Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Sainsmat, Maret 2013, Halaman 22-31 Vol. II, No.

1
ISSN 2086-6755
http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat

Karakterisasi Morfologi Malai Padi Lokal Asal Kabupaten


Tana Toraja Utara, Sulawesi Selatan
Morphological Characterization of Panicle Landrice’s from
North Tana Toraja South Sulawesi

Juhriah, A. Masniawati*, Elis Tambaru, Astuti Sajak

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar
Received 04 Januari 2013 / Accepted 18 Februari 2013

ABSTRAK
Penelitian terhadap karakterisasi morfologi malai padi lokal yang berada di Tana
Toraja, Sulawesi Selatan yang telah dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2012
di laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas
Hasanuddin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter morfologi dari malai padi
lokal dari Tana Toraja dan membuat dendrogram filogeni berdasarkan kesamaan dari malai
padi tersebut. Metode karakterisasi malai dilakukan berdasarkan Kebaruan, Keunikan,
Keseragaman dan Stabilitas oleh Departemen Pertanian, Menteri Pertanian Republik
Indonesia. Data morfologi dianalisa menggunakan program NTSyspc-2.1, koefisien
kemiripan dengan Simple Matching Coefficient (SMC) dan pengelompokan Unweighted
Pair Group Arithmetic Analysis (UPGMA).Hasil menunjukkan bahwa malai padi dari Tana
Toraja memiliki nilai kemiripan morfologi berkisar antara 0.43 hingga 0.84. dendrogram
menunjukkan bahwa Pare Rogon dan Pare Tallang berkerabat dekat (memiliki kemiripan
0.84). Pare Ra’rari dan Pare Lea memiliki kemiripan 0.80. Pare Kobo dan Pare Bau berada
pada derajat kemiripan 0.63. Plasma nutfah Pare Birrang mempunyai kekerabatan lebih
dekat pada plasma nutfah Pare Bumbungan, dengan derajat kemiripan 0.67.
Kata Kunci: Morfologi, Malai, Padi Lokal, Tana Toraja.

ABSTRACT
Research on the morphological characterization of panicles local rice’s in North Tana
Toraja, South Sulawesi was conducted in August to November 2012 at the Laboratory of
Botany, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University. This
research aims to determine the morphology character of panicle Landrices and contruct
the kinship dendrogram based on morphological similarity of panicle. The methods of
characterization panicle folollowed the instruction of Novelty, Distinctness, Uniformity
and Stability by Department of Agriculture, the Ministry of Agriculture of the Republic

*Korenspondensi:
email: masniawatiy@gmail.com

22
Karakterisasi Morfologi Malai Padi Lokal

Indonesia. Morphological data were analyzed by using NTSyspc-2.1 program, the


coefficient of similarity with the Simple Matcing Coefficient (SMC) and the clustering by
Unweighted Pair Group Arithmetic Analysis (UPGMA).The result reveal that panicle local
rice’s from North Tana Toraja have morphology similarity values ranging from 0.43 to
0.84. Dendrogram showed that Pare Rogon and Pare Tallang are closely related
(similiaruty 0.84). Pare Ra'rari and Pare Lea have similarity 0.80. Pare Kobo and Pare Bau
on the degree of similarity of 0.63. Pare Birrang germplasm more closely related Pare
Bumbungan germplasm the degree of similarity of 0.67.

Key words: Morphology, Panicles, Local Rice, Tana Toraja.

PENDAHULUAN banyak anakan maupun sebagai salah satu


komponen utama dalam pengendalian
Di Indonesia, padi telah dikenal sejak hama dan peyakit. Padi unggul pada
abad ke-7, bahkan mungkin lebih awal. umumnya berumur lebih pendek dan
Sampai saat ini kehidupan sosial, ekonomi, mempunyai tinggi tanaman yang lebih
dan budaya petani seakan tidak dapat pendek dibandingkan dengan padi lokal,
dipisahkan dari padi. Padi juga telah sehingga keberadaan padi varietas lokal
mendorong berkembangnya teknologi budi pada saat ini sudah jarang dijumpai
daya pertanian, mulai dari tradisional (Sari dan Waluya, 2008).
sampai modern. Sejalan dengan proses Padi lokal (land rice) merupakan
tersebut, beras telah menjadi bahan plasma nutfah yang potensial sebagai
makanan pokok sebagian besar masyarakat sumber gen-gen yang mengendalikan sifat-
secara turun-temurun, yang tidak mudah sifat penting pada tanaman padi.
tergantikan oleh pangan lain. Tingkat Keragaman genetik yang tinggi pada padi-
konsumsi beras yang cukup tinggi, yang padi lokal dapat dimanfaatkan dalam
saat ini telah mencapai 135 kg per kapita program pemuliaan padi secara umum.
per tahun, mengindikasikan beratnya Identifikasi sifat-sifat penting yang terdapat
tantangan dalam memasyarakatkan pada padi-padi lokal perlu terus di-
diversifikasi pangan (Apriantono, 2008). lakukan agar dapat diketahui po-
Padi Oryza sativa L. merupakan salah tensinya dalam program pemuliaan
satu tanaman yang penting di dunia dan (Hairmansis et.al. 2005).
diproduksi di semua benua. Salah satu Padi lokal, meskipun hasilnya rendah
pusat asal-usul pembudidayaan padi namun memiliki beberapa kelebihan
diperkirakan adalah Asia Tenggara yaitu ditinjau dari sisi kepentingan petani, karena
India Timur, Indo Cina, Cina Selatan, dan mudah diperoleh, pemeliharaan yang
Afrika. Padi berdasarkan ciri-cirinya sangat minim, dan berbatang tinggi,
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sehingga tidak perlu membungkuk ketika
padi varietas unggul dan padi varietas memanen (Wingin, 1976). Selain itu
lokal. Varietas unggul memegang peranan varietas lokal hasilnya stabil, input rendah,
yang menonjol baik terhadap bentuk gabah kecil ramping yang disukai
konstribusinnya terhadap peningkatan petani dan konsumen (Iskandar, 2001).
hasil per satuan luas karena memiliki

23
Juhriah, dkk. (2013)

Kabupaten Tana Toraja merupakan menulis, jangka sorong, timbangan, dan


salah satu daerah penghasil padi di plastik sampel.
Indonesia. Padi yang ditanam di Tana Bahan yang digunakan yaitu sepuluh
Toraja ada yang berupa padi lokal dan padi padi lokal yang ditemukan dari Tana Toraja
varietas baru. Padi lokal yang ditanam Utara. Daftar nama padi lokal Tana Toraja
memiliki karakter gabah yang berbeda- untara disajikan pada tabel 1
beda. Untuk menggali potensi Plasma
Nutfah padi lokal di Tana Toraja maka Tabel 1. Daftar nama Padi lokal Tanah
salah satu yang dapat dilakukan adalah Toraja Utara
mengkarakterisasi morfologi plasma nutfah
Lokasi
tersebut. Nama padi (Kecamatan
Karakter morfologi yang sering No lokal Tana Sa’dam Kab.
digunakan sebagai pembeda varietas padi Toraja Utara Tana Toraja
lokal adalah karakter batang (jumlah Utara)
anakan, tinggi, tipe permukaan, warna 1 Pare Lalodo Desa Balusu
permukaan, jumlah nodus, dan panjang 2 Pare Rogon Desa Balusu
3 Pare Lea Desa Balusu
internodus), daun (panjang dan warna lidah
4 Pare Kobo Desa Sangkaropi
daun; panjang telinga daun, ukuran 5 Pare Ra’rari Desa Sangkaropi
permukaan atas dan warna helaian daun, 6 Pare Ambo Desa Sangkaropi
bunga (panjang malai, jumlah bulir, bentuk, 7 Pare Tallang Desa Sangkaropi
ukuran, permukaan, warna permukaan, 8 Pare Bau Desa Balusu
keadaan ujung permukaan, panjang tangkai 9 Pare Birrang Desa Sangkaropi
10 Pare Desa Sangkaropi
dan warna tangkai bulir), gabah (bentuk,
Bumbungan
ukuran, permukaan, warna permukaan,
keadaan ujung permukaan, ekor pada ujung
permukaan, panjang tangkai, dan 2. Metode kerja
kerontokan gabah), beras (bentuk, ukuran, Penelitian ini menggunakan metode
dan warna beras) (Irawan dan Purbayanti, kualitatif bersifat deskriptif analisis,
2008). meliputi eksplorasi, koleksi, dan
Penelitian ini bertujuan untuk karakterisasi. Eksplorasi dilakukan dengan
mengetahui karakter morfologi malai mengumpulkan padi-padi lokal yang
plasma nutfah padi lokal dari Tana Toraja terdapat di Tana Toraja Utara. Jumlah
Utara, Sulawesi Selatan dan untuk gabah yang diambil adalah satu ikat dalam
mengetahui hubungan kekerabatan antara bentuk gabah kering yang masih ada
plasma nutfah padi lokal Tana Toraja Utara malainya. Setiap padi lokal diamati ciri
berdasarkan morfologi malai. morfologinya (dikarakterisasi) (Irawan dan
Purbayanti, 2008).
METODE Gabah yang diambil di Tana Toraja
kemudian di karakterisasi berdasarkan
1. Alat & Bahan
panduan sistem karakterisasi dan Evaluasi
Alat – alat yang digunakan dalam
Tanaman Padi (Departemen Pertanian,
penelitian ini adalah penggaris, alat tulis
2003) dan Panduan Pengujian Individual

24
Karakterisasi Morfologi Malai Padi Lokal

Kebaruan, Keunikan, Keseragaman, dan Tana Toraja Utara Sulawesi Selatan


Kestabilan, Departemen Pertanian dilakukan sejak bulan Agustus sampai
Republik Indonesia, Pusat Perlindungan November 2012. Kesepuluh plasma nutfah
Varietas Tanaman (Departemen Pertanian, padi lokal tersebut memiliki kesamaan
2006), dilaksanakan di Laboratorium maupun perbedaan untuk beberapa
Botani. Sampel yang diamati untuk setiap parameter pengamatan. Hasil pengamatan
parameter sebanyak 10 sampel. karakter Padi Lokal yang diperoleh
Data hasil pengukuran parameter kemudian diubah dalam bentuk data biner.
diubah kedalam bentuk data biner (0 dan 1) Pada parameter pengamatan jumlah
dan diolah dengan menggunakan program gabah per malai, rata-rata gabah yang
NTSyst (Rohlf, 2000) untuk menghitung dihasilkan pada Pare Lea, Pare Ra’rari,
Tingkat polimorfisme, Matriks kesamaan Pare Ambo, dan Pare Birrang tergolong
dan dendrogram pengelompokan. Derajat sedikit yaitu <150 dan pada Pare Lalodo,
kesamaan morfologi malai dihitung Pare Rogon, Pare Kobo, Pare Tallang, Pare
menggunakan metode “Simple Matching Bau, dan Pare Bumbungan rata-rata gabah
Coefficient” (SMC), pengelompokan yang dihasilkan berada pada taraf sedang
dengan metode Unweight Pair Group yaitu 150-300. Selanjutnya pada parameter
Aritmethic Analysis) (UPGMA). pengamatan jumlah gabah bernas
Adapun parameter yang diamati adalah menunjukkan bahwa Pare Rogon, Pare
sebagai berikut: Tallang, dan Pare Bau, memiliki gabah
1. Jumlah gabah dalam 1 malai bernas tergolong banyak yaitu >130, Pare
2. Panjang malai Ra’rari dan Pare Birrang tergolong
3. Tipe malai memiliki gabah bernas tergolong sedikit
4. Cabang malai sekunder yaitu rata-rata <100, sedangkan Pare
5. Jumlah gabah bernas Lalodo, Pare Lea, Pare Kobo, Pare Ambo,
6. Jumlah gabah hampa dan Pare Bumbungan memiliki gabah
7. Bentuk gabah bernas tergolong sedang yaitu 100-130.
8. panjang gabah Pada parameter pengamatan jumlah gabah
9. Keadaan ujung gabah hampa menunjukkan bahwa Pare Lalodo
10. Ekor pada ujung gabah dan Pare Kobo tergolong memiliki banyak
11. Panjang ekor pada ujung gabah gabah hampa yaitu rata-rata >25, Pare
12. Warna ekor pada ujung gabah Rogon, Pare Lea, Pare Tallang, Pare
13. Warna tangkai gabah Birrang, dan Pare Bumbungan tergolong
14. Kerontokan gabah sedang yaitu rata-rata 15-25, sedangkan
15. Bentuk beras Pare Ra’rari, Pare Ambo, dan Pare Bau
16. Panjang beras memiliki gabah hampa tergolong sedikit
17. Warna beras yaitu <15.
18. Berat 1000 butir gabah Pengamatan pada pengukuran panjang
malai dapat diketahui bahwa, Pare Lalodo,
HASIL DAN PEMBAHASAN Pare Lea, Pare Ra’rari, Pare Ambo, Pare
Penelitian tentang karakterisasi Tallang, Pare Birrang, dan Pare
morfologi malai kesepuluh padi lokal asal Bumbungan memiliki panjang malai rata-

25
Juhriah, dkk. (2013)

rata 20-30 cm yaitu pada taraf sedang, menunjukkan bahwa Pare Lalodo, Pare
sedangkan Pare Rogon, Pare Kobo, dan Rogon, Pare Lea, Pare Ra’rari, dan Pare
Pare Bau memiliki panjang rata-rata >30 Tallang tidak memiliki ekor pada ujung
cm dan tergolong panjang. Pengamatan gabah sedangan Pare Kobo, Pare Bau, Pare
terhadap tipe malai menunjukkan bahwa Birrang, dan Pare Bumbungan memiliki
Pare Birrang dan Pare Bumbungan ekor dengan panjang rata-rata yaitu >20
memiliki tipe malai tegak, Pare Lea, Pare mm, sedangkan Pare Ambo memiliki
Kobo, dan Pare Ra’rari memiliki tipe ukuran dengan kategori sedang yaitu 10-20
malai tegak agak tegak, Pare Lalodo dan mm.
Pare Rogon memiliki tipe malai agak tegak, Pada parameter pengamatan warna
sedangkan Pare Ambo, Pare Tallang, dan ekor pada ujung gabah menunjukkan
Pare Bau memiliki tipe malai menyebar. bahwa Pare Bau berwarna kuning jerami,
Adapun untuk parameter pengamatan Pare Kobo dan bumbungan berwarna
berat bobot 1000 butir gabah menunjukkan kuning kecoklatan, sedangkan Pare Ambo
bahwa Pare Lalodo dan Pare Birrang dan birrang berwarna coklat tua.
tergolong pada kategori berat yaitu >30 g, Pengamatan warna tangkai gabah Pare
Pare Rogon, Pare Ra’rari, Pare Ambo, Pare Ambo memiliki warna yaitu coklat tua,
Tallang, Pare Bau dan Pare Bumbungan sedangkan padi lokal lainnya berwarna
tergolong pada kategori sedang yaitu 25-30 kuning kecoklatan.
g, sedangkan Pare Lea dan Pare Kobo Hasil perhitungan kerontokan gabah
tergolong pada kategori ringan <25 g. menunjukkan, bahwa Pare Kobo memiliki
Pengamatan untuk parameter bentuk kerontokan gabah pada kategori agak
gabah menunjukkan, bahwa Pare Birrang mudah yaitu 26%-50%, Pare Lalodo, Pare
dan Pare Bumbungan memiliki bentuk Rogon, dan Pare Bau yaitu pada kategori
gabah yang ramping yaitu >3,0 mm, agak sulit yaitu 1%-5%, sedangkan Pare
sedangkan Pare Lalodo, Pare Lea, Pare Lea, Pare Ra’rari, Pare Ambo, Pare
Rogon, Pare Kobo, Pare Ra’rari, Pare Tallang, Pare Birrang, dan Pare
Ambo, Pare Tallang, dan Pare Bau Bumbungan memiliki kerontokan gabah
memiliki bentuk gabah sedang yaitu 2,1-3,0 pada kategori sulit yaitu <1%.
mm. Pada parameter ukuran gabah pada 10 Hasil pengamatan dari 10 Padi Lokal
padi lokal semuanya termasuk dalam pada parameter bentuk beras menunjukkan,
kategori ukuran sangat panjang yaitu >7,5 bahwa Pare Birrang memiliki bentuk beras
mm. sedang yaitu 2,1-3,0 mm, sedangkan 9 Padi
Pada hasil pengamatan untuk Lokal lainnya memiliki bentuk beras
parameter keadaan ujung gabah lonjong yaiitu 1,1-2,0 mm. Pada
menunjukkan bahwa Pare Birrang dan Pare pengamatan ukuran beras menunjukkan,
Ra’rari memiliki titik berwarna coklat bahwa Pare Bumbungan memiliki ukuran
kekuningan, Pare Ambo memiliki titik yaitu pada kategori pendek yaitu <5,5 mm,
berwarna coklat tua, sedangkan tujuh Padi Pare Lea dan Pare Bau memiliki ukuran
Lokal lainnya tidak memiliki titik pada yaitu pada kategori sedang yaitu 5,51-6,6
ujung gabah. Selanjutnya pada parameter mm, Pare Rogon dan Pare Birrang pada
pengamatan ekor pada ujung gabah kategori sangat panjang yaitu >7,5 mm,

26
Karakterisasi Morfologi Malai Padi Lokal

sedangkan 5 Padi Lokal lainnya tergolong Keseluruhan data yang diperoleh


kedalam kategori panjang yaitu 6,61-7,5 setelah Padi Lokal yang dibinerkan
mm. Pengamatan pada warna beras diperoleh dua jenis karakter berdasarkan
menunjukkan, bahwa Pare Rogon, Pare sifatnya yaitu karakter yang bersifat
Tallang, dan Pare Bau memiliki warna monomorfis dan karakter yang bersifat
yaitu bening, Pare Bumbungan berwarna polimorfis. Karakter yang bersifat
putih, sedang Pare Lea, Pare Ra’rari, Pare monomorfis adalah karakter yang sama dan
Ambo, dan Pare Birrang berwarna merah dimiliki oleh seluruh Padi lokal. Karakter
kecoklatan, Pare Lalodo dan Pare Kobo yang bersifat polimorfis adalah karakter
berwarna hitam. yang tidak dimiliki oleh seluruh padi lokal.
Adapun pada pengamatan cabang Karakter yang bersifat monomorfis hanya
malai sekunder menunjukkan, bahwa Pare terdapat yaitu pada karakter fenotipik
Birrang dan bumbungan tergolong dalam ukuran gabah dimana seluruh padi lokal
kategori tidak bercabang, Pare Lalodo dan memiliki ukuran gabah pada kategori yang
Pare Bau tergolong dalam kategori sama.
bercabang banyak, sedangkan yang lainnya
masuk dalam kategori bercabang sedikit.

Tabel 2. Profil Data Karakter Polimorfisme Padi Lokal Tana Toraja Utara

Tingkat polimorfisme Jumlah sifat


No. Karakter fenotipik
(%) karakter
1 Jumlah gabah dalam 1 malai 0.48 2
2 Panjang malai 0.42 2
3 Tipe malai 0.74 4
4 Jumlah gabah bernas 0.62 3
5 Jumlah gabah hampa 0.62 3
6 Berat 1000 butir gabah 0.56 3
7 Bentuk gabah 0.32 2
8 Keadaan ujung gabah 0.46 3
9 Ekor pada ujung gabah 0.50 2
10 Panjang ekor ujung gabah 0.58 3
11 Warna ekor ujung gabah 0.66 4
12 Warna tangkai gabah 0.18 2
13 Kerontokan gabah 0.54 3
14 bentuk beras 0.18 2
15 Ukuran beras 0.66 4
16 Warna beras 0.70 4
17 Cabang malai sekunder 0.56 3

Hasil perhitungan tingkat polimorfisme pada bentuk beras dan warna tangkai gabah
disajikan pada Tabel 2. Menunjukkan, dengan tingkat polimorfisme yaitu 0,18
bahwa karakter yang memiliki tingkat karena memiliki tingkat variasi karakter
polimorfisme yang paling rendah yaitu yang kecil, Sedangkan karakter yang

27
Juhriah, dkk (2013)

memiliki tingkat polimorfisme yang paling yang bersifat spesifik dapat dilihat pada
tinggi adalah pada tipe malai dengan tabel 3. Karakter spesifik adalah katakter
tingkat polimorfisme yaitu 0,74 karena yang hanya dimiliki oleh satu padi lokal
memiliki tingkat variasi karakter yang saja. Plasma nutfah padi lokal Pare Ambo
besar. Tingkat polimorfisme yang tinggi memiliki karakter spesifik yang antara lain:
menunjukkan tingkat ketidakmiripan yang keadaan ujung gabah dengan sifat karakter
tinggi pada seluruh padi lokal, sedangkan yaitu memilki titik berwarna coklat tua,
tingkat polimorfisme yang rendah panjang ekor pada ujung gabah berukuran
menunjukkkan tingkat ketidakmiripan yang sedang (10-20 mm), dan karakter warna
rendah pada seluruh padi lokal. tangkai gabah berwarna coklat tua.
Karakter polimorfik tersebut
menunjukkan adanya karakter karakter
Tabel 3. Daftar Karakter Spesifik Padi Lokal Tana Toraja Utara

No. Karakter Sifat karakter Padi Lokal

1. Keadaan ujung gabah Titik berwarna coklat tua Pare Ambo

2. Panjang ekor ujung gabah Sedang (10 - 20 mm) Pare Ambo

3. Warna tangkai gabah Coklat tua Pare Ambo


4. Kerontokan gabah Agak mudah (26 - 50 %) Pare Kobo
5. Bentuk beras Sedang (2,1 – 3,0 mm) Pare Birrang
6. Ukuran beras Pendek ( <5,5 ) Pare Bumbungan
7. Warna beras Putih Pare Bumbungan

Plasma nutfah padi lokal Pare Kobo Derajat kesamaan morfologi malai
memiliki karakter spesifik yaitu kerontokan kesepuluh padi lokal asal Tana Toraja
gabah dengan sifat karakter agak mudah Utara disajikan pada tabel 4. Tingkat
rontok (26–50 %). Karakter spesifik kemiripan seluruh Padi Lokal berada pada
lainnya ditunjukkan oleh plasma nutfah tingkat koefisien kemiripan 0,43 sampai
padi lokal Pare Birrang yaitu bentuk beras 0,84. Plasma nutfah yang memiliki tingkat
dengan sifat karakter sedang (2,1–3,0 kekerabatan yang paling dekat adalah
mm). Selanjutnya plasma nutfah padi lokal plasma nutfah Pare Rogon (2) dengan
Pare Bumbungan memiliki karakter plasma nutfah Pare Tallang (7) yaitu pada
spesifik yaitu ukuran beras dengan sifat derajat kesamaan 0,84. Plasma nutfah yang
karakter pendek (<5,5) dan warna beras memiliki tingkat kekerabatan yang paling
dengan sifat karakter putih. Padi lokal yang kecil yaitu antara plasma nutfah Pare
memiliki karakter spesifik ini menunjukkan Birrang (9) dengan plasma nutfah Pare
perbedaan atau ketidakmiripan dengan padi Lalodo (1), Pare Rogon (2), Pare Kobo (4)
lokal lainnya yang berpengaruh pada dan Pare Bau (8) yaitu pada derajat
gambar dendogram yang diperoleh. kesamaan 0,43.

28
Karakterisasi Morfologi Malai Padi Lokal

Tabel 4. Matriks Koefisien Kemiripan Morfologi Padi lokal Tana Toraja Utara

Padi Lokal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1.00
2 0.71 1.00
3 0.67 0.67 1.00
4 0.67 0.59 0.63 1.00
5 0.63 0.63 0.80 0.55 1.00
6 0.51 0.47 0.63 0.55 0.71 1.00
7 0.71 0.84 0.76 0.59 0.76 0.63 1.00
8 0.59 0.71 0.51 0.63 0.51 0.55 0.67 1.00
9 0.43 0.43 0.55 0.43 0.59 0.55 0.47 0.43 1.00
10 0.55 0.55 0.59 0.63 0.51 0.55 0.63 0.59 0.67 1.00

Berdasarkan matriks koefisien Ra’rari (5), Pare Kobo (4), Pare Bau (8),
kemiripan fenotipik dibuat dendogram dan Pare Ambo (6).
yang dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil pengelompokan berdasarkan
Dendrogram tersebut menunjukkan bahwa kesamaan morfologi malai yang dibuat
padi lokal yang memiliki kemiripan paling dengan metode UPGMA menunjukkan
dekat adalah padi lokal Pare Rogon (2) bahwa apabila ditarik garis pada tingkat
dengan padi lokal Pare Tallang (7) yaitu koefisien 0,61 maka terbentuk 4 kelompok
pada derajat kesamaan 0,84 bergabung besar. Kelompok pertama terdiri atas lima
dengan Pare Lalodo (1). Selanjutnya padi lokal yaitu Pare Lalodo (1), Pare
disusul oleh Pare Ra’rari (5) yang lebih Rogon (2), Pare Tallang (7), Pare Lea (3),
berkerabat dengan Pare Lea (3) pada dan Pare Ra’rari (5). Kelompok kedua
derajat kesamaan 0,80 yang kemudian terdiri dari Pare Kobo (4) dan Pare Bau (8).
bergabung dengan Pare Lalodo (1), Pare Kelompok ketiga terdiri atas satu padi lokal
Rogon (2), dan plasma nutfah Pare Tallang saja yaitu dari Pare Ambo (6). Kelompok
(7). keempat terdiri dari dari Pare Birrang (9)
Pare Kobo (4) membentuk kelompok dan Pare Bumbungan (10). Dendogram
dengan Pare Bau (8) pada derajat kesamaan (Gambar 1), menunjukkan, bahwa padi
0,63, selanjutnya bergabung dengan Pare lokal Pare Ambo memiliki tingkat
Lalodo (1), Pare Rogon (2), Pare Tallang kesamaan paling kecil terhadap seluruh
(7), Pare Lea (3), Pare Ra’rari (5) dan padi lokal yang diteliti, hal ini disebabkan
bergabung dengan Pare Ambo (6). Pare ketidakmiripan karakter lokal Pare Ambo
Birrang lebih berkerabat dengan Pare terhadap seluruh plasma nutfah padi lokal
Bumbungan (10) yaitu pada derajat tersebut Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa
kesamaan 0,67 yang bergabung dengan Pare Ambo memiliki 3 ksifat karakter yang
plasma nutfah Pare Lalodo (1), Pare Rogon tidak dimilki oleh padi lokal lainnya. Hal
(2), Pare Tallang (7), Pare Lea (3), Pare ini menyebabkan Pare Ambo membentuk
kelompok tersendiri (kelompok III) dan

29
Juhriah, dkk (2013)

baru bergabung dengan 2 kelompok morfologi spesifik, yaitu plasma nutfah


lainnya yaitu kelompok I dan II hanya pada padi lokal Pare Ambo dengan keadaan
derajat kemiripan < 0,61 ujung gabah memilki titik berwarna coklat
tua, panjang ekor berukuran sedang (10-20
KESIMPULAN mm), dan warna tangkai gabah berwarna
coklat tua.
Sepuluh padi lokal dari Tana Toraja
Utara Sulawesi Selatan, memiliki karakter

Koefisien Kemiripan morfologi


Gambar 1. Dendrogram Koefisien Kemiripan morfologi malai 10 Padi Lokal Kabupaten
Tana Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Plasma nutfah padi lokal Pare Kobo malai yaitu dengan nilai jarak kemiripan
dengan kerontokan gabah agak mudah mulai dari 0,53 sampai 0,84.
rontok (26–50 %). Plasma nutfah padi lokal
Pare Birrang dengan bentuk beras sedang UCAPAN TERIMA KASIH
(2,1–3,0 mm). Selanjutnya plasma nutfah
Penelitian ini didanai oleh Hibah
padi lokal Pare Bumbungan yaitu ukuran
Unggulan Perguruan Tinggi Universitas
beras pendek (<5,5 mm) dan warna beras
Hasanuddin dengan No. 09/UN4.LK.26
putih.Hubungan kekerabatan antar plasma
/2012. Tanggal 29 Maret 2012.
nutfah padi lokal berdasarkan morfologi

30
Karakterisasi Morfologi Malai Padi Lokal

DAFTAR PUSTAKA Irawan B dan K Purbayanti. 2008.


Karakterisasi dan Kekerabatan Kultivar
Apriantono A. 2008. Padi, Inovasi Teknologi Padi Lokal. Sumedang: Universitas
dan Ketahanan Pangan. Buku I. Jakarta: Padjajaran.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Iskandar J. 2001. Manusia, Budaya, dan
Lingkungan: Kajian Ekologi Manusia.
Backer CA and RC Bakhuizen Van Den Brink. Bandung: Humaniora Utama Press.
1968. Flora of Java (Spermatophytes
Only) Vol III. Netherland: Wolters- Rohlf FJ. 2000. NTSYSpc Numerical Taxonomy
Noordhoff N. V. –Groningen. and Multivariate Analysis System
Version 2.1 New York: Applied
Departemen Pertanian. 2003. Buku Panduan Biostatistic Inc.
Sistem Karakterisasi dan Evaluasi
Tanaman Padi. Jakarta: Deptan. Sari dan Waluya C. 2008. Ciri-Ciri Morfologi,
Analisis Nutrisi dan Sensori Beberapa
Departemen Pertanian. 2006. Panduan Varietas Lokal Padi Cianjur. Bogor:
Pengujian Kebaruan, Keunikan, Institut Pertanian Bogor.
Keseragaman, dan Kestabilan. Jakarta:
Deptan. Wingin G. 1976. Buginese Agriculture in Tidal
Swamps of South Sumatera. Bogor:
Hairmansis A, Aswidinnor H, Trikoe- Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.
soemangtyas, dan Suwarno. 2005.
Evaluasi Daya Pemulih Kesuburan Padi
Lokal dari Kelompok Tropical Japonica.
Buletin Agron. 33: 1-6.

31

Anda mungkin juga menyukai