LAPORAN
OLEH:
DARMAYANTI / 150301004
AGROEKOTEKNOLOGI - IA
OLEH:
DARMAYANTI / 150301004
AGROEKOTEKNOLOGI - IA
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ditugaskan Oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Jagung (Zea mays L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
Dr. Ir. Hamida Hanum, M.P., Ir. Mohd. Madjid B Damanik, M. sc. dan Ir. Fauzi,
M.P., Ir. Sarifuddin, MS., dan Ir. Alida Lubis, MS, serta kepada para asistenyang
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................
Tujuan Praktikum.........................................................................................
Kegunaan Penulisan.....................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Entisol................................................................................................
Pupuk dan Pemupukan.................................................................................
Unsur Hara...................................................................................................
Gejala Defisiensi Unsur Hara......................................................................
Jagung (Zea mays L.)...................................................................................
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pengambilan Contoh Tanah Komposit.........................................................
Penanganan Contoh Tanah...........................................................................
Pemberian Label..........................................................................................
Pemupukan...................................................................................................
Penanaman Tanaman Indikator....................................................................
Penyiraman dan Pemeliharaan.....................................................................
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan
produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk
tanaman tersebut dapat berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar,
tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan
Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan
unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman,
baik fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan kata lain tanah yang subur adalah ketika
pada tanah tersebut mengandung usur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-
tingkat kejenuhan basah, kandungan liat, kandungan bahan organik (Utami, 2015).
Kemampuan tanah sebagai media tumbuh akan dapat optimal jika di dukung
oleh kondisi fisika, kimia dan biologi tanah yang baik yang biasanya menunjukkan
tingkat kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan kualitas
tanah yang tinggi pula. Kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk
sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini
dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkan
ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat
cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organic (Putra, 2010).
Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada
tanah dengan bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun
asalnya. Beberapa contoh entisol antara lain berupa tanah yang berkembang dari
bahan alluvial muda berlapis-lapis tipis, tanah yang berkembang di atas batuan beku
dengan solum dangkal atau tanah yang bekembang pada kondisi yang sangat basah
ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah
tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan
sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah
Gejala kahat hara yang timbul disebabkan karena kebutuhan hara tidak terpenuhi
baik dari tanah maupun dari pemberian pupuk. Tanaman kekurangan unsur hara
tertentu, maka gejala defisiensi yang spesifik akan muncul. Metode visual ini sangat
unik karena tidak memerlukan perlengkapan yang mahal dan banyak serta dapat
pemupukan pada musim berikutnya bagi teknik -teknik diagnostik lainnya. Kahat
hara yang dapat di deteksi dini dapat diatasi dengan penambahan pupuk
tanah merupakan penilaian status kesuburan tanah yang mutlak diperlukan untuk
menentukan jenis dan jumlah unsur hara yang harus ditambahkan. Evaluasi
kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui pengamatan
gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan analisa tanah.
Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji
diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
ketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai
tinggi 6 meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis
dan sifat tanaman. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang cepat
terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada
bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya (Ibrahim dkk., 2013).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui evaluasi
kesuburan tanah entisol percut dengan metode substraksi (Missing Element Technic)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Entisol
didominasi mineral kuarsa yang sangat resistensi terhadap pelapukan. Iklim kering
lambat, Kesuburan tanah yang rendah menunjukkan kandungan unsur hara juga
rendah, salah satunya nitrogen yang merupakan unsur hara makro dan sangat
sedangkan yang diangkut tanaman saat panen cukup banyak serta sifat nitrogen
yang labil mudah larut dan mudah pula hilang dalam air drainase atau menguap ke
Entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas
aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu kadar lempung dan bahan organic
rendah, menyebabkan kapasitas menahan air dan unsur hara rendah, agregasi lemah,
kemantapan agregat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mudah
tanah ini mudah tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang
Ciri umum Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata.
Entisol memiliki kejenuhan basa bervariasi dari asam, netral sampai alkalin,
kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar berkadar bahan organik dan N lebih
rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur halus, hal ini disebabkan oleh
karena kadar air yang rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam
tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik dari
pada tanah yang lebih halus. Meskipun tanah ini kaya akan unsur hara kecuali N
akan tetapi unsur ini belum mengalami pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan
Sifat fisik Entisol sebagian besar tidak baik. Umumnya penghambat utama
tanah ini adalah sifat fisik disertai kurangnya air. Entisol mempunyai kadar lempung
dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah
sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah
melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi. Karena kandungan bahan
organiknya rendah maka usaha untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ini
adalah dengan penambahan bahan organik, sehingga sifat fisik dan kimia tanah
dapat diperbaiki dengan fungsi dari bahan organik tersebut (Jamilah, 2003).
Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman
tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia
atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam
pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau
lebih hara tanaman. Berbicara tentang tanaman tidak akan lepas dari masalah pupuk.
Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang berupa pupuk adalah mutlak
persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan
mutu tanaman. Ketersediaan unsure hara yang lengkap dan berimbang yang dapat
tanaman yang dipupuk, jenis tanah, jenis pupuk yang digunakan, dosis yang
biasa digunakan untuk tanaman jagung manis adalah 200 kg N/ha (435 kg Urea),
150 kg P2O5/ha (335 kg TSP) dan 150 kg K2O/ha (250 kg KCl). Di samping dosis
pupuk N, P dan K yang digunakan, perlu juga diperhatikan cara pemupukan, agar
berimbang khususnya untuk tiga komponen hara utama; N (Nitrogen), P 2O5 (Fosfat)
dan K2O (Kalium) adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil tanaman yang
baik. Pemberian pupuk kurang dari dosis standar menghasilkan tanaman yang jelek.
Akan tetapi kelebihan pupuk selain berbahaya bagi tanaman, juga merupakan
pemborosan, dan dapat mencemari lingkungan (pemanasal glonal dan polusi air).
Hal ini penting untuk mengetahui berapa banyak pupuk yang harus diaplikasikan
sebenarnya sumbangan hara N, P, dan K dari pupuk organik relatif kecil sekitar 5-
10 %, tergantung dari tingkat mineralisasi dari pupuk organik tersebut. Hal ini
berarti 20 sampai 40% penyediaan hara N, P dan K berasal dari perbaikan sifat fisik
Unsur Hara
Nitrogen
bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak
dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang
Fosfor
Fosfor merupakan unsur hara essensial. Tidak ada unsur lain yang dapat
dibutuhkan tanaman cukup. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu dalam
Kalium
Kalium merupakan unsur esensial bagi seluruh jasad hidup. Pada jaringan
tanaman tinggi, kalium menyusun 1,7-2,7 % bahan kering daun nomal. Kebutuhan
tanaman terhadap ion K+ tidak dapat di ganti secara lengkap oleh kation alkali lain.
Tanpa kalium tanaman tidak mampu mencapai pertumbuhan dan hasil maksimal.
Beberapa fungsi kalium dalam tubuh tanaman yaitu sebagai pengaktif beberapa
enzim, berhubungan dengan pengaturan air dan energy, berperan dalam sintesis
Kalsium
Kalsium termasuk unsur hara yang esensial, unsur ini diserap dalam bentuk
Ca2+. Sebagian besar terdapat dalam daun dalam bentuk kalsium pektat yaitu dalam
lamella pada dinding sel. Selain itu terdapat juga dalam batang, berpengaruh baik
pada pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Kalsium terdapat pada tanaman yang
bagian yang aktif dari tanaman, Ca dapat menetralkan asam-asam organik yang
(Suryani, 2010).
Magnesium
Kekurangan zat ini maka akibatnya adalah khlorosis, gejala-gejalanya akan tampak
dapat dikatakan rendah daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam bagian-bagian
generatif malah sebaliknya. Mg banyak terdapat dalam buah dan juga dalam tanah
(Ginting, 2010).
Nitrogen
asam amino, protein, asam inti atau nukleat (DNA dan RNA), dan khlorofil. Gejala
defisiensi N adalah khlorosis (hijau pucat sampai kuning) pada daun tua,
pertumbuhan yang terhambat (kerdil), dan nekrosis pada daun yang lebih bawah
Fosfor
Kahat fosfor umunya sudah tampak waktu tanaman masih muda. Gejala
awal dimulai dengan daun yang berwarna ungu kemerahan. Hasil tongkol
menunjukkan tongkolnya kecil dengan ujung janggel melengkung. Suhu tinggi dan
udara kering dapat menyebabkan kahat P, meskipun P dalam tanah cukup. Kahat P
menyebabkan pemasakan biji menjadi lambat dan produksi rendah (Erawati, 2010).
Kalium
pinggir daun pada daun tua. Warna tersebut akan berkembang kearah tulang daun
utama dan pada daun-daun di atasnya. Gejala umum kahat K lainnya adalah warna
coklat tua pada buku batang bagian dalam dan dapat diketahui dengan mengiris
seperti halnya pada kahat N dan P, tetapi biji-biji pada jagung tidak berkembang dan
tongkol jagung memiliki banyak klobot dengan biji sedikit sebagai akibat kahat K
(Sitompul, 2015).
Magnesium
Kahat magnesium menyebabkan timbulnya warna keputihan sepanjang
kanan kiri tulang daun pada daun tua dengan warna merah keunguan
sepanjangpinggir daun. Gejala ini dapat merupakan indikasi bahwa tanah tersebut
masam, terutama timbul pada tanaman muda dengan pengolahan tanah yang kurang
intensif. Pemberian dolomit dapat mengatasi masalah kahat Mg ini pada tahun-
Kalsium
batang maupun ujung-ujung akar. Daun-daun yang paling muda menjadi abnormal
berupa matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar, kuncup bunga dan buah gugur
prematur, warna buah yang tidak merata, buah retak-retak, Di alam, gejala
kekurangan Ca sangat jarang (disebut kerusakan asam). Pada daun muda tunas
pucuk terminal mati, yang diikuti oleh distorsi poada ujung atau pangkal daun. Daun
muda pada titik tumbuh melengkung dan kemudian mengering pada bagian
sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan
makro maupun mikro dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhannya optimal.
Lahan pertanian kita pada umumnya tidak mengandung unsur hara yang cukup bagi
jenis tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam
pada tanah gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberikan hasil dengan
baik. Untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung membutuhkan pH 5,5 – 6,5.
Tanah yang bersifat asam yaitu angka pH kurang dari 5,5 dapat dilakukan
akar serabut yang menyebar dangkal dan kurang toleran terhadap kandungan air
permukaannya. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8 % masih dapat ditanami
jagung denngan arah barisan melintang searah kemiringan tanah dengan maksud
Keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah jelek, baik bagi
mengundang berbagai penyakit. Pada tanah yang lembab penanaman harus diatur
agar jagung cukup matang untuk dipanen awal musim kering (Nurdin dkk., 2008).
sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan
budidaya jagung. Lahan pertanian pada umumnya tidak mengandung cukup N untuk
mendukung pertumbuhan dan hasil jagung yang optimal. Lain halnya dengan hara P,
pemberian pupuk yang mengandung hara P perlu dicermati, sebab pada beberapa
(Handayani, 2008).
BAHAN DAN METODE
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah Entisol
Percut Sei Tuan sebagai media tanam, benih jagung sebagai indicator pengamatan,
polybag sebagai tempat tanah, air untuk menyiram tanaman, goni sebagai tempat
tanah, batu-bata sebagai alas polybeg, kantong plastik untuk tempat contoh tanah,
plastik transparan sebagai tempat pupuk, karet untuk mengikat, pupuk N, P, K, Ca,
Mg, NP, NK, PK, KCa, dan CaMg sebagai bahan perlakuan, label dan stik es
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk
mencangkul tanah, gembor untuk menyiram air, ayakan pasir untuk mengayak
tanah, imbangan sebagai alat untuk menimbang berat sampel tanah dan pupuk, oven
sebagai alat untuk mengeringkan tanah, cawan untuk tempat contoh tanah,
kalkulator sebagai alat hitung persentase berat tanah kering dan kebutuhan pupuk,
ember sebagai tempat untuk merendam benih, penggaris/meteran sebagai alat ukur
panjang tanaman, jangka sorong sebagai alat ukur diameter batang, spidol untuk
menandai polybag, plank sebagai penada plot, pacak untuk tiang spanduk, spanduk
untuk memagari lahan, amplop untuk tempat berat kering tanaman, kamera sebagai
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara sederhana yaitu,
tanaman indicator dimana satu polybag diberikan unsure hara yang lengkap.
Selanjutnya pada polybag lain diberi pupuk dengan mengurangi satu atau dua
unsure hara, dan ada yang tanpa diberi pupuk. Tanaman di panen pada akhir masa
vegetatif dengan cara memotong bagian tajuk tanaman mulai dari batas permukaan
dalam pot percobaan. Penetapan berat kering tanaman baik bagian tajuk maupun
metode ini, diperoleh informasi mengenai unsure hara apa yang kahat, kekahatan
unsur hara apa yang relatif penting dan besarnya penurunan tingkat kesuburan
tanah.
Tabel 3. Jenis dan Dosis Pupuk yang diberikan untuk setiap perlakuan
No Perlakuan Urea SP-36 MOP CaCO3 Kieserit
(g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot)
1 Kontrol - - - - -
2 Lengkap 3 5 1 1 2,3
3 -N - 5 1 1 2,3
4 -P 3 - 1 1 2,3
5 -K 3 5 - 1 2,3
6 -Ca 3 5 1 - 2,3
7 -Mg 3 5 1 1 -
8 -NP - - 1 1 2,3
9 -NK - 5 - 1 2,3
10 -PK 3 - - 1 2,3
11 -KCa 3 5 - - 2,3
12 -CaMg 3 5 1 - -
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Tuan. Satu contoh tanah komposit terdiri dari 20-30 contoh tanah individual dapat
mewakili tanah seluas 10-15 ha. Hal tersebut tergantung keadaan setempat. Makin
homogen keadaan daerahnya makin sedikit jumlah contoh tanah individual yang
diperlukan sebaliknya makin heterogen akan makin banyak. Agar diperoleh contoh
tanah yang mewakili maka pengambilan tanah komposit dilakukan secara zig zag.
Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm setelah terlebih dahulu
tepi dijalan raya, dekat rumah, bekas timbunan dan bekas tumpukan sampah. Bahan
tanah yang diambil dari setiap titik dicampurkan secara merata dan ditempatkan
pada wadah atau karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk dan pestisida).
2. Penanganan Contoh Tanah
Contoh tanah yang telah diambil harus segera dikering udarakan dengan cara
perhitungan kebutuhan pupuk didasarkan atas satuan ppm dan berat tanah dalam
satuan berat kering mutlak, maka perlu dihitung kadar airnya. Untuk itu diambil
sedikit contoh tanah dan dihitung kadar airnya di laboratorium. Tanah yang telah
kering udara (KA < 10%) dimasukkan ke pot (polybag) setara dengan 5 kg berat
setiap pot sesuai dengan perlakuannya. Label dibuat dari kertas kartun manila warna
putih dengan ukuran 15 x 11 cm yang diberi plastic agar tidak basah dan rusak kena
air. Label ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran font 50.
4. Pemupukan
Aplikasi pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing-
masing pupuk. Pada saat tanam, seluruh dosisi pupuk ditaburkan secara merata
Hasil
batang, jumlah daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar yaitu sebagai berikut:
Tinggi Tanaman
yaitu lengkap sebesar 178,5 cm dan data terendah yaitu –NP sebesar 81,5 cm.
Diameter Batang
tertinggi yaitu lengkap sebesar 2,25 cm dan data terendah yaitu –NP sebesar
1,1 cm.
Jumlah Daun
tertinggi yaitu lengkap sebesar 11,5 helai dan data terendah yaitu kontrol sebesar
4,5 helai.
Gejala Defesiensi
diperoleh gejala defesiensi tanaman pada setiap perlakuan yaitu control, lengkap,
-N, -P, -K, -Ca, -Mg, -NP, -NK, -PK, -KCa dan –CaMg.
data tertinggi yaitu lengkap sebesar 118, 45 g dan data terendah yaitu –N sebesar
6,7 g.
Kering Akar
data tertinggi yaitu lengkap sebesar 43, 95 g dan data terendah yaitu –Ca sebesar
10,5 g.
Gambar 1. Kontrol
Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST
Gambar 2. Lengkap
diketahui gejala defisiensi pada perlakuan lengkap yaitu daun bercak kekuningan.
Gambar 3. –N
Gambar 4. -P
diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -P yaitu tepi dan tulang daun ungu.
Gambar 5. –K
Gambar 6. –Ca
Gambar 7. –Mg
Gambar 9. –NK
diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -PK yaitu tepi daun ungu.
Gambar 11. –KCa
diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -KCa yaitu bercak kuning pada daun dan
daun kekuningan.
diketahui gejala defisiensi pada -CaMg yaitu bercak kuning dan daun kekuningan.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan 9 MST tinggi tanaman jagung (cm) diperoleh data
rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan tinggi tanaman 178,5 cm ,
dan rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan tinggi tanaman 81,5 cm.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat di ketahui bahwa tanah entisol percut
merupakan jenis tanah yang kurang subur atau tanah yang miskin unsur hara
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Dan rataan terendah terjadi pada
perlakuan –NP dikarenakan tanah yang kekurangan unsur hara nitrogen (N)
menyebabkan tanaman tumbuh kecil dan bila kurang unsur hara fosfor (P) tanaman
Hal ini sesuai dengan literature Irwan dkk (2015) yang menyatakan bahwa entisols
terbentuk dibawah pengaruh iklim kering dengan bahan induk didominasi mineral
Kesuburan tanah yang rendah menunjukkan kandungan unsur hara juga rendah,
salah satunya nitrogen yang merupakan unsur hara makro dan sangat berperan
diperoleh data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan diameter
batang tanaman 2, 25 cm, dan rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan
diameter batang tanaman 1,1 cm. Hal ini disebabkan karena perlakuan lengkap
hara yang lengkap sangat berpengaruh terhadap diameter batang pada tanah entisol
percut, sedangkan unsur lain yang belum terpenuhi yang menyebabkan diameter
batang kecil. Kejadian ini terjadi karena kekurangan unsur hara N dapat
kecil. Sama halnya dengan defisit unsur N, kekurangan fosfor (P) tanaman juga
menunjukan gejala pertumbuhan lambat dan kerdil. Hal ini sesuai dengan literatur
Patimah (2012), yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara utama
data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan rataan jumlah daun
tanaman 11,5 helai, dan rataan terendah terjadi pada perlakuan kontrol dengan
rataan jumlah daun tanaman 4,5 helai. Hal ini dapat dilihat dari gejala visual yang
diamati bahwa daun pada perlakuan lengkapbanyak dan pertumbuhannya baik jika
dibandingkan dengan perlakuan lain. Sedangkan dilihat dari gejala visual yang
diamati bahwa daun pada perlakuan kontrol sangat sedikit dan pertumbuhannya
tidak baik jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Dari hasil pengamatan visual
dapat dikatakan bahwa tanaman kekurangan unsur N, karena dapat dilihat dari
warna daun yang hijau muda dan tanamannya kerdil. Hal ini sesuai dengan literatur
pembentukan berbagai senyawa seperti asam amino, protein, asam inti atau nukleat
(DNA dan RNA), dan khlorofil. Gejala defisiensi N adalah khlorosis (hijau pucat
sampai kuning) pada daun tua, pertumbuhan yang terhambat (kerdil), dan nekrosis
pada daun yang lebih bawah pada kasus kekurangan N yang berat .
gejala defisiensi dapat terlihat pada setiap perlakuan, terkecuali pada perlakuan
lengkap tidak ada terlihat gejala defisiensi pada ulangan 1. Hal ini dapat dilihat dari
gejala visual yang diamati bahwa pada setiap perlakuan ada daun yang menguning
(-N), daun dan tulang daun kemerahan dan ungu (-P), daun bercak-bercak (-K),
daun-daun muda berkeriput (-Ca), dan adanya garis-garis pada tulang daun (-Mg).
Hal ini juga dapat dikarenakan tanaman jagung relatif membutuhkan hara hara yang
cukup untuk tumbuh optimal, dan tanah entisol percut yang digunakan merupakan
tanah yang miskin unsur hara, sehingga tidak mampu mencukupi unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Handayani (2008),
yang menyatakan bahwa tanaman jagung relatif membutuhkan hara untuk dapat
tumbuh optimal, sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi
Dari hasil pengamatan 9 MST berat kering tajuk tanaman jagung diperoleh
data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan berat kering tajuk
tanaman 118, 45 g, dan data rataan terendah terjadi pada perlakuan –N dengan berat
kering tajuk tanaman 6,7 g. Berat kering tajuk tinggi pada perlakuan lengkap karena
pada perlakuan lengkap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat baik dan
kebutuhan unsur hara terpenuhi. Sedangkan rataan terendah terjadi pada perlakuan
berhubungan langsung dengan produksi berat keringnya. Hal ini sesuai dengan
literature Patimah (2012), yang menyatakan bahwa Nitrogen merupakan unsur hara
utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk
Dari hasil pengamatan 9 MST berat kering akar tanaman jagung diperoleh
data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan berat kering tajuk
tanaman 43,95 g, dan data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan –Ca dengan berat
kering tajuk tanaman 10,5 g. Berat kering akartinggi pada perlakuan lengkap karena
pada perlakuan lengkap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat baik dan
kebutuhan unsur hara terpenuhi. Sedangkan rataan terendah terjadi pada perlakuan
–Ca karena gejala kekurangan kalsium dapat menyebabkan daun-daun muda dan
ujung-ujung dari titik tumbuh menjadi keriput dan akhirnya mengering, pada
umumnya tanaman menjadi lemah. Hal ini sesuai dengan literature Sitompul (2015),
pada ujung-ujung batang maupun ujung-ujung akar. Daun-daun yang paling muda
munculnya gejala berupa matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar, kuncup bunga
dan buah gugur prematur, warna buah yang tidak merata, buah retak-retak.
indikator dimana satu polybag diberikan unsur hara yang lengkap. Selanjutnya pada
polybag lain diberi pupuk dengan mengurangi satu atau dua unsure hara, dan ada
yang tanpa diberi pupuk. Berdasarkan metode ini, akan diperoleh informasi
mengenai unsur hara apa yang kahat, kekahatan unsur hara apa yang relatif penting
dan besarnya penurunan tingkat kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan literatur
pupuk Sasongko dan Astiti (2010) yang menyatakan bahwa banyak metode untuk
parameter pertumbuhan tanaman yang sedang tumbuh. Gejala kahat hara yang
timbul disebabkan karena kebutuhan hara tidak terpenuhi baik dari tanah maupun
dari pemberian pupuk. Tanaman kekurangan unsur hara tertentu, maka gejala
defisiensi yang spesifik akan muncul. Metode visual ini sangat unik karena tidak
memerlukan perlengkapan yang mahal dan banyak serta dapat digunakan sebagai
musim berikutnya bagi teknik -teknik diagnostik lainnya. Kahat hara yang dapat di
tanahnya memiliki daya menahan air yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurang
optimalnya pertumbuhan tanaman jagung yang ditanam pada tanah tersebut apabila
pada tanah tersebut harus ditambahkan sejumlah pupuk untuk mencukupi unsur
hara tanaman, dan juga penyiraman tanaman harus dilakukan secara rutin. Hal ini
sesuai dengan litertur Jamilah (2003), yang menyatakan bahwa sifat fisik Entisol
sebagian besar tidak baik. Umumnya penghambat utama tanah ini adalah sifat fisik
disertai kurangnya air. Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik
rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan
sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh tinggi tanaman jagung (cm) dengan rataan
tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 178,5cm , dan rataan terendah
dengan rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 2, 25 cm, dan rataan
dengan rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 11,5 helai, dan
dapat terlihat pada setiap perlakuan, terkecuali pada perlakuan lengkap tidak ada
rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 118, 45 g, dan data rataan
rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 43,95 g, dan data rataan
Technic) dapat diperoleh informasi mengenai unsur hara yang kahat pada
perlu dilakukan pemupukan, dan memiliki daya menahan air yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol pada Penggunaan
Lahan yang Berbeda. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Dewanto, F.G., J.J.M.R. Londok., R.A.V. Tuturoong dan W.B. Kaunang. 2013.
Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Jagung Sebagai Pakan. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Erawati, B.T.R. 2010. Identifikasi Kekurangan Unsur Hara pada Tanaman Jagung.
Balai Penelitian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.
Ginting, F. 2010. Analisa Unsur Hara Kalium (K) Dalam Tanah Secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Handayani. 2008. Respon Petumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)
Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Perbedaan
Waktu Tanam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ibrahim, R., Nurdin, dan F. Zakaria. 2013. Respon Pertumbuhan dan Hasil Jagung
(Zea mays L.) Hibrida Berdasarkan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk
K. Universitas Brawijaya. Malang.
Irwan, H., I. Wahyudi dan Isrun. 2015. Pengaruh Beberapa Jenis Bokashi Terhadap
Serapan Nitrogen Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccarata) pada
Entisols Sidera. Universitas Tandulako. Palu.
Jumini, Nurhayati dan Murzani. 2011. Efek Kombinasi Dosis Pupuk NP K dan Cara
Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh.
Patimah. 2012. Penentuan Kandungan Nitrogen dari Beberapa Jenis Pupuk Urea
Menggunakan Metode Kjeldahl. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Purba, E.R.A. 2015. Analisis Karateristik Individu, Perilaku Komunikasi dan Jenis
Media Terhadap Pemahaman. Petani Tentang Pupuk Bersubsidi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Putra, T.E. 2010. Kajian Sifat Kimia Tanah Inceptisol dan Entisol pada Tanah
Sawah dengan Teknik Budidaya Konvensional dan Organik di Kabupaten
Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sasongko, W.R., dan L. Astiti. 2010. Identifikasi Kekurangan Unsur Hara pada
Tanaman Jagung. Balai Penelitian Teknologi Pertanian. NTB.
Siregar, A.F dan W. Hartatik. 2012. Aplikasi Pupuk Organik Dalam Meningkatkan
Efisiensi Pupuk Anorganik Pada Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.
Sitompul, S.M. 2015. Nutrisi Tanaman; Diagnosis Defisiensi Nutrisi Tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Suwandi. 2011. Penggunaan Pupuk yang Tepat untuk Produksi Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA). Bogor.
Wide. 2015. Pelatihan Teknis Budidaya Padi Bagi Penyuluh Pertanian dan Babinsa ;
Pemupukan. Pusat Pelatihan Pertanian. Bogor.
LAMPIRAN GAMBAR
No Perlakuan
1 Kontrol
U1 U2
2. Lengkap
U1 U2
3. -N
U1 U2
4. -P
U1 U2
No Perlakuan
5. -K
U1 U2
6. -Ca
U1 U2
7. -Mg
U1 U2
8. -NP
U1 U2
No Perlakuan
9. -NK
U1 U2
10. -PK
U1 U2
11. -KCa
U1 U2
12. -CaMg
U1 U2