigeno,1987).

Bila laju evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin dapat


merusak tanaman. Air yang melewati stomata lebih banyak dibandingkan
dengan air keluar melalui kutikula dan epidermis, karena kutikula
mempunyai sifat yang lebih permeabilitas terhadap air.
16

Pergerakan air pada tumbuhan, khususnya pada tanaman teratai


putih (Nymphea alba) berjalan secara osmosis dan difusi yang berupa
pengisapan air dalam tanah.

Akan tetapi pemasukan air pada tumbuhan itu haruslah seimbang


dengan pengeluaran air, agar tercapai keseimbangan air pada tumbuhan
tersebut yakni dengan cara penguapan, yaitu transpirasi dan evaporasi.
(Budi,2008).

Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar dan tipis yang
terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Daun teratai yang bundar,
lebar, dan tipis berfungsi memudahkan proses fotosintesis dan mengurangi
penguapan.

Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi,


dalam jangka waktu yang pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan
yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika kehilangan air berlangsung terus
melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan akan kelihtan
dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan
dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan
pada tumbuhan sangat beragam. Daunnya yang tipis dan terdiri dari sel
parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.
KESIMPULAN

1. Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan fase air yang


terkandung dalam suatu larutan (cair) maupun dalam bentuk
padatan menjadi uap.
2. Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan
transpirasi.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu
udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, radiasi surya,
dan lainnya yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
4. Hubungan evaporasi terhadap petumbuhan Teratai (Nymphea alba)
membentuk kurva stasioner, artinya mempunyai batas toleransi
maksimum
5. Evaporasi akan berdampak baik bagi pertumbuhan Teratai
(Nymphaea alba) untuk membantu metabolisme dan proses
pengangkutan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M., 2011. Buku Ajar Hidrologi Teknik. Makassar: Universitas
Hasanudin
Agustina, H., 2009. Efisiensi Penggunaan Air Pada Tiga Teknik Hidroponik
Untuk Biaya Rancangan Bayam Hijau. Skripsi. FMIPA UI
Anggarwulan, E., W. Mudyantini, 2005. Pengaruh Ketersediaan Air terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng
Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi 3
Anwar, J.T., 2011. Aplikasi Formulasi Insektidi Nabati Campuran Ekstrak Piper
retrofactum Vahl. Dan Annona squomosa L. Pada pertanaman Teratai.
Jurnal. Respository IPB
Apriyana, E. 2000. Bahan Ajar Etnobotani "Usada". Jurusan Biologi, FMIPA,
UNUD Denpasar.
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta
Budi, A.F.S., 2008. Pengelolaan Air Permukaan sebagai Bahan Baku. Jurnal.
FITB ITB
Campbell, Neil A., 2010. Biologi JILID I. Jakarta: Erlangga
Doorenbos, R.J. dan W.O. Pruit. 1976. Agrometeorological Field Station
Irrigation and Drainage Paper no 27. FAO. Rome.
Dwidjoseputro, D., 1990. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Hakim, N, M. Y. Nyakpa, S. G. Nugroho, A.M. Lubis, M.R. Saul, M. A. Diha, G.
B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung.
Hanum, C. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi
Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana


Perkasa, Jakarta.
Hardjowigeno, sarwono. Ilmu tanah . sifat-sifat kimia tanah “penetapan ph tanah”.
2010. Jakarta.
Hutabarat. 1986. Manfaat Klimatologi Bagi Pertanian. Bumi Penerbit. Surabaya
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi, PT. Raja Grafindo. Persada, Jakarta.
Lestari, Endang G. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan
Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.
Biodiversitas. ISSN: 1412-033X. VOL.7.No.1
Magnard A. D. 2008. Ekstraksi Komponen Antibakteri dan Antioksidan dari Biji
Teratai (Skripsi) Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor
Novary, E.W., 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar
Swadaya. Jakarta
Prawirwardoyo, S., 1996. Meteorologi UGM PRESS. Yogyakarta
Rismunandar,. 1995. Kayu Manis. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Sabaruddin,Laode.2012.Agroklimatologi.Alfabeta:Bandung.

Supartha, N.O.1998. Fungsi Tumbuh-tumbuhan Dalam Upacara Agama Hindu.


Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III. Denpasar.
Suryatmojo, H. 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan. Jurusan Konservasi.Sumber
Daya Hutan. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Triatmojo, B., 2010. Hidrologi Terapan BetaOffset. Yogyakarta
Warianto. 2011. Ketrampilan Proses Sains. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta
Wuryanto.2000. Agroklimatologi. USU PRESS.Medan
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

MANFAAT TANAMAN TERATAI (Nymphaea sp., Nymphaeaceae) di DESA


ADAT SUMAMPAN, KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR,
BALI

THE BENEFITS OF THE LOTUS PLANT (Nymphaea sp., Nymphaeaceae) IN


SUMAMPAN VILLAGE, DISTRICT OF SUKAWATI, GIANYAR REGENCY,
BALI.

Gusti Ayu Nyoman Budiwati , Eniek Kriswiyanti


Lab. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Kampus Bukit
Jimbaran, Kuta
Email :budiwatiayu@yahoo.com

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat tanaman teratai di Desa Adat
Sumampan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Penelitian dilaksanakan
dari tanggal 4 - 16 Februari 2013. Metode yang digunakan survei eksploratif dengan cara
observasi langsung dan wawancara terhadap 1 narasumber utama dan 15 KK dari 3
banjar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 macam teratai berdasarkan warna
bunga: teratai sudamala (Nymphoides indica) (4,54%), teratai kuning (21,21%), teratai
biru tua (Nymphaea stellata Wild) (12,12%), teratai merah muda (16,66%), teratai ungu
tua (9,09%), teratai ungu muda (9,09%), teratai putih (Nymphaea nouchali Burm f.)
(18,18%), teratai biru muda (Nymphaea stellata Wild) (3,03%), teratai tutur (1,51%),
teratai dedari (1,51%) dan teratai brumbun (3,03%). Tanaman teratai tersebut digunakan
sebagai sarana upakara/banten 77,41%, sebagai tanaman hias 16,12 %, dan sebagai
bahan obat 6,45 %, untuk obat kanker payudara, rematik, sakit kepala, menghilangkan
stress, rasa takut, dan membersihkan hati serta pankreas. Dengan cara penggunaan
tempel, minum, pupuk dan boreh.
Kata kunci : Survai eksploratif, Manfaat teratai,tempel, pupuk, boreh

ABSTRACT
This purpose of this research was to determine the benefits of the lotus plant in
Sumampan Village, District of Sukawati, Gianyar, Bali. The research was conducted
from 4 to 16 February 2013. The method was used in this study is exploratory survey by
direct observation and interviews with one main informant and 15 KK from 3 banjar. The
results showed there were 11 kinds of lotus : lotus sudamala ( Nymphoides indica ) (4.54
%), yellow lotus (21.21 %), dark blue lotus ( Nymphaea stellata Wild ) (12.12 %), pink
lotus (16.66 % ), violet lotus (9.09 %), purple lotus (9.09 %), white lotus (Nymphaea
nouchali Burm f.) (18.18 %), light blue lotus (Nymphaea stellata Wild ) (3.03 %), lotus
tutur (1.51 %), lotus dedari (1.51 %) and lotus brumbun (3.03 %). The lotus plant is used
as a upakara / banten 77.41 % , 16.12 % as ornamental plants, while 6.45 % as a
medicine for breast cancer drug, arthritis, headaches, stress, fear, and cleanser the liver
and pancreas. As a medicine, lotus plant was used in it’s from as tempel, solutions, pupuk
and boreh.
Key word: exploratory survey, benefits lotus, tempel, pupuk, boreh

PENDAHULUAN Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi


Pulau Bali atau pulau Dewata wisatawan dalam negeri maupun manca
memang sangat terkenal di dunia. Pulau
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

negara. Daya tarik pulau Bali terletak pada Salah satu tanaman yang multifungsi
keindahan alamnya, tradisi ataupun bagi masyarakat Bali khususnya umat
kebudayaannya yang masih dipertahankan Hindu adalah tanaman teratai. Dalam
hingga sekarang. Tradisi tersebut prosesi ritual agama Hindu, khususnya di
diwariskan secara turun – temurun oleh Bali, bunga teratai dipandang memiliki
para tetua kepada cucu – cucunya melalui makna yang dalam. Bunga teratai
interaksi secara langsung ataupun dari dilukiskan sebagai padma astadala, yang
mulut ke mulut. Budaya yang unik antara merupakan simbolis alam semesta stana
lain pengobatan tradisional yang disebut Hyang Widhi Wasa (Lembaga Pengabdian
Usada dan upacara keagamaan yang Kepada Masyarakat Universitas Udayana,
dilakukan oleh umat Hindu yang disebut 2004). Bunga teratai lebih dikenal dengan
upacara Yadnya. Usada berasal dari kata nama bunga tunjung oleh umat Hindu di
“ausadhi” (bahasa sansekerta) yang berarti Bali. Bunga teratai memiliki
tumbuhan berkhasiat obat. Pengobatan keistimewaan, ia dapat hidup seolah – olah
tradisional banyak memanfaatkan bahan – dalam tiga dunia yang berbeda yaitu
bahan yang ada disekitar kita, baik berupa akarnya terpancang di tanah, tangkai dan
tanaman, hewan maupun mineral. ujung daunnya hidup di air, bunganya
Pengobatan tradisional paling tidak sendiri menyembul di udara. Selain itu
melibatkan tiga pihak yaitu penderita sakit, bunga teratai juga dilambangkan sebagai
dukun (balian) dan penyedia bahan obat Dewa Tri Murti. Selain digunakan sebagai
seperti alam atau pusat pengembangan sarana upakara/banten, tanaman teratai
obat tradisional maupun pedagang dapat juga digunakan sebagai obat karena
terutama di pasar – pasar tradisional mengandung beberapa kandungan kimia
(Kriswiyanti, 2004). yang berbeda disetiap bagiannya (Ruang
Tanaman digunakan sebagai Berkascom., 2013). Di desa adat
sarana upacara yadnya sesungguhnya Sumampan, bunga teratai hampir ditanam
bertujuan untuk menanamkan nilai disetiap rumah warga, oleh karena itu
pelestarian alam pada jiwa setiap umat. dilakukan penelitian mengenai manfaat
Diharapkan dengan nilai tersebut akan tanaman teratai di Desa Adat Sumampan,
tumbuh suatu upaya nyata untuk Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar,
memelihara dengan sungguh - sungguh Bali.
kesejahteraan alam tersebut (Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana, 2004).
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

MATERI DAN METODE dirangkum berdasarkan manfaat, macam,


Metode penelitian survei jumlah serta bagian tanaman teratai yang
eksploratif dengan cara observasi langsung digunakan kemudian dihitung
dan mewawancarai narasumber persentasenya, selanjutnya data
menggunakan kuisioner (Waluyo, 2004). disampaikan dalam bentuk histogram.
Secara acak diambil 15 KK sebagai Variabel penelitian meliputi manfaat
narasumber yang merupakan perwakilan teratai, macam - macam teratai, jumlah
dari 3 banjar yaitu banjar Sumampan, teratai yang ditemukan serta bagian
Medahan dan Batu sepih. Data hasil tanaman teratai yang digunakan.
kuisioner penelitian dikumpulkan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN (Nymphaea stellata Wild) (3,03%), teratai

Hasil tutur dengan bunga berwarna merah tua

Berdasarkan hasil penelitian (1,51%), teratai dedari dengan bunga

diketahui terdapat 11 macam tanaman yang berubah warna setiap minggunya

teratai berdasarkan warna bunga yaitu (1,51%) dan teratai brumbun dengan

teratai sudamala (Nymphoides indica) bunga berwarna putih (3,03%). Tanaman

yang berwarna putih dengan mahkota teratai di Desa Adat Sumampan banyak

bunga yang berukuran kecil dan berbulu dimanfaatkan sebagai sarana

halus pada permukaannya (4,54%), teratai upakara/banten (77,41%) yang meliputi :

kuning (21,21%), teratai biru tua upacara pebayuhan, penglukatan, otonan,

(Nymphaea stellata Wild) (12,12%), bunga hiasan canang, sarana

teratai merah muda (16,66%), teratai ungu persembahyangan dan upacara ngaben,

tua (9,09%), teratai ungu muda (9,09%), serta tanaman hias (16,12%) dan bahan

teratai putih (Nymphaea nouchali Burm ramuan obat tradisional (6,45%).

f.) (18,18%), teratai biru muda


JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

1 2 3

4 5 6

7 8 9
\

10 11

Gambar 1. Jenis – jenis tanaman teratai di Desa Adat Sumampan


Keterangan :
1.Teratai sudamala dengan bunga bewarna putih (Nymphoides indica) (Harta, 2011); 2. Teratai biru tua
(Nymphaea stellata Wild) (Kriswiyanti, 2007); 3. Teratai putih (Nymphaea nouchali Burm f.) ; 4.
Teratai kuning ; 5. Teratai biru muda (Nymphaea stellata Wild) (Kriswiyanti, 2007); 6. Teratai
brumbun dengan bunga berwarna putih; 7. Teratai ungu tua; 8.Teratai ungu muda; 9. Teratai merah
muda; 10. Teratai tutur dengan bunga berwarna merah tua; 11. Teratai dedari dengan bunga yang
berubah warna setiap minggunya.
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

Manfaat Tanaman Teratai


6,45%
Keterangan :

Sarana upakara/banten
16,12% (77,41%)
Tanaman Hias (16,12%)

Ramuan obat tradisional


(6,45%)
77,41%

Gambar 2. Persentase Penggunaan Tanaman Teratai Berdasarkan Pemanfaatannya

Macam - macam teratai


3,03% 1,51%
1,51%
3,03% Teratai Kuning
4,54%
Teratai Putih
21,21% Teratai Merah Muda
9,09% Teratai Biru Tua
Teratai Ungu Muda
Teratai Ungu Tua
9,09%
18,18% Teratai Sudamala
Teratai Biru Muda
12,12% Teratai Brumbun
Teratai Tutur
16,66%
Tertai Dedari

Gambar 3. Diagram Persentase Jumlah Teratai dan Jenis Teratai yang ditemukan di
Desa Adat Sumampan

Pembahasan dengan mahkota bunga yang berukuran


Teratai yang ditemukan di Desa kecil dan berbulu halus pada
Adat Sumampan ada 11 macam teratai permukaannya (Nymphoides indica)
berdasarkan warna bunganya yaitu teratai (4,54%), teratai kuning (21,21%), teratai
sudamala dengan bunga berwarna putih biru tua (Nymphaea stellata Wild)
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

(12,12%), teratai merah muda (16,66%), struktur bunga yang berbeda dengan
teratai ungu tua (9,09%), teratai ungu bunga teratai lainnya, bunga berwarna
muda (9,09%), teratai putih (Nymphaea putih berukuran kecil dengan tepi bunga
nouchali Burm f.) (18,18%), teratai biru seperti bulu ayam sehingga disebut juga
muda (Nymphaea stellata Wild) (3,03%), sebagai teratai bulu ayam. Daun teratai
teratai tutur dengan bunga berwarna sudamala (Nymphoides indica) berukuran
merah tua (1,51%), teratai dedari dengan lebih kecil dibandingkan daun teratai pada
bunga yang berubah warna setiap umumnya dengan tepi daun rata.
minggunya (1,51%) dan teratai brumbun Teratai kuning lebih banyak
dengan bunga berwarna putih (3,03%). dimanfaatkan dibandingkan teratai
Teratai juga dimanfaatkan berdasarkan lainnya karena selain warna bunganya
warna bunganya, teratai yang paling indah, pada setiap upacara piodalan,
banyak ditemukan adalah teratai kuning ngaben serta nyekah selalu menggunakan
sebesar 21,21% sedangkan yang paling teratai kuning. Menurut kidung Aji
sedikit ditemukan adalah teratai tutur dan Kembang penggunaan teratai kuning
teratai dedari yaitu sebesar 1,51%. dalam upacara piodalan merupakan
Berdasarkan hasil wawancara simbolis dari Dewa Mahadewa yang
dengan narasumber disebutkan bahwa berstana di barat, sedangkan penggunaan
teratai tutur dan dedari merupakan teratai teratai kuning pada upacara ngaben serta
yang paling jarang ditemukan, teratai ini nyekah bertujuan agar orang yang sudah
juga jarang berbunga. Teratai tutur meninggal tersebut dalam kelahiran
bunganya berwarna merah tua sedangkan berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia
teratai dedari warna bunganya mengalami yang tekun mengerjakan tapa, brata, dan
perubahan warna setiap seminggu sekali, mempunyai budi yang luhur (Lembaga
mulai dari kuning setelah satu minggu Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004).
menjadi kuning merah, minggu Teratai kuning merupakan teratai yang
berikutnya berubah menjadi merah, lalu susah ditemukan di tempat lain, oleh
seminggunya lagi merah kehijauan karena itu warga berkeinginan untuk
sampai hijau sekali lalu menjadi hijau memiliki pot sendiri sehingga pada saat
kekuningan, selain itu daun teratai dedari memerlukan bunga teratai kuning, tidak
memiliki perbedaan dengan daun teratai susah dicari. Langkanya teratai ini dapat
pada umumnya, daun teratai dedari disebabkan karena sering digunakan tanpa
menyerupai daun kangkung. Teratai penanaman kembali serta masyarakat
sudamala (Nymphoides indica) memiliki belum tahu pasti bagaimana cara
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

perkembangbiakan dan perawatan yang berstana di selatan, Bunga teratai


tanaman ini. warna jingga digunakan sebagai simbol
Pemanfaatan tanaman teratai di Dewa Rudra yang berstana di barat daya,
Desa Adat Sumampan antara lain sebagai Bunga teratai warna kuning digunakan
sarana upakara/banten (77,41%), sebagai simbol Dewa Mahadewa yang
tanaman hias (16,12%) dan bahan ramuan berstana di barat, Bunga teratai warna
obat (6,45%). Sarana upakara/banten hijau digunakan sebagai simbol Dewa
meliputi : upacara pebayuhan, Sangkara yang berstana di barat laut,
penglukatan, otonan, bunga hiasan Bunga teratai warna hitam digunakan
canang, sarana persembahyangan dan sebagai simbol Dewa Wisnu yang
upacara ngaben. Pemanfaatan tanaman berstana di utara, Bunga teratai warna
teratai sebagai sarana upakara/banten biru digunakan sebagai simbol Dewa
memiliki jumlah persentase paling tinggi Sambu yang berstana di timur laut, Bunga
dalam penggunaannya yaitu sebesar 77,41 teratai warna lima (panca warna)
% sedangkan pemanfaatan tanaman digunakan sebagai simbol Dewa Siwa
teratai sebagai tanaman hias dengan yang berstana di tengah (Lembaga
persentase sebesar 16,12% dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004).
pemanfaatan tanaman teratai sebagai Dalam lontar Aji Kembang
bahan ramuan obat memiliki persentase dan lontar Siwa Pakarana, Bunga teratai
terendah sebesar 6,45 %. Teratai dilukiskan sebagai padma astadala. Hal
melambangkan alam kedewataan dan ini merupakan simbolis alam semesta
tempat duduk para Dewa di sembilan stana Sang Hyang Widhi Wasa. Bunga
penjuru mata angin yang dikenal dengan teratai merupakan bunga yang istimewa
nama dengan Dewata Nawa Sanga karena ia dapat hidup seolah – olah dalam
(Supartha, 1998). tiga dunia yang berbeda yaitu akarnya
Dalam kidung Aji Kembang, terpancang di tanah, tangkai daun dan
bunga teratai digunakan sebagai simbol ujung daun hidupnya di air, sedangkan
Dewata Nawa Sanga. Bunga teratai warna bunganya sendiri menyembul di udara.
putih digunakan sebagai simbol Dewa Selain itu dalam lontar sejarah perjalanan
Iswara yang berstana di timur, Bunga Dang Hyang Dwijendra, dapat pula
teratai warna dadu digunakan sebagai dijumpai penjelasan tentang bunga teratai
simbol Dewa Maheswara yang berstana sebagai lambang Tri Murti (Lembaga
di tenggara, Bunga teratai warna merah Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004).
digunakan sebagai simbol Dewa Brahma
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

Berdasarkan hasil wawancara digunakan oleh masyarakat Hindu Bali


dengan narasumber dapat diketahui dan istilah ruwat pada masyarakat
bahwa pemanfaatan teratai sebagai sarana berbudaya Jawa (Putra, 2013). Melukat
upakara/banten di Desa Adat Sumampan mempunyai arti yang sama dengan
antara lain: upacara pebayuhan, mebayuh, namun perbedaannya yaitu
penglukatan, otonan, bunga hiasan pada benten yang digunakan, melukat
canang, sarana persembahyangan dan bantennya lebih kecil dibanding dengan
upacara ngaben. Beberapa contoh mebayuh. Teratai yang biasa digunakan
pemanfaatan teratai sebagai sarana untuk upacara penglukatan adalah teratai
upakara/banten yaitu pada upacara sudamala (Nymphoides indica), teratai
ngenteg linggih, khususnya pada banten putih (Nymphaea nouchali Burm f.) dan
tebasan panca lingga yang menggunakan teratai kuning (Hasil wawancara).
lima macam teratai yaitu teratai merah, Otonan berasal dari kata pawetuan
putih, kuning, biru dan sudamala. Selain dan lebih mendasar lagi berasal dari kata
upacara ngenteg linggih yaitu pada wetu, yang artinya keluar atau lebih
upacara catur / nyatur menggunakan 4 tepatnya dalam kaitan ini : lahir. Jadi
jenis teratai antara lain teratai merah, otonan adalah upacara memperingati hari
putih, kuning dan biru. Pada Sekar Bagia kelahiran kita (manusia) ( Nuse, 2013).
/ Pulekerti menggunakan 11 macam Teratai yang biasa digunakan untuk
teratai. upacara otonan adalah teratai merah
Menurut sastra: Lontar Jyotisha muda, putih, kuning dan biru, salah satu
mebayuh atau metubah dilakukan untuk contohnya pada saat upacara gogo –
“mengurangi keburukan dan menambah gogoan bayi tiga bulanan menggunakan
kebaikan” maka upacara itu dilakukan teratai 4 warna, karena melambangkan
pada saat otonan dimana waktu dewa – dewa yang berstana pada seluruh
pelaksanaannya menurut perhitungan: penjuru mata angin. Dalam Dewata Nawa
wuku, sapta wara, dan panca wara (Nuse, Sanga terdiri dari dari 4 warna dasar yaitu
2013). Teratai yang digunakan pada : merah, putih, kuning, dan hitam. Hal ini
upacara pebayuhan adalah teratai putih disebabkan karena warna hijau yang
(Nymphaea nouchali Burm f.) dan teratai berada di barat laut ( barat dan utara )
brumbun (Hasil wawancara). Penglukatan merupakan perpaduan antara kuning dan
dari kata lukat dan ruwatan ada konotasi hitam ; warna dadu yang berada di
pengertian yaitu suatu peningkatan tenggara ( timur dan selatan ) merupakan
kualitas diri. Istilah lukat umum perpaduan antara putih dengan merah ;
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

warna jingga yang berada di barat daya ( wedhana". Jadi ngaben atau meyanin
barat dan selatan ) merupakan perpaduan adalah upacara penyelenggaraan sawa
antara merah dengan kuning (Lembaga (jenasah) bagi orang yang sudah
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004). meninggal (Ardana, 2010). Teratai yang
Bunga teratai memiliki warna yang digunakan pada upacara ngaben
indah dan berbau harum sehingga bagus menggunakan teratai putih (Nymphaea
digunakan sebagai bunga hiasan canang nouchali Burm f.) dan kuning yaitu pada
dan sarana persembahyangan. Teratai saat potong rambut sekah (Hasil
yang biasa digunakan sebagai bunga wawancara). Pemanfaatan tanaman teratai
hiasan canang dan sarana sebagai sarana upakara/banten di Desa
persembahyangan adalah teratai putih Adat Sumampan hanya terbatas pada
(Nymphaea nouchali Burm f.), teratai bagian bunganya saja, namun bagian
merah muda, teratai kuning dan teratai daunnya juga dapat digunakan yaitu pada
biru. Dalam persembahyangan Catur, saat upacara Pitra yadnya, ketika
akan ditentukan warna bunga yang dipilih dilaksanakan upacara nyiramang layon
sesuai dengan warna Dewa – dewa Catur (memandikan jenasah), daun teratai untuk
Lokapala, yang harum, salah satu menutup kemaluan pada jenasah wanita
contohnya yaitu teratai putih dipilih untuk diharapkan agar bhaga atau vaginanya
muspa kehadapan Dewa Iswara, dan berbentuk bagus dan harum seperti bunga
teratai kuning dipilih untuk muspa ke teratai (Supartha, 1998).
hadapan Dewa Mahadewa (Supartha, Teratai dimanfaatkan sebagai
1998). tanaman hias karena bunganya yang indah
Upacara Ngaben sesungguhnya dan beraneka macam serta multifungsi.
berasal dari kata "beya" artinya bekal, Selain untuk sarana upakara/banten dan
yakni berupa jenis upakara yang tanaman hias, di Desa Adat Sumampan
diperlukan dalam upacara ngaben teratai juga digunakan sebagai bahan
tersebut. Kata beya yang berarti bekal, ramuan obat tradisional untuk obat kanker
kemudian dalam bahasa Indonesia payudara, menghilangkan stress dan rasa
menjadi biaya atau "prabeya" dalam takut, meningkatkan percaya diri,
bahasa Bali. Orang yang membersihkan hati (hepar),
menyelenggarakan beya dalam bahasa membersihkan pankreas, obat sakit kepala
Bali disebut "meyanin". Kata Ngaben atau dan obat rematik. Selain itu teratai juga
meyanin, sudah menjadi bahasa baku, dapat digunakan sebagai obat diare,
untuk menyebutkan upacara "sawa disentri, keputihan, kanker nasopharynx,
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

demam, insomnia, hipertensi, muntah Daun mengandung roemerin,


darah, mimisan, batuk darah, sakit nornuciferin. Tangkai daun mengandung
jantung, beri-beri, berak dan kencing roemerin, nornuciferin, resin, dan zat
darah, anemia, ejakulasi dan lain – lain tanat (Ruang Berkascom., 2013).
(Ruang Berkascom., 2013). Menurut Nuraini (2007), berdasarkan uji
Seluruh bagian tanaman teratai aktivitas antibakteri dan antioksidan
meliputi rimpang, daun dan tangkai, terhadap ekstrak biji teratai (Nymphaea
bunga dan benang sari, biji dan pubescens Willd), diketahui biji teratai
penyangga bunga yang seperti sarang mengandung senyawa gula, asam amino,
tawon/ spons (reseptacle), serta tunas biji glikosida, dan karbohidrat dalam jumlah
dapat digunakan untuk pengobatan. yang besar sehingga dapat digunakan
Pemakaian segar atau yang telah sebagai obat anti diare, insomnia,

dikeringkan. Teratai mengandung penambah stamina, dan penunda penuaan

beberapa kandungan kimia yang berbeda (obat awet muda). Di Desa Adat
disetiap bagiannya. Pada bunga Sumampan bagian tanaman teratai yang
mengandung lutiolin, isokuersitrin, biasa dimanfaatkan sebagai ramuan obat
kuersetin, dan kaemferol. Benang sari hanya bagian bunga dan daun saja (Hasil
mengandung alkaloid, isokersitrin, wawancara). Berdasarkan hasil
leteolin, kuersetin dan galuteolin. wawancara dengan narasumber maka
Penyangga bunga mengandung protein, didapatkan resep ramuan obat yang
lemak, karbohidrat karoten, asam menggunakan bagian bunga dan daun
nikotinat, vitamin B1, B2, dan C. Biji tanaman teratai adalah sebagai berikut :
teratai mengandung zat pati yang 1). Obat kanker payudara; bahan : daun
mengandung raffinosa, protein, lemak, sirih 3 lembar, kemiri setengah biji, garam
karbohidrat, kalsium, posfor, dan zat besi. secukupnya, daun teratai biru. Cara
Tunas biji mengandung liensinin, pengolahan dan penggunaan : semua
isoliensinin, neferin, nuciferin, bahan diulek atau diparut kemudian di
prouciferin, lotusina, methylcorypallin, tempel pada payudarayang sakit. 2)
demethylcoclaurine, geluteolin dan Menghilangkan rasa takut , stress, dan
hyperin. Rimpang mengandung pati, meningkatkan percaya diri; bahan: bunga
protein, asparagin, vitamin C, d- teratai kuning. Cara penggunaan yaitu
gallacotechol, neochlorogenik acid, dengan mandi bunga teratai kuning.
leucocyanidin dan peroksidasi. Akar 3). Membersihkan hati dan pankreas;
mengandung zat tanat, dan asparagin. bahan: bunga teratai biru. Cara
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

penggunaan : bunga teratai biru merah dihancurkan dengan cara diulek,


(Nymphaea stellata Wild) direndam kemudian dicampur dengan air arak.
dengan air putih satu gelas selama Selanjutnya diusapkan pada bagian tubuh
beberapa menit kemudian air rendaman yang sakit.
tersebut diminum. 4) Obat sakit kepala; Beberapa bentuk, pengolahan dan
bahan: bunga teratai sudamala cara penggunaan bahan obat tradisional
(Nymphoides indica). Cara penggunaan: bali menurut usada yaitu : Tutuh atau
bunga teratai sudamala (Nymphoides Pepeh, Boreh, Loloh, Usug, Uap atau
indica) diletakkan di ubun – ubun. 5). Urap, Ses atau Cairan pembersih luka,
Obat rematik; bahan: bunga teratai merah. Oles, Limpun atau Apun, Kakecel atau
Cara pengolahan dan penggunaan : sintok pijatan, Obat Sembur dan Obat Tampel
(rempah – rempah secukupnya, bunga atau Tempel (Kriswiyanti, 2004).
teratai merah muda, kencur dan beras

KESIMPULAN DAN SARAN permukaannya (Nymphoides indica)


Kesimpulan (4,54%), teratai kuning (21,21%), teratai
Dari hasil penelitian dapat dibuat biru tua (Nymphaea stellata Wild)
kesimpulan sebagai berikut: (12,12%), teratai merah muda (16,66%),
1. Teratai yang ditemukan di Desa Adat teratai ungu tua (9,09%), teratai ungu
Sumampan terdiri dari 11 macam muda (9,09%), teratai putih (Nymphaea
berdasarkan warna bunga yaitu teratai nouchali Burm f.) (18,18%), teratai biru
sudamala dengan bunga berwarna putih muda (Nymphaea stellata Wild) (3,03%),
dengan mahkota bunga yang berukuran teratai tutur dengan bunga berwarna
kecil dan berbulu halus pada
2. merah tua (1,51%), teratai dedari dengan obat memiliki persentase terendah sebesar
bunga yang berubah warna setiap 6,45 %. Digunakan untuk obat kanker
minggunya (1,51%) dan teratai brumbun payudara, rematik, sakit kepala,
yang berwarna putih (3,03%). menghilangkan stress, rasa takut, dan
3. Pemanfaatan tanaman teratai sebagai membersihkan hati serta pankreas.
sarana upakara/banten 77,41% , tanaman Penggunaan dengan cara tempel, minum,
hias 16,12 % dan sebagai bahan ramuan pupuk dan boreh.
JURNAL SIMBIOSIS II (1): 122- 134 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2014

Saran berbeda pula, kaitannya dalam perbedaan


Dari hasil penelitian ini, khasiatnya sebagai obat. Selain itu
diharapkan dilakukan penelitian lebih diharapkan penelitian ini dapat digunakan
lanjut mengenai perbedaan kandungan sebagai dasar dari penelitian taksonomi,
pada bunga teratai berdasarkan perbedaan reproduksi, pemuliaan tanaman dan
warna bunganya, apakah warna bunga konservasinya.
yang berbeda memiliki kandungan yang

DAFTAR PUSTAKA
Ardana I. W. Upacara Ngaben di Bali. Tersediadi:http://www.balipost.co.i
Tersedia di: d/mediadetail.php?module=detailop
http://baliohbali.blogspot.com/2010 iniindex&kid=2&id=551 [17
/02/upacara-ngaben-di-bali.html [17 Februari 2013].
Februari 2013].
Ruang Berkas com. 2012. Kandungan
Harta, P. E. W. 2011. Studi Pola Reproduksi Tanaman Teratai. Tersedia di:
dan Uji Viabilitas Serbuk Sari http://www.khasiatbuahcom/terata
Tanaman Teratai Nymphaea i.html [11 Februari 2013].
pubescens, Nelumbium nelumbo, dan
Nymphoides indica. [Skripsi]. Supartha, N. O. 1998. Fungsi Tumbuh –
Jurusan Biologi, Universitas tumbuhan dalam Upacara Agama
Udayana. Bali. Hindu. Prosiding Seminar
Nasional Etnobotani III.Denpasar.
Kriswiyanti, E. 2004. Bahan Ajar
Etnobotani “Usada” . Jurusan Waluyo, E.B. 2004. Pedoman
Biologi, F. MIPA, UNUD. Pengumpulan Data
Denpasar.Lembaga Pengabdian Keanekaragaman Flora. Dalam
Kepada Masyarakat, 2004. Taman Rugayah, Elizabeth, A. W dan
Gumi Banten. Pelawasari ; Pratiwi. Pusat Peneliti Biologi,
Universitas Udayana. LIPI : Bogor.
Nuraini. A. D. 2007. Ekstraksi Komponen
Antibakteri dan Antioksidan dari
Biji Teratai (Nymphaea pubescens
Willd).[Skripsi]. Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Nuse, H. 2013. Mebayuh Oton


Sembahyang di Merajan. Tersedia
di:
http://dehangbalinuse.blogspot.com/
2013/01/mebayuh-oton-
sembahyang-di-merajan-di.html [17
Februari 2013].

Putra, I. D. W. 2013. Penglukatan.


TINJAUAN LITERATUR

Daur Hidrologi

Daur hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama

berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer

kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah habis

tersebut, air tersebut akan tertahan sementara di sungai, danau, dalam tanah

sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau mahkluk lain. Siklus hidrologi

adalah proses yang diawali oleh evaporasi kemudian terjadinya kondensasi dari

awan hasil evaporasi (Dumairy, 2002).

Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi aliran

permukaan (surface run off). Aliran permukaan sebagian akan meresap kedalam

tanah menjadi aliran bawah permukaan melalui proses infiltrasi (infiltration) dan

perkolasi (percolation). Apabila kondisi tanah memungkinkan sebagian air infiltrasi

akan mengalir kembali ke dalam sungai (river), atau genangan lainnya seperti

waduk, danau sebagai interflow. Sebagian dari air dalam tanah dapat muncul lagi ke

permukaan tanah sebagai air eksfiltrasi (exfiltration) dan dapat terkumpul lagi dalam

alur sungai atau langsung menuju ke laut (Soewarno, 2000).

Zona Agroklimat

Cuaca dan iklim dinyatakan dengan susunan nilai unsur fisika atmosfer

(disebut unsur cuaca atau unsur iklim) yang terdiri dari : radiasi surya, lama

penyinaran surya, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan arah

awan, presipitasi dan evapotranspirasi. Cuaca adalah nilai sesaat angin, penutupan

awan, presipitasi dan evapotransipirasi.

Universitas Sumatera Utara


Cuaca adalah nilai sesaat dari atmosfer, serta perubahan dalam jangka

pendek (kurang dari 1 jam hingga 24 jam di suatu tempat di bumi), sedangkan iklim

adalah sintetis atau kesimpulan dari unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan

demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau di suatu wilayah.

Klimatologi atau ilmu iklim dapat dibagi menjadi berbagai cabang keilmuan iklim.

Salah satunya adalah klimatologi yang menekankan pembahasan tentang

permasalahan iklim di bidang pertanian (Handoko, 1995).

Oldeman (1979) mengklasifikasikan iklim berdasarkan pertumbuhan

vegetasi. Kriteria dalam klasifikasi iklim ini didasarkan pada perhitungan bulan

basah (BB), bulan lembab (BL), dan bulan kering (BK) yang batasannya

memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman. Dalam

penentuan klasifikasi iklimnya, Oldeman menggunakan ketentuan panjang periode

bulan dan bulan kering berturut-turut. Untuk keperluan praktis klasifikasi iklim

menurut Oldeman ini cukup berguna khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian

pangan di Indonesia. Bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan lebih

besar 200 mm, bulan lembab adalah bulan dengan rata-rata curah hujan100 mm –

200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan dengan rata-rata curah hujan lebih

kecil 100 mm, angka 200 mm dipergunakan dengan alasan kebutuhan air tanaman

padi sawah termasuk perkolasinya mendekati angka sekitar 200 mm. Sedangkan

angka 100 mm karena untuk tanaman palawija akan kekurangan air jika curah hujan

lebih kecil dari 100 mm. Setelah menentukan kriteria bulan basah dan bulan kering

langkah selanjutnya adalah mencari harga rerata curah hujan masing-masing bulan.

Dari situ ditentukan berapa bulan basah dan bulan kering yang berturutan

(Wisnubroto, 1999).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Oldeman (1979) klasifikasi iklim dibagi menjadi 5 tipe utama yang

didasarkan pada jumlah bulan basah berturut-turut. Subdivisinya dibagi menjadi 4

yang didasarkan kepada jumlah bulan kering berturut-turut, termasuk pembagian

iklim utama dan subdivisinya. Dari 5 iklim utama dan 4 subdivisinya tersebut maka

tipe iklim dapat dikelompokkan menjadi 16 daerah agroklimat Oldeman mulai dari

A1 sampai E5 (Guslim, 2007).

Topografi

Topografi (relief) adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,

termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peran topografi melalui 4 cara,

yaitu :

1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah.

2. Kedalaman air tanah.

3. Besarnya erosi yang terjadi.

4. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat

yang tinggi ke tempat yang rendah.

(Hanafiah, 2005).

Topografi mempengaruhi pembentukan tanah secara langsung menyebabkan

terbukanya permukaan bumi terhadap pengaruh matahari, angin dan udara dan

secara tak langsung mempengaruhi drainase run off. Melihat pengaruhnya terhadap

genesis tanah, pada garis besarnya dapat dibedakan atas :

Universitas Sumatera Utara


1. Topografi datar : permukaan tanah yang datar atau hampir datar tanpa

kenampakan tanda-tanda run off dan erosi. Tetapi juga tidak menjadi

tempat penggenangan air atau penimbunan bahan yang dihanyutkan.

2. Topografi miring : permukaan tanah miring yang menampakkan adanya

tanda-tanda run off yang lambat dan adanya erosi kecil yang oleh

vegetasi lebat biasanya tersembunyi.

3. Topografi curam : permukaan tanah curam sudah jelas menampakkan

tanda-tanda run off dan erosi yang merusak, hanya tak tampak jika

tertutup hutan.

(Darmawijaya, 1992)

Sifat Fisik Tanah

Sebagai benda alam, tanah merupakan sistem dispersi tiga fase yang selalu

berada dalam keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut, yaitu fase padat, fase cair

dan fase gas, merupakan sistem yang selalu berubah tetapi selalu berada dalam

keadaan seimbang. Pada keadaan kering, misalnya rongga yang ditempati udara

tanah lebih banyak dibandingkan rongga yang ditempati cairan. Jika tanah itu

berubah menjadi basah, baik yang terjadi akibat pengairan atau hujan, maka rongga

yang berisi udara berkurang dan rongga yang berisi cairan bertambah. Jika tanah

digemburkan, misalnya dengan pengolahan tanah, maka bagian relatif yang terisi

udara bertambah, dan bagian relatif padatan berkurang. Sebaliknnya, jika tanah

Universitas Sumatera Utara


dipadatkan, bagian relatif padatan bertambah, dan bagian relatif udara berkurang

(Islami dan Utomo, 1995)

Sifat fisis tanah tergantung pada jumlah, bentuk, susunan dan komposisi

mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume dan

bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada

waktu tertentu. Beberapa sifat fisik tanah yang terpenting adalah tekstur, bobot isi,

porositas dan permeabilitas.

A. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir,

debu, dan liat. Tekstur tanah penting kita ketahui karena komposisi ketiga fraksi

butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat fisik tanah. Jika tanah lapisan atas

yang bertekstur liat dan dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi 1,0 sampai

dengan 1,3 gr/cm3 , sedangkan yang bertekstur kasar mempunyai bobot isi antara 1,3

sampai dengan 1,8 gr/cm3 dan bobot isi air yaitu 1 gr/cm3 (Hanafiah, 2005).

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro

(besar) disebut lebih porous, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai

pori-pori messo (sedang) agak porous, sedangkan yang didominasi liat akan banyak

mempunyai pori-pori mikro atau tidak poreus. Makin porous tanah maka akan

mudah akar untuk berpenetrasi serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi

(drainase dan aerasi baik : air dan udara banyak tersedia bagi tanaman), tetapi

makin mudah pula air untuk hilang dari tanah. Makin tidak porous tanah maka akan

makin sulit akar untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk

bersirkulasi (drainase dan aerasi buruk : air dan udara sedikit tersedia), tetapi air

Universitas Sumatera Utara


yang tersedia tidak mudah hilang dari tanah. Oleh karena itu, maka tanah yang baik

dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga tanah bertekstur

debu dan lempung akan akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi

tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik dari tanah bertekstur

debu (Foth, 1998).

Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas dan pada diagram segitiga tekstur

tanah USDA. Tanah yang berkomposisi ideal adalah 22,5 – 52,5 % pasir, 30 – 50 %

debu, dan 10 -30 % liat dan disebut bertekstur lempung.

Berdasarkan kelas tekstur tanahnya maka tanah digolongkan menjadi :

a. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang

mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung

b. Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung

minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.

c. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :

1. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang

bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir

halus.

2. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir

sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau

debu (silt).

Universitas Sumatera Utara


3. Tanah bertekstur sedang tapi agak halus mencakup lempung liat

(clay loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam) atau lempung

liat berdebu (sandy silt loam).

Tanah berlempung merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu dan liat

sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi

aerasi dan tata udara serta air yang cukup baik, kemampuan menyimpan,

menghantarkan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi serta mampu

menyediakan hara tanaman (Islami dan Utomo, 1995).

B. Bobot Isi

Bobot isi atau kerapatan massa tanah kondisi lapangan yang dikering-

ovenkan persatuan volume. Contoh tanah yang digunakan untuk menetapkan berat

jenis harus diambil secara hati-hati dari dalam tanah. Pengambilan contoh tanah

tidak boleh merusak struktur tanah asli. Terganggunya struktur tanah dapat

mempengaruhi jumlah pori-pori tanah, demikian pula berat persatuan volume.

Gumpal-gumpal tanah yang diambil dari lapangan untuk penentuan kerapatan isi

atau bobot isi itu dibawa ke laboratorium untuk dikering-ovenkan dan ditimbang

(Darmawidjaja, 1992).

C. Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat

dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga

indikator kondisi drainase dan aerasi tanah (Kartasapoetra, 1989).

Universitas Sumatera Utara


Agregat tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya gaya

dari luar, seperti pukulan butir hujan. Dengan demikian tidak mudah erosi sehingga

pori-pori tanah tidak mudah tertutup oleh partikel tanah halus hingga infiltrasi

tertahan dan run off menjadi besar (Sarief, 1985).

Gumpal tanah yang digunakan untuk menentukan kerapatan isi juga dapat

pula digunakan untuk menentukan ruang pori-pori total. Untuk menentukan ruang

pori-pori, gumpalan tanah diletakkan di atas pan yang berisi air, hingga tanah jenuh

air dan kemudian tanah ditimbang. Persentase volume yang ditempati oleh pori-

pori kecil, dalam tanah-tanah berpasir adalah rendah, yang menunjukkan kapasitas

memegang air yang rendah. Sebaliknya pada top soil bertekstur halus, memiliki

lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri dari pori-pori kecil.

Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Foth, 1998)

Tanah yang mempunyai struktur yang baik, ruang porinya tinggi sehingga

bobot volumenya rendah. Apabila terjadi seperti itu maka akan sangat berpengaruh

pada tingkat penyediaan oksigen di daerah perakaran dan pada akhirnya juga akan

mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menyerap hara. Nilai porositas pada

tanah pertanian bervariasi dari 40 sampai 60%. Porositas dipengaruhi oleh ukuran

partikel dan struktur. Tanah berpasir mempunyai porositas rendah (40%) dan tanah

lempung mempunyai porositas tinggi, jika strukturnya baik dapat mempunyai

porositas 50-60% (Islami dan Utomo, 1995).

Universitas Sumatera Utara


D. Permeabilitas

Permeabilitas merupakan tanah untuk mentransfer air atau udara.

Permeabilitas biasanya diukur dengan istilah jumlah air yang mengalir melalui

tanah dalam waktu yang tertentu dan ditetapkan sebagai cm/jam.

E. Kedalaman Efektif

Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi

pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus

akar tanaman. Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut :

K0 = lebih dari 90 cm (dalam)

K1 = 90 cm sampai 50 cm (sedang)

K2 = 50 cm sampai 25 cm (dangkal)

K3 = kurang dari 25 cm (sangat dangkal)

(Arsyad, 1989)

Hubungan Antara Air Permukaan dan Air Tanah

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1980), air tanah adalah air yang bergerak

di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang- ruang antar butir-butir tanah dan di

dalam retak-retak batuan. Linsley et al (1989), menyebutkan sumber-sumber air

tanah antara lain : air meteorik (meteoric water), hampir semua air tanah

merupakan air meteorik yang berasal dari hujan, air tersekap (connate water),

terdapat pada batuan pada pembentukannya dan seringkali banyak mengandung

Universitas Sumatera Utara


garam, air magma (juvenile water), yang terbentuk secara kimiawi di dalam tanah

dan terbawa ke permukaan pada batuan-batuan intrusif, terjadi dalam jumlah-

jumlah kecil.

Jika suatu aliran berhubungan langsung dengan air tanah pada suatu akuifer

bebas, aliran tersebut dapat menerima atau memberikan air tanah, tergantung pada

permukaan air nisbi. Ada tiga tipe sungai yang diklasifikasikan menurut permukaan

air nisbi, yaitu :

a) Aliran emeferal, yang hanya mengalir setelah terjadinya hujan badai yang

menghasilkan limpasan permukaan yang memadai. Permukaan air tanah selalu

berada di bawah dasar sungai.

b) Aliran intermitten (terputus), yang mengalir selama musim penghujan saja.

Selanjutnya debit air ini terdiri atas pemberian limpasan permukaan dan air

tanah pada dasar sungai. Permukaan air tanah berada di atas dasar sungai hanya

selama musim-musim hujan. Pada musim kemarau, permukaan tersebut berada

di bawah dasar sungai.

c) Aliran perennial (sungai permanen), mengalir sepanjang tahun dengan debit-

debit yang lebih tinggi selama musim-musim penghujan. Debit sungai terdiri

atas pemberian limpasan permukaan dan air tanah pada dasar sungai.

Permukaan air tanah selalu berada di atas dasar sungai (Sechyan, 1990)

Universitas Sumatera Utara


Pengukuran Debit Air

Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir

dari suatu sumber per satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per detik.

Untuk memenuhi kebutuhan air pengairan (irigasi bagi lahan-lahan pertanian),

debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran-saluran (induk-sekunder-

tersier) yang telah dipersiapkan di lahan-lahan pertanian (Dumairy, 1992).

Agar supaya penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanian dapat

diatur dengan sebaik-baiknya (dalam arti tidak berlebihan atau agar dapat

dimanfaaatkan seefisien mungkin) maka dalam pelaksanaannya perlu dilakukan

pengukuran-pengukuran debit air. Dengan distribusi yang terkendali, dengan

bantuan pengukuran-pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan

selalu teratasi tanpa menimbulkan gejolak di masyarakat petani pemakai air

(Kartasapoetra, 1994).

Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain :

a) Pengukuran volume air sungai

b) Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas

penampang melintang sungai (untuk pengukuran kecepatan digunakan

pelampung atau pengukur arus dengan kincir)

c) Pengukuran dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam

aliran sungai.

Universitas Sumatera Utara


d) Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir

(aliran air lambat) atau flume (aliran air cepat)

(Arsyad, 1989).

Dari berbagai cara tersebut di atas, yang paling sering dilakukan adalah cara

ke-b, pengukuran berdasarkan kecepatan aliran dan luas penampang melintang,

sebab mudah dilaksanakan. Debit air sungai yang diukur dengan cara ini dapat

dihitung berdasarkan rumus :

Q = V x A ………………………………........ (1)

Dimana :

Q = Debit air (m3/detik)

V = Kecepatan aliran air rata-rata (m/detik)

A = Luas penampang yang melintang (m3)

(Asdak, 1995).

Besarnya kecepatan permukaan aliran sungai (dalam m/detik) adalah :

L
V = …………………………………………. (2)
t

Dimana :

L = Jarak antara dua titik pengamatan (m)

T = Waktu perjalanan benda apung (detik)

(Linsley dan Franzini, 1989).

Universitas Sumatera Utara


Jaringan Irigasi

Irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air

tanah maupun air permukaan, untuk menunjang pertanian. Pengaturan pengairan

bagi pertanian tidak hanya tertuju untuk penyediaan air di daerah-daerah yang

kurang mendapatkan curah hujan saja, melainkan juga untuk mengurangi

berlimpahnya air hujan di daerah-daerah yang kelebihan air dengan maksud untuk

mencegah peluapan air dan kerusakan tanah (Kodoatie dan Sjarief, 2005).

Berdasarkan teknik bangunannya, irigasi digolongkan menjadi irigasi teknis,

irigasi semi teknis, dan irigasi sederhana. Irigasi teknis adalah irigasi yang

dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan atau teknik bangunan air, wilayah

layanannya sangat luas, sumber airnya juga besar, berupa sungai atau waduk yang

besar. Irigasi semi teknis adalah irigasi yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip

teknik bangunan air tetapi hanya untuk melayani wilayah yang tidak begitu luas,

meliputi 2 – 4 desa. Sumber airnya merupakan sungai yang tidak begitu besar.

Irigasi sederhana adalah irigasi yang dibuat secara sangat sederhana, hanya

melayani satu desa, sumber airnya berupa sungai yang kecil (Kartasapoetra, 1994).

Yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah prasarana irigasi, yang pada

pokoknya terdiri dari bangunan dan saluran pemberi air pengairan beserta

perlengkapannya. Berdasarkan pengelolaannya dapat dibedakan menjadi :

1. Jaringan Irigasi Utama

Meliputi bangunan bendung, saluran-saluran primer dan sekunder termasuk

Universitas Sumatera Utara


bangunan utama dan pelengkap, saluran pembawa dan saluran pembuang.

Bangunan utama meliputi bangunan pembendung, bangunan pembagi, dan

bangunan pengukur (Kodoatie dan Sjarief, 2005)

2. Jaringan Irigasi Tertier

Merupakan jaringan air pengairan di petak tertier, mulai air keluar dari

bangunan ukuran tertier, terdiri dari saluran tertier dan kuarter termasuk bangunan

pembagi tertier dan kuarter, beserta bangunan pelengkap lainnya yang terdapat di

petak tertier. Sistem irigasi adalah sistem usaha penyediaan air dan pengaturan air

untuk pertanian. Sumber irigasi bisa dari air permukaan atau dari air tanah

(Kodoatie dan Sjarief, 2005).

Prediksi Erosi dan Evaluasi Erosi

Prediksi Erosi

Prediksi erosi dari sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju

erosi yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan dalam penggunaan lahan dan

pengelolaan tertentu. Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan

laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan sudah dapat ditetapkan,

maka dapat ditentukan kebijaksanaan penggunaan tanah dan tindakan konservasi

tanah yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah dan tanah dapat

dipergunakan secara produktif dan lestari. Prediksi erosi adalah alat bantu untuk

mengambil keputusan dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu areal tanah

atau suatu daerah aliran sungai (DAS) (Seta, 1995).

Universitas Sumatera Utara


Dari beberapa metode untuk memperkirakan besarnya erosi, metode

universal soil loss equation (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeir dan

Smith (1978) adalah metode yang paling umum digunakan untuk memperkirakan

besarnya erosi. Persamaannya yaitu

A = R K LS C P ……………………………………………………….. (3)

dimana :

Besarnya erosi yang terjadi (A) dalam ton/ha/tahun, ditentukan oleh perkalian dari

faktor-faktor berikut :

Faktor (R) adalah curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan

indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan

intensitas hujan maksimum 30 menit (I30) tahunan.

i
R= ∑n
EI/100X ……………………………………………………… (4)

Dengan :

R = Faktor Erosivitas hujan

n = jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun (musim hujan)

X = jumlah tahun atau musim hujan

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

EI30 = 6,119 ( Hb)1,21(HH)-0,47(H24)0,53 …………………………………………… (5)

Dengan :

Hb = curah hujan bulanan (cm)

HH = jumlah hari hujan per bulan (hari)

H24 = curah hujan maksimum 24 jam dalam bulan tersebut (cm)

Faktor (K) erodibilitas tanah (ton/joule) yaitu angka yang menunjukan

mudah tidaknya partikel-partikel tanah terkelupas dari agregat tanah oleh

gempuran air hujan. Nilai erodibilitas tanah tinggi berarti bahwa tanah itu peka

atau mudah tererosi dan nilai erodibilitas tanah itu rendah hal ini akan berarti

resistensi atau daya tahan tanah itu kuat dengan perkataan lain tanah tahan

(resisten) terhadap erosi (Utomo, 1989).

Faktor (K) ini ditentukan dari data struktur, tekstur, permeabilitas dan bahan

organik (persen). Komponen-komponen yang ditentukan adalah tekstur tanah

(persen pasir halus, persen debu dan persen liat). Kode struktur tanah ditentukan

mengacu pada ukuran diameter dan kelas sturktur tanah disesuaikan dengan kelas

dan kode stuktur tanah. Kode permeabilitas profil tanah berdasarkan kecepatan

atau laju permeabilitas profil tanah yang disesuaikan dengan kelas dan kode

permeabilitas profil tanah. Nilai K ditentukan dengan persamaan Wischmeier dan

smith, (1978) yaitu:

Universitas Sumatera Utara


100 K = 1,292 {2,1 M1,14 x 10-4 x (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} ……. (6)

Dimana :

M = (% pasir halus + debu) (100 - % liat)

a = bahan organik (%) (% C x 1,724)

b = kode struktur tanah

c = kode permeabilitas tanah

(Arsyad, 1989).

Tabel 1. kode struktur tanah


Kode Struktur Tanah (Ukuran Diameter) Kode
Granuler sangat halus (< 1 mm) 1
Granuler halus (1 – 2 mm) 2
Granuler sedang sampai kasar (2 – 10 mm) 3
Berbentuk blok, blocky, plat, massif 4

(Arsyad, 1989).

Tabel 2. kode permeabilitas profil tanah


Kelas Permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Kode
Sangat lambat <0,5 6
Lambat 0,5 – 2,0 5
Lambat sampai Sedang 2,0 – 6,3 4
Sedang 6,3 – 12,7 3
Sedang sampai Cepat 12,7 – 25,4 2
Cepat >25,4 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. klasifikasi kelas erodibilitas tanah di Indonesia
Tingkat Erodibilitas Nilai K Kelas
Sangat rendah < 0,10 1
Rendah 0, 10 - 0, 15 2
Agak Rendah 0, 15 - 0, 20 3
Sedang 0, 20 - 0, 25 4
Agak tinggi 0, 25 - 0, 30 5
Tinggi 0, 30 - 0, 35 6
Sangat tinggi >0, 35 7

(Utomo, 1994).

Kemiringan suatu lereng (S) dapat dinyatakan dalam satuan derajat (%), di

kelompokan menjadi 7 kelas yaitu : datar (0 – 3%), landai atau berombak (3–8%),

agak miring atau bergelombang (8–15%), miring berbukit (15-30%), agak curam

(30-45%), curam (45-65%), dan sangat curam (>65%) (Rahim, 2003).

Kemiringan mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan.

Pada dasarnya semakin curam suatu lereng maka persentase kemiringan semakin

tinggi, dan laju limpasan permukaan semakin cepat. Jadi, dengan meningkatnya

persentase kemiringan, erosi semakin besar. Panjang lereng (L) mempengaruhi

energi untuk erosi, terutama karena panjang lereng mempengaruhi volume limpasan

permukaan sehingga juga mempengaruhi kemampuan untuk mengerosi tanah

(Utomo, 1989).

Faktor indeks topografi L dan S, masing-masing mewakili pengaruh panjang

dan kemiringan lereng terhadap besarnya erosi. Panjang lereng pada aliran air

permukaan, yaitu lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadinya deposisi

sediment. Pada umumnya, kemiringan lereng diperlukan sebagai faktor seragam

(Arsyad, 1989).

Universitas Sumatera Utara


Faktor LS ditentukan dengan menggunakan persamaan (Wischmeier dan

Smith, 1978), yaitu:

LS = x1/2 ( 0,00138 s2 + 0,00965 s + 0,0138 ) ……………………….. (7)

Dimana:

L = panjang lereng (m)

S = kemiringan lereng (%)

Faktor pengelolaan tanaman (C) adalah perbandingan antara besarnya erosi

pada lahan dengan tanaman dan pengelolaan tertentu terhadap erosi dari tanah yang

dibuka. Faktor C ini menunjukan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, serasah,

keadaan permukaan tanah, dan pengelolaan tanah terhadap besarnya tanah yang

hilang (erosi) (Haan, 1987).

Vegetasi dan pohon-pohonan dapat menghambat atau mencegah

berlangsungnya erosi tanah-tanah permukaan, tetapi bergantung pada jenis dan

keadaan tumbuhnya. Kalau tumbuhnya jarang sehingga banyak bagian tanah

permukaan yang terbuka, pengrusakan dan penghanyutan tentu tidak dapat dicegah.

Namun kalau pertumbuhannya rimbun dan rapat (misalnya tanaman-tanaman

rendah, rumput-rumputan) erosi dapat lebih dihambat atau dicegah (Kartasapoetra,

1989).

Pengaruh teknik konservasi tanah (P) adalah perbandingan antara erosi pada

tanah dengan tindakan konservasi tertentu terhadap tanah tanpa tindakan konservasi.

Tindakan konservasi antara lain: pengolahan dan penanaman menurut kontur,

penanaman menurut strip, teras, dan sebagainya (Arsyad, 1989).

Universitas Sumatera Utara


Pengaruh teknik konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi dianggap

berbeda dari pengaruh yang dikarenakan dalam persamaan USLE. Faktor P tersebut

dipisahkan dari faktor C. Tingkat erosi yang terjadi sebagai akibat pengaruh aktifitas

pengelolaan dan konservasi tanah bervariasi, terutama tergantung pada kemiringan

lereng (Arsyad, 1989).

Efektifitas tindakan konservasi dalam pengendalikan erosi tergantung pada

panjang dan kemiringan lereng. Pencangkulan dan penanaman searah kontur dapat

mengurangi erosi tanah pada lahan miring hingga sampai 50% selanjutnya tanah

yang hilang pada strip kontur mengalami penurunan 25 sampai 40% (Suripin, 2004).

Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/Ha/tahun yang terbesar

yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman

tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan

tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari disebut erosi yang masih dapat

dibiarkan atau ditoleransikan. Besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransikan

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus dibawah ini:

DExfd
T = ……………………………………………. (8)
t

Dimana : T = Laju erosi yang masih ditoleransikan (ton/Ha/tahun)

DE = Kedalaman efektif (mm)

Fd = Faktor kedalaman

t = Umur guna sumber daya tanah (tahun)

Universitas Sumatera Utara


Evaluasi Erosi

Evaluasi erosi bertujuan untuk mengetahui potensi atau bahaya erosi suatu

wilayah atau bidang tanah dan mengetahui tingkat atau besarnya erosi yang telah

terjadi. Evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui potensi erosi atau ancaman erosi

tersebut disebut evaluasi potensi erosi atau evaluasi ancaman erosi. Evaluasi ini

dapat dilakukan dengan berbagai metode prediksi erosi, seperti USLE.

Selanjutnya bahaya erosi dinyatakan dalam Indeks Bahaya Erosi yang didefinisikan

sebagai berikut:

Erosipotensial (ton / Ha / tahun)


Indeks Bahaya Erosi = …………… (9)
T (ton / Ha / tahun)

Dimana T adalah besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan. Indeks Bahaya Erosi

dikelompokkan sebagai tertera dibawah ini:

Tabel 4. klasifikasi indeks bahaya erosi


Harkat Nilai Indeks Bahaya Erosi
Rendah <1,0
Sedang 1,01 – 4,0
Tinggi 4,1 – 10,0
Sangat Tinggi >10,01

(Hammer, 1981).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai