Anda di halaman 1dari 10

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.

) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|1

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik


Perbanyakan Sambung Pucuk
Oleh
I Gede Eka Saputra
1213041053
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha, Jalan Jln. Udayana No. 11 Singaraja Bali, 8116
Telepon/ Fax: (0362) 22750/25735.
Email: Jerry.eka.saputra@yahoo.com
ABSTRAK
Biwa (Eriobotrya japanica L.) dikenal dengan nama loquat merupakan salah
satu tanaman buah yang merupakan tanaman dataran tinggi yang termasuk ke
dalam famili Rosaceae yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan di indonesia.
Buah biwa mempunyai nilai ekonomi yang tinggi Buah biwa mempunyai nilai
gizi tinggi, di samping itu daun dan bijinya mengandung khasiat obat.
Keragaman jenis tanaman buah biwa yang tumbuh di Indonesia merupakan aset
yang sangat berharga dan memberi peluang yang besar dalam hal perbaikan
varietas melalui persilangan maupun hibridisasi meskipun membutuhkan
waktu yang relatif lama. Perbaikan produktivitas tanaman juga dapat dilakukan
melalui cara teknik penyambungan. Penulisan artikel ini bertujuan mengetahui
mekanisme teknik perbanyakan vegetatif tanaman Eriobotrya japanica L.
menggunakan sambung pucuk. Perbanyakan dengan sambung pucuk,
umumnya menggunakan batang bawah dari pohon induk yang telah berumur 8
10 tahun, dengan pertumbuhan tanaman kokoh dan tegak, serta bebas dari
penyakit, sedangkan batang atas (entres) berasal dari tanaman berproduksi tinggi,
dengan ukuran buah besar, rasa manis, serta disukai oleh konsumen pasar
Kata kunci: Eriobotrya japanica L., teknik, penyambungan, pucuk.
ABSTRACT
Biwa (Eriobotrya Japanica L.) is known as one of loquat fruit crops are upland
crops belonging to the Rosaceae family which has the potential to be cultivated in
Indonesia. Biwa fruit has a high economic value fruits biwa has high nutritional
value, in addition to the leaves and seeds contain medicinal properties. The
diversity of plant species biwa fruit that grows in Indonesia is a very valuable
asset and gives great opportunities in terms of improved varieties through
crossbreeding and hybridization although it requires a relatively long time.
Improvement of crop productivity can also be done by means of grafting
techniques. Writing this article aim to know the mechanism of vegetative
propagation techniques Japanica L. Eriobotrya using grafting. Propagation by
grafting, generally using lower stem of the mother plant which has been aged 8-10
years, with a sturdy and upright plant growth, as well as free of the disease, while
the upper stem (entres) derived from high-yielding plants, with big fruit size, taste
sweet, and favored by the consumer market.
Keywords: Eriobotrya Japanica L., technique, grafting, bud

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|2

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biwa (Eriobotrya japanica L.) dikenal dengan nama loquat merupakan
salah satu tanaman buah dataran tinggi yang belum banyak dibudidayakan di
Indonesia. Tanaman ini masih merupakan tanaman langka. Buah biwa
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Walaupun harga jual tinggi, namun
pengembangan lahan budidaya biwa masih rendah (Bangun et al. 2006).
Tanaman biwa diperkirakan dikembangkan di Indonesia pada zaman Belanda.
Tanaman ini dapat dijumpai di beberapa daerah dataran tinggi seperti Sumatera
Utara (Kab. Karo), Tapanuli Utara, Simalungun, Toba Samosir, dan Dairi, di
Jawa Barat (Cipanas, Kab. Cianjur), dan Sulawesi Utara (Tondano) (Silalahi et
al. 2011).
Buah biwa mempunyai nilai gizi tinggi, di samping itu daun dan bijinya
mengandung khasiat obat (Moroton 2001). Daging buah biwa mengandung asam
malat, asam tartarat, asam sitrat, tannat, caroten, vit A, B, dan C. Daun dan
bijinya mengandung amygdalin yang dikenal sebagai anti kanker berupa
vitamin 17 atau Laetrile. Daun biwa efektif untuk pengobatan penyakit
bronchitis, demam, pencernaan, perut, mual, muntah, kecegukan, dan bersendawa
terus- menerus.
Keragaman jenis tanaman buah biwa yang tumbuh di Indonesia merupakan
aset yang sangat berharga dan memberi peluang yang besar dalam hal perbaikan
varietas melalui persilangan maupun hibridisasi meskipun membutuhkan
waktu yang relatif lama. Perbaikan produktivitas tanaman juga dapat dilakukan
melalui cara penyambungan dengan memanfaatkan sumber batang bawah yang
memiliki sifat daya tumbuh dengan kemampuan fisiologis yang tinggi dan
toleran terhadap berbagai jenis hama dan penyakit tanaman serta memanfaatkan
sumber entris untuk batang atas yang memiliki produksi dengan mutu yang baik.
Menurut Bangun (2004) melalui seleksi dan koleksi berbagai pohon induk yang
memiliki sifat-sifat yang diinginkan, akan mempermudah untuk melakukan
perbaikan tanaman, sehingga diperoleh aksesi biwa yang sesuai keinginan pasar.
Untuk memperoleh bibit sambungan yang bermutu diperlukan batang bawah
dan batang atas yang kompatibel dan membentuk bidang sambungan yang
sempurna. Didalam pengembangan tanaman biwa, banyak dilakukan petani

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|3

dengan menggunakan biji. Perbanyakan tanaman biwa dapat dilakukan dengan


penyerbukan silang (cross pollination) selain itu perbanyakan tanaman biwa
dapat dilakukan dengan biji, rundukan, okulasi, grafting maupun cangkok.
Perbanyakan dengan biji biasanya berproduksi pada umur 6 tahun setelah tanam,
hasil tidak seragam serta pertumbuhan tanaman bervariasi hanya digunakan jika
tanaman ditumbuhkan sebagai tanaman ornamental atau untuk tujuan batang
bawah. Okulasi dan grafting lebih umum dilakukan untuk perbanyakan
tanaman. Menurut Sukendro 2001 bahwa salah satu keuntungan dari grafting
adalah penyelamatan kandungan genetik tanaman. Keberhasilan okulasi
biasanya persentase yang tumbuh sangat rendah. Perbanyakan dengan stek
sulit untuk berakar. Untuk memperoleh bibit sambungan yang bermutu
diperlukan batang bawah dan batang atas yang kompatibel dan membentuk
bidang sambungan yang sempurna.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan taksonomi tanaman biwa (Eriobotrya japanica
L.)?
2. Bagaimana syarat tumbuh dari tanaman biwa (Eriobotrya japanica L.)?
3. Bagaimana mekanisme teknik perbanyakan vegetatif tanaman biwa
(Eriobotrya japanica L.) menggunakan sambung pucuk ?
4. Apakah keuntungan menggunakan teknik perbanyakan vegetatif tanaman
biwa (Eriobotrya japanica L.) menggunakan sambung pucuk bila
dibandingkan dengan teknik yang lain ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan taksonomi tanaman biwa (Eriobotrya
japanica L.).
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman biwa (Eriobotrya japanica
L.).
3. Untuk mengetahui mekanisme teknik perbanyakan vegetatif tanaman biwa
(Eriobotrya japanica L.) menggunakan sambung pucuk.
4. Untuk mengetahui keuntungan menggunakan teknik perbanyakan vegetatif
tanaman biwa (Eriobotrya japanica L.) menggunakan sambung pucuk.
1.4. Manfaat
Artikel ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara praktis maupun
akademis bagi pembaca.

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|4

1. Manfaat Praktis
Dengan membaca artikel ini diharapkan para yang memiliki modal
dapat mengembangkan budidaya tanaman biwa (Eriobotrya japanica
L.) yang lebih maju.
2. Manfaat Akademis
Bagi mahasiswa yang membacanya dapat melihat penerapan nyata di
bidang hortikultura khususnya teknik perbanyakan tanaman biwa
(Eriobotrya japanica L.).
2. MATERI DAN METODE
Metode penulisan yang penulis lakukan dalam pembuatan artikel ini antara
lain:
1. Metode Kajian Pustaka
Dalam pembuatan artikel ini menggunakan metode kajian pustaka serta
sumber-sumber yang relevan yang terkait dengan budidaya tanaman biwa
(Eriobotrya japanica L.).
2. Penelusuran Melalui Internet
Dalam pembuatan artikel juga menggunakan penelusuran melalui internet
yang terkait dengan budidaya tanaman biwa (Eriobotrya japanica L.).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Sejarah dan Taksonomi Tanaman )
Menurut Morton (1987) klasifikasi tanaman biwa adalah sebagai berikut :
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species

: Plantae,
: Spermatophyta,
: Dicotiledoneae,
: Rocales,
: Rocaceae,
: Eriobtrya,
: Eriobotrya japonica L.

Biwa merupakan tanaman berkayu, berukuran sedang sampai tinggi. Dari

Gambar 1. Buah Biwa (Eriobotrya japanica L.)

hasil eksplorasi, tinggi tanaman biwa dapat mencapai (2,5 8) m tergantung dari
bentuk pohon dan umur tanamannya. Dari hasil eksplorasi dan karakterisasi
plasma nutfah tanaman biwa tahun 2003-2004, tinggi tanaman biwa
mencapai (4-7) m tergantung juga pada bentuk pohon dan umur tanamannya
(Bangun et al., tidak dipublikasikan). Kanopinya rapat, berbentuk
menyebar/berbentuk payung dan ada yang berbentuk tegak, lebarnya mencapai
(3 6) m, dan berdaun hijau. Batang dan daunnya bertekstur kasar, dengan

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|5

lingkar batang mencapai (39,0 91,5) cm tergantung pada umur tanaman


(Karsinah, dkk, 2008).
Daun biwa berbentuk lanset, dengan panjang 9-25 cm, lebar 4-6 cm,
berwarna hijau tua, mengkilat pada permukaan bagian atas, bagian bawah agak
putih berbulu seperti karat, tebal dan kaku dengan susunan tulang daun menyirip.
Pada beberapa kultival umumnya berdaun sempit dan yang lain lebar
(Bangun, dkk, 2004). Bunga biwa berbentuk malai, terbentuk pada ujung ranting,
jumlah bunga per malai (57 184) kuntum bunga, dan beraroma harum.
Bunga memiliki 5 kelopak, 5 mahkota berwarna putih sampai krem,
jumlah benang sarinya (18 20) utas, dan jumlah putik 5 utas (Karsinah, dkk,
2008). Buah biwa termasuk dalam kluster, berbentuk oval, bulat atau lonjong.
Kulit buah berwarna kuning atau orange dan permukaan kulit buah
berbulu. Daging buah mengandung banyak air, beraroma kuat, berwarna kuning
atau orange, rasanya manis, agak asam atau asam tergantung pada kultivarnya.
Tiap buah berisi 1-7 biji dengan bobot (0,24 1,96) g berwarna
coklat (Bangun, dkk, 2004).
3.2.

Syarat Tumbuh dari Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.)


Syarat tumbuh yang dikehendaki tanaman biwa meliputi iklim dan tanah.

Iklim mencakup beberapa hal diantaranya adalah suhu, ketinggian tempat,


kecepatan angin dan lain-lain. Tanah meliputi pH, kesuburan, drainase,
tekstur dan sebagainya.
Iklim
Di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, biwa tumbuh di dataran
tinggi basah dengan ketinggian tempat antara 900 1200 m dpl (Karsinah,
dkk, 2008). Tanaman biwa dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata >
0

15 C, dan masih toleran terhadap suhu yang rendah sampai 11 C. Tanaman


biwa tumbuh di lereng bukit yang hembusan anginnya baik. Panas yang
ekstrim di musim panas dapat merusak tanaman, kondisi kering dan angin
panas menyebabkan daun hangus. Jika iklim terlalu dingin atau panas dan
basah yang berlebihan, tanaman tumbuh sebagai ornamental tetapi tidak
berbuah (Karsinah, dkk, 2008).
Struktur Tanah

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|6

Tanaman Biwa tumbuh dengan baik pada tanah yang kesuburannya


sedang mulai dari tanah lempung berpasir ringan sampai tanah liat berat dan batu
berkapur sedang, tetapi memerlukan drainase yang baik. pH tanah yang sesuai
untuk tanaman biwa adalah 4-7 (Bangun, dkk, 2004). Sifat fisik tanah meliputi:
tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Kebutuhan tanah untuk tanaman
biwa berbedabeda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya
tanaman biwa menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur,
banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah
harus baik (Sembiring, 2009).
Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu
gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian
pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak
menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan
perakaran, sekurangkurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari
permukaannya. Akar tanaman biwa membutuhkan oksigen yang tinggi, yang
berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak
cocok. Sebab tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun
menjadi kurang baik (Bangun, dkk, 2004).
3.3. Mekanisme Teknik Perbanyakan Vegetatif Tanaman Biwa
(Eriobotrya japanica L.) menggunakan sambung pucuk
Perbanyakan dengan sambung pucuk, umumnya menggunakan batang
bawah dari pohon induk yang telah berumur 810 tahun, dengan pertumbuhan
tanaman kokoh dan tegak, serta bebas dari penyakit, sedangkan batang atas
(entres) berasal dari tanaman berproduksi tinggi, dengan ukuran buah besar, rasa
manis, serta disukai oleh konsumen pasar. Biwa Taras merupakan varietas
unggul yang telah dilepas dan dijadikan rekomondasi untuk batang atas (entris).
Prosedur Pembuatan Bibit Biwa Sambung Pucuk
Pelaksanaan penyiapan batang bawah adalah sebagai berikut:
1. Seleksi dan pemilihan tanaman biwa yang baik, sehat, vigor, dan telah
berumur antara 810 tahun.
2. Pohon pilihan batang bawah mempunyai daya adaptasi dan
kompatibel tinggi untuk membentuk sambungan grafting dengan

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|7

varietas batang atas.


3. Mempunyai perakaran dan batang kuat serta kokoh.
4. Dipilih buah yang telah tua dan matang serta tidak terserang hama dan
penyakit, kemudian diambil bijinya lalu dicuci dengan air mengalir.
5. Seleksi dan pemilihan benih yang baik dan sehat, yang berasal dari biji
bernas dan tidak cacat, kemudian dicuci dan dikeringanginkan pada suhu
ruang selama 23 hari.
6. Bibit yang hendak ditanam terlebih dahulu direndam selama 1015
menit dengan air hangat dengan suhu > 70oC.
7. Setelah itu Bi j i k e m udi a n di se m a i ka n pa da ba k
persemaian dengan menggunakan media campur tanah top soil :
kompos : pupuk kandang= 2:1:1. Setelah tanaman berdaun 23 ditransplanting ke polibag ukuran 18. Dua bulan setelah transplanting
dilakukan pemupukan NPK (16:16:16) dengan dosis 23 g per polibag.
Penyiapan Batang Atas
Batang atas (entris) yang akan digunakan untuk sambung pucuk berasal dari tunas
pucuk pohon induk terpilih biwa Taras. Entris yang akan digunakan harus sehat,
normal, dan berdiameter sama atau sedikit lebih kecil daripada diameter batang
bawah.
Pelaksanaan penyiapan batang atas adalah sebagai berikut:
1. Seleksi dan pemilihan pohon induk biwa, sehat dan tidak terserang
penyakit untuk sumber pucuk untuk bahan sambung.
2. Entris berasal dari tunas yang dorman, lurus, dan diameternya
disesuaikan dengan batang bawahnya (rootstock) yang digunakan
berdiameter 1 cm.
3. Hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan.
4. Pucuk biwa diambil sepanjang lebih kurang 810 cm untuk
disambungkan pada batang bawah.
Teknik Penyambungan
Teknik penyambungan biwa meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pucuk batang bawah dipotong, ketinggian potong 2025cm, kemudian
bagian ujung batang bawah dibelah sepanjang 2 cm.
2. Entris diambil dari ujung tunas tanaman biwa Taras (varietas unggul)
sepanjang 10 cm, kemudian dasar entris disayat pada kedua sisinya dengan
sayatan yang berhadapan, sehingga membentuk baji sepanjang 2 cm.
3. Entris berbentuk baji disisipkan dengan tepat ke dalam celah batang bawah

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|8

tanaman biwa yang telah dipotong pucuknya.


4. Bidang sambungan di balut dengan irisan plastik yang elastis, kemudian
sungkup dengan plastik transparan, kemudian hasil sambungan ditempatkan
di tempat rumah yang teduh dan setelah 2 minggu sungkup dibuka.
5. Tiga minggu setelah penyambungan plastik telah dapat dibuka dan telah
dapat ditanam 6 minggu setelah penyambungan.
Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif mulai berbuah lebih cepat yaitu
pada umur.>5 tahun, dibandingkan dari biji yang mencapai 810 tahun.
Perawatan Tanaman Sambung
1. Tiga minggu setelah disambung (entris telah bertunas) untuk mensuplai
hara bagi tanaman diberi pempukan N,P, dan K dilarutkan sebanyak
3g/tanaman dengan diberikan 2 minggu sekali sebanyak 150 ml
larutan/tanaman hingga sampai transplanting ke lapangan
2. Penyiraman dilakukan secara rutin 2 hari sekali (sesuai keadaan tanaman)
dengan menggunakan selang air, dan pada saat penyiraman tidak
dibolehkan mengenai penyambungannya.
3.4.

Keuntungan Menggunakan Teknik Perbanyakan Vegetatif Tanaman


Biwa (Eriobotrya japanica L.) Menggunakan Sambung Pucuk
Penerapan teknik penyambungan bertujuan untuk mendapatkan batang
bawah yang tahan terhadap penyakit serta batang atas yang memiliki
produksi buah tinggi yang sesuai dengan permintaan pasar (Hamdan et al.
2007). Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara
lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan
induknya, produksi bibit tidak bergantung pada ketersediaan benih/musim
berbuah bisa secara kontinyu, umumnya tanaman akan lebih cepat
bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji
(Adinugraha 2005).

4. PENUTUP
4.1. Simpulan
Tanaman Biwa (Eriobotyra japonica L.) dikenal dengan nama loquat
merupakan salah satu tanaman dataran tinggi yang termasuk ke dalam famili
Rosaceae yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan di indonesia. Tanaman
biwa ini dapat tumbuh di ketinggian antara 900-1200 m dpl, dengan suhu

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

|9

rata-rata 11 C-15 C. Struktur tanah yang baik dalam pembudidayaan pada


tanaman biwa (Eriobotyra japonica L.) adalah tanah yang gembur, subur,
dan banyak mengandung humus. Perbanyakan dengan sambung pucuk,
umumnya menggunakan batang bawah dari pohon induk yang telah
berumur 810 tahun, dengan pertumbuhan tanaman kokoh dan tegak, serta
bebas dari penyakit. Penerapan teknik penyambungan bertujuan untuk
mendapatkan batang bawah yang tahan terhadap penyakit serta batang atas
yang memiliki produksi buah tinggi yang sesuai dengan permintaan pasar
serta hasil produksi lebih cepat dibandingkan tanaman yang berasal dari biji.
Saran
Saran yang bisa disampaikan kepada pemerintah agar mengoptimalkan

4.2.

mengadakan sosialisasi, penyuluhan serta pelatihan kepada petani untuk


mengembangkan tanaman biwa (Eriobotyra japonica L.) dengan teknik
sambung pucuk agar hasil produksi yang dihasilkan lebih optimal. Kemudian
kepada peneliti selanjutnya, hasil dari penulisan artikel teknik penanaman
tanaman biwa ini dapat dijadikan sebagai bahan penulisan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, HA & Pudjiono, S. 2005. Teknik perbanyakan pohon plus jenis
Ekaliptus pellita secara vegetatif (vegetative propagation method for plus
tree of Eucalyptus sp.), Informasi Teknis, vol. 3, no 2.
Anonim. 2015. Buah Biwa Sibuah Langka. Tersedia dalam
http://www.agropustaka.com/2015_05_01_archive.html (diakses pada
tanggal 15 Mei 2015).
Bangun, E, Silalahi, FH, Karsinah & Manik, F. 2006. Biwa (Eriobotrya
japonica) tanaman buah langka multiguna, IPTEK Hortikultura, no. 2,
hlm. 1-6.
Bangun, E, Karo, B, Manik, F, Sembiring, S & Saragih, S. 2004. Koleksi dan
karakterisasi plasmanutfah tanaman buah di dataran tinggi, Laporan
Akhir Tahun, Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi.
Dien, Prima. 2012. Biwa Buah Langka dari Simalem. Tersedia dalam
http://www.kompasiana.com/primadien/biwa-buah-langka-dari simalem_
550da4638133116d2cb1e46d (diakses pada tanggal 14 Mei 2015).
Hamdan AA, Sugeng, P & Tani H. 2007. Teknik perbanyakan vegetatif jenis
tanaman Acacia man- gium, Info Teknis , vol. 15, no.2.
Karsinah, F.H. Silalahi dan A. Manshur. 2007. Eksplorasi dan Karakterisasi
Plasma Nutfah Tanaman Markisa. Jurnal Hortikultura 17(4):297-306.
Karsinah, E, dkk. 2008. Eksplorasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman
Biwa. Jerami Volume I No. 1.

Budidaya Tanaman Biwa (Eriobotrya japanica L.) Melalui Teknik Perbanyakan Sambung Pucuk

| 10

Morton, J. 1987. Loquat. in Fruits of warm cli- mates, Miami, FL, P. 103-8.
Tersedia dalam http://www.hort.purdue.edu/newcrop1/morton/loquat.
html (diakses pada tanggal 13 Mei 2015)
Sembiring, Seruan. Analisis Tanaman Biwa di Kabupaten Karo, Tesis.
Sianturi, Junita. 2014. Biwa, Anggur Karo yang Mahal Tapi tak Dilirik. Tersedia
dalam http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/2014-0825/files/assets/basic-html/page4.html (diakses pada tanggal 15 Mei 2015)
Silalahi, FH, Marpaung, AE & Tarigan, R. 2011.Tanggap pertumbuhan tanaman
biwa terhadap berbagai perbandingan dosis pupuk N, P, dan K, J. Hort.,
vol. 21, no.1, hlm. 1-13.
Suhanda, Parta. 2015. Katalog. Tersedia dalam http://www.angelnurserry.com
/p/katalog.html (diakses pada tanggal 14 mei 2015)
Sukendro, Andi. 2001. Study of vegetative propagation of Intsia bijuga
(Colebr).O.K.with Grafting, Jurnal Silvikultur Tropika, vol. 24, no.7,
hlm. 6-10.
Wijaya, Rana. 2012. Biwa Genjah Negeri Leluhur. Tersedia dalam
http://www.agriprospect.net/2012/09/biwa-genjah-negeri-leluhur.html
(diakses pada tanggal 13 Mei 2015)

Anda mungkin juga menyukai