Anda di halaman 1dari 42

EVALUASI KESUBURAN TANAH ENTISOL PERCUT DENGAN METODE

SUBSTRAKSI (MISSING ELEMENT TECHNIC) PADA TANAMAN


JAGUNG (Zea mays L.)

LAPORAN

OLEH:

DARMAYANTI / 150301004
AGROEKOTEKNOLOGI - IA

LABORATORIUM KESUBURAN TANAH


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
EVALUASI KESUBURAN TANAH ENTISOL PERCUT DENGAN METODE
SUBSTRAKSI (MISSING ELEMENT TECHNIC) PADA TANAMAN
JAGUNG (Zea mays L.)
LAPORAN

OLEH:

DARMAYANTI / 150301004
AGROEKOTEKNOLOGI - IA

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

LABORATORIUM KESUBURAN TANAH


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Judul : Evaluasi Kesuburan Tanah Entisol Percut Dengan Metode Substraksi


(Missing Element Technic) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Nama : Darmayanti
NIM : 150301004
Grup : Agroekoteknologi - IA

Ditugaskan Oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(Ir. Fauzi, MP)


NIP. 195711101986011003

Diketahui Oleh: Diperiksa Oleh:


Asisten Koordinator Asisten Korektor

(Muhammad Syaid Rangkuti) (Widya Yuliana)


NIM. 130301245 NIM. 140301139

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.


Adapun judul dari laporan ini adalah “Evaluasi Kesuburan Tanah Entisol

Percut Dengan Metode Substraksi (Missing Element Technic) pada Tanaman

Jagung (Zea mays L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi

komponen penilaian di PraktikumKesuburan Tanah, Program Studi

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Ir. Hamida Hanum, M.P., Ir. Mohd. Madjid B Damanik, M. sc. dan Ir. Fauzi,

M.P., Ir. Sarifuddin, MS., dan Ir. Alida Lubis, MS, serta kepada para asistenyang

telah membantu penulis dalam menyelesaikanlaporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................

PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................
Tujuan Praktikum.........................................................................................
Kegunaan Penulisan.....................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Entisol................................................................................................
Pupuk dan Pemupukan.................................................................................
Unsur Hara...................................................................................................
Gejala Defisiensi Unsur Hara......................................................................
Jagung (Zea mays L.)...................................................................................

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Praktikum......................................................................
Bahan dan Alat.............................................................................................
Metode Percobaan........................................................................................

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pengambilan Contoh Tanah Komposit.........................................................
Penanganan Contoh Tanah...........................................................................
Pemberian Label..........................................................................................
Pemupukan...................................................................................................
Penanaman Tanaman Indikator....................................................................
Penyiraman dan Pemeliharaan.....................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil.............................................................................................................
Pembahasan..................................................................................................

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal.

1 Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST


2 Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST
3 Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST
4 Gejala defesiensi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST
5 Bobot Kering Tajuk (g)
6 Bobot Kering Akar (g

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan

produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk

tanaman tersebut dapat berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar,

trubus, batang, biomassa, naungan atau penampilan. Tanah memiliki kesuburan

yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi

tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan

fokus utama dalam pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan

indikator utama mutu kesuburan tanah (Yuwono, 2007).

Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan

unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman,

baik fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan kata lain tanah yang subur adalah ketika

pada tanah tersebut mengandung usur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-

unsur tersebut adalah variabel kusuburan tanah ditentukan kapasitas absorbsi,

tingkat kejenuhan basah, kandungan liat, kandungan bahan organik (Utami, 2015).

Kemampuan tanah sebagai media tumbuh akan dapat optimal jika di dukung

oleh kondisi fisika, kimia dan biologi tanah yang baik yang biasanya menunjukkan

tingkat kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan kualitas

tanah yang tinggi pula. Kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk

menampilkan fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem, untuk

menopang produktivitas biologi, dan meningkatkan kesehatan tanaman, binatang,

dan manusia (Arifin, 2011).

Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan baik

sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini

mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi

dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkan
ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat

cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organic (Putra, 2010).

Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada

tanah dengan bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun

asalnya. Beberapa contoh entisol antara lain berupa tanah yang berkembang dari

bahan alluvial muda berlapis-lapis tipis, tanah yang berkembang di atas batuan beku

dengan solum dangkal atau tanah yang bekembang pada kondisi yang sangat basah

atau sangat kering (Barus, 2012).

Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah

ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah

terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak

tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan

sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah

Aluvial ini (Putra, 2010).

Banyak metode untuk mengevaluasi kesuburan tanah di dasarkan pada

observasi atau pengukuran parameter pertumbuhan tanaman yang sedang tumbuh.

Gejala kahat hara yang timbul disebabkan karena kebutuhan hara tidak terpenuhi

baik dari tanah maupun dari pemberian pupuk. Tanaman kekurangan unsur hara

tertentu, maka gejala defisiensi yang spesifik akan muncul. Metode visual ini sangat

unik karena tidak memerlukan perlengkapan yang mahal dan banyak serta dapat

digunakan sebagai penunjang informasi yang sangat penting untuk perencanaan

pemupukan pada musim berikutnya bagi teknik -teknik diagnostik lainnya. Kahat

hara yang dapat di deteksi dini dapat diatasi dengan penambahan pupuk

(Sasongko dan Astiti, 2010).


Evaluasi kesuburan tanah adalah proses pendiagnosaan masalah-masalah

keharaan dalam tanah dan pembuatan anjuran pemupukan. Evaluasi kesuburan

tanah merupakan penilaian status kesuburan tanah yang mutlak diperlukan untuk

menentukan jenis dan jumlah unsur hara yang harus ditambahkan. Evaluasi

kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui pengamatan

gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan analisa tanah.

Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji

vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman (Fahmi dkk., 2010).

Jagung merupakan tanaman semusim (Annual Plants). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi

tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya memiliki

ketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai

tinggi 6 meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas

sebelum bunga jantan (Suprapto, 2011).

Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan

pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau

penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda. Gejala

kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis

dan sifat tanaman. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang cepat

sekali memperlihatkan tanda-tanda kekurangan. Pada umumnya pertama-tama akan

terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada

bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya (Ibrahim dkk., 2013).

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui evaluasi

kesuburan tanah entisol percut dengan metode substraksi (Missing Element Technic)

pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Entisol

Entisols terbentuk dibawah pengaruh iklim kering dengan bahan induk

didominasi mineral kuarsa yang sangat resistensi terhadap pelapukan. Iklim kering

menyebabkan pelapukan dan reaksi-reaksi kimia dalam tanah berlangsung sangat

lambat, Kesuburan tanah yang rendah menunjukkan kandungan unsur hara juga

rendah, salah satunya nitrogen yang merupakan unsur hara makro dan sangat

berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Jumlah nitrogen yang terbatas

sedangkan yang diangkut tanaman saat panen cukup banyak serta sifat nitrogen

yang labil mudah larut dan mudah pula hilang dalam air drainase atau menguap ke

atmosfer (Irwan dkk., 2015).

Entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan

tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas

aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu kadar lempung dan bahan organic

rendah, menyebabkan kapasitas menahan air dan unsur hara rendah, agregasi lemah,

kemantapan agregat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mudah

mengalami dispersi apabila mengalami tumbukan air hujan, dan mengakibatkan

tanah ini mudah tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang

sangat halus dapat menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas

infiltrasi tanah (Jamilah, 2003).

Ciri umum Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata.

Entisol memiliki kejenuhan basa bervariasi dari asam, netral sampai alkalin,

kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar berkadar bahan organik dan N lebih

rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur halus, hal ini disebabkan oleh

karena kadar air yang rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam

tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik dari
pada tanah yang lebih halus. Meskipun tanah ini kaya akan unsur hara kecuali N

akan tetapi unsur ini belum mengalami pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan

diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk kandang dan pupuk hijau

(Zulkarnain dkk., 2013).

Sifat fisik Entisol sebagian besar tidak baik. Umumnya penghambat utama

tanah ini adalah sifat fisik disertai kurangnya air. Entisol mempunyai kadar lempung

dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah

sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah

melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi. Karena kandungan bahan

organiknya rendah maka usaha untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ini

adalah dengan penambahan bahan organik, sehingga sifat fisik dan kimia tanah

dapat diperbaiki dengan fungsi dari bahan organik tersebut (Jamilah, 2003).

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman

yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara

tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau

mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai

hasil/produksi yang tinggi (Wide, 2015).

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia

atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam

pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau

lebih hara tanaman. Berbicara tentang tanaman tidak akan lepas dari masalah pupuk.

Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang berupa pupuk adalah mutlak

untuk memacu tingkat produksi tanaman yang diharapkan (Purba, 2015).


Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah

persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan

mutu tanaman. Ketersediaan unsure hara yang lengkap dan berimbang yang dapat

diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan

produksi tanaman (Dewanto dkk., 2013).

Dalam melakukan pemupukan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah

tanaman yang dipupuk, jenis tanah, jenis pupuk yang digunakan, dosis yang

diberikan, waktu pemupukan dan cara pemupukan.Kombinasi dosis pupuk yang

biasa digunakan untuk tanaman jagung manis adalah 200 kg N/ha (435 kg Urea),

150 kg P2O5/ha (335 kg TSP) dan 150 kg K2O/ha (250 kg KCl). Di samping dosis

pupuk N, P dan K yang digunakan, perlu juga diperhatikan cara pemupukan, agar

pemupukan lebih efisien (Jumini dkk., 2011).

Setiap tanaman membutuhkan pemupukan berimbang. Pemupukan

berimbang khususnya untuk tiga komponen hara utama; N (Nitrogen), P 2O5 (Fosfat)

dan K2O (Kalium) adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil tanaman yang

baik. Pemberian pupuk kurang dari dosis standar menghasilkan tanaman yang jelek.

Akan tetapi kelebihan pupuk selain berbahaya bagi tanaman, juga merupakan

pemborosan, dan dapat mencemari lingkungan (pemanasal glonal dan polusi air).

Hal ini penting untuk mengetahui berapa banyak pupuk yang harus diaplikasikan

pada tanaman (Suwandi, 2011).

Penerapan pemupukan berimbang berdasarkan hasil uji tanah dipadukan

dengan pupuk organik bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk

serta memperbaiki produktivitas tanah pertanian. Dimana jika pemupukan

anorganik digunakan melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis akan

berdampak terhadap pelandaian produksi. Berdasarkan data empiris hasil uji


efektivitas pupuk organik menunjukkan bahwa pupuk organik dapat

mengefisienkan pupuk anorganik (NPK) sekitar 25 sampai 50 %, walaupun

sebenarnya sumbangan hara N, P, dan K dari pupuk organik relatif kecil sekitar 5-

10 %, tergantung dari tingkat mineralisasi dari pupuk organik tersebut. Hal ini

berarti 20 sampai 40% penyediaan hara N, P dan K berasal dari perbaikan sifat fisik

tanah dan biologi tanah (Siregar dan Hartatik, 2012).

Unsur Hara

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang

pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-

bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak

dapat menghambat pembuangan dan pembuahan pada tamannnya. Fungsi Nitrogen

yang selengkapnya bagi tanaman yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman,

dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang

lebih hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna

kuning) (Patimah, 2012).

Fosfor

Fosfor merupakan unsur hara essensial. Tidak ada unsur lain yang dapat

mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau

mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Oleh karena P

dibutuhkan tanaman cukup. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu dalam

proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan

pembesaran sel serta proses-proses didalam tanaman lainnya dan membantu

mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan. P dapat merangsang


pertumbuhan akar, yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas

tanah (Suryani, 2010).

Kalium

Kalium merupakan unsur esensial bagi seluruh jasad hidup. Pada jaringan

tanaman tinggi, kalium menyusun 1,7-2,7 % bahan kering daun nomal. Kebutuhan

tanaman terhadap ion K+ tidak dapat di ganti secara lengkap oleh kation alkali lain.

Tanpa kalium tanaman tidak mampu mencapai pertumbuhan dan hasil maksimal.

Beberapa fungsi kalium dalam tubuh tanaman yaitu sebagai pengaktif beberapa

enzim, berhubungan dengan pengaturan air dan energy, berperan dalam sintesis

protein dan pati, an pemindahan fotosintat (Ginting, 2010).

Kalsium

Kalsium termasuk unsur hara yang esensial, unsur ini diserap dalam bentuk

Ca2+. Sebagian besar terdapat dalam daun dalam bentuk kalsium pektat yaitu dalam

lamella pada dinding sel. Selain itu terdapat juga dalam batang, berpengaruh baik

pada pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Kalsium terdapat pada tanaman yang

banyak mengandung protein, ada hubungannya dalam pembuatan protein atau

bagian yang aktif dari tanaman, Ca dapat menetralkan asam-asam organik yang

dihasilkan pada metabolisme dan Ca penting bagi pertumbuhan akar

(Suryani, 2010).

Magnesium

Magnesium diserap dalam bentuk Mg2+, merupakan bagian dari khlorofil.

Kekurangan zat ini maka akibatnya adalah khlorosis, gejala-gejalanya akan tampak

pada permukaan daun sebelah bawah. Kadar Mg di dalam bagian-bagian vegetatif

dapat dikatakan rendah daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam bagian-bagian
generatif malah sebaliknya. Mg banyak terdapat dalam buah dan juga dalam tanah

(Ginting, 2010).

Gejala Defisiensi Hara

Nitrogen

Nitrogen dibutuhkan tanaman untuk pembentukan berbagai senyawa seperti

asam amino, protein, asam inti atau nukleat (DNA dan RNA), dan khlorofil. Gejala

defisiensi N adalah khlorosis (hijau pucat sampai kuning) pada daun tua,

pertumbuhan yang terhambat (kerdil), dan nekrosis pada daun yang lebih bawah

pada kasus kekurangan N yang berat (Sitompul, 2015).

Fosfor

Kahat fosfor umunya sudah tampak waktu tanaman masih muda. Gejala

awal dimulai dengan daun yang berwarna ungu kemerahan. Hasil tongkol

menunjukkan tongkolnya kecil dengan ujung janggel melengkung. Suhu tinggi dan

udara kering dapat menyebabkan kahat P, meskipun P dalam tanah cukup. Kahat P

menyebabkan pemasakan biji menjadi lambat dan produksi rendah (Erawati, 2010).

Kalium

Kahat kalium dimulai dengan warna kuning atau kecoklatan sepanjang

pinggir daun pada daun tua. Warna tersebut akan berkembang kearah tulang daun

utama dan pada daun-daun di atasnya. Gejala umum kahat K lainnya adalah warna

coklat tua pada buku batang bagian dalam dan dapat diketahui dengan mengiris

batang secara memanjang. Ukuran tongkol kadang-kadang tidak terlalu dipengaruhi

seperti halnya pada kahat N dan P, tetapi biji-biji pada jagung tidak berkembang dan

tongkol jagung memiliki banyak klobot dengan biji sedikit sebagai akibat kahat K

(Sitompul, 2015).

Magnesium
Kahat magnesium menyebabkan timbulnya warna keputihan sepanjang

kanan kiri tulang daun pada daun tua dengan warna merah keunguan

sepanjangpinggir daun. Gejala ini dapat merupakan indikasi bahwa tanah tersebut

masam, terutama timbul pada tanaman muda dengan pengolahan tanah yang kurang

intensif. Pemberian dolomit dapat mengatasi masalah kahat Mg ini pada tahun-

tahun berikutnya (Erawati, 2010).

Kalsium

Kekurangan Kalsium (Ca) mengakibatkan desintegrasi pada ujung-ujung

batang maupun ujung-ujung akar. Daun-daun yang paling muda menjadi abnormal

bentuknya. Gejala kekurangan kalsium ditunjukkan dengan munculnya gejala

berupa matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar, kuncup bunga dan buah gugur

prematur, warna buah yang tidak merata, buah retak-retak, Di alam, gejala

kekurangan Ca sangat jarang (disebut kerusakan asam). Pada daun muda tunas

pucuk terminal mati, yang diikuti oleh distorsi poada ujung atau pangkal daun. Daun

muda pada titik tumbuh melengkung dan kemudian mengering pada bagian

ujungnya (Sitompul, 2015).

Jagung (Zea mays L.)

Tanaman jagung relatif membutuhkan hara untuk dapat tumbuh optimal,

sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan

budidaya jagung. Dalam pertumbuhannya jagung memerlukan unsur hara baik

makro maupun mikro dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhannya optimal.

Lahan pertanian kita pada umumnya tidak mengandung unsur hara yang cukup bagi

pertumbuhan tanaman , sehingga perlu adanya penambahan pupuk baik pupuk

buatan maupun pupuk organik (Nurdin dkk., 2008).


Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai

jenis tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam

pada tanah gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberikan hasil dengan

baik. Untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung membutuhkan pH 5,5 – 6,5.

Tanah yang bersifat asam yaitu angka pH kurang dari 5,5 dapat dilakukan

pengapuran (Handayani, 2008).

Tanaman jagung membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar, mempunyai

akar serabut yang menyebar dangkal dan kurang toleran terhadap kandungan air

berlebihan, menghendaki butir tanah yang berukur an halus pada lapisan

permukaannya. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8 % masih dapat ditanami

jagung denngan arah barisan melintang searah kemiringan tanah dengan maksud

mencegah erosi tanah apabila terjadi hujan (Handayani, 2008).

Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam.

Keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah jelek, baik bagi

pertumbuhan selanjutnya maupun bagi pembuahannya. Demikian pula keadaan

yang terlalu basah tidak menguntungkan tanaman karena cenderung dapat

mengundang berbagai penyakit. Pada tanah yang lembab penanaman harus diatur

agar jagung cukup matang untuk dipanen awal musim kering (Nurdin dkk., 2008).

Tanaman jagung relatif membutuhkan hara untuk dapat tumbuh optimal,

sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan

budidaya jagung. Lahan pertanian pada umumnya tidak mengandung cukup N untuk

mendukung pertumbuhan dan hasil jagung yang optimal. Lain halnya dengan hara P,

pemberian pupuk yang mengandung hara P perlu dicermati, sebab pada beberapa

lahan tidak memerlukan tambahan unsur P untuk pertumbuhan tanaman jagung

(Handayani, 2008).
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum dilakukan di lahan dan di laboratorium kesuburan tanah Program

Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan

ketinggian tempat ± 32 m dpl. Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Oktober

sampai bulan November 2016.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah Entisol

Percut Sei Tuan sebagai media tanam, benih jagung sebagai indicator pengamatan,

polybag sebagai tempat tanah, air untuk menyiram tanaman, goni sebagai tempat

tanah, batu-bata sebagai alas polybeg, kantong plastik untuk tempat contoh tanah,

plastik transparan sebagai tempat pupuk, karet untuk mengikat, pupuk N, P, K, Ca,

Mg, NP, NK, PK, KCa, dan CaMg sebagai bahan perlakuan, label dan stik es

sebagai penanda untuk setiap perlakuan.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk

mencangkul tanah, gembor untuk menyiram air, ayakan pasir untuk mengayak

tanah, imbangan sebagai alat untuk menimbang berat sampel tanah dan pupuk, oven

sebagai alat untuk mengeringkan tanah, cawan untuk tempat contoh tanah,

kalkulator sebagai alat hitung persentase berat tanah kering dan kebutuhan pupuk,

ember sebagai tempat untuk merendam benih, penggaris/meteran sebagai alat ukur

panjang tanaman, jangka sorong sebagai alat ukur diameter batang, spidol untuk

menandai polybag, plank sebagai penada plot, pacak untuk tiang spanduk, spanduk

untuk memagari lahan, amplop untuk tempat berat kering tanaman, kamera sebagai

alat dokumentasi, dan alat tulis untuk menulis data.


Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara sederhana yaitu,

Metode Substraksi (Missing Element Technic). Dalam metode ini menggunakan

tanaman indicator dimana satu polybag diberikan unsure hara yang lengkap.

Selanjutnya pada polybag lain diberi pupuk dengan mengurangi satu atau dua

unsure hara, dan ada yang tanpa diberi pupuk. Tanaman di panen pada akhir masa

vegetatif dengan cara memotong bagian tajuk tanaman mulai dari batas permukaan

tanah. Selanjutnya dilakukan pengambilan seluruh akar tanaman indicator dari

dalam pot percobaan. Penetapan berat kering tanaman baik bagian tajuk maupun

bagian akar dilakukan setelah tanaman di ovenkan selama 2 hari. Berdasarkan

metode ini, diperoleh informasi mengenai unsure hara apa yang kahat, kekahatan

unsur hara apa yang relatif penting dan besarnya penurunan tingkat kesuburan

tanah.

Tabel 1. Perlakuan Percobaan


No Perlakuan Unsur Hara
1 Kontrol -
2 Lengkap N P K Ca Mg
3 -N P K Ca Mg
4 -P N K Ca Mg
5 -K N P Ca Mg
6 -Ca N P K Mg
7 -Mg N P K Ca
8 -NP K Ca Mg
9 -NK P Ca Mg
10 -PK N Ca Mg
11 -KCa N P Mg
12 -CaMg NPK

Tabel 2. Jenis Pupuk dan Dosis Perlakuan


Jenis Pupuk Kadar Hara Dosis Perlakuan Jumlah Pupuk
(g/pot)
Urea 45% N 250 ppm N 3
SP-36 36% P2O5 150 ppm P 5
MOP 60% K2O 100 ppm K 1
CaCO3 56% CaO 75 ppm Ca 1
Kieserit 27% MgO 75 ppm Mg 2,3

Tabel 3. Jenis dan Dosis Pupuk yang diberikan untuk setiap perlakuan
No Perlakuan Urea SP-36 MOP CaCO3 Kieserit
(g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot)
1 Kontrol - - - - -
2 Lengkap 3 5 1 1 2,3
3 -N - 5 1 1 2,3
4 -P 3 - 1 1 2,3
5 -K 3 5 - 1 2,3
6 -Ca 3 5 1 - 2,3
7 -Mg 3 5 1 1 -
8 -NP - - 1 1 2,3
9 -NK - 5 - 1 2,3
10 -PK 3 - - 1 2,3
11 -KCa 3 5 - - 2,3
12 -CaMg 3 5 1 - -
PELAKSANAAN PERCOBAAN

1. Pengambilan Contoh Tanah Komposit


Tanah diambil secara komposit dari lahan yang cukup luas di Percut Sei

Tuan. Satu contoh tanah komposit terdiri dari 20-30 contoh tanah individual dapat

mewakili tanah seluas 10-15 ha. Hal tersebut tergantung keadaan setempat. Makin

homogen keadaan daerahnya makin sedikit jumlah contoh tanah individual yang

diperlukan sebaliknya makin heterogen akan makin banyak. Agar diperoleh contoh

tanah yang mewakili maka pengambilan tanah komposit dilakukan secara zig zag.

Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm setelah terlebih dahulu

tumbuhan diatasnya dibersihkan. Lokasi pengambilan contoh tanah tidak boleh di

tepi dijalan raya, dekat rumah, bekas timbunan dan bekas tumpukan sampah. Bahan

tanah yang diambil dari setiap titik dicampurkan secara merata dan ditempatkan

pada wadah atau karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk dan pestisida).
2. Penanganan Contoh Tanah

Contoh tanah yang telah diambil harus segera dikering udarakan dengan cara

menganginkannya (jangan dijemur dibawah cahaya matahari). Bila telah kering

maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir). Karena

perhitungan kebutuhan pupuk didasarkan atas satuan ppm dan berat tanah dalam

satuan berat kering mutlak, maka perlu dihitung kadar airnya. Untuk itu diambil

sedikit contoh tanah dan dihitung kadar airnya di laboratorium. Tanah yang telah

kering udara (KA < 10%) dimasukkan ke pot (polybag) setara dengan 5 kg berat

kering mutlak/pot, yaitu dengan menggunakan rumus:

BTKU = BTKO + (%KA x BTKO)

BTKU : Berat tanah kering udara


BTKO : Berat tanah kering oven
%KA : Persen kadar air tanah
Vair = (%KL - %KA) x BTKO
Vair : Volume air penyiraman
3. Pemberian Label
Apabila seluruh pot telah terisi tanah maka dilakukan pemasangan label pada

setiap pot sesuai dengan perlakuannya. Label dibuat dari kertas kartun manila warna

putih dengan ukuran 15 x 11 cm yang diberi plastic agar tidak basah dan rusak kena

air. Label ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran font 50.
4. Pemupukan
Aplikasi pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing-

masing pupuk. Pada saat tanam, seluruh dosisi pupuk ditaburkan secara merata

dipermukaan tanah dan kemudian diaduk sedikit agar tertimbun tanah.


5. Penanaman Tanaman Indikator
Benih tanaman indikator ditanam tepat di tengah pot sebanyak 3-4 biji pada

kedalaman 2-3 cm.


6. Penyiraman dan Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari kecuali hari hujan. Gulma yang tumbuh di

sekitar tanaman dibersihkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan adalah tinggi tanaman, diameter

batang, jumlah daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar yaitu sebagai berikut:

Tinggi Tanaman

Tabel 4. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST


Perlakuan U1 U2 Total Rataan
cm
Kontrol 82 105 187 93.5
Lengkap 151 196 347 173.5
-N 137 135 272 136
-P 136 138 274 137
-K 135 139 274 137
-Ca 138 139 277 138.5
-Mg 132 133 265 132.5
-NP 80 83 163 81.5
-NK 96 90 186 93
-PK 137 133 270 135
-Kca 132 133 265 132.5
-CaMg 130 133 263 131.5

Berdasarkan Tabel 4 tinggi tanaman jagung 9 MST diperoleh data tertinggi

yaitu lengkap sebesar 178,5 cm dan data terendah yaitu –NP sebesar 81,5 cm.

Diameter Batang

Tabel 5. Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST


Perlakuan U1 U2 Total Rataan
mm
Kontrol 2 1.8 3.8 1.9
Lengkap 2.6 1.9 4.5 2.25
-N 1.5 1.5 3 1.5
-P 1.9 1.8 3.7 1.85
-K 1.7 1.9 3.6 1.8
-Ca 2.2 1.1 4.4 2.2
-Mg 3.1 1.3 2.9 1.45
-NP 1.1 0.7 2.2 1.1
-NK 1.9 1.7 3.6 1.8
-PK 1.6 1.2 2.8 1.4
-Kca 1.2 1.9 3.1 1.55
-CaMg 1.3 1.3 2.6 1.3
Berdasarkan Tabel 5 diameter batang tanaman jagung 9 MST diperoleh data

tertinggi yaitu lengkap sebesar 2,25 cm dan data terendah yaitu –NP sebesar

1,1 cm.

Jumlah Daun

Tabel 6. Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST


Perlakuan U1 U2 Total Rataan
helai
Kontrol 4 5 9 4.5
Lengkap 9 14 23 11.5
-N 4 4 8 4
-P 4 6 10 5
-K 5 5 10 5
-Ca 6 5 11 5.5
-Mg 5 5 10 5
-NP 4 6 10 5
-NK 5 6 11 5.5
-PK 5 6 11 5.5
-Kca 6 7 13 6.5
-CaMg 6 5 11 5.5

Berdasarkan Tabel 6 jumlah daun tanaman jagung 9 MST diperoleh data

tertinggi yaitu lengkap sebesar 11,5 helai dan data terendah yaitu kontrol sebesar

4,5 helai.

Gejala Defesiensi

Tabel 7. Gejala defesiensi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 9 MST


Perlakuan U1 U2
Kontrol Daun Kekuningan Daun kekuningan
Lengkap Normal Daun bercak kuning
-N Daun kekuningan Daun kekuningan
-P Tepi dan tulang daun ungu Tepi dan tulang daun ungu
-K Daun keropos Daun keropos
-Ca Daun keropos Daun keropos
-Mg Daun keropos Daun keropos
-NP Daun kekuningan Daun kekuningan
-NK Daun kekuningan Daunkekuningan
-PK Tepi daun ungu Tepi daun ungu
-KCa Bercak kuning pada daun Daun Kekuningan
-CaMg Bercak kuning Daun Kekuningan
Berdasarkan Tabel 7 gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST diperoleh

diperoleh gejala defesiensi tanaman pada setiap perlakuan yaitu control, lengkap,

-N, -P, -K, -Ca, -Mg, -NP, -NK, -PK, -KCa dan –CaMg.

Bobot Kering Tajuk

Tabel 8. Bobot Kering Tajuk (g).


Perlakuan U1 U2 Total Rataan
g
Kontrol 17.8 24 41.8 20.9
Lengkap 120.9 11.6 132.5 66.25
-N 3.3 10.1 13.4 6.7
-P 114.6 54 168.6 84.3
-K 111.2 88.6 199.8 99.9
-Ca 51.4 86 137.4 68.7
-Mg 61.6 58.8 120.4 60.2
-NP 40.1 32.9 73 36.5
-NK 16.5 20.3 36.8 18.4
-PK 58.1 67.2 125.3 62.65
-Kca 23.4 60.3 83.7 41.85
-CaMg 49.4 50.5 99.9 49.95

Berdasarkan Tabel 8 bobot kering tajuk tanaman jagung 9 MST diperoleh

data tertinggi yaitu lengkap sebesar 118, 45 g dan data terendah yaitu –N sebesar

6,7 g.

Kering Akar

Tabel 9. Bobot Kering Akar (g)


Perlakuan U1 U2 Total Rataan
g
Kontrol 10.5 13.8 24.3 12.2
Lengkap 47.7 16.3 64.0 32.0
-N 14.9 11.7 26.6 13.3
-P 18.8 12.3 31.1 15.6
-K 14.2 19.7 33.9 17.0
-Ca 11 7 18.0 9.0
-Mg 15.8 9.7 25.5 12.8
-NP 14 11.4 25.4 12.7
-NK 29.7 24.1 53.8 26.9
-PK 22.7 13.3 36.0 18.0
-Kca 12.2 16.3 28.5 14.3
-CaMg 41.1 20.3 61.4 30.7

Berdasarkan Tabel 9 bobot kering akar tanaman jagung 9 MST diperoleh

data tertinggi yaitu lengkap sebesar 43, 95 g dan data terendah yaitu –Ca sebesar

10,5 g.

Keterangan Gambar dan Gejala Defisiensi

Gambar 1. Kontrol
Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan kontrol yaitu daun kekuningan.

Gambar 2. Lengkap

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan lengkap yaitu daun bercak kekuningan.

Gambar 3. –N

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -N yaitu daun kekuningan.

Gambar 4. -P

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -P yaitu tepi dan tulang daun ungu.
Gambar 5. –K

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -K yaitu daun keropos.

Gambar 6. –Ca

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan –Ca yaitu daun keropos.

Gambar 7. –Mg

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -Mg yaitu daun keropos.


Gambar 8. –NP

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -NP yaitu daun kekuningan.

Gambar 9. –NK

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -NK yaitu daun kekuningan.

Gambar 10. –PK

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -PK yaitu tepi daun ungu.
Gambar 11. –KCa

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada perlakuan -KCa yaitu bercak kuning pada daun dan

daun kekuningan.

Gambar 12. –CaMg

Berdasarkan hasil pengamatan gejala defisiensi tanaman jagung 9 MST

diketahui gejala defisiensi pada -CaMg yaitu bercak kuning dan daun kekuningan.

Pembahasan

Dari hasil pengamatan 9 MST tinggi tanaman jagung (cm) diperoleh data

rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan tinggi tanaman 178,5 cm ,

dan rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan tinggi tanaman 81,5 cm.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat di ketahui bahwa tanah entisol percut

merupakan jenis tanah yang kurang subur atau tanah yang miskin unsur hara

sehingga dengan penambahan pupuk lengkap sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Dan rataan terendah terjadi pada

perlakuan –NP dikarenakan tanah yang kekurangan unsur hara nitrogen (N)
menyebabkan tanaman tumbuh kecil dan bila kurang unsur hara fosfor (P) tanaman

menunjukan gejala pertumbuhan lambat dan kerdil, perkembangan akar terhambat.

Hal ini sesuai dengan literature Irwan dkk (2015) yang menyatakan bahwa entisols

terbentuk dibawah pengaruh iklim kering dengan bahan induk didominasi mineral

kuarsa yang sangat resistensi terhadap pelapukan. Iklim kering menyebabkan

pelapukan dan reaksi-reaksi kimia dalam tanah berlangsung sangat lambat,

Kesuburan tanah yang rendah menunjukkan kandungan unsur hara juga rendah,

salah satunya nitrogen yang merupakan unsur hara makro dan sangat berperan

penting dalam pertumbuhan tanaman

Dari data pengamatan 9 MST diameter batang tanaman jagung (cm)

diperoleh data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan diameter

batang tanaman 2, 25 cm, dan rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan

diameter batang tanaman 1,1 cm. Hal ini disebabkan karena perlakuan lengkap

berpengaruh sangat jelas pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur

hara yang lengkap sangat berpengaruh terhadap diameter batang pada tanah entisol

percut, sedangkan unsur lain yang belum terpenuhi yang menyebabkan diameter

batang kecil. Kejadian ini terjadi karena kekurangan unsur hara N dapat

menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, sehingga diameter batang

kecil. Sama halnya dengan defisit unsur N, kekurangan fosfor (P) tanaman juga

menunjukan gejala pertumbuhan lambat dan kerdil. Hal ini sesuai dengan literatur

Patimah (2012), yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara utama

bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk

pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun,

batang, dan akar, dan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.


Dari data pengamatan 9 MST jumlah daun tanaman jagung (helai) diperoleh

data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan rataan jumlah daun

tanaman 11,5 helai, dan rataan terendah terjadi pada perlakuan kontrol dengan

rataan jumlah daun tanaman 4,5 helai. Hal ini dapat dilihat dari gejala visual yang

diamati bahwa daun pada perlakuan lengkapbanyak dan pertumbuhannya baik jika

dibandingkan dengan perlakuan lain. Sedangkan dilihat dari gejala visual yang

diamati bahwa daun pada perlakuan kontrol sangat sedikit dan pertumbuhannya

tidak baik jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Dari hasil pengamatan visual

dapat dikatakan bahwa tanaman kekurangan unsur N, karena dapat dilihat dari

warna daun yang hijau muda dan tanamannya kerdil. Hal ini sesuai dengan literatur

Sitompul (2015), yang menyatakan bahwa Nitrogen dibutuhkan tanaman untuk

pembentukan berbagai senyawa seperti asam amino, protein, asam inti atau nukleat

(DNA dan RNA), dan khlorofil. Gejala defisiensi N adalah khlorosis (hijau pucat

sampai kuning) pada daun tua, pertumbuhan yang terhambat (kerdil), dan nekrosis

pada daun yang lebih bawah pada kasus kekurangan N yang berat .

Dari data pengamatan 9 MST gejala defisiensi tanaman jagung diperoleh

gejala defisiensi dapat terlihat pada setiap perlakuan, terkecuali pada perlakuan

lengkap tidak ada terlihat gejala defisiensi pada ulangan 1. Hal ini dapat dilihat dari

gejala visual yang diamati bahwa pada setiap perlakuan ada daun yang menguning

(-N), daun dan tulang daun kemerahan dan ungu (-P), daun bercak-bercak (-K),

daun-daun muda berkeriput (-Ca), dan adanya garis-garis pada tulang daun (-Mg).

Hal ini juga dapat dikarenakan tanaman jagung relatif membutuhkan hara hara yang

cukup untuk tumbuh optimal, dan tanah entisol percut yang digunakan merupakan

tanah yang miskin unsur hara, sehingga tidak mampu mencukupi unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Handayani (2008),

yang menyatakan bahwa tanaman jagung relatif membutuhkan hara untuk dapat

tumbuh optimal, sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi

keberhasilan budidaya jagung. Lahan pertanian pada umumnya tidak mengandung

cukup N untuk mendukung pertumbuhan dan hasil jagung yang optimal.

Dari hasil pengamatan 9 MST berat kering tajuk tanaman jagung diperoleh

data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan berat kering tajuk

tanaman 118, 45 g, dan data rataan terendah terjadi pada perlakuan –N dengan berat

kering tajuk tanaman 6,7 g. Berat kering tajuk tinggi pada perlakuan lengkap karena

pada perlakuan lengkap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat baik dan

kebutuhan unsur hara terpenuhi. Sedangkan rataan terendah terjadi pada perlakuan

–N karena kekurangan N sangat berpengaruh terhadap berat berat kering tajuk

tanaman, dimana N dibutuhkan selama pertumbuhan. Sebab jumlah N yang diambil

berhubungan langsung dengan produksi berat keringnya. Hal ini sesuai dengan

literature Patimah (2012), yang menyatakan bahwa Nitrogen merupakan unsur hara

utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk

pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun,

batang, dan akar.

Dari hasil pengamatan 9 MST berat kering akar tanaman jagung diperoleh

data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap dengan berat kering tajuk

tanaman 43,95 g, dan data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan –Ca dengan berat

kering tajuk tanaman 10,5 g. Berat kering akartinggi pada perlakuan lengkap karena

pada perlakuan lengkap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat baik dan

kebutuhan unsur hara terpenuhi. Sedangkan rataan terendah terjadi pada perlakuan

–Ca karena gejala kekurangan kalsium dapat menyebabkan daun-daun muda dan
ujung-ujung dari titik tumbuh menjadi keriput dan akhirnya mengering, pada

umumnya tanaman menjadi lemah. Hal ini sesuai dengan literature Sitompul (2015),

yang menyatakan bahwa kekurangan Kalsium (Ca) mengakibatkan desintegrasi

pada ujung-ujung batang maupun ujung-ujung akar. Daun-daun yang paling muda

menjadi abnormal bentuknya. Gejala kekurangan kalsium ditunjukkan dengan

munculnya gejala berupa matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar, kuncup bunga

dan buah gugur prematur, warna buah yang tidak merata, buah retak-retak.

Metode yang digunakan dalam percobaan praktikum ini adalah metode

substraksi (Missing Element Technic). Dalam metode ini menggunakan tanaman

indikator dimana satu polybag diberikan unsur hara yang lengkap. Selanjutnya pada

polybag lain diberi pupuk dengan mengurangi satu atau dua unsure hara, dan ada

yang tanpa diberi pupuk. Berdasarkan metode ini, akan diperoleh informasi

mengenai unsur hara apa yang kahat, kekahatan unsur hara apa yang relatif penting

dan besarnya penurunan tingkat kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan literatur

pupuk Sasongko dan Astiti (2010) yang menyatakan bahwa banyak metode untuk

mengevaluasi kesuburan tanah di dasarkan pada observasi atau pengukuran

parameter pertumbuhan tanaman yang sedang tumbuh. Gejala kahat hara yang

timbul disebabkan karena kebutuhan hara tidak terpenuhi baik dari tanah maupun

dari pemberian pupuk. Tanaman kekurangan unsur hara tertentu, maka gejala

defisiensi yang spesifik akan muncul. Metode visual ini sangat unik karena tidak

memerlukan perlengkapan yang mahal dan banyak serta dapat digunakan sebagai

penunjang informasi yang sangat penting untuk perencanaan pemupukan pada

musim berikutnya bagi teknik -teknik diagnostik lainnya. Kahat hara yang dapat di

deteksi dini dapat diatasi dengan penambahan pupuk.


Tanah entisol percut merupakan salah tanah yang miskin unsur hara dan

tanahnya memiliki daya menahan air yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurang

optimalnya pertumbuhan tanaman jagung yang ditanam pada tanah tersebut apabila

ditanam tanpa penggunaan pupuk. Sehingga apabila ingin melakukan penanaman

pada tanah tersebut harus ditambahkan sejumlah pupuk untuk mencukupi unsur

hara tanaman, dan juga penyiraman tanaman harus dilakukan secara rutin. Hal ini

sesuai dengan litertur Jamilah (2003), yang menyatakan bahwa sifat fisik Entisol

sebagian besar tidak baik. Umumnya penghambat utama tanah ini adalah sifat fisik

disertai kurangnya air. Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik

rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan

sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air

mudah hilang karena perkolasi.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh tinggi tanaman jagung (cm) dengan rataan

tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 178,5cm , dan rataan terendah

terjadi pada perlakuan –NP yaitu 81,5 cm.


2. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh diameter batang tanaman jagung (cm)

dengan rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 2, 25 cm, dan rataan

terendah terjadi pada perlakuan –NP yaitu1,1 cm.


3. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah daun tanaman jagung (helai)

dengan rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 11,5 helai, dan

rataan terendah terjadi pada perlakuan kontrol yaitu 4,5 helai


4. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh gejala defisiensi tanaman jagung yang

dapat terlihat pada setiap perlakuan, terkecuali pada perlakuan lengkap tidak ada

terlihat gejala defisiensi pada ulangan I.


5. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh berat kering tajuk tanaman jagung dengan

rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 118, 45 g, dan data rataan

terendah terjadi pada perlakuan –N yaitu 6,7 g.


6. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh berat kering akar tanaman jagung dengan

rataan tertinggi terjadi pada perlakuan lengkap yaitu 43,95 g, dan data rataan

tertinggi terjadi pada perlakuan –Ca yaitu 10,5 g.


7. Berdasarkan metode yang digunakan yaitu metode substraksi (Missing Element

Technic) dapat diperoleh informasi mengenai unsur hara yang kahat pada

tanaman jagung di tanah entisol percut.


8. Tanah entisol percut merupakan tanah yang miskin unsur hara sehingga sangat

perlu dilakukan pemupukan, dan memiliki daya menahan air yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol pada Penggunaan
Lahan yang Berbeda. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Barus, N. 2012. Ketersediaan Nitrogen Akibat Pemberian Kombinasi Berbagai


Bahan Organik Terhadap Tiga Jenis Tanah dan Efeknya pada Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays L.). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Dewanto, F.G., J.J.M.R. Londok., R.A.V. Tuturoong dan W.B. Kaunang. 2013.
Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Jagung Sebagai Pakan. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Erawati, B.T.R. 2010. Identifikasi Kekurangan Unsur Hara pada Tanaman Jagung.
Balai Penelitian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.

Fahmi, A., Syamsudin., S.N.H. Utami Dan B. Radjagukguk. 2010. Pengaruh


Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor TerhadapPertumbuhan Tanaman Jagung
(Zea mays L.) pada Tanah Regosol dan Latosol. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Ginting, F. 2010. Analisa Unsur Hara Kalium (K) Dalam Tanah Secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Handayani. 2008. Respon Petumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)
Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Perbedaan
Waktu Tanam. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Ibrahim, R., Nurdin, dan F. Zakaria. 2013. Respon Pertumbuhan dan Hasil Jagung
(Zea mays L.) Hibrida Berdasarkan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk
K. Universitas Brawijaya. Malang.

Irwan, H., I. Wahyudi dan Isrun. 2015. Pengaruh Beberapa Jenis Bokashi Terhadap
Serapan Nitrogen Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccarata) pada
Entisols Sidera. Universitas Tandulako. Palu.

Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan Terhadap


Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Jumini, Nurhayati dan Murzani. 2011. Efek Kombinasi Dosis Pupuk NP K dan Cara
Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh.

Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude, dan F. Zakaria. 2008. Pertumbuhan dan Hasil


Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara
Kabupaten Gorontalo. Universitas Gorontalo. Gorontalo.

Patimah. 2012. Penentuan Kandungan Nitrogen dari Beberapa Jenis Pupuk Urea
Menggunakan Metode Kjeldahl. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Purba, E.R.A. 2015. Analisis Karateristik Individu, Perilaku Komunikasi dan Jenis
Media Terhadap Pemahaman. Petani Tentang Pupuk Bersubsidi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Putra, T.E. 2010. Kajian Sifat Kimia Tanah Inceptisol dan Entisol pada Tanah
Sawah dengan Teknik Budidaya Konvensional dan Organik di Kabupaten
Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sasongko, W.R., dan L. Astiti. 2010. Identifikasi Kekurangan Unsur Hara pada
Tanaman Jagung. Balai Penelitian Teknologi Pertanian. NTB.

Siregar, A.F dan W. Hartatik. 2012. Aplikasi Pupuk Organik Dalam Meningkatkan
Efisiensi Pupuk Anorganik Pada Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.
Sitompul, S.M. 2015. Nutrisi Tanaman; Diagnosis Defisiensi Nutrisi Tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Suprapto. 2011. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suryani, D. 2010. Tanggap Tanaman Jagung (Zea mays L) Terhadap Pemupukan P


dan Pemberian Kotoran Ayam pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten
Langkat. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suwandi. 2011. Penggunaan Pupuk yang Tepat untuk Produksi Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA). Bogor.

Utami, F.H. 2015. Penentuan Tingkat Kesuburan Tanah di Balai Penyuluhan


Pertanian Perikanan dan Kehutanan Dengan Menggunakan Algoritma Naive
Bayes Dalam Data Mining. Universitas Dehasen Bengkulu. Bengkulu.

Wide. 2015. Pelatihan Teknis Budidaya Padi Bagi Penyuluh Pertanian dan Babinsa ;
Pemupukan. Pusat Pelatihan Pertanian. Bogor.

Yuwono, N.W. 2007. Kesuburan dan Produktivitas Tanah Sawah. Universitas


Gadjah Mada. Yogyakarta.

Zulkarnain, M., B. Prasetya dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk


Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat Tanah , Pertumbuhan dan Hasil
Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon,
Kediri). Universitas Brawijaya. Malang.

LAMPIRAN GAMBAR

No Perlakuan
1 Kontrol

U1 U2
2. Lengkap

U1 U2
3. -N

U1 U2
4. -P

U1 U2

No Perlakuan
5. -K

U1 U2
6. -Ca

U1 U2
7. -Mg

U1 U2
8. -NP

U1 U2

No Perlakuan
9. -NK

U1 U2
10. -PK

U1 U2
11. -KCa

U1 U2
12. -CaMg

U1 U2

Anda mungkin juga menyukai