Anda di halaman 1dari 78

A.

Latar Belakang

Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih
dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang
dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat
genetif selanjutnya.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama
pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara
okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas
yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan
memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea.
Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara
lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara
batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk
pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi
kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal dari dua klon yang
berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga
diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-
sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang
tersebut.
Pemilihan batang bawah yang sesuai dengan batang atas penting diperhatikan untuk
menghindari ketidakcocokan antara kombinasi batang bawah dan batang atas. Bila ini terjadi,
kombinasi tersebut tidak mampu menampilkan potensi produksi dan karakter unggul lainnya
secara maksimal. Potensi klon batang atas yang maksimum akan tercapai bila batang bawah sesuai
dengan batang atas. Saat ini biji yang dianjurkan sebagai benih untuk batang bawah berasal dari
klon GT 1, AVROS 2037, BPM 24, PB 260, dan RRIC 100. Biji dari klon LCB 1320, PR 228, dan
PR 300 masih boleh digunakan, namun sulit didapat akibat luas tanaman yang makin berkurang.
Secara empiris, pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi yang besar dalam
meningkatkan produktivitas kebun. Dengan menanam bibit unggul dari klon unggul, produktivitas
rata-rata kebun berkisar antara 1.400-2.000 kg/ha/ tahun, bahkan untuk klon generasi IV potensi
klon bisa mencapai 3.500 kg/ha/tahun. Tanaman asal biji (semaian), produktivitasnya hanya 400-
500 kg/ha/tahun. Oleh karena itu, ketersediaan bibit unggul merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet rakyat.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik okulasi, dan mengetahui tingkat
keberhasilan antara yang hidup dam mati.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan
bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai
penghasil lateks dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul baru generasi‐4 pada periode periode tahun
2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klon‐klon tersebut
menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi
karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder lainnya. Klon‐klon lama yang sudah dilepas yaitu GT
1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24,
BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus
dilakukan secara hati‐hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT
1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum
dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks
sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB
260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena
itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Anwar, 2001).
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Dalam
hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct),
entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang
mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut,
diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup
persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta
usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah
adalah klon GT 1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5
tahun sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5 cm
(Tim Penulis PS, 2007).
Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres
cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi
ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan
tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu
teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman
kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-
sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik.
Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang
baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini
ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di
tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan okulasi benih karet sering terjadi
kegagalan. Salah satu faktor penyebabnya adalah sifat khusus dari klon karet yang digunakan,
seperti ketebalan kulit batang dan posisi mata tunas terhadap tangkai daun. Masalah yang dihadapi
perkebunan karet rakyat saat ini adalah produktivitas yang rendah karena petani belum sepenuhnya
menerapkan teknologi. Secara nasional, produktivitas kebun karet rakyat saat ini baru sekitar 892
kg/ha/tahun, sedangkan untuk perkebunan besar negara dan swasta masing-masing 1.299 kg dan
1.542 kg/ha/tahun (Mahfudin, 2000).
Kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu benih adalah; 1) biji tidak
pernah kering di pohon; 2) biji tidak tahan kekeringan dan tidak mempunyai masa dormansi,
dan biji akan mati bila kadar air sampai di bawah nilai titik kritis yaitu 12%; 3) biji tidak dapat
dikeringkan karena akan mengalami kerusakan; 4) viabilitas atau daya tumbuh biji cepat menurun
walaupun dipertahankan dalam kondisi lembap, dan daya simpannya umumnya singkat; 5) dalam
proses konservasi, biji dipertahankan dalam keadaan lembap (kadar air 32-35%); 6) biji dengan
kadar air 32-35%, jika disimpan pada suhu di bawah 0oC akan mengalami pembekuan sel; dan 7)
kisaran suhu penyimpanan biji karet yang baik adalah 7-10 oC, karena pada kondisi ini belum
mengalami pembekuan sel (Karyudi et al, 2001).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Tempat Dan Waktu

Pratikum ini dilaksanakan di lahan Arboretum perkebunan karet TBM fakultas pertanian
universitas sriwijaya pada tanggal 24 Oktober 2013 pukul 14.30 WIB

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah: 1) pisau okulasi. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah: 1) batang bawah tanaman karet; 2) batang entres 3) plastik okulasi dan 4) kain pembersih

C. Cara Kerja

Adapun proses okulasi mencakup tahap-tahap sebagai berikut:


a. Membuat jendela okulasi:
o Pilih batang bawah yang memiliki payung dorman dan bersihkan.
b. Pembuatan perisai mata okulasi:
o Buat perisai mata okulasi dari kebun entres (kebun batang atas) yang telah dipanen.
o Pilih mata okulasi yang terletak di bekas ketiak daun
o Sayat kayu entres selebar 1 cm sepanjang 5–7 cm dengan menyertakan sedikit kayu
batangnya.
o Lepas kulit kayu perlahan, usahakan bagian dalam tidak kotor atau terpegang, karena di
bagian dalam terdapat titik putih yang merupakan mata entres yang siap ditempelkan.
c. Penempelan perisai mata okulasi:
o Tempelkan perisai mata okulasi dengan cepat setelah jendela okulasi dibuka.
o Tutup jendela okulasi, tekan dengan tangan, lalu balut dengan plastik yang sudah
disiapkan.
o Pembalutan dimulai dari bawah bila bukaan jendela okulasi dari bawah, sebaliknya dibalut
dari atas bila bukaan jendela okulasi dari atas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun Hasil yang saya dapat pada praktikum ini adalah:


Hasil Pengamatan Keterangan
Dari hasil dilapangan warna kulit
okulasi atau mata entres pada batang
bawah masih bewarna hijau, namun
Karet okulasi bagian atas dari mata okulasi sudah ada
terlihat bewarna hitam, ini artinya bisa
mati, karena kulit kulit hitam tersebut
akan merambat (menyebar) kesemua
bagian kulit okulasi.

B. Pembahasan

Dari hasil dilapangan warna kulit okulasi atau mata entres pada batang bawah masih bewarna
hijau, namun bagian atas dari mata okulasi sudah ada terlihat bewarna hitam, ini artinya bisa mati,
karena kulit kulit hitam tersebut akan merambat (menyebar) kesemua bagian kulit okulasi.
Kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif. Dibandingkan
dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1)
pertumbuhannya seragam, 2) variasi antar individu sangat kecil, 3) produktivitas tinggi, 4)
perbanyakannya mudah dan 5) bibitnya bagus karena berasal dari hasil seleksi
Dalam kegiatan okulasi yang menggabungkan sifat unggul dari kedua klon dalam satu individu,
maka diperlukan kompatibilitas dari kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas batang atas dan
batang bawah adalah kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan okulasi agar dapat
dihasilkan individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur ekonomis yang tinggi.
Jika tidak kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan pernah tumbuh dan tidak
memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang siap diokulasi harus memiliki daya
gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Bibit semaian batang bawah telah
berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat juga
digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup
besar. Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada tidaknya daun muda yang tumbuh,
dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak ada daun mudanya karena dikhawatirkan hasil okulasi
tidak akan tumbuh.
Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang kemudian
akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet. Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan
lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang
dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat berfungsi untuk kegiatan
produksi karet. Mata entres disebut juga mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau
berada pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah
internodia. Penempelan batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela
atau disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat sisi sebelah
kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya getah dari batang karet. Sehingga
dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu
sebelum mata entres siap karena akan menyebabkan kambium menjadi kering.Bahan dan alat yang
digunakan untuk okulasi adalah: pisau okulasi, plastik okulasi, meteran kain, penggaris, batu
asah, spidol, dan lap kain; batang bawah yang memiliki payung dorman atau berdaun hijau tua
dengan lilit batang 5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah.
Okulasi adalah suatu teknik perbanyakan vegetatif tanaman karet dengan cara membuka jendela
okulasi dan menempelkan mata tunas pada jendela okulasi. Pada tanaman karet hasil perbanyakan
tanaman dengan teknik ini disebut klon. Okulasi dilakukan untuk mendapatkan bibit karet
berkualitas tinggi. Batang atas dianjurkan berasal dari karet klon PB260, IRR118, RRIC100 dan
batang bawah dapat menggunakan bibit dari biji karet klon PB20, GT1, dan RRIC100 yang
diambil dari pohon berumur lebih dari 10 tahun.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang saya dapat dari praktikum ini adalah:
1. Kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif
2. Pada dasarnya mata okulasi yang baik dapat diambil dari kebun entres
3. Hasil okulasi yang berhasil di cirikan dengan berwarna hijau
4. bibit hasil okulasi yang masih belum tumbuh disebut dengan stum mata tidur
5. Okulasi dinyatakan gagal apabila mata tunas yang di tempel berwarna coklat dan
busuk.
6. pada 1 meter panjang enteres terdapat mata okulasi rata-rata 20 prisai

B. Saran

Adapun saran yang saya dapat saya berikan, hendaknya praktek membuka jendela okulasi ini
dilakukan sesuai dengan waktunya sehingga hasil yang didapat bisa berhasil, dan bibit batang
bawah hendaknya bagus seseai dengan kriteri karena agar praktikan yang baru belajar
memudahkan dalam tehnik membuka jendela okulasi.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Karet. Departemen Pertanian, Jakarta. hlm. 26.

Balai Penelitian Karet Sembawa. 2005. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Pusat Penelitian
Karet, Medan. hlm. 75.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2003. Laporan Tahunan Tahun 2002. Dinas Perkebunan
Provinsi Jambi, Jambi. hlm. 92.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Road Map Komoditas Karet. Direktorat Jenderal
Perkebunan, Jakarta. hlm. 14.

Firdaus. 2008. Upaya peningkatan produktivitas karet melalui teknologi budi daya. hlm.
376. Prosiding Lokakarya Nasional Percepatan Penerapan Iptek dan Inovasi Teknologi
Mendukung Katahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan Pertanian.

Karyudi, R. Azwar, Sumannadji, Istianto, I. Suhendry, M. Supriadi, C. Nancy, Sugiharto,


Sudiharto, dan U. Junaidi. 2001. Analisis biaya produksi dan strategi peningkatan daya saing
perkebunan karet nasional. Warta Pusat Penelitian Karet 20(1): 1-24.

Mahfudin. 2000. Pengaruh Lama Penyimpanan Entres terhadap Pertumbuhan Benih Hasil
Okulasi. Fakultas Pertanian Universitas Juanda, Bogor. hlm. 21
http://triansyahlebungbatang.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-karet-okulasi.html
I. PENDAHULUUAN

1.1 Latar Belakang

Karet merupakan tanaman perkebunan tahunan berupa pohon yang memunyai batang lurus.
Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan
berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara dan
sekarang ini karet banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet
alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada
tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah
menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga
Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik,
tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan
penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia.
Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet
normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk
menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang
merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu
dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban,
komponen, dan sebagainya (Balai Penelitian Karet Sembawa, 2005).

Hasil karet biasa dimanfaatkan atau diolah menjadi beberapa produk antara lain adalah : RSS
I, RSS II, RSS III, crumb rubber, lump, dan lateks. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks
yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun
sit asap/sit angin. Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai bahan baku
pabrik crumb rubber/karet remah, yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk berbagai
industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari
karet, dan berbagai produk hilir lainnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).

Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih
dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang
dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat
genetif selanjutnya. Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam
perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan
tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang
dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif
singkat, dan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea. Sedangkan kelemahan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi
terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan
batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah
satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres
tidak tumbuh sangat besar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005).

Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal dari dua klon yang
berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga
diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-
sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang
tersebut.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka praktikum ini bertujuan untuk:
1. Menentukan kriteria entres dan batang bawah yang siap diokulasi
2. Melaksanakan pekerjaan okulasi
3. Menilai keberhasilan okulasi

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan
bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul
sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul baru generasi‐4 pada periode
periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klon‐
klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi
memiliki variasi karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder lainnya. Klon‐klon lama yang sudah
dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712,
BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk
dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati‐hati baik dalam penempatan lokasi maupun
sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami
gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR
261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok
untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan
gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara
tepat (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2003).
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Dalam
hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct),
entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Persiapan
batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai
perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan
pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan
tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha
pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah adalah
klon GT 1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5 tahun
sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5 cm.
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada
dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun
produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya
dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang
pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Karyudi, 2001).
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu
teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu
tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan
menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan
produksi yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat
perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang
di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal
biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Firdaus, 2008)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan okulasi benih karet sering terjadi
kegagalan. Salah satu faktor penyebabnya adalah sifat khusus dari klon karet yang digunakan,
seperti ketebalan kulit batang dan posisi mata tunas terhadap tangkai daun. Masalah yang
dihadapi perkebunan karet rakyat saat ini adalah produktivitas yang rendah karena petani belum
sepenuhnya menerapkan teknologi. Secara nasional, produktivitas kebun karet rakyat saat ini
baru sekitar 892 kg/ha/tahun, sedangkan untuk perkebunan besar negara dan swasta masing-
masing 1.299 kg dan 1.542 kg/ha/tahun (Mahfudin, 2000).
Kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu benih adalah sebagai
berikut.
1. Biji tidak pernah kering di pohon
2. Biji tidak tahan kekeringan dan tidak mempunyai masa dormansi, dan biji akan mati bila
kadar air sampai di bawah nilai titik kritis yaitu 12%
3. Biji tidak dapat dikeringkan karena akan mengalami kerusakan
4. Viabilitas atau daya tumbuh biji cepat menurun walaupun dipertahankan dalam kondisi
lembap, dan daya simpannya umumnya singkat
5. Dalam proses konservasi, biji dipertahankan dalam keadaan lembap (kadar air 32-35%)
6. Biji dengan kadar air 32-35%, jika disimpan pada suhu di bawah 0oc akan mengalami
pembekuan sel
7. Kisaran suhu penyimpanan biji karet yang baik adalah 7-10oc, karena pada kondisi ini
belum mengalami pembekuan sel.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau tajam, tali rapia, dan plastik.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman karet yang ingin diokulasi dan entres tanaman
karet.

3.2 Cara Kerja


Langkah kerja yang dilakukan dalam praktiuk ini adalah sebagai berikut.
1. Batang bawah dilihat tingkat kesiapannya. Batang bawah yang siap diokulasi, yaitu
tanaman yang memiliki tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun telah tua dan diameter batang
kira-kira berukuran 6-13 mm.
2. Jendela okulasi dibuat pada batang yang telah dipilih. Batang bawah dibersihan dengan
cara dikerok dari kotoran kulit atau tanah dengan mengunakan pungung pisau.
3. Batang bawah yang sudah bersih diiris vertikal sepanjang 5 cm dan dibuat potongan
melintang di atas irisan vertikal tersebut sepanjang 2 cm, sambil menunggu getah kering dibuat
jendela sekaligus beberapa buah. Terdapat dua jenis bukaan jendela, yaitu bukaan jendela okulasi
dari bawah, dan bukaan jendela okulasi dari atas, namun dalam praktikum yang digunakan
adalah teknik bukaan jendela okulasi dari atas.
4. Perisai okulasi dibuat. Mata yang digunakan adalah mata tunas prima (okulasi hijau).
5. Pada waktu pengambilan entres, sebagian kayu harus ikut disayat dengan pisau okulasi
yang tajam.
6. Setelah getah pada irisan jendela okulasi berhenti menetes maka jendela boleh dibuka
secara perlahan.
7. Perisai mata okulasi ditempel pada batang bawah.
8. Mata entres yang dimasukkan ke dalam jendela, segera ditutup, kemudian diikat
dengan tali rafia yang dilebarkan dengan menggunakan simpul kuat.

Gambar 1. Langkah-langkah okulasi

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap tingkat keberhasilan okulasi


diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1. Presentase keberhasilan okulasi

Okulasi Jumlah (batang)


Batang bawah 6
Okulasi hidup 3

Presentase hidup

4.2 Pembahasan

Okulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan
mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung( kompatibel) yang
bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh
perumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip okulasi sama yaitu penggabungan batang bawah
dengan batang atas, yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan
sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai keberhasilan okulasi. Kebaikan yang diharapkan
dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas
adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini di tumbuhkan dilapangan
dikatakan tanaman okulasi sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut
tanaman semai (Simanjuntak, 2010).
Kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif. Jika
dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi mempunyai beberapa keuntungan
yaitu pertumbuhannya seragam, variasi antar individu sangat kecil, produktivitas tinggi,
perbanyakannya mudah dan bibitnya bagus karena berasal dari hasil seleksi.

Berdasarkan data yang tertera pada hasil pengamatan, diketahui bahwa pada praktikum ini
tingkat keberhasilan okulasinya rendah. Menurut Simanjuntak (2010), terdapat sejumlah faktor
yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu:
1. Keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi
2. Pemilihan entres atau kayu okulasi dengan mata tunas yang masih dorman
3. Keadaan iklim saat okulasi

Tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara
batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk
pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi
kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.

Keterampilan, keberhasilan, dan kecepatan mengokulasi berkaitan dengan faktor manusia


pengokulasi. Dalam okulasi ini dibutuhkan kesabaran dan ketelitian tinggi. Keterampilan dalam
melakukan okulasi akan didapat sering dengan meningkatnya intensitas seseorang melakukan
okulasi. Selain itu, perlu diperhatikan pula kebersihan dalam okulasi. Kebersihan ini penting
dijaga untuk menghindari serangan patogen pada batang yang diokulasi. Okulasi termasuk salah
satu kegiatan melukai tanaman. Patogen mudah sekali masuk ke jaringan tanaman yang luka.
Oleh karena itu, pisau untuk okulasi harus benar-benar bersih dan tajam. Ketajaman ini berguna
agar pelukaan tidak terjadi berulang kali, cukup hanya dengan satu pelukaan, kulit batang dan
mata tunas sudah dapat terambil dengan sempurna (tetap dalam kondisi baik). Sedangkan
kecepatan mengokulasi berdampak pada kesegaran mata tunas. Jika okulasi dilakukan terlalu
lama, maka mata tunas untuk okulasi ke tanaman berikutnya akan kering (tidak segar). Bahan
tanam yang tidak segar akan meningkatkan kegagalan okulasi.

Dalam kegiatan okulasi yang menggabungkan sifat unggul dari kedua klon dalam
satu individu, maka diperlukan kompatibilitas dari kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas
batang atas dan batang bawah adalah kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan
okulasi agar dapat dihasilkan individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur
ekonomis yang tinggi. Jika tidak kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan
pernah tumbuh dan tidak memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang siap diokulasi
harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Bibit semaian
batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah
namun dapat juga digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan
batangnya sudah cukup besar. Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada tidaknya
daun muda yang tumbuh, dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak ada daun mudanya karena
dikhawatirkan hasil okulasi tidak akan tumbuh.
Pemilihan entres yang baik merupakan hal mutlak penentu keberhasilan okulasi. Entres yang
baik diambil dari kebun entres yang diketahui secara pasti jenis klonnya. Pemilihan entres pada
dasarnya dilakukan berdasarkan mata tunas pada entres tersebut. Ada 3 jenis mata atau kuncup
tidur (dorman) yang dikenal pada tanaman karet dan satu mata bunga, yaitu:
§ Mata ketiak (mata prima) yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berda pada ketiak
daun. Sebelum digunakan, terlebih dahulu dipangkas daunnya kira-kira 10 hari sebelum dipotong
barulah dapat digunakan sebagai mata untuk okulasi coklat.
§ Mata burung, ditandai adanya tangkai daun rudimenter. Mata tunas ini digunakan untuk
okulasi hijau.

§ Mata sisik, yaitu mata tunas yang terdapat di bawah kuncup daun-daun ( flush) atau pada
ujung payung daun. Mata tunas ini digunakan untuk okulasi mini.

§ Mata bunga, terdapat pada tanaman yang sudah masuk umur berbunga sehingga tidak dapt
digunakan untuk okulasi.

Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-
klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang dianjurkan dalam skala besar. Mata entres
diperlukan karena dapat berfungsi untuk kegiatan produksi karet. Mata prima yang ditandai
adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun merupakan mata terbaik untuk
okulasi untuk okulasi pada praktikum ini karena praktikum ini menggunakan okulasi hijau. Letak
mata entres ada di bagian tengah internodia. Penempelan batang atas pada batang bawah karet
diawali dengan pembuatan jendela atau disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik
diawali dengan menyayat sisi sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan
keluarnya getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah kanan.
Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres siap karena akan
menyebabkan kambium menjadi kering.

Penentu keberhasilan okulasi lain yang tak kalah penting yaitu waktu pelaksanaan okulasi.
Menurut, Tim Penulis PS (2008), okulasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-10.30.
Okulasi yang baik adalah pada awal dan akhir musim penghujan. Tepat pada musim hujan, air
hujan terlalu banyak yang turun. Air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat
mengakibatkan busuk. Hal ini akan memacu meningkatnya kelembaban di sekitar daerah
okulasi. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan jasad renik pada sisa-sisa latex dari luka
okulasi, ini dapat dapat menyebabkan kegagalan pengokulasian. Pada musim kemarau tanaman
karet mengalami gugur daun, kurang baik untuk pengokulasian karena adanya
gangguan fisiologis (Simanjuntak, 2010). Pada kondisi seperti itu, mata tunas hasil okulasi akan
mati, busuk, dan berwarna coklat. Sedangkan okulasi dinyatakan berhasil apabila mata tunas
masih berwarna hijau.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
V. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.


1. Entres yang baik adalah yang memiliki mata tunas prima dan batang bawah yang baik
adalah yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
2. Keterampilan melakukan okulasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya
intensitas melakukan okulasi.
3. Hasil okulasi yang berhasil dicirikan dengan berwarna hijau pada bagian mata
tunasnya dan okulasi dinyatakan gagal apabila mata tunas yang ditempel berwarna coklat
dan busuk.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Karet. Departemen Pertanian, Jakarta. hlm. 26.

Balai Penelitian Karet Sembawa. 2005. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Pusat Penelitian
Karet, Medan. hlm. 75.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2003. Laporan Tahunan Tahun 2002. Dinas Perkebunan
Provinsi Jambi, Jambi. hlm. 92.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Road Map. Komoditas Karet. Direktorat Jenderal
Perkebunan, Jakarta. hlm. 14.

Firdaus. 2008. Upaya peningkatan produktivitas karet melalui teknologi budi daya. hlm. 376.
Prosiding Lokakarya Nasional Percepatan Penerapan Iptek dan Inovasi Teknologi Mendukung
Katahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan Pertanian.

Karyudi, R. Azwar, Sumannadji, Istianto, I. Suhendry, M. Supriadi, C. Nancy, Sugiharto,


Sudiharto, dan U. Junaidi. 2001. Analisis biaya produksi dan strategi peningkatan daya saing
perkebunan karet nasional. Warta Pusat Penelitian Karet 20(1): 1-24.
Mahfudin. 2000. Pengaruh Lama Penyimpanan Entres terhadap Pertumbuhan Benih Hasil
Okulasi. Fakultas Pertanian Universitas Juanda, Bogor. hlm. 21.

Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Medan.
Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

http://kyoyusenta.blogspot.com/2014/11/laporan-okulasi-karet.html

laporan okulasi karet

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih
dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang
dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat
genetif selanjutnya. Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam
perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan
tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang
dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam. Sedangkan kelemahan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi
terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan
batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.

Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal dari dua klon yang
berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga
diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-
sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang
tersebut. Bibit karet okulasi didapatkan dengan cara menempel mata-pucuk dari batang entres ke
bibit karet batang bawah.
Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan
teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Pada teknik perbanyakan
secara Budding perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman
sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman
yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan
terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya.

Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung
(kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga
di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel)
harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk
diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air), yang
merupakan cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan untuk batang bawah,
umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata entres. Batang bawah berasal dari
tanaman yang ditanam dari biji dan sebaiknya telah berumur 3-4 bulan, sedangkan batang atas
diambil dari pohon yang berumur 1 bulan. Mata tunas yang diambil adalah yang belum keluar
mata tunasnya. Calon batang bawah juga dipotong agar nantinya dapat ditempel secara tepat.

B. Tujuan
Untuk mempelajari teknik okulasi di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Menurut Strasburgers (1964) taksonomi karet, yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Tricoccae
Familli : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.
Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-40 m.
sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman
1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangya bulat/silindris, kulit
kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman karet tidak kurang dari 2500 mm/tahun, optimal antara 2500-4000 mm/ tahun, yang
terbagi dalam 100-150 hari hujan. Kegiatan tempat untuk pertumbuhan tanaman karet adaah 0-
600 m dpl, dan optimal pada ketinggian 200 m dpl. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman
karet adalah 20-30 C dengan kelembapan 75-95 % dan kecepatan angin tidak terlalu kencang
karena dapat mengakibatkan batang atau pohon tumbang. Tanaman karet tumbuh pada jenis tanah
misalnya tanah vulkanis umumnya memiliki sifat yang cukup baik, terlihat dari struktur, tekstur,
solump, kedalam air tanah tanah, aerasi dan drainase tetapi sifat kimianya kurang baik karena
kandungan rendah. Reaksi tanah yang umumnya pH 3-8 (Setyamidjaja,1982).
Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan
bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai
penghasil lateks dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul baru generasi‐4 pada periode periode tahun
2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klon‐klon tersebut
menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi
karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder lainnya. (Anwar, 2001).

Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres
cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi
ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan
tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.

Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Keunggulan yang diharapkan dari
batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah
produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai
tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman
semai (Simanjuntak, 2010).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum okulasi karet ini di lakukan pada hari kamis, tanggal 23 Oktober 2013, pukul
14.30 wib sampai dengan selesai. Praktikum dilakukan di lahan percobaan milik jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Petanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum okulasi karet adalah 1) Alat tulis, 2) Label,
3) Pisau okulasi, dan 4) Plastik Okulasi.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu 1) Mata tunas dari batang
entres, dan 2) Batang bawah.

C. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan untuk okulasi.


2. Ambil mata tunas dari batang entres yang sudah di pilih sesuai syarat terlebih dahulu
dengan menggunakan pisau okulasi, usahakan pengambilan mata entres tidak terkontaminasi.

3. Tempel mata tunas dari batang entre ke batang bawah, pehatikan posisi mata tunas entres,
penempelan diusahakan tidak terkontaminasi.
4. Mata tunas yang sudah di tempel di ikat dengan menggunakan plastik okulasi.
5. Beri label nama praktikan, kemudian diamati setelah 2 minggu, catat hasil okulasi.

. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel pengamatan okulasi :

Hasil Pengamatan Keterangan

Karet okulasi Hasil okulasi mati, karena berwarna


cokelat.

B. Pembahasan
Hasil okulasi pada praktikum ini adalah okulasi yang gagal karena hasil okulasi mati,
ini di tandai dengan okulasi yang berwarna cokelat. Pada proses pengokulasian ini terdapat dua
bagian yang penting yaitu batang atas dan batang bawah. Kriteria batang bawah untuk dijadikan
sebagai bahan okulasi adalah merupakan induk yang diperoleh dari pembiakan generatif yang
masih muda. Pada batang atas harus diketahui asalnya untuk mempermudah menentukan hasil
akhir okulasi.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu keterampilan, kebersihan
dan kecepatan mengokulasi, Pemilihan entres atau kayu okulasi dengan mata tunas yang masih
dorman, keadaan iklim pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun, kurang baik
untuk pengokulasian karena adanya gangguan fisiologis. Prinsip dari okulasi adalah melekatnya
kambium suatu jenis tanaman dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu dan hidup. Okulasi
sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada saat ini kambium dapat
mempertahankan diri tidak segera menjadi kering., demikian pula dengan mata tunas yang
ditempelkan. Sedangkan pada musim kemarau, mata tunas yang dikerat harus segera ditempelkan
ke batang yang sebelumnya sudah dibuat pada pola keratannya.
Untuk okulasi yang dilakukan pada batang bawah, biasanya dipilih dari jenis tanaman varietas
lokal yang sudah berumur sekitar 1 tahun, dan yang memiliki pertumbuhan baik, sehat serta
memiliki kulit batang yang mudah dikelupas. Mengetahui jenis-jenis mata okulasi adalah sangat
penting agar okulasi yang dilaksanakan tidak sia-sia dan tingkat keberhasilannya tinggi. Jenis-jenis
mata okulasi, yaitu mata sisik, mata prima dan mata palsu. Adapun syarat tanaman dapat diokulasi
yaitu tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru) antara batang atas dan batang bawah
harus memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus. Umur
tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.

Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat atau kokoh, tidak mudah
terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji atau buah yang banyak yang nantinya
disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang
biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan
yang cepat Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi
yang unggul, dan memiliki pertumbuha yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.

Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi


lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan.
Jenis ini dapat dipadukan, bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan bagian bawah
dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan yang manis dan tahan pada
daerah yang tergenang.

Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu terkadang
suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara
batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian
ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau
mata entres tidak tumbuh sangat besar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum okulasi ini yaitu:
1. Hasil okulasi mati, ini di tandai dengan okulasi yang berwarna cokelat.

2. Prinsip dari okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis tanaman dengan jenis tanaman
lain agar berpadu satu dan hidup.

3. Mengetahui jenis-jenis mata okulasi adalah sangat penting agar okulasi yang dilaksanakan
tidak sia-sia dan tingkat keberhasilannya tinggi.

4. Keuntungan dari okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih cepat, hasil produksi
dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan.
5. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu terkadang
suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara
batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian
ini.

B. Saran
Adapun saran untuk praktikum pengokulasian ini agar praktikan mencari dahulu sumber
informasi mengenai okulasi tanaman karet dari berbagai sumber agar praktikan dapat lebih
memahami teknik okulasi tanaman karet yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.
Setiawan, D. H. dan Andoko A., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta.
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. http://ditjenbun.deptan.go.id/. [14 Mei 2011]

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press,


Yogyakarta.

http://sarahyustiani.blogspot.com/2016/02/laporan-okulasi-karet.html

TEKNOLOGI PEMBIBITAN KARET


(Laporan Akhir Praktikum Pembibitan Karet)

Oleh

Theo Indra
1304122065

PROGRAM STUDI D3 PERKEBUNAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang yaitu Havea brasiliensis yang berasal dari Negara
Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Tanaman karet
adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun Padahal jauh sebelum tanaman
karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan
Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah Getah yang mirip lateks
juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut
kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak
dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman
yang dikebunkan secara besar- besaran. (Nazarudin dkk, 1992)
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam, sesuai
dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan
bercak- bercak berpola yang khas Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman
dengan bercak-bercak berpola yang khas (Pathamus, 1982).
Bibit karet yang baik adalah bibit yang unggul dan bermutu. Bibit karet yang dianjurkan adalah
bibit karet yang berasal dari klon unggul sesuai dengan potensinya, yang diperbanyak secara
okulasi. Bahan tanam bermutu baik ialah bahan tanam yang dipelihara dengan baik sehingga
pertumbuhan cepat dan seragam, Sehingga dapat mempersingkat masa Tanaman Belum
Menghasilkan.
Biji tidak dapat disimpan lama karena bersifat rekalsitran (cepat kehilangan viabilitas/daya
kecambah). Daya kecambah akan menurun sampai 45% jika disimpan satu bulan Terdapat dua
metode seleksi biji,metode yang digunakan yaitu metode pemantulan, dilakukan dengan
menjatuhkan biji diatas lantai yang keras. Biji yang melenting memiliki daya kecambah lebih dari
80 (Setiamidjaja, 1999)

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui cara dan teknik melakukan pembibitan karet yang baik dan benar
menggunakan polibag pada pembibitan langsung polibag (PLP).
2. Mengetahui cara melakukan perawatan pada kebun entres dan batang bawah tanaman
karet.
3. Mengetahui cara melakukan okulasi yang baik dan benar.
4. Terampil dalam membuat jendela okulasi dan pengambilan mata entres (okulasi).

II. METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah koret, cangkul, gembor, cutter, gunting
pangkas, tutu botol air mineral, ayakan dengan ukuran lubang 0,5 cm, polibag, gunting, Sailer (
untuk merekatkan polibag kembali ), penggaris, spidol / label, gergaji, pisau okulasi, kain lap,
asahan pisau, dan plastik es.

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum pembibitan karet ini adalah Pupuk Mutiara (
dengan kandungan unsur hara NP dan K ), tanah top soil, batang bawang untuk okulasi, batang
atas untuk mata tunas.

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Perawatan Pada Pohon Induk.
- Kegiatan dimulai dengan pembersihan gulma terlebih dahulu pada lahan batang bawah
dan kebun entres. Dilakukan pembersihan agar tidak terjadi persaingan pengambilan unsur hara
pada saat pemupukan.
- Setelah lahan dibersihkan dari gulma, lalu dilakukan penunasan pada cabang-cabang yang
tidak diinginkan pertumbuhannnya. Penunasan ini dilakukan pada tanaman karet yang tingginya
belum mencapai 3 meter. Apabila terdapat cabang pada tanaman karet yang dibawah 3 m, maka
pada saat tanaman siap disadap akan sulit dilakukan penyadapan karena akan mengganggu.
- Kemudian setelah dilakukan pembersihan gulma dan penunasan, dilakukan pemupukan.
Pemupukan ini dilakukan dengan ara membuat parit buntu disekeliling tanaman dengan jarak 10-
15 cm. Banyak pupuk yang digunakan per pohon yaitu sebanyak 20 gram atau setara denga 2
tutup botol air mineral. Pemupukan ini dilakukan pada batang atas dan batang bawah. Setelah
pupuk diberikan maka parit buntu yang telah dibuat tadi ditutup kembali, dengan tujuan agar pupuk
tindak menguap dan apabila hujan maka pupuk tidak akan tercuci.
- Dilakukan penyiraman pada tanaman setelah pupuk diberikan, agar pupuk dapat segera
bereaksi pada tanaman.

2.2.2 Pembibitan Langsung Polibag


-Dilakukan seleksi benih dengan cara dilentingkan biji dan dilihat warna kulit yang mengkilat,
-Dilakukan pengayakan pada tanah terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam polibag.
Digunakan tanah top soil karena tanah bagiann ini sangat subur,
-Polybag yang terlalu besar dimodifikasi menjadi ukuran 29 cm x 42 cm
-Dimasukkan tanah yang telah diayak kedalam polybag, usahakan polibag dapat tegak dan tidak
patah pinggang.
-Ditanam benih karet pada polybag sebanyak 2 benih untuk 1 polybag kemudian disiram agar
benih dapat berimbibisi Okulasi

2.2.3 Okulasi
- Disiapkan alat yang akan digunakan terlebih dahulu seperti pisau okulasi, kan lap, dan plastik.
Kemudian bahan yang akan digunakan seperti batang bawah dan mata entres.
- Dibuat jendela okulasi pada batang bawah dengan ukuran sepertiga lebar dari lilit batang
bawah. Pembuatan jendela okulasi harus lebih lebar dari lebar mata entres yang akan ditempel.
- Cara pembuatan jendela okulasi yaitu dengan membuat dua garis sejajar horizontal
lalu potong bagian atasnya. Jangan dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres diambil.
- Dilakukan pengambilan mata entres, caranya hampir sama, namun pada peengambilan mata
entres ini dibuat dua garis sejajar terlebih dahulu, lalu dibuat garis memotong. Tekan kedalam
hingga mengenai kayu, dorong pisau keatas menggunakan ibu jari, diusahakan sayantan melebihi
garis sejajar agar tidak merusak sisi kanan dan kiri mata entres yang akan ditempel.
- Setelah sampai diatas, diambil secara perlahan kulit yang akan ditempel, mata tunas yang
akan ditempel harus terdapat benjolan, karena benjolan tersebutlah yang akan menjadi individu
baru. Mata tunas yang akan ditempel tidak boleh kotor dan memar, apabila kotor dan memar
sebaiknya tidak digunakan, karena pertumbuhannya tidak akan baik.
- Dibuka jendela okulasi yang telah dibuat tadi, lalau ditempelkan mata tunasnya dan diikat
dengan kuat. Cara mengikatnya yaitu dari bawah lalu keatas, pada saat pengikatan, plastik yang
digunakan harus selalu terbuka lebar agar tidak terdapat lekukan pada saat pengikatan.
- Setelah 2 minggu okuulasi dilakukan lalu dilakuakan pengecekan denga membuka plastik
yang telah dililitkan dua minggu yang lalu. Apabila setelah dibuka mata tunas yang ditempalkan
berwarna hijau, maka okulasi berhasil, dan apabila berwarna coklat maka okulasi gagal.

III. PEMBAHASAN
3.1 Perawatan

Perawatan tanaman karet pada masa tanaman ditunjukkan untuk mempercepat pertumbuhan
vegetatif tanaman sehingga masa produktif karet tidak menjadi lebih lama. Pada umumnya masa
TBM tanaman karet mencapai lima tahun dan periode ini merupakan masa yang cukup kritis untuk
mendapatkan pertumbuhan tanaman karet yang baik .Perawatan tanaman karet ini difokuskan pada
tanamannya selain juga terhadap kondisi lahan agar lahan dapat terus mendukung pertumbuhan
tanaman karet. Kegiatan perawatan karet meliputi pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian
hama dan penyakit. Pemupukan dan pengendalian gulma merupakan dua kegiatan pemeliharaan
yang sangat dominan pada pertanaman karet yang belum menghasilkan. Pengendalian gulma
sebelum pemupukan bertujuan agar pupuk yang diberikan sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh
tanaman karet. Pengendalian gulma dapat dilakukan beberapa hari sebelum atau sesaat sebelum
pemupukan.
Salah satu kriteria pemeliharaan yang baik pada tanaman karet dapat dilihat dari perkembangan
lilit batang tanaman karet. Rata-rata tanaman karet akan bertambah lilit batangnya sekitar 9 cm
pertahun, sehingga pada tahun kelima tanaman sudah memiliki lilit batang >45 cm. Pada
pemupukan tanaman karet, pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK mutiara dengan
perbandingan 16:16:16 . Pupuk ini diberikan selama tanaman belum menghasilkan setiap 1 bulan
sekali. Pada tanaman belum menghasilkan pemberian pupuk diberikan dengan tujuan agar
mempercepat pertumbuhan dan cepat siap matang sadap. Pada tanaman yang sudah menghasilkan
maka pupuk diberikan setiap 6 bulan sekali, Tujuan pemupukan pada tanaman menghasilkan ini
agar tanaman berproduksi secara maksimal.

3.2 Pembibitan Langsung Polibag (PLP)

Tanaman karet memiliki umur ekonomis 20-30 tahun, dengan memberikan produk berupa
lateks dan kayu. Oleh karena itu, persiapan bibit harus dilaksanakan dengan benar agar dapat
memberikan jaminan sesuai umur ekonomisnya. Penggunaan bibit dalam polibag atau Pembibitan
Langsung Polibag ( PLP ) merupakan salah satu cara untuk mencapai hal itu. Bibit dalam polibag
mempunyai beberapa keunggulan, antara lain tanaman seragam, kematian tanaman di lapangan
dapat diperkecil, perawatan lebih mudah dibandingkan dengan bibit yang langsung ditanam di
lapangan, dan pertumbuhan awal tanaman lebih jagur dibandingkan tanaman OMT langsung.
Namun pembuatan bibit dalam polibag relatif mahal, harus disiapkan tanah lapisan atas (top
soil, Pertumbuhan tanaman dari bibit dalam polibag lebih cepat dan tumbuh, seragam, tahan
terhadap panas matahari langsung, dan perakaran sudah mapan sehingga tahan terhadap angin.
3.3 Okulasi

Okulasi adalah salah satui teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan
mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung( Kompatibel) yang
bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh
perumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip okulasi sama yaitu penggabungan batang bawah
dengan batang atas, yang
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet dari klon-klon
unggul adalah dengan menggunakan teknik okulasi. Ada tiga macam teknik okulasi pada tanaman
karet, yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut
pada prinsip nya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan umur
batang atas.
Amypalupy (1988) menjelaskan bahwa bahan tanaman karet asal okulasi banyak memberi
keuntungan dari sifat-sifat unggul induknya seperti pertumbuhan tanaman seragam, produksi
tinggi, mulai berproduksi dalam waktu relatif singkat, mudah dalam penyadapan, dan tahan
terhadap penyakit,hasil okulasi pada tanaman karet salah satunya adalah stum mata tidur. Stum
mata tidur adalah benih hasil okulasi dengan mata tunas okulasi yang belum tumbuh. Dalam
melakukan okulasi dibutuhkan mata tunas (entres) yang merupakan bagian tanaman batang atas
yang akan di okulasikan dengan batang bawah. Mata tunas ini setelah menyatu dengan batang
bawah akan tumbuh menjadi batang tanaman karet Ada tiga jenis mata tunas yang tampak pada
tanaman karet yaitu mata daun, mata sisik dan mata bunga. Mata daun dan mata sisik dapat dipakai
untuk okulasi, sedangkan mata bunga tidak dapat digunakan Klon-klon yang dianjurkan sebagai
batang bawah adalah klon GT 1, LCB 1320, dan AVROS 2037.
. IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Pembibitan Langsung Polibag ( PLP ) Bibit dalam polibag mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain tanaman seragam, kematian tanaman di lapangan dapat diperkecil,
perawatan lebih mudah dibandingkan dengan bibit yang langsung ditanam di lapangan
2. Biji tidak dapat disimpan lama karena bersifat rekalsitran (cepat kehilangan viabilitas/daya
kecambah).
3. Okulasi adalah salah satui teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung(
Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga
di peroleh perumbuhan dan produksi yang baik.
4. Mahasiswa telah mampu melakukan okulasi dengan baik dan benar. Okulasi dimulai dari
pengambilan perisai pembuatan jendela hingga dan jiwa kemudian ditempelkan pada jendela
okulasi dan mengikatnya dengan plastik.

http://myperkebunan.blogspot.com/2015/10/teknologi-pembibitan-karet.html

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PEMBIBITAN KARET


(Hevea Brasiliensis)
(AGT 412206)

Oleh

Muhammad Badrun
1304122045

PROGRAM STUDI DIII PERKEBUNAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan yang memiliki siklus
hidup selama kurang lebih 25 tahun. Hal ini berarti bahwa pemilihan bahan tanam/bibit tanaman
dilakukan sekali dalam 25 tahun. Pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat,
karena adanya kekeliruan dalam pemilihan bahan tanam akan berdampak negatif terhadap
produksi yang akan dihasilkan nantinya. Umumnya tanaman tahunan merupakan investasi jangka
panjang yang hasilnya akan dinikmati beberapa tahun kemudian.
Bibit karet yang baik adalah bibit yang unggul dan bermutu. Bibit karet yang dianjurkan adalah
bibit karet yang berasal dari klon unggul sesuai dengan potensinya, yang diperbanyak secara
okulasi. Bahan tanam bermutu baik ialah bahan tanam yang dipelihara dengan baik sehingga
pertumbuhan cepat dan seragam, Sehingga dapat mempersingkat masa Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM).
Urutan pada setiap tahap kegiatan dalam pengadaan bahan tanam adalah cara untuk
mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu baik. Pekerjaan sejak dari pemilihan biji untuk
batang bawah, pengecambahan, pembibitan batang bawah, pelaksanaan okulasi, pemilihan entres
sampai pembibitan tanaman di polibeg harus mengikuti norma-norma yang telah ditetapkan.
Kegiatan-kegiatan tersebut saling terkait, sehingga saling mempengaruhi satu sama lain.
Kesalahan dalam pelaksanaan satu jenis kegiatan dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak
bermutu baik (Nugroho, 2009).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui teknik pembibitan karet yang baik dan benar pada Pembibitan Langsung
Polibag (PLP)
2. Mengetahui hal-hal yang dilakukan dalam pemeliharaan kebun entres dan batang bawah
tanaman karet
3. Mengetahui teknik okulasi yang baik dan benar pada tanaman karet
4. Terampil dalam melakukan okulasi karet.

II. METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi cangkul, sabit, gembor, koret, pisau
okulasi, cutter, ayakan 0,5 cm, gunting stek,kain lap, plastik, dan polibag. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum ini meliputi bibit karet batang bawah, entres, benih karet, air,
dan pupuk.

3.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut.

3.2.1 Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam praktikum ini meliputi penyiangan gulma, pemangkasan, dan pemupukan.

a. Penyiangan Gulma
Dilakukan penyiangan gulma pada kebun entres dan batang bawah digunakan cangkul, koret
dan sabit untuk membersihkan lahan dari gulma. Penyiangan bertujuan agar tidak terjadi kompetisi
dalam mendapatkan nutrisi antara gulma dengan tanaman karet.

b. Pemangkasan
Dilakukan pemangkasan pada kebun entres dengan membuang tunas-tunas lateral pada batang
primer menggunakan cutter atau gunting stek agar kayu entres yang dihasilkan kelak akan panjang
dan banyak mata prima yang dapat digunakan sebagai calon batang atas.

c. Pemupukan
Dilakukan pemupukan pada kebun entres dan batang bawah karet dengan dosis 20 gram per
tanaman entres dan 10 gram per tanaman batang bawah. Sebelum dipupuk, dibuat rorak melingkar
seukuran tajuk tanaman. Pupuk dimasukkan dalam rorak dan ditimbun kembali karena unsur
nitrogen mudah menguap. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk mutiara dengan kandungan
NPK 15:15:15. Setelah dipupuk, kemudian tanaman disiram dengan air agar pupuk larut dan dapat
diserap oleh tanaman.

3.2.2 Pembibitan Langsung Polibag

1. Dilakukan seleksi benih dengan cara dilentingkan biji dan dilihat warna
kulit yang mengkilat,
2. Dilakukan pengayakan pada tanah terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam polibag.
Digunakan tanah top soil karena tanah bagiann ini sangat subur,
3. Polybag yang terlalu besar dimodifikasi menjadi ukuran 29 cm x 42 cm
4. Dimasukkan tanah yang telah diayak kedalam polybag, usahakan polibag dapat tegak dan
tidak patah pinggang.
5. Ditanam benih karet pada polybag sebanyak 2 benih untuk 1 polybag kemudian disiram agar
benih dapat berimbibisi.

3.2.3 Okulasi

1. Disiapkan alat-alat yang digunakan terlebih dahulu seperti pisau okulasi, kain lap dan
plastik.
2. Dibuat dua irisan secara vertikal pada batang bawah sebagai jendela okulasi dengan panjang
sekitar 5 cm dan lebar sepertiga dari lilit batang dengan ketinggian 7 - 10 cm dari permukaan tanah.
3. Diambil mata tunas dari batang entres sebagai perisai entres dengan membuat irisan secara
vertikal, dan dibuat lebih kecil dari ukuran jendela okulasi
4. Dibuka jendela okulasi kemudian perisai entres dimasukkan kedalam jendela dan ikat
dengan plastik dengan kuat sampai air tidak dapat masuk.
5. Setelah 2 minggu plastik dibuka dan dilukai sedikit. Jika masih berwarna hijau maka okulasi
berhasil dan jika berwarna coklat maka okulasi gagal.

III. PEMBAHASAN
3.1 Pemeliharaan kebun Entres dan Main Nursery

Pemeliharaan di pembibitan karet batang bawah dan kebun entres meliputi penyiangan,
pemupukan, dan pemangkasan. Pembibitan harus bebas dari rerumputan dan vegetasi lainnya agar
tidak terjadi persaingan atau kompetisi antara tanaman dengan gulma dalam hal air, hara, ruang,
dan cahaya matahari. Rotasi penyiangan dilakukan 3 atau 4 minggu sekali tergantung kepada
kecepatan pertumbuhan gulma. Penggarukan gulma dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai
akar dan batang karet yang masih muda.

Kemurnian klon di kebun entres perlu dipertahankan. Ada kemungkinan tumbuh tunas liar dari
batang bawah pada awal tanam atau tercampurnya bahan tanam yang digunakan untuk
kebun entres dengan klon lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemurnian klon. Pemurnian klon
yang pertama adalah pada saat tanaman memiliki 4-5 payung daun (umur 8-10 bulan) dan
selanjutnya setiap dua tahun (Suharyanto, 1989).

Untuk memacu pertumbuhan tanaman karet pada batang bawah dan kebun entres, maka perlu
dilakukan pemupukan untuk menambah nutrisi terhadap tanaman. Pemupukan merupakan
penambahan unsur hara yang dibutukan oleh tanaman dan untuk menambah kesuburan tanah
(Russel, 2004). Pada kebun entres dan batang bawah pupuk yang ditambahkan ialah pupuk mutiara
dengan kandungan NPK 15:15:15 dengan dosis 20 gram. Sedangkan untuk batang bawah, pupuk
dosis pupuk yang ditambahkan adalah sebanyak 10 gram. Cara pengaplikasian pupuk dapat
dilakukan dengan cara membentuk poket atau rorak melingkar dengan panjang dari batang ialah
seukuran tajuk tanaman. Jika pemberian pupuk terlalu dekat dengan batang maka justru
pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pupuk akan diserap tanaman melalui ujung akar (rambut
akar) sehingga jarak pupuk yang diberikan harus tepat.

Pupuk yang telah dimasukkan kedalam tanah harus ditutup kembali dengan tanah, karena unsur
nitrogen adalah gas sehingga mudah menguap. Penambahan air atau penyiraman perlu dilakukan
setelah pemupukan, agar pupuk yang diberikan dapat larut dan dapat diserap oleh tanaman. Jika
setelah pemupukan tidak ditambahkan air dan kondisi tanah kering maka akan berdampak negatif.
Pupuk akan menyerap air dari tanaman karena adanya perbedaan gradien konsentrasi antara pupuk
dengan tanaman. Akibatnya tanaman justru akan mati atau keracunan (Sutedjo, 2003).

2.2 Pembibitan Langsung Polibag (PLP)

Pembibitan Langsung Polibag ( PLP ) adalah pembibitan untuk mempersiapkan batang


bawah yang dilakukan langsung pada polibag. Pada awal penyemaian benih langsung ditanam ke
polibag. Pembibitan seperti ini membutuhkan biaya yang relatif cukup mahal, karena begitu
banyak benih yang harus disemai dan begitu banyak polibag yang harus disediakan. Pada
praktikum kali ini melakukan pembibitan langsung polibag, namun polibag yang di beli tidak
sesuai dengan yang diinginkan, sehingga diperlukan pemodifikasian polibag. Namun biasanya
pada perusahaan-perusahaan besar, polibag dengan ukuran 29 x 42 cm sudah dipesan dari pabrik
pembuat polibag, sehingga tidak diperlukan pemodifikasian lagi. PLP ini mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu dengan menggunakan PLP maka tingkat keberhasilan tanaman dapat tumbuh
lebih tinggi, karena tidak memerlukan transplanting ke mainnursery. Dan pada saat melakukan
okulasi kemudian berhasil, maka tidak memerlukan pembongkaran yang sulit.

2.3 Okulasi Tanaman Karet

Okulasi merupakan perbanyakan secara vegetatif dengan cara menempelkan mata tunas pada
batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Mata tunas diambil dari pohon induk yang disebut
entres. Syarat pohon induk yang baik adalah memiliki produksi yang tinggi, tahan terhadap hama
dan penyakit tanaman, dan responsif terhadap lingkungan. Sedangkan syarat untuk batang bawah
ialah memiliki perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama maupun penyakit.

Batang bawah harus merupakan induk yang diperoleh dari pembiakan secara generatif yang
masih muda. Biji yang digunakan hendaknya berupa biji karet yang salah satu induknya diketahui
(propeligitim). Pembibitan batang bawah menggunakan biji karena, biji akan menghasilkan akar
tunjang yang kuat sehingga tanaman tidak mudah roboh. Klon-klon yang dianjurkan sebagai
batang bawah adalah klon GT 1, LCB 1320, dan AVROS 2037. Untuk dapat diokulasi garis tengah
batang bawah harus sudah mencapai ukuran 2,5 cm (Lukman, 1991).
Syarat memperoleh bibit okulasi yang baik adalah sebagai berikut.
1. Kedua lapisan kambium yang halus pada batang bawah dan perisai harus menempel, tidak
boleh terkontaminasi oleh kotoran, tidak bergeser, dan tidak terkena sinar matahari terik.
2. Melakukan okulasi pada waktu yang telah ditetapkan yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00
– 10.30 untuk menghindari sinar matahari.
3. tidak mengokulasi batang bawah yang basah
4. alat dan bahan yang digunakan harus steril
5. perlu ketelitian dan keterampilan dalam melaksanakan okulasi.

Teknik mengokulasi tanaman karet ada dua macam, yaitu okulasi hijau dan okulasi coklat.
Batang bawah untuk okulasi hijau berumur 5 – 8 bulan dengan diameter 1,5 cm. Sedangkan untuk
okulasi coklat, batang bawah yang digunakan berumur 9 – 18 bulan dengan diameter batang lebih
dari 1,5 cm. Tanaman yang akan harus memiliki pucuk daun yang dorman. Daun yang muda
atau flush menyebabkan batang bawah akan sulit dibuat jendela, karena akan banyak
mengeluarkan getah sehingga lengket.
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Pembibitan Langsung Polibag ( PLP ) adalah pembibitan untuk mempersiapkan batang
bawah yang dilakukan langsung pada polibag. Pada awal penyemaian benih langsung ditanam ke
polibag.
2. Pemeliharaan di pembibitan karet batang bawah dan kebun entres meliputi penyiangan,
pemupukan, dan pemangkasan.
3. Okulasi merupakan perbanyakan secara vegetatif dengan cara menempelkan mata tunas
pada batang bawah yang keduanya bersifat unggul.
4. Teknik mengokulasi tanaman karet ada dua macam, yaitu okulasi hijau dan okulasi coklat.
Batang bawah untuk okulasi hijau berumur 5 – 8 bulan dengan diameter 1,5 cm. Sedangkan untuk
okulasi coklat, batang bawah yang digunakan berumur 9 – 18 bulan dengan diameter batang lebih
dari 1,5 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho. 2009. Budidaya dan Pengolahan Hasil Tanaman Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Russel. 2004. Pupuk dan Pemupukan. PT. Raja Grafindo Pratama. Jakarta.

Suharyanto. 1989. Klon-Klon Anjuran Karet Dalam Perkebunan Rakyat. Kanisius.


Yogyakarta.

Sutedjo. 2003. Pupuk dan Pemupukan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Panduan Dalam Budidaya Karet.Kebun Getas. Salatiga

Indraty, Indyah S. 2010. Mutu Entres untuk Tanaman Karet. Dalam Media perkebunan edisi
85hal 56-58. Jakarta Pusat.

Nazaruddin dan F.B.Paimin, 2006. Karet Budidaya dan Pengolahan Strategi


Pemasaran.Penebar Swadaya. Jakarta.

Santosa. 2007., Karet. (http://id.wikipedia.org/wiki/karet). Diakses tanggal 19 Desember 2014.

Setiawan D. H. dan Andoko A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.PT Agro Media
Pustaka. Solo
Setyamidjaja Djoehana. 1983. Karet: Budidaya dan Pengolahan. Cv. Yasaguna. Jakarta.

Suharyanto. 1989. Klon-Klon Anjuran Karet Dalam Perkebunan Rakyat. Kanisius.


Yogyakarta.

http://badrunshare.blogspot.com/2014/12/pembibitan-karet.html

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton
pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada
tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet,
sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun
2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan
besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun
2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan
memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai
untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini
dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan
tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan.
Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau
perkebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara
intensif.
Tanaman karet termasuk famili Euphorbiaceae atau tanaman getah-gatahan.Dinamakan
demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung
getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai.Mengingat
manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri (Syamsulbahri,
2000).
Sejak berabad-abad yang lalu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh
penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil – Amerika Selatan.Akan tetapi meskipun telah
diketahui penggunaannya, oleh Columbus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir
abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa. Karet tumbuh
secara liar di lembah-lembah sungai Amazon dan secara tradisional diambil getahnya oleh
penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk
menyalakanapi dan “bola” untuk permainan (santosa 2007).
Sistem perkebunan karet muncul pada abad ke-19.Akan tetapi, sistem pekebunan di Asia
Tenggara tidak terjadi sebelum akhir abad ke-19, ketika permintaan menuntut perluasan sumber
penawaran.Sistem ini diperkenalkan oleh beberapa ahli tumbuh-tumbuhan di Inggris. Pada tahun
1870 tanaman karet berkembang baik di Jawa dan Burma, akan tetapi tanaman ini memakan waktu
antara penanaman dengan masa produksi (BPTP-Jambi, 2008).
Pada awalnya seluruh karet dikumpulkan dari tanaman liar, awalnya karet dari Brazil, tetapi
ada juga dari daerah lain dalam jumlah perbandingan yang kecil. Karena permintaan yang
bertambah dan lebih cepat dibandingkan persediaan yang ada dan harga yang melambung tinggi.
Ini memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap pengeksporan benih, dan pohon karet pun
diperkenalkan kepada kerajaan-kerajaan kolonial di bagian dunia lain. (Suhendry 2002)

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengelolaan perkebunan karet ialah agar mahasiswa mampu dan
mengetahui cara dan prosedur untuk menanam karet di lapangan, perawatan TBM, TM, dan teknik
perbanyakan tanaman karet.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Karet
Menurut Setiawan dan Andoko (2005), dalam kerajaan tanaman atau sistem klasifikasi
kedudukan tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiosperma
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg
Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga
kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter.Sesuai dengan
sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang, akar ini mampu menopang batang
tanman yang tumbuh tinggi dan besar (Syamsulbahri, 2000).
Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.Di
beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah Utara.
Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis PS, 2008).

2.2. Morfologi
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh
tanamannya agak miring ke arah utara. `Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
dengan nama lateks (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Sedangkan menurut Setiawan (2000) tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi antara 15 – 30 m. Perakarannya
cukup kuat serta akar tunggangnya dalam dengan akar cabang yang kokoh. Pohonnya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.

2.3. Syarat Tumbuh


2.3.1. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar
itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat
(Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-rata
28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai
7 jam (Santosa. 2007.).
2.3.2. Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering
hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
2.3.3. Ketinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m
dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman
karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 2006.).
2.3.4. Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang dapat
mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu dalam berbagai jenis
tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut
sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet
Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan
lebak perlu adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain
dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat.
Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin (Deptan. 2006.).
2.3.5. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat
fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar
sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan
dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 2007).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis
muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang
cukup baik terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi
sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial
biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi
tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
• Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
• Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
• Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
• Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
• Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
• Kemiringan tanah < 16% dan
• Permukaan air tanah < 100 cm

2.4. Persiapan Lahan


Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan
yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa
diantara langkah tersebut antara lain :
2.4.1. Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang,
dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up,
Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma
lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.
2.4.2. Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan
dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan
cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan
tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
2.4.3. Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan
dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk
menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai
1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan.
2.4.4. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian
dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di
sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman
dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

2.5. Pembibitan
2.5.1. Bibit Stum Mata Tidur
Bibit stum mata tidur yang telah diterima dari produsen stum mata tidur perlu disiapkan
sebelum pelaksanaan penanaman dilakukan. Persiapan bibit diawali dengan kegiatan penyortiran,
pemotongan akar dan penyusunan. Penyortiran dilakukan dengan beberapa pertimbangan dan
perlakuan untuk memilih bibit yang baik. Adapun syarat bibit stum mata tidur yang baik adalah
sebagai berikut;
• Mata okulasi tempelan terlihat hidup (Perisai mata okulasi berwarna hijau kalau digores).
• Mata okulasi dan keseluruhan struktur tidak rusak atau cacat (bebas dari penyakit).
• Pemotongan akar tunggang yang lebih dari satu, dimana akar ini diharapkan lurus bentuknya
dan tidak bercabang.

Gambar 2.1. Bibit Karet Stum Mata Tidur


2.5.2.Teknik Penanaman Bibit Karet Stum Mata Tidur
Teknik penanaman bibit karet stum mata tidur memerlukan langkah-langkah sebagai berikut;
Masukkan bibit di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun secara bertahap, dimulai dengan
tanah lapisan bawah dan dipadatkan. Selanjutnya penimbunan dilakukan dengan tanah lapisan
atas dan dipadatkan sampai pada posisi tanah timbunan sedikit diatas permukaan tanah sekitarnya.
• Posisi tempelan mata okulasi satu arah (menghadap ke timur) dengan ketinggian 5 cm di atas
pemukaan tanah.
• Pastikan bahwa penanaman betul-betul padat yaitu bibit tidak goyang dan tidak dapat dicabut
dengan tangan.

Gambar 2.2. Penanaman Bibit Karet Stum Mata Tidur


Kemampuan Penanaman Bibit karet Stum Mata Tidur
Pada pelaksanaa penanaman bibit karet stum mata tidurdi kebun koleksi karet Fakultas
Pertanian dilakukan mahasiswa. Tiap kelompok mahasiswa mampu melakukan penanaman bibit
sebanyak 2 bibit.
2.5.3. Tingkat Pertumbuhan dan Persentase Hidup Tanaman
a. Tingkat Pertumbuhan
Dari penelitian (Manaf 2010) Hasil pengamatan dua bulan menunjukkan tingkat pertumbuhan
bibit stum mata tidur yang beragam. Dari jumlah sampel yang ada, dapat di reratakan bahwa
tingkat pertumbuhan bibit selama dua bulan mampu mencapai tinggi maksimal hingga 30 cm dan
tinggi minimal 0 cm (mati). Hal ini dapat terjadi karena terdapat banyak faktor penyebabnya. Dari
pengamatan penulis bahwa salah satu faktor tersebut adalah kegiatan penyeleksian awal dari stum
mata tidur yang layak tanam dirasa belum maksimal tingkat ketelitiannya, hal ini pun dapat di
perburuk dengan tingkat pertumbuhan dari stum mata tidur yang memang rendah dibandingkan
cara penanaman dengan bibit okulasi dalam polibeg.
b. Persentase Tingkat Hidup
Persentase tingkat hidup ditentukan berdasarkan kuantitas sampel yang diamati dari kondisi
tanaman hidup dan tumbuh. Dari total sampel sebanyak 30 tanaman, menunjukkan 13 tanaman
yang terkategori kriteria tersebut. Hal ini menunjukkan persentase tingkat hidup pada stum mata
tidur adalah kurang dari 50%. Angka yang muncul setelah dilakukan perhitungan adalah sebesar
43,33%. Hal ini menunjukkan persentase tingkat hidup yang belum maksimal, jelas secara
perhitungan bisnis sangat merugikan pengusaha yang berasangkutan. Sehingga setidaknya
kondisi ini mengungkapkan bahwa resiko penggunaan bibit stum mata tidur sangat tinggi.
Bila kita anggap jumlah sampel yang diamati berbanding lurus dengan jumlah bibit
sesungguhnya, maka jumlah tanaman yang hidup dari 5000 bibit hanya mencapai 2.166
tanaman. Sebaliknya tanaman yang diperkirakan mengalami kematian mencapai 2.834
tanaman. Padahal, kematian tanaman karet setelah penanaman memiliki jumlah maksimum atau
tolelirnya yaitu hanya 5-10%. (http://irtaagribisnis09.blogspot.com)

2.6. Penanaman
2.6.1. Waktu penanaman
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut merupakan
awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum musim kemarau.
2.6.2. Pelaksanaan Tanam
Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu.
Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
- Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah
membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal
seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah.
- Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan
dalam polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua.
- Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit
stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata,
sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan bertolak belakang dengan dinding
teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah
bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi
padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya.
Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandaidengan tidak goyang dan tidak
dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan
dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.
2.6.3. Penyulaman
- Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang
disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag
sekitar 10% dari populasi tanaman.

2.7. Pemeliharaan
2.7.1Tanaman belum menghasilkan (TBM)
a. Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah
menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
b. Pembuangan Tunas Palsu
-Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak tumbuh pada
bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini atau bibit polybag, tunas palsu
jumlahnya relatif kecil.
- Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang
ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi.
Pembuangan tunas palsu ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.
Pembuangan Tunas Cabang
- Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai
dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah.
- Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang
telah berkayu selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya
kurang hati-hati.
Perangsangan Percabangan
- Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari
kerusakan oleh angin.
- Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan
(GT-1, RRIM-600), sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan
RRIC- 100, percabangan mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan.
- Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung
tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang. ( Ebit
2011)
Pemupukan
Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
• Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah,
kondisi visual tanaman.
• Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadual, umur tanaman.
• Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 – 40 Cm.
• Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar
tajuk.
• Boron ditebarkan diketiak pelepah daun
• ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang berdekatan.
Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan
• diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm.
• Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu.
Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.
Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pada Tanah Gambut :
Umur
(Bulan)* Dosos Pupuk (gram/pohon)
Urea Rock Phosphate MOP
( KCl) Dolomit HGF-B CuSO4
Lubang tanaman - - - - - 25
3 100 150 200 100 - -
6 150 150 250 100 - -
9 150 200 250 150 25 -
12 200 300 300 150 - -
16 250 300 300 200 25 -
20 300 300 350 250 - -
24 350 300 350 300 50 -
28 350 450 450 350 50 -
32 450 450 500 350 - -
*) Setelah tanam di lapangan

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Pada Tanah Mineral :

2.7.2 Tanaman menghasilkan (TM)


Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Penyakit, Jamur Akar Putih
(Rigidoporus lignosus) Dan Gejala Serangan. Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk
dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang
berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit
dilepas. Dan meng hindari adanya mati alur sadap, dan gugur daun.

2.8. Panen
2.8.1. Persiapan Buka Sadap
 Matang Sadap Pohon
Kriteria :
 Umur tanaman
Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun.
 Pengukuran lilit batang
Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih.
Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untuk tanaman okulasi.
Penggambaran Bidang Sadap
Tinggi bukan sadap Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas
yang relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi bukaan sadap pada
tanaman okulasi adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan
ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap. Arah dan sudut kemiringan
irisan sadap Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh
lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300 – 400 terhadap bidang datar
untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan
sebesar 45°. Panjang irisan sadap Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½
spiral atau lingkaran batang).
Letak bidang sadap Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah
pergerakan penyadap waktu menyadap. Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap Talang sadap
terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5
cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik,
tanah liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap.
Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon
(Ahmadi, 2010)
2.8.2. Stimulan
Aplikasi stimulant pada tanaman karet
Berdasarkan litelatur yang ada bahwa saat ini banyak cara di kembangkan untuk meningkatkan
produktifitas tanaman karet. Mengingat pangsa pasar yang besar dan supplay masih berkurang,
sementara perluasan areal perkebunan karet membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk itu
peningkatan tekhnologi pengelolaan adalah salah satu cara yang dipandang paling tepat saat ini.
Disamping pemupukan dan perbaikan terhadap mutu-mutu deresan Stimulant adalah hal yang
paling mempengaruhi untuk meningkatkan produktifitas tanaman karet.
Sifat lateks
Produk yang diambil dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks berada didalam
pembuluh lateks yang ada didalam batang. Untuk mengeluarkan lateks maka pembuluh-pembuluh
lateks harus dipotong atau disayat dengan menggunakan pisau sadap. Tidak semua jenis lateks
dapat keluar optimal dari pembuluh lateks sewaktu disadap, sementara proses penyadapan
bertujuan untuk mengeluarkan semua lateks yang ada pada pembuluh lateks pada waktu disadap.
Hal ini disebabkan oleh sifat dari lateks tersebut ada yang low eksplosive dan high eksplosive.
Klone tanaman karet yang mempunyai sifat High eksplosive membutuhkan perlakuan khusus
untuk mengeluarkan lateks secara optimal dari pembuluh lateks. Perlakuan khusus inilah yang
disebut pemberian Zat Stimulant atau zat perangsang.Pada Klone yang bersifat Low eksplosive
tidak diperlukan pemberian zat perangsang atau stimulant karena lateks yang dihasilkan pada
proses penyadapan sudah optimal.PB 340 adalah salah satu contoh klone tanaman karet yang
mempunyai sifat lateks low eksplosive
Kode stimulant.
Untuk menentukan suatu Klone lateks bersifat Low eksplosive atau low eksplosive dilakukan
dengan latex diagnosis yang dilakukan di laboraturium dengan mengambil sampel daun dari
tanaman karet tersebut. hasil dari lateks diagnosis selain menentukan sifat lateks juga menentukan
kode stimulant yang menentukan dosis per pokok serta jumlah aplikasinya dalam satu tahun.
Aplikasi stimulant
Stimulant yang digunakan biasanya Ethrel, pengaplikasiannya dilakukan dengan mengoleskan
etrhel pada panel bidang sadap secara merata. Tidak dinajurkan pengaplikasian stimulant pada saat
tanaman karet mengalami pertumbuhan daun muda, selain tidak memberikan kontribusi yang baik
terhadap peningkatan produksi hal ini dapat menyebabkan terganggunya proses fisilogis tanaman
yang mengakibatkan tanaman karet mati.
Peningkatan produksi.
Dari berbagai pengalaman dan penelitian peningkatan prosuksi pada klone-klone yang bersifat
high ekspolosive ini sangat nyata terhadap aplikasi stimulant. PB 260, RRIM 921, DMI 14 adalah
contoh dari klone yang bersifat High Eksplosive yang banyak di kembangkan saat ini.Untuk itu
aplikasi yang tepat dan penentuan kode stimulant yang benar dapat meningkatkan produktivitas
tanaman karet.

2.9. Pasca Panen


Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan teknis yang harus
diikuti yaitu :
• Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
• Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
• Segera digiling dalam keadaan segar.
• Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam.
Jenis bahan olah karet (bokar) yang dapat diproduksi yaitu :
a. Lateks Pekat
Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara sentrifus atau didadihkan dari
KKK 28% - 30% menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang diperlukan adalah tangki dadih dari
plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60 mesh. Bahan-bahan yang diperlukan berupa bahan
pendadih yaitu campuran amonium alginat dan karboksi metil selulose, bahan pemantap berupa
amonium laurat dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat melalui
beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan pendadih,
pendadihan dan pemanenan.
b. Lump Mangkok
Lump mangkok adalah lateks kebun yang dibiarkan menggumpal secara alamiah dalam
mangkok. Pada musim penghujan untuk mempercepat proses penggumpalan lateks dapat
digunakan asam semut yang ditambahkan ke dalam mangkok.
c. Slab Tipis / Giling
Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkok yang dibekukan
dengan asam semut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 x 40 x 6 cm, tanpa perlakuan
penggilingan. Proses pembuatan slab tipis dapat diuraikan sebagai berikut :
1 Masukkan dan susun lump mangkok secara merata di dalam bak pembeku.
2 Tambahkan larutan asam semut 1% ke dalam lateks kebun, dengan dosis 110 ml per liter
lateks, kemudian diaduk.
3 Tuangkan campuran tersebut ke dalam bak pembeku yang telah diisi lump mangkok. Biarkan
sekitar 2 jam, lalu gumpalan diangkat dan disimpan di atas rak dalam tempat yang teduh. Untuk
meningkatkan kadar karet kering menjadi sekitar 70%, slab tipis dapat digiling dengan
menggunakan handmangle dan hasilnya disebut dengan slab giling. Slab tipis dapat diolah menjadi
blanket melalui penggilingan dengan mesin creper. Proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6
kali sambil disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang terdapat di dalam slab.
d. Sit Angin
Sit angin adalah lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan dikeringanginkan
sehingga memiliki KKK 90% - 95%. Pengolahan sit angin dilakukan melalaui berbagai tahap yaitu
penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, penggumpalan, pemeraman, penggilingan,
pencucian, penirisan dan pengeringan.
d. Sit Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS)
Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angina. Bedanya terletak pada proses
pengeringan, dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40o-60o
C selama 4 hari, dengan pengaturan sebagai berikut :
1 Hari pertama, suhu 40o-45o C, ventilasi ruang asap lebar.
2 Hari kedua, suhu 40o-50o C, ventilasi ruang asap sedang.
3 Hari ketiga, suhu 50o-55o C, ventilasi ruang asap tertutup.
4 Hari keempat, suhu 55o-60o C.
Setiap kamar asap, suhu tidak boleh kurang atau lebih. Jika suhu kurang atau melebihi suhu
yang di tentukan, maka akan sangat berpengaruh pada hasil yang didapatkan. Setelah lima hari
berada di dalam kamar asap, kemudian lembaran lembaran karet di angkut keruang sortasi dengan
warna lembaran karet yang sudah ditentukan dan layak masuk kedalam ruang sortasi.(Syakir,2010)

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet ini dilakukan pada bulan September- November pada
pukul 14.30 WIB- selesai.
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2 Alat dan Bahan


Alat- alat yang digunakan pada praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet ini adalah : 1). Sepatu
boot, 2) Penggaris, 3) Meteran, 4) Tali Rafia, 5) Ajir anakan, 6) Ajir induk, 7) Cangkul, 8) Parang,
9) Karung, 10) Pisau okulasi, 11) Ember, 12) kayu, 13) Atap daun, dan lain-lain.
Bahan- bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1) Biji karet, 2) Air, 3) Tanah, 4)
Bibit okulasi, 5) Bibit dalam polybag berpayung dua, 6) Mata okulasi, dan lain-lain.

3.3 Cara Kerja


Adapun langkah kerja pada praktikum pengelolaan perkebunan karet ini antara lain sebagai
berikut :
3.3.1 Praktikum Pemeliharaan Kebun Entres
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan seperti tali dan meteran
2. Tentukanlah pohon entres yang akan diamati
3. Pada batang tersebut, tentukanlah jarak 1 meter yang akan diamati.
4. Hitunglah jumlah mata entres pada jarak satu meter tersebut.
5. Catatlah hasil yang didapatkan di lembar pengamatan

3.3.2 Penentuan jarak tanam (Pengajiran)


1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan seperti ajir, tali, cangkul, dsb.
2. Tancapkanlah ajir indukan di sisi barat lahan
3. Tancapkanlah ajir anakan sesuai sejajar dengan ajir induk.
4. Kondisi jarak tanam harus lurus 4 penjuru mata angina.

3.3.3 Penanaman Karet


1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Buatlah lubang tanam karet sesuai dengan letak ajir anakan.
3. Lubang tanam di buat dengan kedalaman 40 cm x 40 cm x 40 cm.
4. Cangkul lah tanah dengan memisahkan bagian top soil dan sub soil.
5. Tanam lah bibit dalam polybag yang telah disiapkan.
6. Tutup kembali lubang tanam dengan memasukkan top soil terlebih dahulu kemudian
padatkan.

3.3.4 Pendederan
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Buatlah tempat pendederan dengan panjang 3 meter, lebar 1,2 meter, tinggi tiang timur
1,2 meter dan tinggi tiang barat 0,9 meter.
3. Rendamlah biji karet yang akan disemaikan
4. Tanamlah biji karet yang dapat dikatakan baik secara fisiologis
5. Tutup tempat penyemaian dengan menggunakan atap
6. Amati selama empat minggu.
3.3.5 Pemeliharaan TBM karet
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukanlah lokasi lahan karet yang akan diamati
3. Pilihlah satu batang karet yang akan dilakukan praktek pemeliharaan TBM
4. Bersihkanlah lahan disekitar pohon tersebut dari gulma sejauh 1m x 1 m
5. Beri tanda pengenalpada pohon tersebut
3.3.6 Okulasi
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukanlah lokasi kebun batang bawah
3. Tentukanlah pohon karet yang akan di okulasi
4. Buatlah jendela okulasi
5. Ambillah mata tunas yang akan ditempelkan
6. Tempelkan mata tunas tersebut ke jendela okulasi
7. Tutup dengan plastic okulasi
8. Biarkan biji berkecambah
9. Amati setelah satu minggu.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet ini antara lain
sebagai berikut:
4.1.1. Praktikum Pemeliharaan Kebun Entres
No Praktikan Jumlah Mata Tunas
1 Dede Darmadi 12
2 Irwan Jani Sihotang 23
3 Khayatul Khoiri 32
4 Amalia Putri Pandan Sari 43
5 Diana Utama 36
Table 1. pemeliharaan kebun entres
4.1.2. Praktikum Penanaman Karet
No Tanaman Tinggi Jumlah Payung
1 A 153 cm 2
2 B 40 cm 2
Table 2. penanaman karet
4.1.3. Praktikum Okulasi
Mingguke- Tanaman 1 Tanaman 2
1 Tanaman Terbakar Tanaman Terbakar
Table 3. okulasi

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pemeliharaan Kebun Entres
Adapun hasil yang didapatkan dalam pemeliharaan kebun entress yaitu didapatkan kelompok
(kelompok 5) :
Pohon karet dengan ketinggian 1 m (100 cm) bahwa minimal mata tunas yang didapat berkisar
20 mata tunas , ada juga yang mencapai lebih dari 40 dalam 1 pohon karet entress ( Bercabang dua
). Pada praktikum penanaman di dapatkan bahwa tinggi tanaman 1 pertama 153 cm dengan jumlah
payung 2 dan tinggi tanaman kedua 40 cm dengan jumlah payung 2.
4.2.2. Pengajiran
Dalam praktikum pengajiran menggunakan kayu atau ajir yang berukuran 1 meter dan ajir
indung yang tingginya 2,5 meter yang berfungsi untuk patok di pojokan dalam proses peng ajiran
jarak tanam tanaman karet menggunakan jarak 5 x 4 m yang mana setelah proses peng ajiran
selesai dilakukanlah pembuatan lobang tanam dalam proses pengajiran dapat digunakan rumus
pitagoras yang digunakan pada titik awa supaya peng ajiranya sesuai dan lurus dengan barisan.
4.2.3. Penanaman karet
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada perkebunan rakyat yang luasnya
relatif kecil, penyiapan lahan biasanya dilakukan oleh rakyat dilakukan dengan manual dan
teknis. Penyiapan lahan secara manual dan teknis
Tebas/Imas Penebasan dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan gulma. Alat-alat yang
dapat digunakan untuk menebas biasanya parang. Penebangan Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan parang panjang, kapak besar atau dengan
gergaji konvensional. Tanggul yang disisakan adalah 30 cm dari permukaan tanah.
Penyincangan/perpanjangan dapat juga digunakan untuk membuka lahan. Setelah kayu
tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual atau dijadikan bahan bakar batang dipotong
sesuai kebutuhan untuk dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan membusuk dengan sendirinya.
Penyiapan Lahan Secara Mekanis Penuh. Cara peremajaan mekanis ini lebih disukai untuk
mengatasi penyakit JAP yang sangat berbahaya. Dengan peremajaan secara mekanis penuh maka
sumber infeksi penyakit JAP baik yang berupa tunggul atau sisa-sisa akar-akar yang sakit dapat
disingkirkan dari areal penanaman.
4.2.4. Pendederan
Dalam pemilihan biji karet yang baik dapat dilakukan dengan cara pelentingan biji yang daya
melinting tinggi maka biji tersebut dalam keadaan baik, adapaun jika biji tidak melinting maka biji
dalam keadaan jelek atau tidak bagus atau bisa juga di tenggelamkan jika biji mengambang ¾ nya
maka bii tersebut baik dan bila biji tersebut mengapung seluruhnya maka biji tersebut tidak bagus
digunakan. Dalam praktikum pendederan ini pembuaatan naungan dianjurkan untuk melindungi
biji terkena panas lang dan supaya biji dalam keadaan lembab dilakukan penyiraman dua kali dlam
sehari yaitu pagi dan sore supaya biji karet cepat tumbuh.
4.2.5. Pemeliharaan TBM
Dalam pemeliharaan tanaman belum menghasilkan yaitu berupa membersih kan tanaman dari
gangguan gulma hal tersebut dilakukan supaya tanaman karet tidak mengalami persaingan dengan
tumbuhan yang tidak diinginkan atau sering disebut dengan gulma, dalam proses perawatan yaitu
dilakukan pembuangan tunas palsu, tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata
okulasi. Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum
mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil, selain itu juga Pembuangan Tunas
Cabang juga dilakukan untuk membuang tunas cabang, yang dimaksud tunas cabang adalah tunas
yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah, dan
Perangsangan Percabangan juga dilakukan untuk pembentukan cabang karet supaya tanamn karet
tersebut tumbuhnya tidak telalu tinggi, dan yang terakhir berupa Pemupukan Tanaman Belum
Menghasilkan pemupukan dilakukandengan cara pemberian dosis pupuk yang ditentukan
berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.

4.2.6. Okulasi
Dalam kegiatan okulasi yang menggabungkan sifat unggul dari kedua klon dalam satu individu,
maka diperlukan kompatibilitas dari kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas batang atas dan
batang bawah adalah kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan okulasi agar dapat
dihasilkan individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur ekonomis yang tinggi.
Jika tidak kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan pernah tumbuh dan tidak
memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang siap diokulasi harus memiliki daya
gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Bibit semaian batang bawah telah
berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat juga
digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup
besar.Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada tidaknya daun muda yang tumbuh,
dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak ada daun mudanya karena dikhawatirkan hasil okulasi
tidak akan tumbuh.
Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang kemudian
akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet. Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan
lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang
dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat berfungsi untuk kegiatan
produksi karet. Mata entres disebut juga mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau
berada pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi.Letaknya dibagian tengah
internodia.Penempelan batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela
atau disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat sisi sebelah
kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya getah dari batang karet. Sehingga
dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu
sebelum mata entres siap karena akan menyebabkan kambium menjadi kering. .

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pengelolaan perkebunan karet adalah sebagi berikut :
1. Pengajiran merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam pembukaan lahan,
tujuan dan fungsi pengajiran yakni untuk mendapatkan barisan tanaman yang rapi dan lurus.
2. Pembukaan lahan yakni dengan membuang sisa – sisa tanggul tanaman yang ada untuk
menghindari adanya penyakit akar putih.
3. Hama yang sering merusak tanaman karet ialah Babi hutan, yang sering merobohkan
tanaman yang baru ditanam.
4. Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu.
5. Dalam pemilihan biji karet yang baik dapat dilakukan dengan cara pelentingan biji yang
daya melinting tinggi maka biji tersebut dalam keadaan baik dan bila tidak melenting maka biji
tersebut dalam keadaan jelek.

5.2. Saran
Adapun saran dalam praktikum pengelolaan perkebunan karet yaitu hendaknya sebelum
praktikum dilaksanakan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan di persiapkan
sebelumnya supaya praktikum dapat dilaksanakan dengan lancer sehingga praktikum cepat selesai.
LAMPIRAN
https://khayatulkhoiri.blogspot.com/2015/11/laporan-praktikum-karet.html

Latar belakang
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Musi Landas adalah salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan Indonesia. Perseroan di Musi Landas ,
propinsi Sumsel, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1996 tanggal
14 Februari 1996 dan Akte Notaris tanggal 11 Maret 1996. PTPN VII (Persero) merupakan
penggabungan dari PT Perkebunan X (Persero), PT Perkebunan XXXI (Persero), Proyek
Pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat dan Proyek Pengembangan PT
Perkebunan XXIII (Persero) di Propinsi Bengkulu. Visi PTPN VII (persero) adalah menjadi
perusahaan agribisnis berbasis karet.. Sementar misi PTPN VII (persero) adalah (1) menjalankan
usaha perkebunan karet menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan yang efektif
serta ramah lingkungan; (2) Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis inti
(karet) dengan menggunakan teknologi terbarukan; (3) Membangun tata kelola usaha yang efektif;
(4). Mewujudkan daya saing guna menumbuh kembangkan perusahaan, dan (5) Memelihara dan
meningkatkan stakeholders value.
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi
sumber penghasilan hidup bagi para petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan
efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan
teknologi yang tersedia. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada
umur tahun ke-4. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet
( sheet ), bongkahan ( kotak ), atau karet remah (crumb rubber ) yang merupakan bahan baku
industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan
untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain. Produk-produk
karet tersebut umumnya diekspor. Ekspor getah karet Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu
dalam bentuk bahan baku industri ( sheet, crumbrubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban,
komponen, dan sebagainya (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2003). Indonesia
pernah menjadi produsen karet nomor satu di dunia, namun saat ini posisi Indonesia tersaingi oleh
dua negara tetangga yaitu Thailand dan Malaysia.
Peningkatan produksi karet dapat dilakukan dengan penerapan teknologi budidaya yang
dianjurkan, mulai dari pemilihan bibit, penanganan bibit, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pascapanen (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2003).
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman karet dari klon-klon unggul adalah
dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan dan Andoko, 2005). Menurut Setyamidjaja (1993),
salah satu hasil okulasi tanaman karet adalah stum mata tidur
PTPN VII merupakan perusahaan yang termasuk BUMN. PTPN VII membudidayakan
tanaman karet dengan berbagai klon, yaitu seperti klon PB 260, IRR 118, BPM 24, BPM 1 GT 1, RRIC
100, TUBU, POLYKLON, PR 107, PR 225, RRIM 600, MIX, WR 261, TM 2 dan TM 8. Berdasarkan
klon yang ditanam ada yang termasuk ke dalam quick stater dan ada pula yang termasuk ke dalam
slow stater

1.2 Tujuan
Tujuan dari kunjungn ke PTPN VII ini adalah
1. Agar mahasiswa mngetahui klon yang di tanam di PTPN VII
2. Mengtahui bagai mana pmbibitan yang baik.

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan dan Alat
1. Alat tulis
2. Kertas pengamatan yang suda disiapkan
3. Kamera
v Waktu Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada 19 November 2014
v Tempat
Di PTPN VII Musi Landas

2.2 Cara Kerja


1. Pertama siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Ambil kertas contoh label untuk pengamatan
3. Lalu amati apa saja yang ada d kebun entres PTPN VII Nusantara
4. Kemudian amati dari jenis tanaman,varietas, dan lain sebagainya
5. Setelah itu catat hasil yang kita amati tadi dan di tulis dalam contoh label
6. Dan yang terakhir abadikan hasil pengamatan kita tadi dengan kamera

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Klon IRR 118 Klon PB 260
Isi barisan 310 bibit karet Isi barisan 318 bibit karet
Tanggal tanam 25 -06-2014 Tanggal tanam 04-07-2014

SERTIFIKASI DALAM BENTUK MATA TEMPEL, BAHAN SAMBUNG ATAU


STEK
(Laporan Praktikum Mata Kuliah Teknologi Benih)
Nama : Debi Setyawan
NPM : 147215010
Hari/tanggal : 29 – 11 - 2014

PTPN VII MUSI LANDAS


MATA
TEMPEL/STEK

1. Nama Produsen : PTPN VII


2. Alamat : MUSI LANDAS
3. Nomor Induk : -
4. Jenis Tanaman : Tanaman Karet
5. Varietas : IRR 118
6. Kelas Benih :-
7. Jumlah Mata Tempel/Bahan : 1 ( satu )
Sambung/Stek
8. Tanggal Tanamam : 25 – 06 - 2014
9. Catatan : bibit yang siap di tanam dapat di lihat dari
daun ujung,jika daun ujung masih muda maka bibit tersebut belom siap di
tanamam,jika daunnya sudah tua maka bibit siap tanam
10. Masa Berlaku Label :

PTPN VII MUSI LANDAS

BENIH OKULASI ATAU GRAFTING


1. Nama Produsen : PTPN VII
2. Alamat :MUSI LANDAS
3. Nomor Induk :-
4. Jenis Tanaman : Tanaman Karet
5. Varietas : PB 260
6. Kelas Benih :-
7. Jumlah Mata Tempel/Bahan : 1 ( satu)
Sambung/Stek
8. Tanggal Tanam : 04 – 07 - 2014
9. Catatan : Daya tumbuh bibit di pengaruhi
Faktor lingkungan
Dan perawatan.
10. Masa Berlaku Label :

3.2 Pembahasan
Karet merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang sangat penting karena sangat di
butuhkan oleh masyarakat. Sebagai salah satu komoditas perkebunan, karet berperan dalam
pembangunan nasional karena menghasilkan sumber devisa bagi negara. Selain karet juga dapat
meningkatkan pendapatan petani serta membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat.
Produktivitas yang telah dicapai oleh perkebunan karet di Indonesia saat ini harus terus
ditingkatkan dan dipertahankan dengan suatu pengelolaan yang baik seperti pada kegiatan
pemeliharaan dan pembibitan karet.
Kegiatan pemeliharaan karet antara lain meliputi pengendalian gulma dan
pemupukan, Pengendalian gulma di lakukan guna untuk menekan pertumbuhan gulma pada lahan
perkebunan, yang bertujuan untuk mempermudah proses perawatan dan produksi pada lahan
perkebunan karet Serta mengurangi adanya persaingan dalam memperoleh unsur hara pada tanah.
Pengendalian gulma terdiri dari dua macam yaitu secara manual dan secara khemis, secara
manual gulma yang ada di lahan pertanian di cabut menggunakan tangan atau di cangkul
menggunakan cados, sedangkan Pengendalian gulma secara khemis telah umum dilakukan di
perkebunan. Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak
terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin dan juga dapat
dihindari kerusakan perakaran akibat alat-alat mekanis disamping pekerjaan pengendalian dapat
diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat dibanding membabat atau mengkikis (Anonim,2012).
SYARAT PERTUMBUHAN
a. Iklim
a) Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman antara 24-28 derajat C.
b) Kelembaban tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet.
c) Curah hujan optimal antara 1.500-2.000 mm/tahun
d) Tanaman karet memerlukan lahan dengan penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.

b. Media Tanam
a. Hasil karet maksimal didapatkan jika ditanam di tanah subur, berpasir, dapat melalukan air
dan tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat ditolerir adalah 2-3 meter).
b. Tanah Ultisol yang kurang subur banyak ditanami tanaman karet dengan pemupukan dan
pengelolaan yang baik. Tanah latosol dan aluvial juga dapat ditanami karet.
c. Keasaman tanah yang baik antara pH 5-6 (batas toleransi 4-8)

c. Penyiapan Benih
Biji karet diambil dari tanaman karet berumur 10 tahun di kebun induk khusus atau
kebun di areal produktif. Biji yang akan dijadikan benih harus memantul, mengkilat, dan bobotnya
tinggi (berat). Benih disimpan di dalam cold storage 7-10 derajat C agar dapat tahan sampai 2
bulan. Untuk pengiriman jarak jauh, benih dengan kesegaran minimal 70% dicampur dengan
serbuk gergaji lembab (1:1) atau dicampur sphagnum (1,25 kg sphagnum/2500 benih). Benih dan
medianya dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dilubangi oleh perforator (isi kantung plastik
2.000 benih). .

d. Pembibitan
Areal pembibitan mempunyai solum yang tebal, lahannya datar dan dekat sumber
air. Pengolahan tanah dilakukan sebelum tanam. Bibit ditanam dalam jarak tanam (dalam
susunan segitiga) yang tergantung dari umur bibit dan jenis bibit:
a) Bibit satu tahun: 35 x 35 x 50 cm, jumlah bibit= 34.080 bibit/ha
b) Bibit dua tahun: 45 x 45 x 50 cm, jumlah bibit= 17.664 bibit/ha

e. Pengolahan Media Tanam


Terdapat dua macam penanaman karet: (1) penanaman ulangan setelah tanaman
pertama tidak ekonomis lagi (replanting) dan (2) penanaman baru (new planting).
Di bawah ini akan diuraikan pengolahan tanah untuk penanaman baru:
a. Membabat tanaman yang tumbuh, dimulai dari tanaman yang kecil kemudian pohon besar.
b. Pembasmian alang-alang dengan herbisida jika diperlukan
c. Tanah dibongkar dengan cangkul/traktor sehingga sisa akar terangkat.
d. Membersihkan sisa akar dari dalam tanah dan permukaan tanah.
e. Biarkan tanah sampai tidak ada tanda-tanda bahwa alang-alang akan tumbuh lagi.
f. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5
dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam.
g. Pembuatan kotak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. kotak berguna untuk
menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi kotak dituangkan ke areal di sebelah atas
kotak.
h. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan
lahan dan disemen.
i. Pembuatan jalan.

Dalam pembibitan tanaman karet di PTPN VII Musi Landas menggunakan system bibit okulasi
yang sudah siap tanam di lahan penanaman. Ada tiga bahan tanaman yang harus dilakukan di
pembibitan yaitu sebagai berikut: batang bawah ( root stoct ), entres/batang atas (budwood ) dan
okulasi (grafting ) pada penyiapan bahan tanam.
Pembibitan yang ditanam di PTPN VII menggunakan pembibitan secara okulasi yaitu
okulasi hijau yakni bibit sudah berumur sekitar 4-8 bulan. Hal ini, dilakukan agar dapat
memperkokoh batang bawah agar akar tidak roboh saat nantinya akan menopang batang atas yang
kemungkinan lebih besar.
Klon yang ditanam di PTPN VII Musi Landas merupakan Klon PB260 dan Klon IRR
118 yang kesemuanya merupakan kelas benih quick starter yaitu pertumbuhannya cepat. PB 260
juga merupakan satu dari beberapa varietas klon tanaman karet penghasil getah yang
direkomendasikan sebagai klon karet unggul periode 2010 sampai dengan 2015. Disamping itu
bibit karet klon PB 260 ini juga mempunyai kelebihan dari sisi produksi getah karet yang
dihasilkan pada proses penyadapan jika dibandingkan dengan jenis klon lainnya. PB 260 dinilai
mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang paling tinggi. Potensi Produksi getah karet yang
dihasilkan PB 260 mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5 tahun. Bahkan dikalangan petani karet
tradisional di daerah Sembawa mulai menyadap pada rata-rata umur 4 tahun dengan tingkat
pemeliharaan standar. Sedangakan Varietas IRR 118 adalah klon karet unggul Generasi ke Empat
(G-IV) yang dihasilkan oleh Pusat Peneletian Karet.
Keunggulan utama dari IRR 118 ini adalah matang sadap lebih cepat (umur <4>200
m3/ha).Hasil pengujian menunjukkan bahwa IRR 118 secara nyata lebih unggul dari klon karet
terbaik dan terpopuler saat ini yaitu PB 260. Secara perbandingan, IRR 118 dapat disadap 6 bulan
lebih, produksi lateks 15% lebih tinggi, produksi kayu 30% lebih tinggi. Klon 118 tidak peka luka
sadap dan tidak perlu diberi stimulan dalam penyadapan sehingga sangat sesuai untuk
pengembangan karet rakyat. Hasil evaluasi di lapang menunjukkan bahwa, pertumbuhan lilit
batang klon IRR 118cukup jagur, pertambahan lilit batang di saat TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan) rata-rata 14,3 cm/th dan di saat TM (Tanaman Menghasilkan) yaitu 4,6 cm/th.
Berdasarkan atas laju pertumbuhan klon IRR 118 pada saat TBM dan TM, maka klon tersebut
dimasukkan ke dalam kelompok klon penghasil lateks dan kayu. Rata - rata produksi lanjutan IRR
118 ( tahun sadap 4 sampai dengan 9) sebesar 2.777 kg/ha/th. Total produksi lateks yang dihasilkan
hingga tahun sadap ke-9 adalah 22.5 ton karet kering kg/ha; atau 15% di atas klon pembanding PB
260 (2.409 kg ha/th). Mutu lateks dan sifat karet IRR 118 tergolong cukup baik dan memenuhi
permintaan pasar. Dari lateks IRR 118 dapat dihasilkan dari klon RSS, SIR-Medium 3 CV, SIR-
3L, SIR-5, dan SIR-10/20. Ketahanan terhadap penyakit daun Corynespora dan Collethotrichum
cukup baik. Adaptabilitas klon IRR 118 cukup 2500 lebih stabil di beberapa daerah dengan curah
sedang (1800 - 2500 mm/th), basah ( mm/th), dan relatif kurang curah hujan (<1800 mm/th).
Langkah Okulasi
A. Penyiapan batang bawah atau root stoct (Understum )
kami hanya menerima materi dari sinder tentang penyiapan batang bawah. Materi yang telah
disampaikan oleh bapak Iman Tajiman selaku sinder afdeling pembibitan adalah, langkah awal
kegiatan pembibitan karet adalah menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji tanaman karet.
Dalam penyiapan batang bawah ini meliputi kegiatan seleksi biji yang digunakan sebagai
benih, penyemaian, penanaman kecambah, pemeliharaan, okulasi dan bongkar. Pembibitan
batang bawah dilakukan ± 1,5 tahun agar bisa di okulasi coklat, untuk okulasi hijau dilakukan pada
umur dibawah 1 tahun
B. Menyiapkan Batang Atas (G r a f t i n g )
Klon karet yang akan dijadikan batang atas dipilih sesuai dengan iklim disetiap wilayah.
Berkaitan dengan penyiapan batang atas ini ada beberapa istilah yang harus diketahui dan
dipahami , yaitu : kayu okulasi, mata tunas, perisai dan jiwa.
C. Kayu Okulasi
Kayu okulasi yang sering disebut dengan batang atas merupakan tunas atau dahan muda yang
memiliki mata tunas prima sebagai bahan utama kegiatan okulasi. Kayu okulasi bisa diambil dari
pohon induk atau dari tanaman karet ditanam secara khusus untuk menghasilkan kayu okulasi.
Batang atas yang diambil dari kebun khusus ini bisa dikirim ke kebun-kebun pembibitan yang
tidak memiliki kebun batang atas. Caranya, batang atas dipotong sepanjang 100 cm ( 1 Meter )
dan kedua ujungnya di olesi paraffin atau di celupkan kedalam lilin yang sedang meleleh agar
tidak terjadi penguapan.
D. Mata Tunas
Mata tunas adalah bagian tanaman batang atas yang akan diokulasikan dengan batang bawah.
Mata tunas ini setelah disatukan dengan batang bawah akan tumbuh menjadi tanaman karet baru.
Mata tunas ini terdapat di sepanjang kayu okulasi, semakin muda kayu okulasi maka semakin
terlihar jelas mata tunasnya. Ada tiga mata tunas pada tanaman karet, yaitu mata daun, mata sisik
dan mata bunga. Mata daun dan mata sisik akan tumbuh menjadi batang karet, sedangkan mata
bunga akan menjadi bunga. Oleh karena itu, mata tunas yang dapat dipakai sebagai mata tunas
hanya mata daun dan mata sisik. Ketiga jenis mata tunas ini bentuknya hamper sama. Cara
membedakannya adalah dengan melihat letaknya. Mata daun dan mata sisik agak jauh dari bekas
kaki daun yang telah gugur dan mata bunga terletak berdekatan dengan bekas kaki daun yang telah
gugur.
Persyaratan Okulasi
Setelah batang bawah dan batang atas siap, kegiatan okulasi bisa dilaksanakan. Beberapa
prinsip dasar yang harus dimengerti agar okulasi berhasil sebagai berikut :
1.Batang bawah tidak dalam keadaan flash.
2.Batang bawah dan entres umurnya sama.
3.Lilit batang bawah sudah besar dari 10 cm.
4.Okulasi dilakukan pada bulan basah antara bulan November sampai Januari.
5.Kedua lapisan cambium, yaitu cambium batang bawah dan perisai harus menyatu dan tidak
boleh teraba jari, terkena kotoran atau keringat, serta terbuka terlalu lama. Ketika keduanya
ditempelkan tidak boleh mengalami pergeseran sedikitpun.
6.Tidak dianjurkan untuk mengokulasi pada batang bawah dalam keadaan basah.
7.Peralatan atau pisau okulasi harus tajam dan bersih atau steril.
8.Pekerja yang mengokulasi harus dalam keadaan bersih atau steril.
9.Pekerja harus teliti dan sabar.

Jenis okulasi
Okulasi ada 2 macam yaitu okulasi coklat dan okulasi hijau. Okulasi coklat dilakukan pada saat
batang bawah sudah berumur ± 9-18 bulan, sedangkan okulasi hijau dilakukan pada saat batang
bawah sudah berumur ± 5-8 bulan. Okulasi dilakukan pada bulan Januari karena karet yang ingin
di okulasi daun pucuk sedang tua. Okulasi ke-2 dilakukan 3 minggu setelah okulasi periksa 1
(satu). Periksa 1 atau buka plastic dilakukan setelah 3 minggu dari okulasi, periksa 2 dilakukan 1
minggu setelah periksa 1. Setelah selesai periksa 2 dilakukan penyesuaian okulasi. Untuk okulasi
coklat kulit sudah berwarna coklat dengan diameter 1,5 cm. Batang atasnya berasal dari kebun
entres berwarna hijau kecoklatan, berbatang lurus dan beberapa tunas dalam keadaan tidur.
Sedangkan okulasi hijau kulitnya masih berwarna hijau dengan diameter 1-1,5 cm. Batang atasnya
berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna hijau.

Pembibitan kebun Entres


Pembibitan kebun entres merupakan suatu hal yang harus di lakukan karena kebun entres
akandigunakan sebagai bahan dalam okulasi. Dalam penanaman kebun entres harus sesuai dengan
klonnya dan dalam blok yang sama. Klon kebun entres yang di tanam di PTPN VII Musi Landas
adalah jenis PB 260, IRR 118, RRIC 100, namun yang banyak digunakan sekarang adalah PB 260 dan IRR
118. Jarak tanam untuk kebun entres di kebun adalah 1 x 1 M, dengan luas lahan ± 10 ha. Kebun entres ini
juga harus dirawat baik dari penunasan sampai pembentukan cabang atau tunas yang akan dijadikan
sebagai calon batang entres. Kebun entres harus terletak didekat dengan sumber air, jauh dari
binatang ternak, bebas dari hama dan penyakit

Klon yang di tanam


a. PB 260
Penanaman bibit karet klon PB 260 memang mempunyai keunggulan. PB 260 sendiri
merupakan klon karet unggul penghasil getah yang dikeluarkan dari hasil penelitian badan
penelitian tanaman karet Malaysia. PB sendiri merupakan singkatan dari Perang Besar yang
merupakan nama salah satu daerah di Malaysia.
PB 260 juga merupakan satu dari beberapa varietas klon tanaman karet penghasil getah yang
direkomendasikan sebagai klon karet unggul periode 2010 sampai dengan 2015. Disamping itu
bibit karet klon PB 260 ini juga mempunyai kelebihan dari sisi produksi getah karet yang
dihasilkan pada proses penyadapan jika dibandingkan dengan jenis klon lainnya. Berikut ini tabel
yang menunjukan perbandingan tingkat produksi getah karet dari semua jenis klon bibit karet
(Sumber : Chairil Anwar, Balai Penelitian Sembawa).
PB 260 mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang sangat tinggi. Potensi Produksi getah
karet yang dihasilkan PB 260 mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5 sampai dengan 15 tahun
umur sadap. Bahkan dikalangan petani karet tradisional di daerah saya mulai menderes pada rata-
rata umur 4 tahun.
petani karet sebelitak menyediakan bibit karet klon PB 260 dengan harga yang relatif lebih
rendah namun tetap mengedepankan kualitas dan keasliannya
Kelebihan Bibit Karet klon (tempel) PB 260
1. Harga lebih murah
2. Mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang sangat tinggi.
3. Mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5

b. IRR 118
Varietas IRR 118 adalah klon karet unggul Generasi ke Empat (G-IV) yang dihasilkan oleh
Pusat Peneletian Karet. Keunggulan utama dari IRR 118 ini adalah matang sadap lebih cepat (umur
<4>200 m3/ha).Hasil pengujian menunjukkan bahwa IRR 118 secara nyata lebih unggul dari klon
karet terbaik dan terpopuler saat ini yaitu PB 260. Secara perbandingan, IRR 118 dapat disadap 6
bulan lebih, produksi lateks 15% lebih tinggi, produksi kayu 30% lebih tinggi. Klon 118 tidak peka
luka sadap dan tidak perlu diberi stimulan dalam penyadapan sehingga sangat sesuai untuk
pengembangan karet rakyat. Hasil evaluasi di lapang menunjukkan bahwa, pertumbuhan lilit
batang klon IRR 118 cukup jagur, pertambahan lilit batang di saat TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan) rata-rata 14,3 cm/th dan di saat TM (Tanaman Menghasilkan) yaitu 4,6 cm/th.
Berdasarkan atas laju pertumbuhan klon IRR 112 pada saat TBM dan TM, maka klon tersebut
dimasukkan ke dalam kelompok klon penghasil lateks dan kayu. Rata - rata produksi lanjutan IRR
118 ( tahun sadap 4 s.d 9) sebesar 2.777 kg/ha/th. Total produksi lateks yang dihasilkan hingga
tahun sadap ke-9 adalah 22.5 ton karet kering kg/ha; atau 15% di atas klon pembanding PB 260
(2.409 kg ha/th). Mutu lateks dan sifat karet IRR 118 tergolong cukup baik dan memenuhi
permintaan pasar. Dari lateks IRR 118 dapat dihasilkan dari klon RSS, SIR-Medium 3 CV, SIR-
3L, SIR-5, dan SIR-10/20. Ketahanan terhadap penyakit daun Corynespora dan Collethotrichum
cukup baik. Adaptabilitas klon IRR 118 cukup 2500>stabil di beberapa daerah dengan curah
sedang (1800 - 2500 mm/th), basah ( mm/th), dan relatif kurang curah hujan (<1800 mm/th).
IRR 118 juga merupakan satu dari beberapa varietas klon tanaman karet penghasil getah yang
direkomendasikan sebagai klon karet unggul periode 2010 sampai dengan 2015. Berikut ini tabel
yang menunjukan perbandingan tingkat produksi getah karet dari semua jenis klon bibit karet
BAB IV
HASIL KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat di simpulkan bahwa :
· Dari hasil okulasi dapat menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks
dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118
· Bibit karet berkualitas tinggi didapatkan dengan teknik perbanyakan dengan okulasi.
Klon PB260, IRR118, RRIC100 dianjurkan sebagai batang atas dan bibit dari biji karet klon PB20,
GT1, dan RRIC100 sebagai batang bawah yang diambil dari pohon berumur lebih dari 10 tahun.
Kayu okulasi dapat diperoleh dengan cara memotong ranting-ranting pohon induk tanaman karet.
Dalam waktu 1-2 tahun ketika tunas-tunas baru sudah muncul dan dapat dijadikan sebagai kayu
okulasi.
· Klon yang di tanam di PTPN VII IRR 118 dan PB 260
· Keunggulan Bibit yang di tanam di PTPN VII adalah kualitas karet dan umur sadap
karet yan lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan(ID).Pusat penelitian
Karet.
Damanik S, M. Syakir, Made Tasma, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen
Karet. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur, Pengenalan Dan Petunjuk
Perbanyakan Secara Vegetatif.Yogyakarta (ID):Kanisius.
Janudianto, Prahmono A, Napitupulu H, dan Rahayu S. 2013. Panduan budidaya karet
untuk petani skala kecil. Rubber cultivation guide for small-scale farmers. Lembar Informasi
AgFor 5. Bogor, Indonesia. Bogor (ID): World Agroforestry Cebtre (ICRAF) Southeast Asia
Regional Program
Simanjuntak, Faddalena. 2010. Teknik Okulasi Karet. Medan(ID): Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan.
Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran. Jakarta(ID):
Penebar Swadaya.
http://debisetyawan.blogspot.com/2015/03/laporan-pembibitan-karet-ptpn-vii.html
PENANAMAN BIBIT KARET
( Laporan Praktikum Ke 6 Mata Kuliah Teknologi Benih )

Oleh
Noviyanti
147215028
Budidaya Perkebunan 1.B

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PDD POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
AKADEMI KOMUNITAS NEGERI BANYUASIN
2014

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang didukukung oleh jenis tananhnya yang
subur dan iklim tropis. Sebagian masyarakat Indonesia berkebun karet sebagai sumber penghasilan
dan juga membudidayakan pohon-pohon karet.
Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh beberapa hal, antaranya karena kurangnya
pengetahuan kita tentang bagaimana cara membudidayakan karet yang baik dan benar. Misalnya
dengan bercocok tanam karet dimana kita harus memiliki kecermatan dalam segala hal yang
bekaitan dengan membudidayakan pohon-pohon karet kita dapat membuka lahan, yang berarti
membuka lapangan kerja dan dapat mengurangi pengangguran.
Dengan membudidayakan pohon karet kita dapat membuka industri, baik industri kecil
menengah bahkan industri besar. Dalam membuka industri sendiri kita dapat mengurangi
pengangguran terutama di daerah Kabupaten Tapin. Potensi dan kebutuhan masyarakat pedesaan
yang sangat luas, sehingga perlu diusahakan untuk berorientasi kepada keaneka ragaman
kehidupan dan lingkungan masyarakat.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, dimana kita dapat memiliki
keterampilan dalam bercocok tanam karet terutama dalam membudidayakan pohon karet dan dapat
memanfaatkan lahan-lahan kosong yang ada didaerah-daerah tertentu.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi
sumber penghasilan hidup bagi para petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan
efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan
teknologi yang tersedia. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada
umur tahun ke-4. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet
(sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri
karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk
bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain. Produk-produk karet
tersebut umumnya diekspor. Ekspor getah karet Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu
dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban,
komponen, dan sebagainya (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2003). Indonesia
pernah menjadi produsen karet nomor satu di dunia, namun saat ini posisi Indonesia tersaingi oleh
dua negara tetangga yaitu Thailand dan Malaysia.

Peningkatan produksi karet dapat dilakukan dengan penerapan teknologi budidaya yang
dianjurkan, mulai dari pemilihan bibit, penanganan bibit, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pascapanen (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2003).
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman karet dari klon-klon unggul adalah
dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan dan Andoko, 2005). Menurut Setyamidjaja (1993),
salah satu hasil okulasi tanaman karet adalah stum mata tidur

. Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet Indonesia adalah
rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat.
Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian,
peranan Indonesia sebagai produsen karet dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki
teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat
ditingkatkan secara optimal (Syakir, 2010)

Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,


khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan pada
dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman, sebelum berkecambah benih relatif kecil
dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle
keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan
membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang
tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan
kotiledon. Hormon tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel
baru dan membebaskan energi kinetik (Edmondet al., 1975).

Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam ,baik yang dari hasil
perbanyakan generative maupun vegetative (klon) ,ada beberapa tahapan dalam kegiatan
pembibitan karet yaitu mulai dari pengadaian biji ,persemaian biji ,persemaian bibit roostock
,okolasi pembutan bibit polibag dan penanaman pembibitan sangat diprlukan untuk menyimpan
dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam
sekaligus luas dan hanya satu kali dalam skala luas, dalam setiap luas dan dalam tanaman (20-25
tahun)

Bibit polibeg adalah bibit yang berasal dari stum OMT (okulasi mata tidur) yang di tanam
dipolibeg sebelum ditanam dilapangan. Umumnya bibit polibeg ditanam dilapangan setelah
mempunyai satu atau dua helai daun.keadaan ini dicapai kurang lebih emoat bulan setalah bibit
ditanam dipolibeg.melewati dari umur tersebut biasanya akar sudah banyak yang melilit dalam
polibeg . tujun pembibitan polibeg adalah memperoleh pertumbuhan yang seragam dan
mengurangi tingkat kematian bibit .

Pembuatan bibit dalam polibeg harus pada lokasi yang rata , dekat dengan sumber air , dekat
dengan jalan ,dekat dengan lokasi penanaman serta mempunyai topsoil yang baik dan cukup untuk
mengisi polibeg .polibeg yang digunakan berukuran 45x30 cm , tebal polibeg 0,2cm dan sebaiknya
berwarna hitam .tanah yang digunakan untuk mengisi polibeg adalah tanah topsoil yang halus dan
tidak mengandung sisa-sisa akar .bibit yang ditanam dipolibeg adalah 2/3 bagian bibit yang
ditutupi tanah . biji dari bibit tersebut tidak boleh lepas dari kecambahnya agar tidak merusak
perakaran nya
Setelah bibit ditanam , bibit harus dipelihara agar bibit tersebut tumbuh dengan baik
.pemeliharaan bibit tersebut meliputi penyiraman yang dilakukan setiap hari pada pagi dan sore
hari , penyiangan terhadap rumput-rumputyang tumbuh disekitar bibit ,melakukan mulching pada
permukaan polibeg untuk mengurangi penguapan ,hama dan penyakit yang akan menyerang bibit
harus diberantas agar bibit tidak rusak karena hama .
Pemberian pupuk organik adalah sebagai alternatif untuk mengembalikan kesuburan tanah guna
mempertahankan produktivitas lahan. Pupuk organik juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah
(struktur tanah, kemantapan agregat tanah dan daya pegang air terhadap tanah), sedangkan
terhadap sifat kimia tanah perannya adalah meningkatkan nilai tukar kation tanah, menyuplai hara
dan juga meningkatkan aktivitas mikroba tanah (Barus et al., 1987 dalam Zurhalena et al., 2005).
Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang, pupuk hijau, limbah kelapa sawit (sludge, abu janjang
kelapa sawit dan lain-lain), kascing serta kompos.
Sumber bahan organik yang jumlahnya cukup besar dan belum banyak di manfaatkan adalah
alang-alang. Alang-alang merupakan jenis rumput yang kosmopolit dan tergolong gulma, namun
dengan kandungan bahan organiknya alang-alang berpotensi untuk dijadikan kompos. Menurut
Rauf dan Ritonga (1998) komposisi alang-alang bagian atas adalah 0,71 %N, 0,67 % P, 1,07 % K,
0,76 % Ca, 0,55 % Mg, 5,32 % Si. Opake (1982) menyatakan bahwa tanah-tanah pembibitan harus
mempunyai sifat fisik dan kimia tanah yang baik.
Media tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan stump yaitu harus berdraenase baik, tidak bersifat
toksik atau racun, kandungan haranya tinggi dengan kisaran pH antara 5,5 sampai 7,5 dan banyak
mengandung bahan organik. Selanjutya Dina (1994), bahan organik sebagai media tanam mampu
menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Bahan-bahan ini memiliki pori-pori makro dan
mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara cukup baik dan mempunyai daya serap air
yang tinggi. Selain itu untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi pada tanaman karet baik
ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas maka perlu bibit yang baik, sebagai bahan tanaman.
Untuk mendapatkan bibit yang sehat dan cepat sesuai kebutuhan dilapangan salah satu penentu
adalah komposisi media di pembibitan.
Penggunaan komposisi media tumbuh yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit
dipembibitan. Hartman dan Kaster (1975) dalam Ansori 2005, menyebutkan bahwa media untuk
pertumbuhan disarankan berasal dari bahan yang tidak cepat memadat, kokoh, aerasi baik, bebas
gulma dan subur. Selanjutnya Wijaya, Reza dan Tuserkih (1995), komposisi media tumbuh yang
digunakan harus mempunyai sifat mudah didapat, gembur dan subur sehingga memungkinkan
pertumbuhan bibit yang optimal.
Karet juga merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang sangat penting karena
sangat di butuhkan oleh masyarakat. Sebagai salah satu komoditas perkebunan, karet berperan
dalam pembangunan nasional karena menghasilkan sumber devisa bagi negara. Selain karet juga
dapat meningkatkan pendapatan petani serta membuka lapangan kerja yang luas bagi
masyarakat. Produktivitas yang telah dicapai oleh perkebunan karet di Indonesia saat ini harus
terus ditingkatkan dan dipertahankan dengan suatu pengelolaan yang baik seperti pada kegiatan
pemeliharaan dan pembibitan karet.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara penanaman bibit karet ke dalam polibak yang
baik dan benar.

1.3 waktu dan tempat


Praktikum penanaman bibit karet ini dilakukan pada hari Rabu November 2014
,pukul 12.30 WIB sampai selesai dilahan Perkebunan milik Ibu Linda , Yang bertampat tinggal
di daerah Talang Kebang.

II. METODE PRAKTIKUM


2.1 Alat dan Bahan
Alat :
· Polibag
· Pisau
· Kayu pembuat lubang
· kamera
Bahan :
· Bibit karet sebanyak 100 batang
· Air
2.2 Cara Kerja
Langkah –langkah yang dilakukan dalam praktikum :
· Pertama-tama lakukakan pemotongan akar pada bibit karet
· Pada bibit yang akan ditanam daun-daun nya harus dibuang terlebih dahulu.
· Lakukanlah pembuatan lubang pada polibag dengan kedalaman 15 cm.
· Lakukanlah penanaman bibit pada polibag yang telah dilubangi.
· Setelah bibit ditanam pada lubang, tutup kembali tanah tersebut dan dipadatkan
· Selanjutnya lakukanlah penyiraman keseluruh bibit yang telah ditanam

III .HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Tahap pemotongan akar yang terlalu panjang

Pembuatan lubang pada polibag dan penanaman bibit karet yang dilakukan satu
persatu.
Semua bibit sudah ternanam didalam polibak sebanyak 100 bibit.

Tahap penyiraman bibit karet


3.2 Pembahasan
Pada praktikum penanaman karet di lapangan ini, kami melakukan penanaman karet di
lapangan dengan menggunakan stum mata tidur. Penanaman bibit karet di lapangan
dilakukan setelah pengajiran dan dilakukan pembuatan lubang tanam pada polibag dengan
kedalaman 15 cm dari permukaan polibag. Penanaman karet di lapangan dengan menggunakan
bibit stum mata tidur merupakan hal yang kurang tepat, karena kemungkinan bibit itu untuk
bertahan hidup sangat kecil, kemungkinan bibit stum mata tidur mati sangat besar jika ditanam di
lapangan. Bibit yang baik untuk ditanam di lapangan adalah bibit karet hasil okulasi yang telah
berpayung 2.
Penanaman bibit tanaman harus memilih waktu yang tepat dan pengelolaan lahan tanam dan
jarak tanam yang baik agar terhindar dari tingginya angka kematian dilapangan. Persiapan tanam
sebaiknya selesai dilakukan satu bulan sebelum penanaman. kegiatan persiapan tanam terdiri dari
pengajiran ( jalur tanam & jarak tanam ) dan pembuatan lubang tanam . Jumlah tanaman karet
dalam satu hektar berkisar antara 500 – 600 tanaman/hektar yang dibuat berdasarkan variasi jarak
tanam.dan kondisi lahan tanam . Pola tanaman karet pada umumnya menggunakan jarak tanam 7
x 3 meter, jarak tanam 7 m diletakkan pada arah utara – selatan dan jarak tanam 3 meter diletakkan
pada arah timur – barat hal ini dilakukan jika direncanakan tanaman pangan untuk tanaman sela
maka persaingan didalam mendapatkan sinar matahari dapat diatasi. Tetapi pada praktikum
penanaman karet yang kami lakukan menggunakan jarak tanam 6 x 3 meter, jarak tanam 6 m
diletakkan pada arah utara – selatan dan jarak tanam 3 meter diletakkan pada arah timur – barat.
Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang kemudian
ditimbun dengan tanah bawah (subsoil) dan selanjutnya tanah bagian atas (topsoil).bila
menggunakan bahan tanam stum mata tidur, mini dan tinggi pemadatan tanah dilakukan dengan
cara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan merata, sehingga apabila digoyang tidak
mudah lepas ataupun tercabut. Dan jika bahan tanam yang digunakan bibit dalam polybag
pemadatan disekeliling tanah cukup dilakukan dengan tangan. Penginjakan dengan menggunakan
kaki disekeliling tanaman tidak dianjurkan karena akan menyebabkan bergesernya kolom tanah
dan berakibat kematian tanaman.
Bahan tanaman karet yang dianjurkan adalah bahan tanaman klon yang diperbanyak secara
okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat
menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman belum menghasilkan
lebih cepat, tanaman lebih seragam sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta
memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu, batang
tegap, responsif terhadap stimulan dan pupuk, serta volume kayu per pohon tinggi.
Bibit karet dalam polybag yang siap ditanam kelapang ditandai dengan payung daun terakhir
sudah tua. Penanaman dilakukan dengan cara kantong polybag dibuka, bibit diletakkan ditengah-
tengah lubang tanam, kemudian ditimbun dengan tanah. Penanaman sebaiknya dilakukan saat
musim hujan. Apabila ditanam pada musim panas sebaiknya lubang tanam disiram dahulu.
Penanaman Batang Bawah
Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat menempelkan mata tunas pada
proses okulasi. Untuk memperoleh tanaman yang baik, benih yang akan digunakan sebagai batang
bawah harus memiliki kriteria yang baik dalam kemurnian dan kesegaranya. Benih yang di
gunakan sebagai batang bawah sekurang-kurangnya berasal dari biji pilihan propellegitim yaitu
biji yang diketahui pohon induk asalnya. Beberapa klon yang dianjurkan sebagai batang bawah
antara lain: GT 1, PB 260, RRIC 100, dan AVROS 2037.
Pengolahan lahan
Lahan yang digunakan sebagai tempat pembibitan batang bawah sebaiknya di pilih lahan yang
gembur , relatif datar, mudah di jangkau dan di awasi, dekat dengan sumber air, dan bebas hama
dan penyakit. Jika terpaksa mengunakan lahan yang miring, pembibitan dapat dengan lahan
dengan kemiringan tidak lebih dari 3% dan di buat teras dengan mengurangi erosi tanah (Puslit
Karet, 2003). Lahan pembibitan batang bawah dikebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih
umumnya datar sampai bergelombang. Proses penyiapan lahan dilakukan secara mekanis dengan
mengunakan traktor. Pengolahan lahan secara mekanis dilakukan dengan cara dua kali ripping dua
kali pembajakan, dan satu kali pengaruan.
Ripping bertujuan untuk mengangkat akar dan sisa tunggul tanaman agar tidak menjadi
sumber inokullum jamur akar putih (JAP). Proses ripping dilakukan dua kali, arah
kerja ripping pertama timur-barat dan ripping kedua arah kerjanya utara selatan. Rippingkedua
dilakukan seminggu setelah ripping pertama. kedalaman bidang olah ripping 40 – 50 cm.
Pembajakan tanah adalah proses pembalikan lapisan atas tanah untuk mengemburkan tanah.
Pembajakan pertama dilakukan seminggu setelah ripping kedua arah kerjanya timur-barat dan
pembajakan kedua dilaksanakan seminggu setelah pembajakan pertama arah kerjanya utara-
selatan. Kedalaman bidang olah bajak 30 – 40 cm. Pengaruan bertujuan untuk memecah
bongkahan-bongkahan tanah menjadi bentuk yang lebih kecil. Proses penggaruan juga dilakukan
dalam dua tahap. Penggaruan pertama seminggu setelah pembajakan kedua arah kerjanya timur-
barat dan penggaruan kedua arah kerjanya utara-selatan.
Pengolahan lahan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih biasanya
mengunakan sistem borongan dengan mengunakan jasa pihak ketiga ( pemborong ), pihak kebun
melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan lahan. Pengolahan harus bersifat
menyeluruh dan merata artinya semua titik dalam areal tersebut harus mendapat perlakukuan dan
tidak ada yang terlewati serta kedalaman bidang olah satu titik dengan titik lain harus sama. Di
antara setiap fase pengolahan lahan dilakukan pengayapan akar.
Pemeliharaan batang bawah
Kegiatan pemeliharaan bibit batang bawah meliputi: pemupukan, pengendalian hama
dan penyakit, dan pengendalian gulma (weeding). Pemupukan dilakukan selama empat bulan
dengan interval satu bulan. Pemupukan pertama kali dilakukan saat bibit berumur dua bulan
dengan pupuk pukalet 5 g/bibit, dosis pada pemupukan kedua dan seterusnya dinaikan bertahap
10, 15, dan 20 g/bibit, dosis pada pemupukan dengan sistem tugal 15 HK/Ha dan sistem sebar
kebutuhann tenaga kerjanya 35 HK/Ha. Pada saat tanaman berumut 7 bulan dilakukan pemupukan
ekstra untuk menjaga vigor tanaman dan meningkatkan kadar kambium batang.
Penyemprotan dilakukan untuk mengendalikan penyakit daun. Penyemprotan dilakukan
pertama kali pada umur 2 bulan mengunakan Dithane M-45 dengan konsentrasi 30 g/15 lt air.
Penyemprotan dilakukan selama 4 bulan dengan interval satu bulan. Konsentrasi larutan
ditingkatkan pada penyemprotan kedua dan seterusnya menjadi 35, 40, dan 45g/15lt air.
Kebutuhan tenaga kerja penyemprotan 3 HK/Ha.
Gulma yang tumbuh di sekitar bibit akan mengangu pertumbuhan dan perkembangan
bibit karena akan terjadi kompetisi dalam memperoleh unsur hara, cahaya, dan ruang.
Pengendalian gulma di pembibitan lakukan dengan cara manual dengan mengunakan cangkul
dengan kriteria Wo yaitu seluruh areal pembibitan harus bebas gulma.Weeding dilakukan pertama
kali 3 bulan setelah pemindahan kecambah ke pembibitan dilakukan sampai bibit berumur 7 bulan
dengan interval 1 bulan. Kebutuhan kerja pengendalian gulma pertama 25 HK/Ha dan
selanjutnya diturunkan menjadi 20, 15, dan 10 HK/Ha.
PersiapanLahan
Pembukaan Lahan Penyiapan lahan , pengajiran dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1.SecaraMekanis
- Pohon karet tua (replanting) atau semak dan atau pohonnon karet (new planting) ditebang
dengan menggunakan gergaji (Chain saw), atau didorong menggunakan ekscavator sehingga
perakaran ikut terbongkar.
- Pohon yang telah tumbang segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
- Bagian-bagian cabang dan ranting yang masih tertinggal dipotong-potong lebih pendek untuk
memudahkan pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
- Sambil menunggu pekerjaan memotong ranting yang tersisa, pekerjaan dilanjutkan dengan
membongkar tunggul yang masih tersisa di lapang.
- Pembongkaran tunggul dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer) sehingga
sebagian besar tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat.
- Semua tunggul yang telah dibongkar bersama dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan
dengan cara dirumpuk/dikumpulkan.
- Hasil rumpukan diusahakan agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat
kering. Jarak antar tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
- Khusus untuk areal peremajaan, tunggul kayu dan seluruh perakaran mutlak harus dibuang dan
diangkat untuk mencegah tumbuhnya kembali JAP, minimal tunggul yang berdekatan dengan
tanaman baru.
- Pembongkaran atau penebangan habis seluruh tanaman yang tumbuh (land clearing), yang
dianjurkan adalah pengolahan lahan tanpa bakar (zero burning).

2. Secara Kimiawi Urutan pekerjaan dalam penyiapan lahan secara kimiawi adalah sebagai
berikut : Peracunan tunggul - Peracunan tunggul dapat dilakukan antara lain dengan 2,4,5-T
ataupun garlon.

Penanaman
.1 Persiapan Penanaman
Setelah lahan siap ditanami, langkah selanjutnya adalah persiapan tanam dengan tahapan sebagai
berikut :
.Mengajir - Untuk memperoleh hasil yang optimal, jarak tanam karet yang direkomendasikan
adalah 6 m x 3 m atau jumlah populasi sekitar 550 pohon per ha.
.2 Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan minimal 2 minggu
sebelum penanaman.
2) Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan meng-gunakan cangkul tanah. Tanah bagian
bawah (sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil).
3) Selanjutnya diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau sekitar 62,5
kg/ha.

.3 Penanaman
i). Waktu Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut
merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum
musim kemarau.
ii). Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit
dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
- Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah
membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal
seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah.
- Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam
polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua. - Penanaman
dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata
tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan
pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras,
sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah
bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi
padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya.
Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak
dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan
dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.

.4 Penyulaman
- Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang disulam.
Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar
10% dari populasi tanaman.

Pemeliharaan Tanaman
.1 Pembuangan Tunas Palsu - Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi.
Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini
atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil.
- Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang
ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas palsu
ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.

.2 Pembuangan Tunas Cabang


- Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai dengan
2,75 m-3,0 m dari atas tanah.
- Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu
selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati.

.3 Perangsangan Percabangan
- Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari
kerusakan oleh angin.
- Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan (GT-
1, RRIM-600), sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan
mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan.
- Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung
tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang. e.4
Pemupukan i). Dosis pemupukan 1) Pemupukan pada masa TBM kurang dari 1 tahun
Tanah Kurang Subur
Tanah Subur 3) Pemupukan pada masa TBM (2-5 tahun)
4) Pemupukan pada masa TM
ii) Cara Pemupukan 1) Pemupukan dengan butiran (granular) Adapun Dosis pemupukan sebagai
berikut :
Pemberian Urea ke-1, 2, 3 dan 4 masing-masing setelah tanaman berumur 2, 5, 8 dan 12 bulan di
lapangan. Tiap pemberian : seperempat dosis dalam setahun.
Pemberian Urea ke-1, 2 dan 3 masing-masing setelah tanaman berumur 15,18 dan 24 bulan di
lapangan.
Pemberian pertama dan kedua, termasuk dosis TSP, KCl dan Kieserit pada tahun ke-1, 2 di
lapangan, masing-masing pada bulan Pebruari dan Agustus/September.
Diberikan menjelang daun tumbuh kembali setelah masa gugur daun.
2) Pemupukan dengan tablet - Kehilangan hara dari pupuk yang terjadi melalui proses pencucian
dan erosi dapat dikurangi - Hara pupuk larut dengan proses lepas lambat (slow release) sehingga
secara efektif dan efisien dapat diserap oleh tanaman - Aplikasi pupuk lebih mudah, menghemat
tenaga dan biaya Pupuk tablet dengan formula tertentu digunakan dengan cara
membenamkan/ditugal ke dalam tanah sdi sekitar tanaman dengan jumlah sesuai dengan dosis
yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu (2 tahun). Pemupukan ini dilakukan sesaat setelah
tanam dan baru diulangi lagi pada waktu persediaan pupuk dalam tanah sudah habis (tahun ke-3)
Sumber : Pedoman Teknis Karet, Dirjenbun Kementerian RI

IV. KESIMPULAN
Pada praktikum ini kami melakukan penanaman karet di lapangani, kami melakukan
penanaman karet di lapangan dengan menggunakan stum mata tidur. Penanaman bibit karet di
lapangan dilakukan setelah pengajiran dan dilakukan pembuatan lubang tanam pada polibag
dengan kedalaman 15 cm dari permukaan polibag setelah polibag dilubangi,sebelum ditanam akar
pada bibit yang terlalu panjamg harus dipotong terlebih dahulu. selanjutnya melakukan penanam
pada bibit karet satu persatu ,lalu ditutup kembali dengan tanah dengan dipadatkan. Setelah selesai
menanam bibit karet sebanyak 100 batang tersebut, bibit tersebut disiram supaya pertumbuhan
bibit menjadi sangat baik. Kemudian diberi pupuk sesuai kebutuhan tanam dan pembersihan hama
maupun penyakit biar bibit yang ditanam tidak akan mati.
http://teknologibenihrb.blogspot.com/2014/11/penananman-bibit-karet-mata-kuliah.html
Pembibitan Tanaman Karet
LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN UTAMA
PENYULAMAN BIBIT BATANG BAWAH KARET
Disusun Oleh :
Kelompok B1-1

Nama NIM
Renta R Lumbantoruan J3T112005
Gayus T Hutasoit J3T112006
Arifin Tamba J3T112033
Rizky Kurniawan J3T112073
M. Taufiq Kamil J3T112100

TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Tinjauan Pustaka
1. Pembibitan Tanaman Karet
Karet adalah tanaman yang berasal dari negara Brazil dalam bahasa latin karet memiliki
nama Havea Brasisilesnsis tetapi karet pada saat ini malahan dikuasai oleh Negara di asia
tenggara yaitu Indonesia dan Malasia.
Adapun cara penanaman tehns budidaya karet ini adalah sebagai berikut :
1. Pembibitan
a. Persemaian Perkecambahan
- Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
- Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
- Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
- Benih direndam selama 3-6 jam.
- Kemudian Benih di semaikan di bedengan.
- Jarak tanam benih 1-2 cm.
- Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hari
setelah tanam
dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.

b. Persemaian Bibit
- Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
- Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
- Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat, dan
20x20x60
untuk okulasi hijau.
- Penyiraman dilakukan secara teratur
- Pemupukan PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8 gr urea, 4 gr TSP, 2
gr KCl
perpohon LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3 cc/lt air
perbibit
disiramkan 1-2 minggu sekali
2. Pembuatan Kebun Entres
- Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi.
- Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag.
- Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
- Pemupukan : a. PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
b. Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon
c. Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon
Latar Belakang
Benih karet dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu illegiti, propelegitim dan legitim.Benih
illegitim adalah benih yang diperoleh dari penyerbukan secara alami yang tidak diketahui
kedua induknya (benih satuan).Benih propelegitim juga merupakan benih hasik
penyerbukan alami,tetapi hanya induk betina saja yang diketahui sedangkan benih legitim
adalah benih dari hasil persilangan yang kedua induknya diketahui dengan pasti.
` Pada penanaman karet,benih yang telah dikecambahkan akan dipindahkan ke
pembibitan untuk dijadikan sebagai batang bawah,pada praktikum ini tidak dilakukan
persemaian langsung tetapi memungut bibit karet hasil persilangan alami yang
berkecambah di sekitar tanaman karet.Benih yang telah berkecambah tersebut dinamakan
“kongkok”

Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1.Melaksanakan pekerjaan pembibitan batang bawah karet.
2.Menghitung kebutuhan lahan untuk pembibitan.
3.menentukan kebutuhan waktu dan HOK untuk pembibitan batang bawah

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah:
Bibit karet yang sehat serta perakaran yang lurus
Cangkul
Kored
Rafia
Meteran
Ajir
Metode pelaksanaan:
Setiap kelompok mendapatkan 24 bibit kongkoak
Buatlah bedengan untuk pembibitan karet,lakukan penggemburan tanah dan bersihkan
dari gulma
Lakukan pengajiran dengan jarak tanam 60 cm x 40cm x 40cm atau jarak pagarganda.
Perhatikan : 60 cm adalah jarak tanam antar kelompok,Setiap kelompok menanam dalam
2 barisan berjarak 40 cm antar barisan dan 40 cm antar barisan
Bibit karet ditanam pada barisan yang telah disiapkan.Sebelum penanaman potong
sebagian bibit tersebut,perakaran dapat di potong supaya rata dan memudahkan dalam
penanaman

PEMBAHASAN DAN HASIL


Pembahasan
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah menyulam bibit karet yang ditanam oleh S1
untuk batang bagian bawah. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan
penyulaman atas tanaman karet yang mati, pengendalian gulma, penyiraman dan perbaikan
bedengan. Dalam penyulaman tanaman karet yang mati, bibit karet yang baru, diambil
dari biji yang jatuh ke tanah dan hidup. Pemilihan bibit bawah karet yang baik dengan
panjang 30cm – 40 cm, dan akar yang tumbuh lurus kebawah, tidak bengkok. Karena
praktikum ini adalah penyulaman bibit karet, maka lahan yang ditumbuhi oleh gulma
disiangi menggunakan cangkul, dan lahan diperbaiki seperti semula agar air bisa
terdrainase dengan baik dan mengurangi gangguan hama. Penyiraman dilakukan agar
tanah dan akar melekat menjadi satu supaya tanaman tidak roboh apabila terkena angin.
Biji untuk batang bawah berasal dari kebun monoklonal yang memiliki luasan minimal 10
ha dan dari klon anjuran. Hal ini dikarenakan penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga
sehingga induk betina dapat diketahui dengan pasti sedangkan induk jantan tidak diketahui
pasti. Maka luasan sumber benih ditentukan dan dari kebun monoklonal, dengan harapan
penyerbukan bunga yang dibantu oleh serangga berasal dari serbuk sari yang sama dengan
induk betina.
Berdasarkan lokakarya pemuliaan tanaman pada tahun 2009 menghasilkan rekomendasi
klon untuk batang bawah yaitu; AVROS 2037, GT1, PB 260, RRIC 100, PB 330, BPM 24.
Pengadaan benih adalah tahap awal proses pertanaman dan sangat menentukan
kebehasilan program penanaman. Biji yang baik memiliki ciri-ciri visual antara lain,
Mengkilap , permukaan licin, bentuk normal, tidak cacat, dan bebas penyakit serta memiliki
daya lenting (pantul) yangt tinggi jika dijatuhkan kelantai. Uji kesegaran dengan membelah
biji (endosperm); Daging buah (endosperm) berwanrna putih dan segar, serta kotiledon
masih rapat, Daging buah putih, agak kekuningan, kotiledon terbuka sedikit 1 mm.
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari untuk menghindari stres di
lapangan.
Untuk mencegah timbulnya serangan jamur akar putih (JAP) pada umur 2-6 bulan dapat
dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP plus dengan dosis 600 kg/ha, di tabur disekitar
barisan tanaman. Kemudian ditutup dengan tanah . sedangkan hama yang biasa menyerang
bibit karet yaitu jangkrik, tungau dan rayap untuk menanggulanginya dapat dilakukan
dengan insektisida seperti sevin 85S.

Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum penyulaman bibit batang bawah karet : Hasil kerja
yang dilakukan oleh kelompok B1-1 untuk penyulaman 9 bibit batang bawah karet,
pengendalian gulma dan pembuatan bedengan adalah 43 menit atau 0,71 jam. Perhitungan
HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 0.71 jam x 5 orang x (1 HOK / 7
jam) = 0.5 HOK.
Populasi per Ha karet : jumlah populasi∶ (luas areal (Ha))/(jarak tanam)
Jumlah populasi Pagar Berganda = (10000 m2) / 1/2x30(40+60)
= 10.000 m2/ 0,65 m2
= 15.384,6 Tanaman/ (Ha)

Populasi tanaman/ ha = 10000 m2/ 3,3 x 6 m2


= 505 tanaman/ Ha

KESIMPULAN
Praktikum penyulaman batang bawah karet dimulai dengan pencarian tanaman karet yang
masih kecil, pembersihan gulma, perbaikan bedengan dan penyiraman batang bawah
hingga membutuhkan waktu 0,71 jam dengan 5 pekerja, sehingga HOK yang didapat adalah
0,5.
http://taufiqkamil.blogspot.com/2014/02/pembibitan-tanaman-karet.html

Anda mungkin juga menyukai